Sap Terapi Bermain (2).docx

  • Uploaded by: Meylindha Ekawati Biono Putri
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sap Terapi Bermain (2).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,194
  • Pages: 21
SAP TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan

: Terapi Bermain Pada Anak-anak Diruang Melati

Sub Pokok Bahasan

: Menempel Gambar dengan Menggunakan Cangkang Telur

Tempat

: Ruang Melati RSUD Wahab Sjahranie Samarinda

Waktu

: Sabtu, 23 Maret 2019

Sasaran

: Anak-anak di ruang Melati Usia 3-6 Tahun

A. Pendahuluan Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia.Bagi anak bermain tidaksekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta

kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk

kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya. Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenanganini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas,bila dibandingkan dengan mereka yang masa

kecilnya kurang mendapat

kesempatan bermain.

B.

Tujuan 1.

TIU (Tujuan Instruksional Umum) Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat mengembangkan kreatifitas dan menjadi lebih aktif melalui pengalaman bermain, dan anak dapat beradaptasi dengan lingkungan dan bergaul dengan teman sebayanya.

2.

TIK (Tujuan Instruksional Khusus) Setelah diajak bermain selama 30 menit, anak diharapkan mampu sebagai berikut : a.

Mengembangkan kreatifitas

b. Mengembangkan sosialisai atau bergaul c.

Mengembangkan daya imajinasi

d. Menumbuhkan sportivitas e.

Mengembangkan kepercayaan diri

C. Sasaran Anak-anak Usia 3-6 Tahun yang dirawat inap di ruang Melati RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

D. Keterampilan Yang Diperlukan 1.

Mampu mengajak anak berperan aktif dalam menempelkan cangkang telur pada gambar

2.

Mampu membimbing anak dan mengajar anak cara menempelkan cangkang telur pada gambar

E.

Jenis Permainan Menempel gambar dengan menggunakan cangkang telur

F.

Metode Demonstrasi

G. Alat Bermain 1.

Cangkang telur

2.

Lem

3.

Gambar

H. Media

I.

1.

Speaker

2.

Laptop

3.

Gambar

Setting Tempat

Keterangan

: Leader : Co Leader

: Fasilitator : Anak-anak usia 3-6 tahun : Observer

: Laptop : Sound : Meja

J.

Pengorganisasian Leader

: Yanuarius Rizki Ding, S.Kep

Co Leader : Charles Rante Arru, S.Kep Fasilitator

`Observer

K.

: 1.

Inarti A, S.Kep

2.

Tripena Despianti, S.Kep

3.

Komariah S, S.Kep

4.

Melisa Damayanti, S.Kep

1.

Elvis Guntur Setiawan, S.Kep

:

Deskripsi Tugas Terapis 1.

Leader& Co Leader : a.

Memimpin jalannya acara bermain

b. Membuka perkenalan c.

Membuat dan mengatur setting tempat dan waktu

d. Menutup kegiatan bermain 2.

Fasilitator : a.

3.

Mendampingi / membantu peserta dalam bermain

Observer a.

Mengobservasi jalannya acara permainan

b. Memberikan sekilas penilaian c.

Memberikan kritik dan saran setelah acara selesai

d. Mengevaluasi dan memberikan feedback pada leader

L.

Strategi Pelaksanaan No 1

Waktu 3 menit

Kegiatan

Peserta

Pembukaan : a.

Membuka kegiatan dengan

a.

Menjawab salam

mengucapkan salam

b.

Mendengarkan

b.

Memperkenalkan diri

c.

Memperhatikan

c.

Menjelaskan tujuan dari terapi

d.

Memperhatikan

a.

Memperhatikan dan

bermain d.

Kontrak waktu anak dan orangtua

2

20 menit

Pelaksanaan : a.

Mengajarkan Tekhnik cuci tangan sebelum pelaksanaan

b.

c.

d.

terapi bermain

b.

Memperhatikan

Menjelaskan tata cara

c.

Bertanya

pelaksanaan terapi bermain

d.

