Sap R1.docx

  • Uploaded by: Nisa Annisa Arfiyanti
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sap R1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,871
  • Pages: 11
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SADARI (PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI)

Disusun Oleh : 1. Bella Mulya Rahmawati

P2.06.24.5.16.008

2. Ermilya Restiani Jauhari

P2.06.24.5.16.016

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA PRODI D IV KEBIDANAN TASIKMALAYA 2018

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SADARI (PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI)

1. Pokok Bahasan

: SADARI

2. Kompetensi Dasar

:

Peserta mampu untuk memahami dan mempraktikkan tata cara pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) 3. Standar Kompetensi

:

Peserta Mampu : a. Memahami apa itu pemeriksaan payudara sendiri. b. Memahami manfaat dilakukannya pemeriksaan payudara sendiri. c. Mempraktikkan cara pemeriksaan payudara sendiri. 4. Sasaran

: Pasien di Ruang Melati Lantai II

5. Tanggal/Waktu

: Kamis, 04 Oktober 2018

6. Tempat

: Ruang Melati Lantai II RSUD dr. Soekardjo

7. Metode

: Presentasi Tanya Jawab, Diskusi, Praktik

8. Materi

:

A. Anatomi dan Fisiologi Payudara B. Masalah Kesehatan Payudara pada Remaja C. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 1) Pengertian SADARI 2) Langkah-langkah SADARI 3) Tanda yang harus di waspadai dari SADARI 9. Media

: Leaflet

10. Skenario Pembelajaran : No 1.

Tahap/waktu

Kegiatan penyuluhan

Kegiatan sasaran

Pembukaan :

1. Memberi salam pembuka

-

Menjawab salam

3 menit

2. Memperkenalkan diri

-

Memperhatikan

3. Menjelaskan pokok tujuan penyuluhan 4. Membagi leaflet

bahasan dan -

2.

Pelaksanaan :

1. Menjelaskan materi tentang :

15menit

-

a. Anatomi dan Fisiologi Payudara

Memperhatikan dan mempraktikkan

b. Masalah Kesehatan Payudara pada diperagakan Remaja c. Pemeriksaan

yang oleh

pemateri. Payudara

Sendiri

(SADARI) 1) Pengertian SADARI 2) Langkah-langkah SADARI 3) Tanda yang harus di waspadai dari SADARI 3.

4.

Evaluasi :

Menanyakan kepada klien tentang materi Menjawab pertanyaan

5 menit

yang telah diberikan.

Terminasi :

-

2 menit

1. Mengucapkan terimakasih atas peran -

Mendengarkan

serta dan klien -

2. Mengucapkan salam penutup

-

11. Evaluasi 1. Apa itu SADARI? 2. Apa manfaat pentingnya melakukan SADARI?

12. Hasil 1. Ibu bisa menjelaskan apa itu SADARI. 2. Ibu bisa menyebutkan manfaat pentingnya SADARI. 3. Ibu mampu mempraktikkan teknik SADARI dengan benar.

Menjawab salam

13. Materi Penyuluhan A. Anatomi dan Fisiologi Payudara Payudara wanita disebut juga glandula mammae merupakan alat reproduksi tambahan. Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada di atas musculus pectoralis major dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium. Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau aksila (cauda axillaris Spence). Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada payudara yang lain (Verralls, 2004). Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan ikat dan bukan pada jumlah jaringan glandular aktual (Sloane, 2003). Struktur payudara terdiri dari beberapa jaringan dan lobus, yaitu : 1. Jaringan glandular terdiri dari 15-20 lobus mayor, setiap lobus dialiri duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus (ampula) sebelum muncul untuk memperforasi puting dengan 15-20 mulut (opening). (2) lobus-lobus dikelilingi jaringan adiposa dan dipisahkan oleh ligament suspensorium cooper (berkas jaringan ikat adiposa). Ligamen suspensorium ini merentang dari fasia dalam pada otot pektoralis sampai fasia superfisial tepat dibawah kulit. (3) Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobus, setiap lobulus kemudian bercabang menjadi duktus menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli sekretori. (4) Puting dikelilingi oleh area kulit berpigmen dengan diameter sekitar 3 cm yang disebut dengan areola. Diatas permukaan

areola terdapat

beberapa

kelenjar sebasea

(montgomery’s tubercles) yang berguna sebagai penghasil lubrikasi puting ketika menyusui (Ross, 2001; Sloane, 2003; Monkhouse, 2007). Masa pubertas merupakan masa terjadinya peningkatan kadar hormon. Peningkatan kadar hormon pada perempuan saat pubertas

