SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Pokok Bahasan
: Dengue Hemoragic Fever (DHF atau Demam Berdarah), penyakit difteri,
penyakit campak, penyakit pertusis Sub Pokok Bahasan : Pengetahuan tentang penyakit Dengue Hemoragic Fever (DHF atau Demam Berdarah), Penyakit difteri, penyakit campak, penyakit pertusis Sasaran
: Masyarakat Padang Harapan
Waktu
: 10.00 WIB
Tanggal
: 26, Oktober 2018
Tempat
: Padang harapan
Tempat penkes dilaksanakan : Lapangan 1.
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan, masyarakat diharapkan mampu memahami cara pencegahan penularan penyakit DHF (Demam Berdarah), penyakit difteri, penyakit campak, penyakit pertusis dengan benar. 2.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat, masyarakat diharapkan mampu : a.
Menyebutkan pengertian DHF (Demam Berdarah), penyakit difteri, penyakit campak,
penyakit pertusis b.
Menyebutkan penyebab DHF (Demam Berdarah), penyakit difteri, penyakit campak,
penyakit pertusis c.
Mengidentifikasi tanda dan gejala penyakit DHF (Demam Berdarah), penyakit difteri,
penyakit campak, penyakit pertusis d.
Menjelaskan cara penularan penyakit DHF (Demam Berdarah), penyakit difteri,
penyakit campak, penyakit pertusis
e.
Menjelaskan cara pencegahan penyakit DHF (Demam Berdarah), penyakit difteri,
penyakit campak, penyakit pertusis f.
Menyebutkan dampak/bahaya penyakit DHF (Demam Berdarah), penyakit difteri,
penyakit campak, penyakit pertussis 3. MATERI Terlampir 4. METODE a. Ceramah b. Tanya jawab 5. MEDIA a. Leaflet : (lutfianiq syahda kumala, rizka purnama) 2 orang b. Video : (Velly Aprilia dinanti,Esi Mothi) 2 orang c. Brosur : ( Awwal Alfauzia.N) 1 orang d. Poster : (Pertiwi Agustini) 1 orang 6. Materi Pembelajaran/Penyuluhan No.
Waktu
Kegiatan Penyuluhan
1.
3 menit
Pembukaan: Yang dipandu oleh moderator a.
Memberi salam
Kegiatan Peserta
a. Menjawab salam b. Mendengarkan dan memperhatikan
b.
Menjelaskan tujuan pembelajaran
2.
10 menit
Pelaksanaan : a.
Menjelaskan materi penyuluhan a. Menyimak dan mendengarkan secara berurutan dan teratur. Materi : Penjelasan
pertama
yang
akan
disampaikan oleh Awwal Alfauzia.N 1. Pengertian DHF 2. Tanda dan gejala 3.
Komplikasi
4.
Pencegahan
5.
Pengobatan
Penjelasan
kedua
yang
akan
disampaikan oleh Rizka Purnama 1. Pengertian Penyakit Difteri 2. Tanda dan gejala 3.
Komplikasi
4.
Pencegahan
5.
Pengobatan
Penjelasan ketiga
yang akan
disampaikan oleh Pertiwi Agustini dan Esi Mothi 1. Pengertian Penyakit Campak 2. Tanda dan gejala 3.
Komplikasi
4. Pencegahan 5. Pengobatan
Penjelasan keempat
yang akan
disampaikan oleh Lutfianiq Syahda K dan Velly Apriliia D 1. Pengertian Pertusis 2. Tanda dan Gejala 3. Komplikasi 4. Pencegahan 5. Pengobatan 3.
5 menit
Evaluasi : Meminta kepada ibu-ibu untuk a.
Bertanya
dan
menjelaskan kembali materi atau pertanyaan mengadakan
quis
tentang yang
telah
serta
reward
disampaikan
dengan menyebutkan :
4.
2 menit
a.
Pengertian
b.
Tanda dan gejala
c.
Komplikasi
d.
Pencegahan
e.