Memulai untuk

menempel gambar dengan

menempelkan cangkang

cangkang telur kepada anak

telur pada gambar

Memberikan kesempatan

e.

Menjawab pertanyaan

kepada anak untuk bertanya jika

f.

Mendengarkan

belum jelas

g.

Memperhatikan

Fasilitator mendampingi anak dan memberikan motivasi kepada anak untuk mengikuti menempelkan cangkang telur

e.

Menanyakan kepada anak, apakah merasa senang dan bisa menempelkan cangkang telur pada gambar ?

f.

mengikuti

Memberitahukan pada anak bahwa waktu terapi bermain telah selesai dan melakukan cuci tangan setelah pelaksanaan

terapi bermain g.

Memberikan pujian terhadap semua anak yang mampu mengikuti kegiatan hingga selesai

3

5 menit

Evaluasi : a.

Memotivasi anak untuk

a.

Menceritakan

mengungkapkan apa yang

b.

Gembira

Memberikan motivasi dan

a.

Memperhatikan

pujian kepada seluruh anak

b.

Mendengarkan

yang telah mengikuti program

c.

Menjawab salam

dirasakannya setelah terapi b.

Membagikan reward kepada seluruh peserta

4

2 menit

Terminasi : a.

terapi bermain b.

Mengucapkan terima kasih kepada anak dan orangtua

c.

Mengucapkan salam penutup

M. Hal-hal yang Perlu Diwaspadai 1.

Anak malu untuk mau menempelkan cangkang telur pada gambar

2.

Anak rewel

3.

Anak juga akan cenderung lebih manja, minta perhatian lebih pada orang tua serta bersikap cuek pada perawat yang akan merawatnya karena anak belum beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit. Stress yang umumnya terjadi hubungan dengan hospitaslisasi

adalah

takut

akanunfamiliarity,

lingkungan

rumah

sakit

yang

menakutkan, rutinitas rumah sakit, prosedur yang menyakitkan, dan takut kematian.

N. Antisipasi Meminimalkan Hambatan Dilakukannya pengawasan selama proses bermain pada anak dan membina keakraban dan saling percaya pada anak, serta memotivasi anak untuk percaya diri.

O. Sistem Evaluasi Kriteria Evaluasi 1.

Evaluasi Struktur a.

Anak hadir diruangan minimal 5 orang

b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan diruang bermain Melati c. 2.

Pengorganisasian penyelenggraan terapi dilakukan sebelumnya

Evaluasi Proses a.

Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir

b.

Leader mampu memimpin acara

c.

Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan

d.

Fasilitator mampu memotivasi anak-anak dalam kegiatan

e.

Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam antisipasi masalah

f.

Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok

g.

Anak mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir

h.

Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk mengikuti alur kegiatan yang dilakukan

3.

Evaluasi Hasil a.

Dari 5 anak 80% anak mengikuti instruksi yang diberikan

b. Dari 5 anak 65% anak mampu mengupas cangkang telur dengan baik c.

Dari 5 anak 65% anak mampu menempelkan cangkang telur berdasarkan gambar dengan benar

MATERI TERAPI BERMAIN A. Pengertian Bermain Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia.Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan dan cinta kasih. Mayke S. Tedjasaputra (2001), menyatakan bahwa bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak, misalnya saja memperoleh pengalaman dalam membina hubungan dengan sesama teman,