akan terjadi pekembangan payudara lebih lanjut dan biasanya mendahului saat datangnya menstruasi, yaitu dua tahun sebelumnya. Peningkatan kadar estrogen memacu pertumbuhan pembuluh lactifer dan papilla serta areola mammae akan menjadi lebih nyata. Peningkatan kadar progesteron memacu proliferasi alveoli. Jumlah jaringan lemak dan fibrosa akan meningkat dan jaringan lemak ini terutama yang menyebabkan bertambah besarnya payudara (Verralls, 2004). Perubahan fisiologis kelenjar payudara dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) menurut Prawirohardjo (2009), yaitu: a. Pertumbuhan dan involusi kelenjar payudara Pada waktu bayi lahir payudara merupakan suatu sistem saluran yang bermuara ke mamilla. Permulaan pubertas antara 1015 tahun areola membesar dan lebih mengandung pigmen. Pertumbuhan kelenjar akan berjalan terus sampai umur dewasa hingga berbentuk seperti kuncup. b. Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid Pada masa haid payudara akan sedikit membesar dan tegang bahkan pada beberapa wanita akan timbul rasa nyeri (mastoidenia). Perubahan ini ada hubungannya dengan perubahan vaskular dan limfogen. c. Perubahan payudara pada waktu hamil dan laktasi Beberapa minggu sesudah konsepsi akan timbul perubahan pada kelenjar payudara. Payudara menjadi terasa penuh, tegang, areola lebih banyak mengandung pigmen dan puting sedikit membesar.

B. Masalah Kesehatan Payudara 1. Kanker Payudara Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara (Mardiana, 2007). Kanker payudara mungkin ditemukan sewaktu in situ (masih lokal) atau ditemukan sebagai neoplasma

maligna (telah menyebar). Kanker payudara hampir selalu merupakan adenokarsinoma dan biasanya timbul di duktus. Gen-gen kanker payudara dapat dibawa dan diwariskan oleh kedua orang tua, tampaknya diwariskan dengan cara dominan-autosom (Corwin, 2009). Gejala yang paling sering terjadi pada kanker payudara yaitu adanya massa (terutama jika keras, irregular, tidak nyeri tekan) atau penebalan pada payudara atau daerah aksila; rabas puting payudara unilateral, persisten,

spontan

yang

mempunyai

karakter

serosanguinosa,

mengandung darah, atau cair; retraksi atau inversi puting susu; perubahan

ukuran,

bentuk

atau

tekstur

payudara

(asimetris);

pengerutan atau pelekukan kulit di sekitarnya; kulit yang bersisik di sekeliling puting susu. Adapun gejala penyebaran lokal atau regional yaitu adanya kemerahan, ulserasi, edema, atau pelebaran vena; perubahan peau d’orange (seperti kulit jeruk); pembesaran kelenjar getah bening aksila (Otto, 2005).

2. Fibroadenoma (FAM) Fibroadenoma adalah tumor jinak dan berbatas tegas dengan konsistensi padat kenyal dan merupakan tumor primer yang paling banyak ditemukan pada kelompok umur muda (Price, 2005; Underwood, 2000 dalam Sidauruk, 2012). Fibroadenoma Berdasarkan laporan dari NSW Breast Cancer Institute (2005), fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Penelitian Anyikam (2008) di Nigeria Timur menunjukkan dahwa dari 1.050 spesimen payudara yang diteliti, 722 kasus (68,8%) merupakan tumor jinak. Fibroadenoma adalah lesi yang paling banyak dan umum terjadi dengan 318 kasus (44%) yang terjadi pada usia rata-rata 16-32 tahun (Anyikam, 2008). Di Indonesia data penyakit masih belum lengkap. Jakarta Breast Center melaporkan bahwa klinik di Jakarta yang mengkhususkan

untuk

penanganan

keluhan

pada

payudara,

menunjukkan dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001-2002, 79% pasien menderita tumor payudara jinak dan hanya 14% pasien yang menderita kanker payudara (Diananda, 2009).

3. Papiloma Intraduktal Papiloma yang terjadi pada duktus puting biasanya terlalu kecil untuk dipalpasi tapi sering mengeluarkan cairan serosanguinosa atau darah dari puting susu. Apapun yang menyebabkan keluarnya cairan yang abnormal dari puting harus ditentukan dan keganasannya harus dihilangkan (Price, 2005).

4. Fibrokistik Payudara Penyakit yang tergolong penyakit fibrokistik payudara antara lain pembentukan kista, proliferasi duktus epitelial, papilomatosis difusa, dan adenosis duktus dengan pembentukan jaringan fibrosa. Gejala klinisnya yaitu perubahan ini dapat menimbulkan nodula teraba, massa, dan keluarnya cairan dari puting. Sekitar 50% perempuan mengalami penyakit fibrokistik payudara. Keadaan ini biasanya terjadi bilateral (Price, 2005). Hubungan antara penyakit fibrokistik dan kanker payudara belum pasti. Hampir semua peneliti mempercayai bahwa penyakit fibrokistik bukan pencetus kanker payudara, kecuali jika klien menunjukkan bukti-bukti hiperplasia epitelial (penambahan abnormal pada sel-sel epitel), yang disebut juga penyakit fibrokistik florid (Morton, 2004).

C. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 1. Pengertian SADARI Kemungkinan

timbulnya

benjolan

pada

payudara

sebenarnya dapat diketahui secara tepat dengan pemeriksaan sendiri (Mardiana, 2007). Pemeriksaan

awal dapat dilakukan

dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan pemeriksaan klinis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. SADARI

dilakukan oleh setiap perempuan tiap bulan dimulai pada usia 20 tahun atau sejak menikah. SADARI adalah metode termudah, tercepat termurah, dan paling sederhana yang dapat mendeteksi secara dini kanker payudara (Nisman, 2011). Pemeriksaan klinis oleh petugas kesehatan terlatih sebaiknya dilakukan pada perempuan berusia 30-50 tahun setiap tiga tahun sekali, kecuali bagi

mereka

yang

memiliki

faktor

risiko,

pemeriksaan

mammografi dilakukan setahun sekali setelah berusia di atas 40 tahun dan dilakukan USG satu tahun sekali dibawah 40 tahun (Depkes, 2009). Perempuan yang melakukan SADARI secara rutin akan menemukan penyakit payudara lebih dini, dan kematian akibat kanker payudara dapat dihindari dengan diagnosis dan pengobatan sedini mungkin (Benson, 2008). Pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri dengan belajar melihat dan memeriksa perubahan payudaranya sendiri setiap bulan. Melalui pemeriksaan secara teratur akan diketahui adanya benjolan atau masalah lain sejak dini walaupun masih berukuran kecil sehingga lebih efektif untuk diobati. SADARI dilakukan pada hari ke 7-10 yang dihitung sejak hari pertama mulai haid (saat payudara sudah tidak mengeras dan nyeri) atau bagi yang telah menopause pemeriksaan dilakukan dengan memilih tanggal yang sama setiap bulannya (misalnya setiap tanggal 1 atau tanggal lahirnya). Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk, jari tengah dan jari manis yang digerakkan secara bersamaan pada payudara yang sedang dilakukan pemeriksaan (Depkes, 2009).

2. Langkah-langkah SADARI Ada 7 (tujuh) langkah dalam melakukan SADARI menurut Depkes (2009), yaitu: a. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan di sisi tubuh dan lihat apakah ada perubahan

pada payudara. Lihat perubahan dalam hal ukuran, bentuk atau warna kulit, atau jika ada kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada kulit. b. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat kedua tangan di atas kepala, dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan agar otot dada berkontraksi. Bungkukkan badan untuk melihat apakah kedua payudara menggantung seimbang. c. Tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara lembut untuk melihat apakah ada cairan yang keluar. d. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil berdiri atau berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring, diletakkan sebuah bantal di bawah pundak sisi payudara yang akan diperiksa. e. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk menekan payudara kiri dengan ketiga jari tengah (telunjuk, tengah, dan manis). Mulailah dari daerah putting susu dan gerakkan ketiga jari tersebut dengan gerakan memutar keluar di seluruh permukaan payudara. f. Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan untuk memeriksa daerah yang berada di antara payudara, di bawah lengan dan di bawah tulang selangka. g. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk payudara sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan ini akan membantu untuk mengetahui lebih awal apabila ada kelainan pada payudara yaitu dengan menggunakan teknik yang sama setiap bulannya. Langkahlangkah Melakukan SADARI (Depkes, 2009).

3. Tanda-tanda SADARI yang harus diwaspadai Tanda-tanda

yang harus diwaspadai

saat

dilakukan

SADARI antara lain adalah penambahan ukuran atau besar yang tak biasa pada payudara; salah satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya; Lekukan seperti lesung pipi pada kulit payudara;

cekungan

atau lipatan pada puting;

perubahan

penampilan puting payudara; keluar cairan seperti susu atau darah dari salah satu putting; adanya benjolan pada payudara; pembesaran kelenjar getah bening pada lipat ketiak atau leher; pembengkakan pada lengan bagian atas (Depkes, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Diananda, R. 2009. Kanker Payudara. Yogyakarta: Katahati Kementrian

Kesehatan

RI.

2013.

http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=SNR.13100003 diakses tanggal : 02 Oktober 2018. Morton, Patricia Gonce. 2003. Panduan pemeriksaan kesehatan dengan dokumentasi soapie. Jakarta:EGC Departemen Pengembangan

Kesehatan Media

RI.

Promosi

2008.

Pusat

Kesehatan.

Promosi

Kesehatan:

Jakarta:

Depkes

____________________. 2009. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker Payudara. Jakarta Diananda, R. 2009. Kanker Payudara. Yogyakarta: Katahati Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC Sloan, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

Related Documents

Sap
June 2020 69
Sap
November 2019 86
Sap
June 2020 67
Sap
November 2019 82
Sap
November 2019 80
Sap
May 2020 58

More Documents from ""

Fgd Fix.docx
June 2020 8
Sap R1.docx
June 2020 4
Instrumen Penilaian 1.docx
December 2019 21
Rpp 1.docx
December 2019 5