SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TERAPI BERMAIN PADA ANAK MELIPAT KERTAS
DI SUSUN OLEH : Adi Kuswanto
142012017001
Afrida Lufocha
142012017002
Budi Utomo
142012017011
Dedi Riyadi
142012017013
Dessi Ratna Sari
142012017015
Eni Agustin
142012017021
Muhammad Afif
142012017028
Novita Sari S
142012017030
Rendi Setya Pratama 142012017041 Suci Berliana
142012017040
Viki Chanda Malevi 142012017044
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMADIYAH PROGRAM STUDY S1 ILMU KEPERAWATAN PRINGSEWU-LAMPUNG 2019
1
TERAPI BERMAIN ORIGAMI
1.
Latar Belakang Masalah Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis yang membuat anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan ke rumah. Anak prasekolah yang sakit dan harus dirawat di rumah sakit dapat mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan. pada anak prsekolah memunculkan berbagai respon terhadap pengalaman hospitalisasi. Respon yang paling umum pada anak prasekolah yang menjalani hospitalisasi adalah kecemasan (Supartini, 2006). Stressor utama Kecemasan pada anak prasekolah selama hospitalisasi yaitu perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh dan nyeri (Wong et al, 2009). Kecemasan menimbulkan respon fisiologis dan respon psikologis (Stuart 2006). Kecemasan yang dialami anak prasekolah selama hospitalisasi jika tidak segera ditangani akan menghambat proses kesembuhan anak. Proses kesembuhan terhambat karena anak yang mengalami kecemasan akan menolak perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani (tidak kooperatif). Anak yang mengalami kecemasan selama hospitalisasi akan berusaha untuk menolak makan, minum, dan sulit tidur, sehingga akan membuat kondisi anak menjadi lebih buruk. Kecemasan yang terus menerus dapat mengakibatkan tubuh menghasilkan hormon yang menyebabkan kerusakan pada seluruh tubuh termasuk menurunkan kemampuan sistem imun (Putra, 2011). Peran perawat dalam meminimalkan kecemasan pada anak prasekolah yang menjalani hospitalisasi sangat diperlukan agar anak berperilaku lebih kooperatif, mudah beradaptasi dan tidak terjadi penurunan sistem imun lain. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengurangi atau menghilangkan kecemasan pada anak prasekolah berupa terapi bermain. Terapi bermain merupakan terapi yang paling efektif untuk menurunkan kecemasan pada anak prasekolah (Wong, 2009). Tugas perkembangan yang paling menonjol pada anak prasekolah yaitu perkembangan motorik halus. Menurut Kobayashi (2008), terapi
2
bermain yang sesuai dengan tugas perkembangan anak prasekolah yaitu permainan melipat kertas (origami). Bermain origami adalah kegiatan melipat kertas menjadi suatu bentuk atau gambaran dengan menggerakkan tangan sambil berfikir. Menurut keterangan beberapa orang tua pasien di ruang perawatan anak Kemuning RSUD Gunung Jati Cirebon anak menunjukkan tanda dan gejala kecemasan seperti sering menangis, sulit tidur, tidak mau ditinggal orang tua, sering bangun tengah malam, nafsu makan menurun dan takut jika didekati petugas. RSUD Gunung Jati telah melakukan upaya mengurangi stressor selama hospitalisasi seperti memodifikasi ruang Kemuning dengan mewarnai tembok ruangan dengan bermacam-macam warna dan gambar, dan juga membolehkan anak ditemani oleh satu orang anggota keluarganya, namun ruangan perawatan anak ini tidak memiliki ruang bermain sebagai tempat bermain anak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sa’diah (2014), pemberian terapi bermain origami pada pasien anak prasekolah yang dirawat di rumah sakit memberikan manfaat untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak, sekaligus merangsang kreativitas anak. Terapi bermain origami memberikan kesempatan pada anak untuk membuat berbagai bentuk dari hasil melipat kertas dan pada usia ini, anak akan merasa bangga dengan sesuatu yang telah dihasilkan. Hal ini sesuai dengan teori tahap perkembangan psikososial anak prasekolah yang mengemukakan bahwa anak prasekolah mulai mengembangkan keinginannya dengan cara mengeksplorasi lingkungan sekitar. Anak juga akan merasa puas dan bangga dengan kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Perasaan bangga membantu anak meningkatkan peran dirinya selama menjalani proses hospitalisasi sehingga perasaan hilang kendali karena pembatasan aktivitas pada anak dapat diatasi/dihilangkan. Jika stressor kecemasan berupa kehilangan kendali dapat diatasi maka tingkat kecemasan pada anak dapat menurun.