menambah perbendaharaan kata,

menyalurkan perasaan-perasaan tertekan, dll. Pada dasarnya bermain memiliki dua pengertian yang harus dibedakan, bahwa bermain menurut pengertian pertama dapat bermakna sebagai sebuah aktivitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang kalah (play), sedangkan yang kedua sebagai aktivitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kapuasan namun ditandai dengan adanya pencarian menang-kalah (games). Dengan demikian, pada dasarnya setiap aktivitas bermain selalu didasarkan pada perolehan kesenangan dan kepuasan, sebab fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan menyegarkan kembali (refreshing) kondisi fisik dan mental yang berada pada ambang ketegangan. Sehubungan dengan bermain dapat bermakna sebagai play dan games, maka yang perlu menjadi bahan pertimbangan di dalam menarik definisi adalah proses yang menyebabkan berlangsungnya aktivitas tersebut. Pada pengertian pertama, bermain sebagai play bisa jadi merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang tanpa melibatkan kehadiran orang lain, sehingga total kesenangan dan kepuasan itu datang dari diri sendiri. Sedangkan pihak lain yang terlibat dapat merupakan unsur penghibur saja. Contoh dari aktivitas bermain sebagai play adalah bermain konstruktif atau destruktif dan melamun. Pada pengertian kedua, bermain sebagai games, kesenangan dan kepuasan yang diperoleh seseorang harus melibatkan kehadiran orang lain. Tanpahadirnya pihak kedua (sebagai lawan) maka games tidak akan terjadi, sebab games hanya akan berlaku jika ada unsur sportivitas, aturan dan menang-kalah. Artinya seseorang akan memperoleh kesenangan dan kepuasan setelahnya mampu mengungguli pihak lawan. Dengan

demikian bermain sebagai games merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang dalam rangka memperoleh kesenangan dan kepuasan setelahnya mengungguli kemampuan lawan mainnya.

B.

Ciri Utama Bermain Pentingnya arti bermain bagi anak mendorong seorang tokoh psikologi dan filsafat terkenal Johan Huizinga untuk ikut merumuskan teori bermain.Ia mengemukakan bahwa bermain adalah hal dasar yang membedakan manusia dengan hewan.Melalui kegiatan bermain tersebut terpancar kebudayaan suatu bangsa.Namun beberapa orang tidak dapat membedakan kegiatan bermain dengan kegiatan tidak bermain.Pendidikan prasekolah yang menerapkan prinsip pendidikan anak dengan belajar yang bermain, mengalami kerancuan dalam makna.Untuk itu perlu diklasifikasikan antara kegiatan bermain dengan kegiatan yang bukan bermain. Menurut Rubin, Fein, & Vandenverg dalam Hughes ada 5 ciri utama bermain yang dapat mengidentifikasikan kegiatan bermain dan yang bukan bermain : 1.

Bermain didorong oleh motivasi dari dalam diri anak. Anak akan melakukannya apabila hal itu memang betul-betul memuaskan dirinya. Bukan untuk mendapatkan hadiah atau karena diperintahkan oleh orang lain.

2.

Bermain dipilih secara bebas oleh anak. Jika seorang anak dipaksa untuk bermain, sekalipun mungkin dilakukan dengan cara yang halus, maka aktivitas itu bukan lagi merupakan kegiatan bermain. Kegiatan bermain yang ditugaskan oleh guru TK kepada murid-muridnya, cenderung akan dilakukan oleh anak sebagai suatu pekerjaan, bukan sebagai bermain. Kegiatan tersebutdapat disebut bermain jika anak diberi kebebasan sendiri untuk memilih aktivitasnya.

3.

Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Anak merasa gembira dan bahagia dalam melakukan aktivitas bermain tersebut, tidak menjadi tegang atau stress. Biasanya ditandai dengan tertawa dan komunikasi yang hidup.

4.

Bermain tidak selalu harus menggambarkan hal yang sebenarnya. Khususnya pada anak usia prasekolah sering dikaitkan dengan fantasi atau imajinasi mereka. Anak mampu membangun suatu dunia yang terbuka bagi berbagai kemungkinan yang ada, sesuai dengan mimpi-mimpi indah serta kreativitas mereka yang kaya.

5.

Bermain senantiasa melibatkan peran aktif anak, baik secara fisik, psikologis, maupun keduanya sekaligus.

