PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) PENYULUHAN KESEHATAN A. Topik Kami akan mengangkat topik seberapa jauh pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan seksual (pergaulan bebas). B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah dilakukannya penyuluhan kesehatan tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas di kalangan remaja diharapkan remaja lebih mengerti dan mengetahui tentang bahaya dan dampak akibat pergaulan bebas yang berakhir melakukan tindakan seksual pra-nikah serta dapat mengetahui hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk menghindari pergaulan dan seks bebas. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui apa itu kesehatan reproduksi dan seksualitas b. Mengetahui hal-hal apa saja yang dapat memicu terjadinya hubungan seksual pra-nikah c. Mengetahui upaya pencegahan masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas
C. Sasaran Siswa-siswi kelas X di SMA ‘X’ Makassar D. Strategi Pelaksanaan 1. Metode
: Ceramah dan tanya jawab
2. Media
: Flipchart, leaflet
3. Materi
: Pentingnya kesehatan reproduksi dan seksual pada remaja
4. Hari / Tanggal : Rabu, 13 maret 2019 5. Waktu
: 10.00-11.00 WITA
6. Tempat
: Ruang kelas SMA ‘X’ Makassar
E. Setting Tempat Kami akan menggunakan ruang kelas X di SMA ‘X’ Makassar yang akan diisi oleh maksimal 40 orang dengan meja dan kursi untuk dosen pembimbing serta papan tulis. F. Materi Pada SAP penyuluhan kesehatan kali ini, kami akan membahas mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas yang mencakupi faktor-faktor yang mempengaruhi dan upaya pencegahan terhdap terjadinya hubungan seksual pranikah di kalangan remaja. G. Susunan Acara No
Tahap
Kegiatan penyuluhan
Waktu
Kegiatan
sasaran 1
Pendahuluan (Pembukaan)
a. Pembukaan acara
5 menit
b. Perkenalan
tim
penyuluh
Peserta
mengetahui rules dari
c. Perkenalan topik yang akan dibawakan d. Menjelaskan
dapat
kegiatan
penyuluhan yang akan dilakukan
tujuan
penyuluhan dan hasil yang diharapkan e. Menyampaikan kontrak waktu dan mekanisme penyuluhan 2
Pelaksanaan (Penyajian)
a. Menggali pengetahuan 15 menit peserta kesehatan
tentang reproduksi
dan seksual
tentang : Pengertian kesehatan reproduksi
dan
seksual -
Hal
dapat
memahami materi yang
dibawakan
oleh pemateri
b. Menjelaskan secra rinci
-
Peserta
yang
mempengaruhi terjadinya hubungan
seksual pra-nikah -
Upaya pencegahan terhadap hubungan seksual pra-nikah
3
Evaluasi
a. Memberikan
10 menit
kesempatan
peserta
Memastikan peserta
untuk bertanya
memahami materi
b. Memberika pertanyaan umpan balik (feedback)
yang
telah
dibawakan
oleh
pemateri 4
Terminasi
a. Memberikan
5 menit
kesimpulan
kegiatan
b. Mengucapkan
terima
kasih dan pemberian apresiasi bagi peserta yang aktif c. Menutup dengan
pertemuan mengucapkan
salam d. Membagikan leaflet
H. Evaluasi 1. Evaluasi struktur a. Kesiapan SAP
Mengakhiri
penyuluhan
b. Kesediaan media dan tempat c. Peserta yang hadir minimal 70% dari total undangan d. Pengorganisasian dilakukan 1 hari sebelumnya 2. Evaluasi proses a. Kegiatan dilaksankan sesuai dengan waktunya b. Kegiatan berjalan sesuai dengan SAP c. Pengorganisasian sesuai dengan job description d. Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai e. Peserta aktif dalam kegiatan diskusi 3. Evaluasi hasil a. Peserta mampu memahami maksud dan tujuan diadakannya penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dan seksual b. Peserta mengetahui pokok masalah yang telah didiskusikan c. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan
PRE PLANING PENYULUHAN KESEHATAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan reproduksi remaja termasuk masalah hubungan seksual di kalangan remaja sebenarnya merupakan masalah global, karena hampir di seluruh negara di dunia menunjukkan kecenderungan serupa. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) lebih dari 500 juta remaja usia 10-14 tahun di negara berkembang pernah melakukan hubungan seks pertama kali di bawah usia 15 tahun. Kurang lebih 60% kehamilan yang terjadi pada remaja di negara berkembang adalah kehamilan yang tidak diinginkan dan 15 juta remaja pernah melahirkan. Perilaku seks bebas atau seksual pranikah pada usia remaja 15 - 24 tahun di Indonesia cenderung naik lantaran belum optimalnya pendidikan keluarga sejahtera dan rendahnya tingkat pendidikan dan pemahaman para remaja terhadap risiko hubungan seks diluar nikah. Kecenderungan kenaikan itu dapat dilihat dalam Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 2012, dimana perilaku seksual pra nikah pada tingkat remaja menjadi 8,3 persen dari total remaja yang di survey. Pengaruh kenaikannya antara lain melalui media massa, cetak, TV dan radio, web online dan jejaring sosial lainnya serta pengaruh teman sebaya yang pernah melakukan hubungan seks pra nikah (BKKBN, 2014) Data menunjukkan dari remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapat informasi seputar seks dari teman, 35% dari film porno, dan hanya 5% dari orang tua. Berkembang pula opini seks adalah sesuatu yang menarik dan perlu dicoba (sexpectation).
Dampak
pergaulan
bebas
mengantarkan
pada
kegiatan
menyimpang seperti seks bebas, narkoba serta berkembangnya penyakit menular seksual (Rahmawati Novia, 2012) B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah dilakukannya penyuluhan kesehatan tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas di kalangan remaja diharapkan remaja lebih mengerti dan mengetahui tentang bahaya dan dampak akibat pergaulan bebas yang berakhir melakukan tindakan seksual pra-nikah serta dapat mengetahui hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk menghindari pergaulan dan seks bebas. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui apa itu kesehatan reproduksi dan seksualitas b. Mengetahui hal-hal apa saja yang dapat memicu terjadinya hubungan seksual pra-nikah c. Mengetahui upaya pencegahan masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas C. Pelaksanaan Kegiatan Cabang Ilmu
: Kesehatan
Topik
: Seberapa jauh pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi dan seksualitas Hari/ tanggal
: Rabu, 13 Maret 2019
Waktu
: 10.00-11.00 WITA
Tempat
: Ruang kelas SMA ‘X’ Makassar
Sasaran
: Siswa-siswi kelas X SMA ‘X’ Makassar
Metode
: Ceramah dan tanya jawab
Media
: Flipchart dan leaflet
Materi
: Kesehatan reproduksi dan seksual
D. Pengorganisasian 1. Moderator : Sri Windayanti Tugas: a. Membuka acara. b. Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing. c. Menjelaskan tujuan dan topik. d. Menjelaskan kontrak waktu. e. Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada pemateri. f. Mengarahkan alur diskusi. g. Memimpin jalannya diskusi. h. Menutup acara. 2. Pemateri: Sitti Aisyah A Tugas: a. Menjelaskan materi
b. Menjawab Pertanyaan c. Mengevaluasi pengetahuan lansia 3. Fasilitator : Sri Astia Haris Tugas: a. Mempersiapkan tempat penyuluhan b. Mempersiapkan dan menyediakan alat dan media penyuluhan c. Memfasilitasi kebutuhan saat penyuluhan berlangsung d. Memotifasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya penyuluhan 4. Observer: Ade Novira Tugas : a. Mengamati jalannya kegiatan b. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan c. Mencatat perilaku verbal dan nonverbal peserta selama kegiatan berlangsung 5. Dokumentasi : Ismawati Tugas : a. Mengambil gambar saat kegiatan berlangsung 6. Notulen Tugas : a. Mencatat jalannya kegiatan berlangsung. b. Mencatat setiap pertanyaan dari peserta
c. Mencatat jawaban dan peserta yang aktif dalam bertanya maupun memberikan tanggapan selama kegiatan berlansung