3
Terapi bermain origami yang diberikan pada anak prasekolah yang dirawat di rumah sakit akan memberikan perasaan senang dan nyaman. Menurut Aguilera-Perez & Whetsell dalam Sa’diah (2014) menyatakan bahwa anak yang merasa nyaman saat menjalani rawat inap akan membuat anak dapat beradaptasi terhadap stressor kecemasan selama hospitalisasi seperti perpisahan dengan lingkungan rumah, permainan dan teman sepermainan. Jika stressor kecemasan berupa perpisahan dapat diatasi maka tingkat kecemasan pada anak dapat menurun. Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok 1 tertarik melaksanakan terapi bermain dengan media origami pada anak usia prasekolah di Ruang Kemuning RSUD Gunung Jati.
2.
Sasaran dan Lokasi Kegiatan a. Sasaran
: Anak usia prasekolah (4-6 tahun)
b. Lokasi Kegiatan : Ruang Kemuning RSUD Gunung Jati
3.
Tujuan/Kegunaan Kegiatan a. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yang normal pada saat sakit b. Mengurangi atau menghilangkan stressor atau kecemasan hospitalisasi c. Mengembangkan kemampuan dan kreativitas anak d. Mengekspresikan perasaan, keinginan dan ide-ide anak
4.
Alat dan Bahan a. Kertas lipat b. Accessories c. Makanan ringan
4
selama
5.
Materi dan Metode Pelaksanaan 1. Materi Origami Origami, dari ori yang berarti “lipat”, dan kami yang berarti “kertas” merupakan seni tradisional melipat kertas yang berkembang menjadi suatu bentuk kesenian yang modern. Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan (Pamadi, 2009). Menurut Pamadi (2009), manfaat bermain origami adalah sebagai berikut: a. Melatih motorik halus pada anak sekaligus sebagai sarana bermain yang aman, murah, menyenangkan dan kaya manfaat. b. Lewat origami anak belajar membuat mainannya sendiri, sehingga menciptakan kepuasan dibanding dengan mainan yang sudah jadi dan dibeli di toko mainan. c. Membentuk sesuatu dari origami perlu melewati tahapan dan proses tahapan ini tak pelak mengajari anak untuk tekun, sabar serta disiplin untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan. d. Lewat origami anak juga diajarkan untuk menciptakan sesuatu, berkarya dan membentuk model sehingga membantu anak memperluas ladang imajinasi mereka dengan bentukan origami yang dihasilkan. e. Menciptakan kepuasan dan kebanggaan dan membuat anak belajar menghargai dan mengapresiasi karya lewat origami. Menurut Wijayanti (2008), usia dini atau disebut juga sebagai usia prasekolah adalah suatu masa ketika anak-anak belum memasuki pendidikan formal. Oleh sebab itu, pada rentang usia dini adalah saat yang
tepat
untuk
mengembangkan
mengembangkan
kreativitas
bermain
kreativitas origami
anak. juga
menngurangi rasa cemas pada anak yang sedang dirawat.
5
Selain mampu
Saat kecemasan menurun akan meningkatkan perasaan nyaman anak. Perasaan nyaman juga akan merangsang tubuh untuk mengeluarkan hormon endorphin. Peningkatan endorphin dapat mempengaruhi suasana hati dan dapat menurunkan kecemasan pasien (Sa’diah et al, 2014). Menurut Haruyama (2011), hormon endorphin merupakan hormon yang diproduksi oleh bagian hipotalamus di otak. Hormon ini menyebabkan otot menjadi rileks, sistem imun meningkat dan kadar oksigen dalam darah naik sehingga dapat membuat pasien cenderung mengantuk dan dapat beristirahat dengan tenang. Hormon ini juga memperkuat sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi dan dikenal sebagai morfin tubuh yang menimbulkan efek sensasi yang sehat dan nyaman. Selain mengeluarkan hormon endorphin tubuh juga mengeluarkan GABA dan Enkephalin. Zat-zat ini dapat menimbulkan efek analgesia sehingga nyeri pada anak prasekolah yang sakit dapat dikurangi atau dihilangkan. Jika stressor kecemasan yang dialami anak prasekolah dapat diatasi maka kecemasan yang dialami anak dapat menurun. 2. Metode pelaksanaan Metode pelaksanaan yaitu dengan praktik bermain langsung dengan rancangan permainan melipat keertas origami. Setiap anak diberikan 1-3 kertas origami dengan warna yang berbeda, kemudian leader dan co leader memimpin jalannya permainan dengan menginstruksikan pada anak anak untuk membentuk origami sesuai yang diinginkan. Fasilitator ikut berperan dalam pendampingan anak ketika
mulai
bermain,
kemudian,
observer
menilai
jalannya
permainan.