C. Fungsi Kegiatan Bermain Fungsi bermain pada anak memang begitu beragam. Anak akan menemukan perkembangan fisik serta mental yang ia miliki. Melalui permainan pula, seorang anak akan mampu mempelajari begitu banyak hal bahkan anak mendapatkan sistem pemecahan masalah yang jauh lebih baik daripada anak-anak yang tidak banyak bermain. Dunia anak adalah dunia bermain, jadi jangan paksakan anak untuk terus belajar dan melakukan latihan banyak soal setiap harinya. Berikut akan dijelaskan fungsi dari bermain : 1.

Melatih Perkembangan Sensorik serta Motorik Melalui permainan, anak akan menjadi terlatih ketika melakukan beragam aktivitas sensorik serta motorik. Permainan aktif melatih panca indera sang anak karena dengan permainan maka semua anggota panca indera anak akan tergerak untuk melakukan sesuatu. Sebagai hasilnya, organ sensorik dan motorik akan semakin baik

2.

Mengasah Memori Otak Anak kecil mempunyai organ memori yang belum banyak terisi oleh beragam hal. Oleh karena itu, melalui bermain anak bisa mengembangkan 8 kemampuan memori yang ia miliki. Anak akan mengekplorasi serta melihat benda yang ada di sekitarnya. Ia terus mempelajarinya dan kemudian mengenal benda-benda dengan warna yang berbeda secara sempurna. Semakin anak bermain, maka otaknya akan semakin terasah dan ia mampu mendapatkan perkembangan memori yang jauh lebih baik.

3.

Mengembangkan Etika Ketika anak bermain, maka ia melakukan banyak hal bersama temantemannya. Ia mempelajari banyak aturan, mempunyai tingkat sportivitas, dan tentu saja belajar bagaimana membangun etika yang benar. Anak tidak mudah curang ketika berhadapan dengan aturan pada dunia yang sebenarnya, karena ia telah terlatih untuk melakukan banyak hal dengan baik.

4.

Meningkatkan Kreativitas Anak

Di dalam melakukan permainan, anak-anak dapat mengeksplorasi dan menerapkan banyak ide yang terkait dengan sistem permainan. Semakin banyak media dan jenis permainan yang mereka mainkan, maka akan semakin banyak ide bermunculan. Ketika kreatifitas tersebut terus diasah, maka anak bisa menemukan ide-ide cemerlang pada masa yang akan datang.

D. Manfaat Kegiatan Bermain Bermain bagi anak, selain merupakan alat belajar juga merupakan kebutuhan bagi setiap anak. Diperlukan waktu yang cukup banyak untuk bermain bagi anak, terutama pada saat di usia dini. Sebanyak 4-5 jam perhari bagi anak untuk bermain, pada saat bermain anak dapat memenuhi kebutuhan geraknya. Sedangkan menurut Claparade (dalam Satya, 2006) bermain bukan hanya memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan organ tubuh anak yang disebabkan aktif bergerak tetapi bermain juga berfungsi sebagai proses sublimasi artinya suatu pelarian dari perasaan tertekan yang berlebihan menuju hal-hal posiif, melalui sublimasi anak akan menuju kearah yang lebih mulia, lebih indah dan lebih kreatif. Adapun manfaat lain dari bermain bagi anak : 1.

Anak dapat kesempatan untuk mengembangkan diri, baik perkembangan fisik (melatih keterampilan motorik kasar dan motorik halus), 9 perkembangan psikososial (melatih pemenuhan kebutuhan emosi) serta perkembangan kognitif (melatih kecerdasan).

2.

Bermain merupakan sarana bagi anak untuk bersosialisasi.

3.

Bermain bagi anak adalah untuk melepaskan diri dari ketegangan.

4.

Bermain merupakan dasar bagi pertumbuhan mentalnya.

5.

Melalui bermain anak –anak dapat mengeluarkan energi yang ada dalam dirinya kedalam aktivitas yang menyenangkan.

6.

Melalui bermain anak-anak dapat mengembangkan imajinasinya seluas mungkin.

7.

Melalui bermain anak-anak dapat berpetualang menjelajah lingkungan dan menemukan hal-hal baru dalam kehidupan.

8.