Pengobatan
Penutup : a. Mengucapkan terimakasih b. Mengucapkan salam
a. Menjawab salam
menjawab
HALAMAN PENGESAHAN Bengkulu, 21 Oktober 2018
Sasaran
Pemberi Penyuluhan
Masyarakat
Pemateri
Mengetahui Dosen Pembimbing
Afrina Mirzawati,SST,MPH
EVALUASI 1. Evaluasi proses
Perkenalan dan kontrak awal mahasiswa dengan peserta penyuluhan
Penggunaan komunikasi terapeutik oleh mahasiswa saat berinteraksi dengan peserta penyuluhan
Peserta penyuluhan berperan aktif dalam diskusi dan tanya jawab
Kesepakatan kontrak pertemuan berikutnya dengan peserta penyuluhan
peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal hingga selesai
2. Evaluasi hasil
Peserta dapat menjelaskan secara sederhana mengenai pengertian campak
Peserta dapat menyebutkan penyebab campak
Peserta dapat menyebutkan cara penularan campak
Peserta dapat menyebutkan orang yang rentan terkena cacar
Peserta dapat menyebutkan minimal 4 dari 8 tanda dan gejala campak
Peserta dapat menyebutkan cara pengobatan dan pencegahan campak
Materi Penyuluhan Terlampir 1. DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF) a. Pengertian DHF atau sering disebut dengan demam berdarah (DBD) penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit ini menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Ini terlihat pada banyak penderita demam berdarah yang kulitnya timbul bintik-bintik merah sebagai ciri khas penyakit demam berdarah ini. b. Penyebab Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti pada pembuluh darah. c. Tanda dan Gejala 1. 2.
Panas 2-7 hari dengan gambaran panas seperti pelana kuda (naik turun) Disertai gejala-gejala seperti influenza, misalnya nyeri otot, nyeri sendi,
mual, nafsu makan menurun, sakit kepala, badan lemas, dan kaki tangan dingin 3.
Kemudian timbul bintik merah di muka atau anggota tubuh lainnya, lebih
lanjut dapat terjadi perdarahan melalui hidung, gusi atau tinja. d. Cara Penularan 1.
DHF hanya dapat ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti betina, yang
tersebar luas dirumah-rumah dan tempat-tempat umum (sekolah, pasar, terminal, warung,dsb). 2.
Nyamuk ini mendapatkan virus dengue sewaktu menggigit/menghisap darah
orang yang sakit DHF atau orang yang tidak sakit tetapi dalam darahnya terdapat virus dengue. 3.
Orang yang darahnya mengandung virus dengue tetapi tidak sakit dapat
pergi kemana-mana menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada nyamuk aedes aegypti. 4.
Virus dengue yang terhisap nyamuk aedes aegypti akan berkembang biak
dalam tubuh nyamuk. 5.
Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus tersebut
akan dipindahkan bersama air liur nyamuk ke orang tersebut.
6.
Orang yang digigit nyamuk aedes aegypti yang mengandung virus dengue
akan menunjukkan gejala sakit/demam setelah 4-6 hari (masa inkubasi). 7.
Bila orang yang ditulari tidak memiliki daya tahan tubuh yang baik, ia akan
segera menderita DHF. 8.
Nyamuk aedes aegypti yang sudah mengandung virus dengue, seumur
hidupnya dapat menularkan virus tersebut kepada orang lain. e. Cara Pencegahan a.
Memelihara lingkungan tetap bersih dan cukup sinar matahari.
b.
Melakukan pemberantasan sarang nyamuk, dengan cara :
1.
Menutup dan menguras tempat penampungan air setiap minggu agar bebas
dari jentik nyamuk 2.
Mengubur, membakar dan membuang kaleng, botol bekas dan sampah
lainnya sehingga tidak menjdi tempat bersarangnya nyamuk aedes aegypti 3.
Rapikan halaman dan jangan biarkan semak-semak dihalaman tidak terurus
4.
Bersihkan selokan agar air dapat mengalir dengan lancer
5.
Tidak membiarkan kain/baju bergantungan.
f. Perawatan dan Pengobatan Perawatan di rumah : a.
Beri penderita minum air yang banyak (air masak, teh, susu atau minuman
lainnya). b.
Cepat bawa ke dokter, puskesmas atau langsung ke RS apabila penderita
tampak gelisah, lemah, kaki dan tangan dingin, bibir pucat dan denyut nadi lemah. Perawatan di Rumah Sakit : a.
Penderita harus tirah baring atau istirahat total ditempat tidur.
b.
Penderita diberi diet makanan lunak.
c.