3. Manfaat bermain dengan melipat origami ; a. Anak akan semakin akrab dengan konsep-konsep dan istilah-istilah Matematika geometri, karena pada saat bunda atau sorang guru
6
menerangkan origami akan sering menggunakan istilah matematika geometri contohnya : garis, titik, perpotongan 2 buah garis, titik pusat, segitiga, dll. b.
Bermain origami akan meningkatkan keterampilan motorik halus anak, menekan kertas dengan ujung-ujung jari adalah latihan efektif untuk melatih motorik halus anak.
c. Meningkatkan dan memahami pentingnya akurasi, saat membuat model origami terkadang kita harus membagi 2, 3 atau lebih kertas, hal ini membuat Anak belajar mengenai ukuran dan bentuk yang diinginkan serta keakuratannya. d. Meningkatkan citra diri dan bakat Anak secara intens. e. Saat bermain origami Anak akan terbiasa Belajar mengikuti instruksi yang runut dan sistematis. f. Mengembangkan kemapuan berpikir logis dan analitis anak walaupun masih dalam tahap awal yang sederhana g. membuat sebuah model origami tentu saja membutuhkan konsentrasi,dan hal ini dapat dijadikan sebagai ajang latihan untuk memperpanjang rentang konsentrasi seorang anak, dengan syarat origaminya dilakukan secara kontinyu dan model yang diberikan bertahap dari yang paling mudah yang dapat dikerjakan oleh Anak lalu terus ditingkatkan sesuai kemampuanya. h. Meningkatkan persepsi visual dan spasial yang lebih kuat. i. Mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak tentang hewan dan lingkungan mereka, karena bentuk origami yang dibuat dapat dililih oleh kita dengan bentuk-bentuk dan dapat dijadikan sebagai media pengenalan hewan dan lingkungan Anak. j. Memperkuat ikatan emosi antara orang tua dan anak, bermain origami disertai komunikasi yang menyenangkan ini akan membangun ikatan yang sungguh baik antara anak dan orang tua atau guru pendidik dan anak didik.
7
4. Tujuan khusus pada permainan ini : a. Meningkatkan hubungan perawat – klien, b. Meningkatkan kreativitas pada anak, c. Sosialisasi dengan teman sebaya / orang lain, d. Membina tingkah laku positif, e. Menimbulkan rasa kerjasama, f. Sebagai alat komunikasi antara perawat – klien.
5. Prinsip bermain yang dilakukan, adalah : a. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat, dan sederhana. b. Mempertimbangkan keamanan. c. Kelompok umur / usia klien sama. d. Melibatkan orang tua. e. Tidak bertentangan dengan pengobatan.
6. Hambatan-hambatan yang mungkin terjadi : a. Anak lelah, b. Anak bosan, c. Anak merasa takut dengan lingkungan, d. Saat bermain anak mendapat program pengobatan, e. Kecemasan pada orang tua.
7. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan : a. Membatasi waktu bermain. b. Permainan bervariasi / tidak monoton. c. Jadwal bermain disesuaikan tidak pada waktu terapi. d. Terlebih dahulu memberikan penjelasan pada anak dan orang tua. e. Melibatkan perawat / petugas ruangan dan orang tua. f. Konsultasi dengan pembimbing.
8
6.
Hasil yang Diharapkan a. Anak mampu meningkatkan perkembangan yang normal pada saat sakit melalui terapi bermain (origami). b. Anak mampu menghilangkan dan mengurangi stresor kecemasan selama hospitalisasi. c. Anak mampu mengembangkan kemampuan dan kreativitas yang dimilikinya. d. Anak mampu mengekspresikan perasaan, keinginan serta ide-idenya melalui permainan origami.
7.
8.
Tempat dan waktu pelaksanaan Tempat
: Ruang Kemuning
Waktu Pelaksanaan
: Rabu, 28 Maret 2019
Pukul
: 9.30 WIB s.d selesai
Kepanitiaan a. Leader
: Dedi Riyadi
Co leader : Afrida Lufocha Tugas
: Menjelaskan tujuan pelaksanaan bermain Menjelaskan peraturan kegiatan sebelum kegiatan dimulai. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok Mampu Memimpin acara dari awal sampai akhir
b. Fasiliator : Suci Berliana Novita Sari S Rendi Setya Pratama Tugas
: Memfasilitasi anak yang kurang aktif. Berperan sebagai role model bagi anak selama kegiatan. berlangsung. Membantu anak bila anak mengalami kesulitan. Mempersiapkan alat dan tempat bermain.