Melalui bermain anak dapat belajar bekerjasama, mengerti peraturan, saling berbagi dan belajar menolong sendiri dan orang lain serta menghargai waktu.

9.

Bermain juga merupakan sarana mengembangkan kreatifitas anak.

10. Bermain dapat mengembangkan keterampilan olahraga dan menari. 11. Melatih konsentrasi atau pemusatan perhatian pada tugas tertentu.

E.

Jenis-jenis Kegiatan Bermain Permainan merupakan suatu alat bermain yang digunakan anak usia dini, bisa menempel gambar dengan cangkang, berbentuk balok, puzzle atau benda-benda lain yang dianggap bisa dimainkan. Banyak cara untuk bermain dan banyak aneka ragamnya permainan yang dapat digunakan dan dimainkan Anak Usia Dini. Anak usia 3 tahun berdasarkan hasil survey sangat senang menempel gambar dengan cangkang, menyusun puzzle dengan membuat rumah-rumahan, balok, persegi panjang. Anak usia 4 tahun berdasarkan hasil survey sangat senang bermain sepeda roda tiga. Anak usia 5 tahun berdasarkan hasil survey sangat suka menggambar dan mewarnai. Menurut Rita Kurnia (2011), menggambar dapat dikelompokkan sebagai bermain membangun dan menyusun karena dalam kegiatan ini menggunakan pensil berwarna dan kertas gambar misalnya untuk membangun rumah, kereta api, jembatan, tumbuhtumbuhan atau hewan. Berikut merupakan jenis-jenis kegiatan bermain : 1.

Bermain Aktif Bermain aktif adalah kegiatan yang memberi kesenangan dam kepuasan kepada anak yang dilakukan melalui aktivitas langsung oleh diri anak itu sendiri. Dengan demikian, kegiatan bermain aktif akan banyak melibatkan aktivitas tubuh. Terdapat berbagai faktor yang dapat berpengaruh terhadap kondisi anak, seperti kesehatan, teman bermain, tingkat kecerdasan, jenis kelamin, alat permainan yang dimiliki, dan lingkungan bermain anak. Berikut beberapa kegiatan bermain aktif dan manfaat yang dapat dipetik : i.

Bermain Bebas. Sesuai dengan namanya, permainan ini dapat dilakukan dimana saja dan kapans aja serta menggunakan alat apa saja. Permainan ini bebas dari aturan, atinya tidak ada aturan yang harus diikuti oleh anak. Kegiatan ini umumnya dilakukan anak jika ia menemukan sesuatu yang baru yang belum diketahui sebelumnya. Manfaat dari kegiatan bermain bebas adalah kesempatan untuk bereksperimen, bereksplorasi dalam mempelajari

dan memainkan permainan bebas itu sesuai dengan keinginannya sehingga akan mendorong kreativitas anak lebih lanjut. j.

Bermain Konstruktif, adalah kegiatan anak bermain dengan menggunakan berbagai alat dan benda untuk menciptakan atau menghasilkan suatu karya tertentu. Melalui kegiatan bermain konstruktif, anak akan berkesempatan untuk berpikir imajinatif sehingga pikirannya menjadi lebih berdaya. Dengan demikian,

kegiatan

bermain

konstruktif

juga

berperan

terhadap

pengembangan kreativitas anak pra-sekolah. k.

Bermain Peran. Bermain peran pada dasarnya adalah bermain dengan mengkhayal,

seperti

anak

berkhayal

dirinya

seorang

pilot

dengan

menggunakan kursi sebagai pesawatnya. Kegiatan ini sangat digemari anak usia pra-sekolah. Manfaat yang didapat dari kegiatan bermain peran adalah membantu penyesuaian diri anak dalam menghadapi kehidupannya kelak. Disamping itu, kegiatan bermain peran akan memberikan kesenangan yang dapat memuaskan dirinya. l.