Penderita harus banyak minum (2-2,5 liter/jam). Pemberian cairan
merupakan hal yang paling penting bagi penderita demam berdarah. d.
Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium (setiap hari
darah penderita diambil untuk pemeriksaan). e.
Transfusi darah.
f.
Pemberian terapi obat.
2. PENYAKIT DIFTERI Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang dapat menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar bengkak,
dan lemas. Dalam tahap lanjut, difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf yang berakibat fatal dan berujung pada kematian. Penyakit difteri sangat rentan menyerang bayi mulai umur 2 bulan. Penyakit difteri bisa dicegah sejak dini. Upaya pencegahan bagi serangan Difteri ini dilakukan secara dini kepada anak-anak atau balita dengan mendapatkan imunisasi DPT pada usia 2 bulan ke atas. Biasanya vaksin DPT diberikan pada kegiatan bulan imunisasi di sekolah kepada anak SD kelas 1. Pencegahan penyebaran penyakit Difteri juga dilakukan dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat atau PHBS yang harus terus dilakukan seperti mencuci tangan sebelum makan. Tujuan PHBS salah satunya agar penyebaran penyakit menular itu bisa ditangkal. Lain lainnya adalah memperhatikan asupan makanan yang bergizi dan seimbang juga harus terus dijaga. 3. PENYAKIT CAMPAK 1. Pengertian campak Campak menurut WHO adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 38oC atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah. 2. Penyebab campak Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk golongan paramyxovirus genus morbili virus merupakan salah satu virus RNA. Virus ini terdapat dalam darah dan secret (cairan) nasofaring (jaringan antara tenggorokan dan hidung) pada masa gejala awal hingga 24 jam setelah timbulnya bercak merah di kulit dan selaput lendir. Virus ini berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140 nm dan dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan struktur heliks 5 nukleoproteindari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan pendek, satu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin. 3. Tanda dan gejala campak Gejala klinis dibagi menjadi 3 stadium, yakni: a. Stadium Kataral atau Prodormal Biasanya berlangsung 4-5 hari, ditandai dengan panas, lesu, batukbatuk dan mata merah. Pada akhir stadium, kadang-kadang timbul bercak Koplik`s (Koplik spot) pada mukosa pipi atau daerah mulut, tetapi gejala khas
ini tidak selalu dijumpai. Bercak Koplik ini berupa bercak putih kelabu, besarnya seujung jarum pentul yang dikelilingi daerah kemerahan. Koplik spot ini menentukan suatu diagnosa pasti terhadap penyakit campak. b. Stadium Erupsi Batuk pilek bertambah, suhu badan meningkat oleh karena panas tinggi, kadang-kadang anak kejang-kejang, disusul timbulnya rash (bercak merah yang spesifik), timbul setelah 3-7 hari demam. Rash timbul secara khusus yaitu mulai timbul di daerah belakang telinga, tengkuk, kemudian pipi, menjalar keseluruh muka, dan akhirnya ke badan. Timbul rasa gatal dan muka bengkak. c. Stadium konvalensi atau penyembuhan Erupsi (bercak-bercak) berkurang, meninggalkan bekas kecoklatan yang disebut hiperpigmentation, tetapi lama-lama akan hilang sendiri. Panas badan menurun sampai normal bila tidak terjadi komplikasi. 4. Cara penularan campak Cara penularan penyakit ini adalah melalui droplet dan kontak, yakni karena menghirup percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita morbili atau campak artinya, seseorang dapat tertular campak bila menghirup virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau dimana saja. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul. Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak usia prasekolah dan anakanak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). 5. Cara pencegahan campak a. Pencegahan Primordial Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor predisposisi atau resiko terhadap penyakit campak. Sasaran dari pencegahan primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit campak. Edukasi kepada orang tua anak sangat penting peranannya dalam
upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan, konseling nutrisi dan penataan rumah yang baik. b. Pencegahan Primer Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok beresiko, yakni anak yang belum terkena campak, tetapi berpotensi untuk terkena penyakit campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut. 6. Cara pengobatan campak Penderita
campak
tanpa komplikasi
dapat
berobat
jalan.
Sehingga
pengobatannya bersifat symptomatik, yaitu memperbaiki keadaan umum atau untuk mengurangi gejalanya saja dengan pemberian vitamin A. Cara pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan anak balita : a.