9
c. Observer : Budi Utomo Tugas
: Mengobservasi jalannya / proses kegiatan Mencatat perilaku verbal nonverbal anak selama kegiatan berlangsung. Memantau kelancaran acara dan perkembangan serta karakteristik anak.
d. Pemeran Anak : Dessi Ratna Sari Muhammad Afif Eni Agustin Tugas
: Memerankan tokoh sebagai anak-anak usia 4-6tahun
10
Susunan Acara Bermain No 1.
Waktu 5 Menit
Kegiatan Bermain Pembukaan
Leader membuka kegiatan dengan mengucapkan salam
2.
25 Menit
Leader memperkenalkan nama terapis yang lain
Leader menjelaskan tujuan dari permainan
Kontrak Waktu
Pelaksanaan
Leader dibantu oleh Co leader dan pasilitator untuk mengatur posisi duduk setiap terapis dengan 1 orang anak
Pasilitator membagikan kertas lipat kepada anak
Pasilitator mengajak dan memotivasi anak untuk mengungkapkan bentuk apa yang akan dia buat
Memulai membentuk kertas lipat didampingi oleh pasilitator
Leader dan Co leader memberi semangat pada anak selama proses pembentukan
Pasilitator memtovasi anak untuk memilih warna kertas lipat yang dia inginkan
Apabila anak tidak mau aktif libatkan orang tua atau pendamping anak untuk membentuk kertas lipat yang telah disediakan
3.
10 Menit
Evaluasi
Menanyakan pada anak mengenai bentuk yang telah dibuat
11
Menanyakan pada anak mengenai warna yng dia pilih
Menanyakan pada anak tentang perasaan anak setelah atau selama bermain
4.
5 Menit
Terminasi
Leader menutup acara permainan
Memberikan reward kepada seluruh peserta
Salam penutup
B. Strategi Komunikasi 1. Persiapan a. Membuat kontrak dengan klien yang ada b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi a. Salam terapeutik “Assalamu’alaikum, Selamat pagi adik-adik! Perkenalkan.. kakak – kakak ini adalah mahasiswi Keperawatan STIKes yang sedang praktek di ruangan ini. Perkenalkan nama kakak. . . . . . . b. Evaluasi/validasi “Bagaimana kabarnya pagi ini?” “Bagaimana tidurnya semalam? nyenyak atau tidak?” c. Kontrak “Adik-adik,sesuai janji kita kemaren bahwa hari ini kita akan membuat origami atau seni melipat kertas. Setelah itu, nanti origaminya kita gantung di dekat tempat tidur adik-adik ya. Kita akan melakukannya di ruangan ini selama ± 40 menit. Tujuan dari permainan ini adalah agar adik-adik bisa merasa senang dan cepat sembuh. Apakah adik-adik setuju?”
12
3. Tahap Kerja Terlampir
4. Tahap Terminasi a. Evaluasi “Nah.. sekarang, bagaimana perasaan kalian setelah membuat origami tadi?” “Apakah semuanya senang?” “Baiklah.. kalian semua sangat hebat karena bisa membuat origami yang cantik dan menggantungnya sehingga terlihat indah..” “Tepuk tangan buat semuanya…” b. Tindak lanjut “Adik-adik, setelah ini, adik-adik bisa membuat bentuk origami yang lain dan menggantungnya juga seperti yang kita lakukan tadi. dan kakak berpesan bermain lah mainan yang dapat mengembangkan kreatifitas adik – adik semua.” c. Kontrak yang akan datang “Baiklah adik-adik sampai disini permainan kita kali ini. Selanjutnya, kita akan melakukan hal yang tidak kalah menyenangkan juga, yaitu mewarnai. Jadi, saat kita bertemu nanti kakak ingin lihat hasil origami adik-adik yang lainnya ya. “Baiklah adik-adik, sekarang kakak disini mau keruangan perawat dulu ya..selamat beristirahat semuanya..besok kita ketemu lagi..”
13
DAFTAR PUSTAKA
Haruyama S. (2011). The miracle of endorphin. Bandung: PT Mizan Pustaka. Kobayashi K. (2008). Membuat Pintar: Latihan Origami. Jakarta: PT. Grasindo. Pamadi, Hadjar & Sukardi, Evan. (2009). Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka. Putra ST. (2011). Psikoneuroimunologi Kedokteran. Surabaya: AUP. Sa'diah. et al. (2014). Pengaruh Terapi Bermain Origami terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Prasekolah dengan Hospitalisasi di Ruang Aster RSD dr. Soebandi Jember. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3) September. Stuart GW. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Supartini Y. (2006). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Wijayanti, D. 2008. Peran Pendidikan Prasekolah Terhadap Perkembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Humanitas. Vol. 5 No.2. Hal 135-148. Wong, DL. et al. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
14