Eksplorasi, yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu jenis kegiatan bermain yang aktivitas utamanya melakukan penjelajahan atau eksplorasi. Kegiatan penjelajahan ada yang dilakukan secara berkelompok, misalnya petak umpet, dan ada juga yang dilakukan secara individual, misalnya merangkai puzzle, mencocokkan gambar, dll. Manfaat yang didapat melalui kegiatan eksplorasi adalah menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengenal hal-hal yang baru bagi anak, inisiatif untuk bertindak, menjadikan anak sportif, percaya diri dan positif.

m. Bermain Musik bukanlah mendengar musik, termasuk bermain aktif yang dapat dilakukan anak. Kegiatan bermain music seperti perkusi dan bernyanyi merupakan contoh bermain aktif. Melalui kegiatan tersebut, diperoleh manfaat seperti memupuk rasa diri, bersosialisasi dan ekspresi diri. n.

Mengumpulkan Benda. Anak sering tertarik pada suatu benda atau sesuatu yang baru dikenalnya. Anak mengumpulkan barang-barang tersebut untuk dikumpulkan, misalnya kaleng bekas kue/minuman kemudian ia kumpulkan.

2.

Bermain Pasif Disamping bermain aktif dimana anak secara langsung terlibat dalam permainan tersebut, anak juga dapat bermain secara pasif.Dalam bermain pasif, aktivitas fisik anak tidak banyak dimanfaatkan, tetapi aspek lainnya seperti penglihatan dan pendengaran yang dikembangkan. Berikut jenis bermain pasif : a.

Mendengar. Anak pra-sekolah belum mampu untuk membaca, karena itu tidak dapat membaca cerita sendiri. Sebagai gantinya, akan lebih banyak mendengar cerita dari orang lain, terutama dari orang tua, pengasuh atau guru. Agar kegiatan mendengar tidak sia-sia, maka perlu dipersiapkan bahan-bahan yang akan diperdengarkan kepada anak. Melalui kegiatan mendenga cerita ini, anak tidak

hanya

dirangsang

indera

pendengarannya

saja,

namun

juga

mengembangkan pikirannya untuk berpikir imajinatif, mengajukan pertanyaan, dan memperoleh ide-ide baru. b. Melihat komik atau majalah. Komik pada dasarnya juga merupakan buku, hanya penyajiannya diikuti dengan gambar-gambar. Anak pra-sekolah umumnya menyukai komik dengan tokoh binatang seperti Donald Duck, Doraemon, Mickey Mouse, dll. Seperti halnya mendengar, melalui kegiatan bermain

menggunakan

komik

anak

dapat

mengembangkan

berbagai

kemampuannya termasuk mendorong kreativitas anak. c.

Menonton TV dan Film. Untuk saat ini televisi bukan barang mewah lagi. Televise banyak menyediakan film cerita yang dirancang khusus untuk anak seperti Tom & Jerrry, Iron Man, ScoobyDoo, dll. Satu hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dan pengasuh anak, adalah dapat memilih cerita film dan TV yang cocok sesuai usiadan tingkat kematangan anak.

d. Mendengarkan Musik. Anak dapat mendengarkan music tidak hanya melalui kaset dan VCD/DVD, tetapi juga dari sumber lain seperti TV, radio, bahkan melalui perangkat computer. Mendengarkan music bisa saja menjadi aktivits yang kurang menguntungkan bagi anak, terutama jika anak mendengarkan tanpa batas dan menyita seluruh waktunya sehingga mengabaikan aktivitas yang lain. Mendengarkan music memberi manfaat, termasuk merangsang kreativitas anak.

F.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Proses Bermain 1.

Kesehatan Semakin sehat anak semakin banyak energinya untuk bermain aktif, seperti permainan dan olahraga.Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai hiburan.

2.

Perkembangan motorik Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya tergantung pada perkembangan motorik mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.

3.

Intelegensi Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukan kecerdikan. Dengan bertambahnya usia, mereka lebih menunjukan perhatian dalam permaian kecerdasan, dramatik, konstruksi, dan membaca. Anak yang pandai menunjukan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar., termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata.

4.