MATERI PENYULUHAN A. Definisi Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas WHO mendefinisikan kesehatan reproduksi sebagai status kesehatan fisik, mental, dan social; dimana tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, tetapi meliputi semua aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya(WHO, 2006). Seksualitas merupakan suatu kondisi yang ditentukan oleh jenis kelamin, berkaitan dengan aktivitas seksual dan karakter atau potensi kemampuan seksual. Seksualitas memasukkan semua perasaan dan tindakan yang berhubungan dengan mencintai seseorang. Seksualitas memiliki makna yang lebih luas karena meliputi semua aspek yang berhubungan dengan seks meliputi nilai, sikap, orientasi dan perilaku. Dengan demikian seksualitas menyangkut dimensi biologis (organ dan fungsi organ), psikososial, perilaku dan budaya. Sisi biologis dari seksualitas ini mempengaruhi dorongan seksual, fungsi seksual dan kepuasan seksual, sisi psikososial meliputi faktor psikis yaitu emosi, pandangan dan kepribadian yang berkolaborasi dengan faktor sosial yaitu bagaimana cara manusia berinterkasi dengan lingkungannya secara seksual, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan mengenai seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seks, sisi perilaku seks menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seks yaitu perilaku yang muncul berkaitan dengan dorongan, orientasi dan hasrat seksual serta sisi budaya menunjukkan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat. B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Hubungan Seksual Pranikah 1. Perilaku seksual
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual
baik
dengan
lawan
jenisnya
maupun
dengan
sesama
jenisnya.(Sarwono,2011). Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari pasangan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama (Sarwono, 2012). 2. Konsep dan kontrol diri Remaja yang memiliki konsep diri positif akan menghasilkan perilaku yang positif, dan akan mudah melakukan kontrol terhadap perilakunya sendiri. Sebaliknya,
remaja
yang
memiliki
konsep
diri
negatif
cenderung
menunjukkan perilaku yang negatif pula. Ia cenderung sulit melakukan kontrol atau mengendalikan diri jika menghadapi suatu situasi tertentu. Kontrol diri adalah kemampuan individu untuk mengendalikan emosiemosi atau dorongan yang berasal dari dalam dirinya, sehingga jika seorang remaja tidak mampu mengontrol dirinya, maka dia akan mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang (Calhoun, James F.& J. Ross, Acocella, 1995). 3. Persepsi siswa tentang perilaku seksual Persepsi mempengaruhi sikap dan pembentukan label, serta atribut seseorang. Jika label dan atribut sifatnya positif maka individu tersebut akan menyandang hal-hal yang positif yang lambat laun akan berkembang secara positif pula dalam diri mereka. Namun jika label dan atribut tersebut sifatnya negatif maka hal-hal negatif pun secara bertahap akan tumbuh subur untuk menjadi bagian dari perkembangan kepribadian mereka. Demikian halnya dengan remaja yang memiliki persepsi yang negatif tentang seks akan membentuk perilaku yang negatif pula
4. Peran keluarga Dalam hal komunikasi antara orang tua dengan remaja, remaja seringkali merasa tidak nyaman atau tabu untuk membicarakan masalah seksualitas dan kesehatan reproduksinya. Remaja lebih senang menyimpan dan memilih jalannya sendiri tanpa berani mengungkapkan kepada orang tua. Hal ini disebabkan karena ketertutupan orang tua terhadap anak terutama masalah seks yang dianggap tabu untuk dibicarakan serta kurang terbukanya anak terhadap orang tua dan anak merasa takut untuk bertanya 5. Sumber informasi Paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun elektronik (TV, VCD, Internet), mempunyai pengaruh terhadap remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang diperoleh remaja dari media massa belum digunakan untuk pedoman perilaku seksual yang sehat dan bertanggung jawab. Justru paparan informasi seksualitas dari media massa (baik cetak