Jenis kelamin Anak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan lebih menyukai permainan dan olahraga ketimbang berbagai jenis permainan yang lain. pada awal kanak-kanak, anak laki-laki menunjukan perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak ketimbang anak perempuan tetapi sebaliknya terjadi pada akhir masa kanak-kanak.

5.

Lingkungan Anak dari lingkungan yang buruk, kurang bermain ketimbang anak lainnya disebabkan karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini karena kurangnya teman bermain serta kurangnya peralatan dan waktu bebas. Ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik akan lebih cenderung memperhatikan kebutuhan bermain bagi anak. Dan akan memfasilitasi anak dalam bermain karena dengan bermain secara psikologis kepuasan fisik, emosi,

sosial

dan

perkembangan

mental

anak

terpenuhi

sehingga

anak

dapat

mengekspresikan perasaannya dan menunjukan kreativitasnya (Suherman, 2000). 6.

Status sosio ekonomi Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi lebih menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu roda, sedangkan mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal seperti bermain bola dan berenang.Kelas sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang ditonton anak, jenis kelompok rekreasi yang dimilikinya dan supervisi terhadap mereka.

7.

Jumlah waktu bebas Jumlah waktu bermain terutama tergantung pada ststus ekonomi keluarga.Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutukan tenaga yang lebih.

8.

Peralatan bermain Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya.Misalnya dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan purapura, banyaknya balok, kayu, cat air, dan lilin mendukung permainan yang sifatnya konstruktif.

Tumbuh Kembang anak usia prasekolah akhir (3-5 tahun) merupakan pertumbuhan dimana anak berada pada fase inisiatif vs masa bersalah (initiative vs guilty). Sedangkan menurut Sigmund Freud anak berada pada fase phalik yaitu dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki . Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari (wholey and Wong,1991). Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan (Foster,1989). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).

G. Prinsip Bermain Menurut Teori Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar aktifitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif : 1.

Perlu Ekstra Energy Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak memerlukan nutrisi yang memadai.Asupan atau intake yang kurang dapat menurunkan gairah anak.Anak

yang sehat memerlukan aktifitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun bermain pasif.Pada anak yang sakit keinginan untuk bermain umumnya menurun karena energi yang ada digunakan untuk mengatasi penyakitnya. 2.

Waktu Yang Cukup Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya.

3.

Alat Permainan Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar dan mempunyai unsur edukatif bagi anak.

4.

Ruang Untuk Bermain Aktifitas bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di halaman, bahkan di ruang tidur.Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk bermain bila memungkinkan, di mana ruangan tersebut sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk menyimpan permainannya.

5.

Pengetahuan Cara Bermain Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru temantemannya, atau diberitahu oleh orang tuanya.Cara yang terahkir adalah yang terbaik karena anak lebih terarah dan berkembang pengetahuannya dalam menggunakan alat permainan tersebut. Orang tua yang tidak pernah mengetahui cara bermain dari alat permainan yang diberikan, umumnya membuat hubungannya dengan anak cenderung menjadi kurang hangat.

6.

Teman bermain Dalam bermain anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara, atau orang tuanya.Ada saat-saat tertentu di mana anak bermain sendiri agar dapat menemukan kebutuhannya sendiri.Bermain yang dilakukan bersama orang tuanya akan mengakrabkan hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh anaknya. Teman diperlukan

untuk mengembangkan sosislisasi anak dan membantu anak dalam memahami perbedaan. Menurut Supartini (2004), terapi bermain yang dilaksanakan di rumah sakit tetap harus memperhatikan kondisi kesehatan anak. Ada beberapa prinsip permainan pada anak di rumah sakit.Pertama, permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan anak.Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruang rawat. Kedua,

permainan

yang

tidak

membutuhkan

banyak

energi,

singkat

dan

sederhana.Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang ada pada anak atau yang tersedia di ruangan. Ketiga, permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan.Anak kecil perlu rasa nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka yang dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat tidur di malam hari. Melibatkan orang tua.Satu hal yang harus diingat bahwa orang tua mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun sedang dirawat si rumah sakit termasuk dalam aktivitas bermain anak.Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan diiniasi oleh perawat, orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak mulai dari awal permainan sampai menevaluasi hasil permainan bersama dengan perawat dan orang tua anak lainnya.

H. Karakteristik Permainan Menurut Usia Alat mainan dapat diberikan pada anak usia dibawah 5 tahun dalam keadaan kondisi sakit ringan, dimana anak dalam keadaan yang membutuhkan perawatan dan pengobatan yang minimal. Pengamatan dekat dan tanda vital serta status 17 dalam keadaan normal dan kondisi sakit sedang, dimana anak dalam keadaan yang membutuhkan perawatan dan pengobatan yang sedang, pengamatan dekat dan status psikologis dalam keadaan normal. Sedangkan anak dalam keadaan sakit berat tidak diberikan aktivitas bermain karena anak berada dalam status psikologis dan tanda vital yang belum normal, anak gelisah, mengamuk serta membutuhkan perawatan yang ketat.

Pada usia bayi, saat anak mengalami sakit ringan, alat mainan yang sesuai seperti balok dengan warna yang bervariasi, buku bergambar, cangkir atau sendok, kotak musik, giring-giring yang dipegang, boneka yang berbunyi. Sedangkan saat anak sakit sedang, mainan yang dapat diberikan berupa kotak musik, giring-giring yang dipegang, boneka yang berbunyi (Wong, et al, 2008). Alat mainan yang dapat didorong dan ditarik, balokbalok, mainan bermusik, alat rumah tangga, telephone mainan, buku gambar, kertas, crayon, dan manik-manik besar dapat diberikan pada anak usia toodler saat mengalami sakit yang ringan. Sedangkan pada saat anak sakit dalam tingkat yang sedang, mainan yang diberikan dapat berupa mainan bermusik, alat rumah tangga, telephone mainan, buku bergambar, dan manik-manik besar (Wong, et al, 2008). Pada usia pra sekolah, saat mereka mengalami sakit ringan, alat mainan yang dapat diberikan berupa boneka-bonekaan, mobil-mobilan, buku gambar, teka-teki, menyusun potongan gambar, kertas untuk melipat-lipat, crayon, alat mainan bermusik dan majalah anak-anak.Anak pra sekolah mengalami sakit sedang, mainan yang diberikan dapat berupa boneka-bonekaan, mobil-mobilan, buku bergambar, dan alat mainan musik (Wong, et al, 2008). Pada usia sekolah, anak sudah mulai melakukan imaginasi. Maka alat mainan yang dapat diberikan berupa permainan teka-teki, buku bacaan, alat untuk menggambar, alat musik seperti harmonika. Sedangkan pada saat remaja, anak mulai mencurahkan kreativitas yang dimilikinya, maka alat mainan yang diberikan dapat berupa permainan catur, alat 18 untuk mengggambar seperti cat air, kanvas, kertas, majalah anak-anak atau remaja, dan buku cerita (Hardjadinata, 2009).

REFERENSI

Donna L. Wong…[et.al]. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong.Edisi 6.Jakarta : EGC Hardjadinata, Yohana. 2009. Batitaku Mandiri.Jakarta: Dian Rakyat. Rita Kurnia.2010. Program Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini. Pekanbaru: Cendikia Insani. Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta : EGC.

SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI BERMAIN ANAK DI RUANG MELATI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

KELOMPOK II : 1.

Charles Rante Arru

2.

Yanuarius Rizky Ding

3.

Elvis Guntur Setiawan

4.

Inarti A

5.

Komariah S

6.

Melisa Damayanti

7.

Tripena D

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA SAMARINDA 2019

Related Documents


More Documents from "AYu Luphh Cozy Bfc"

Bab Iii.docx
October 2019 12
Sap Terapi Bermain (2).docx
October 2019 23
4.1.1 Ep 2.docx
December 2019 23
Allief Titip.docx
June 2020 7