maupun elektronik) yang cenderung bersifat pornografi dan pornoaksi dapat menjadi referensi yang tidak mendidik bagi remaja. remaja dan dewasa muda yang mendapatkan informasi (kesehatan reproduksi dan metode kontrasepsi dari media memiliki proporsi lebih besar untuk berperilaku seksual pranikah dibandingkan remaja yang tidak memperoleh informasi atau hanya mendapatkan satu jenis informasi. C. Upaya Pencegahan Terjadinya Hubungan Seksual Pra-nikah 1. Pendidikan Seks di Sekolah Pendidikan seks seharusnya sudah terintegrasi dalam pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran biologi.Dalam pembelajaran biologi, siswa bisa mengetahui mengenai perkembangan organ reproduksi dan penyakit seksual
dalam kehidupan. Hasil wawancara dengan guru, didapatkan bahwa guru biologi telah memberikan pengetahuan pembelajaran seks dalam proses pembelajaran, tetapi hanya sekedar memberikan pengetahuan dasar tentang seks. Siswa merasa tidak puas dengan informasi yang diberikan oleh guru.Siswa berpendapat bahwa pengetahuan guru mengenai pendidikan seks masih rendah, karena guru 2. Pola asuh orang tua Pola asuh memiliki kaitan erat dengan perilaku seksual pranikah dikarenakan pada dasarnya orangtua adalah sumber pertama pendidikan seksual bagi anak-anaknya. Tidak hanya mengenai pendidikan seksual, orangtua atau lingkungan keluarga sebenarnya merupakan lingkungan pendidikan yang pertama karena sebagian besar dari kehidupan anak ada di dalam keluarga. 3. Pembatasan lingkungan pergaulan Dewasa ini pergaulan bebas sangat marak dikalangan remaja. Maka dari itu perlunya pembatasan pergaulan bagi remaja untuk menghindari pergauan bebas yang menjerumus ke arah seks bebas, penggunaan obat-obatan dan lain sebagainya yang dapat merugikan diri remaja itu sendiri
METODE DAN MEDIA Kegiatan penyuluhan kesehatan yang akan dilakukan oleh kelompok kami berfokus pada kelompok remaja. Berdasarkan dari tugas systematic review yang talh dilakukan,
metode
yang
paling
bamyak
digunkan
dalam
melakukan
promosi/pendidikan kesehatan adalah wawancara dan pengisian kuisioner. Metode ini merupakan salah satu metode efektif untuk menunjukkan seberapa jauh pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan seksual. Adapun untuk penggunaan media, media yang paling banyak digunakan yaitu kuisioner. Penyuluhan kesehatan yang akan dilakukan ini, dilakukan dengan tujuan menambah pengetahuan kelompok remaja tentang kesehatan reproduksi dan seksual. Sehingga untuk menggunkan metode wawancara dan pengisian kuisioner kami anggap kurang efektif, karena metode tersebut hanya sekedar mengetahui sejauh mana pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan seksual. Ditinjau dari keadaan tersebut kelompok kami sepakat untuk menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Selain penyampaian informasi lebih mudah, kami juga dapat melakukan evaluasi langsung kepada peserta apakah peserta telah memahami materi yang disampaikan atau tidak. Adapun untuk media kami akan menggunakan media flipchart dan leaflet. Remaja cenderung cepat bosan jika hanya mendengarkan, jadi kami menggunakan media flipchart untuk menarik perhatian remaja agar tertarik untuk memperhatikan materi yang akan dibawakan. Sedangkan untuk media leaflet, kami akan membagikan kepada peserta sebagai pegangan agar peserta memiliki gambaran tentang materi yang akan dibawakan.
DAFTAR PUSTAKA Efendi, Ferry & Makhfudli. 2016). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika Dina Kartika. (2018). HUBUNGAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI DENPASAR DAN BADUNG, 16. Nonsi, R. (t.t.). RELATED FACTORS WITH SEXUAL BEHAVIOR AMONG STUDENTS OF SMAN 5 KENDARI IN 2015, 10. Sukamdi , Ova Emilia, P. (2016). Paparan informasi kesehatan reproduksi melalui media pada perilaku seksual pranikah: analisis data survei demografi kesehatan Indonesia 2012. 2017, vol 3, 6.