Berikan kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi dan kapsul merah (200.000 SI) untuk balita
b.
Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih
c.
Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul dan tidak membuang sedikitpun isi kapsul.
d.
Untuk anak yang sudah bisa menelan dapat diberikan langsung 1 kapsul untuk diminum
4. Penyakit Pertusis 1. Pengertian Batuk Rejan (pertusis) Nama lain dari Batuk Rejan yaitu pertusis, batuk 100 hari, batuk anjing, whooping cough dan tussis quinta. Batuk Rejan yaitu merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pernapasan yang sangat menular, ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodik (penyempitan saluran pernapasan) dan paroksimal (kekambuhan/parahnya gejala secara tiba-tiba) yang disertai nada yang meninggi, karena penderita berupaya keras untuk menarik napas sehingga pada akhir batuk sering disertai bunyi khas (whoop) sehingga penyakit ini disebut whooping cough. Penyakit ini terutama menyerang pada anak-anak yang berusia dibawah umur 5 tahun, akan tetapi bisa menyerang pada semua umur, mulai dari bayi sampai dewasa. Batuk ini sifatnya lama dan khas, selain itu biasanya disertai
suara batuk gonggong atau suara melengking dan dapat berlangsung cukup lama sekitar 6 minggu atau lebih. 2. Penyebab (etiologi) Batuk Rejan (pertusis) disebabkan oleh bakteri bordetella pertussis (haemophilus pertussis), yang merupakan terkadang
disebabkan
oleh
bordetella
suatu batang gram-negatif dan parapertussis.
Bakteri
bordetella
parapertusis menyebabkan parapertusis, yaitu penyakit sejenis batuk rejan (pertusis) yang gejalanya lebih ringan dan biasanya menyerang pada anak usia sekolah dan relatif jarang terjadi. Perbedaan kedua penyakit tersebut adalah dalam hal pemeriksaan kultur, biokimia, dan tes imunologi. Bakteri inilah yang akan menempel pada silia epitel saluran pernapasan, sehingga akan fungsi silia menjadi terganggu sehingga aliran mukus atau lendir atau sekret terhambat dan terjadi pengumpulan sekret. Hal inilah yang mengganggu / menyumbat saluran pernapasan. 3. Penyebaran Batuk rejan dapat ditularkan melalui udara secara : a.
Droplet (percikan) dari orang ke orang ketika batuk, bersin, atau berbicara.
b.
Bahan droplet
c.
Memegang benda-benda yang terkontaminasi dengan sekret atau riak.
4. Tanda dan gejala Batuk rejan merupakan toxin-mediated disease, yaitu toksinnya/racun melekat dan melumpuhkan bulu getar saluran nafas (silia). Hal ini akan mengganggu aliran sekret/riak. Sehingga akan terjadi batuk terus-menerus yang diakhiri dengan whoop (inspirasi/menghirup nafas panjang dan melengking) yang bisa berlangsung 1-10 minggu. Gejala dan tanda pertama dari batuk rejan muncul sesudah 7-14 hari atau disebut juga masa inkubasi/masa tunas. Batuk rejan berlangsung dalam 3 stadium dengan masing-masing stadium berakhir 2 minggu, yang meliputi: a. Stadium kataralis, lamanya 1-2 minggu Pada permulaan hanya batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari dimana batuk ini semakin lama semakin bertambah berat dan terjadi serangan pada malam hari. Gejala lainnya adalah flu/pilek serak dan anoreksia. Stadium ini menyerupai influenza.
b. Stadium spasmodic, lamanya 2-4 minggu Batuk semakin bertambah berat dan terjadi paroksimal ditandai batuk yang berbunyi nyaringdan terdengar menarik nafas pada akhir serangan batuk. Penderita tampak berkeringat, pembuluh darah leher dan muka melebar. Batuk yang sedemikian beratnya sehingga penderita tampak gelisah. Pada awalnya anak yang terinfeksi terlihat seperi terkena flu biasa dengan hidung mengeluarkan lender. Mata berair, bersin, demam dan batuk ringan. Batuk inilah yang menjadi parah dan sering. Batuk akan semakin panjang dan seringkali berakhir dengan suara seperti orang menarik nafas (melengking).penderita akan berubah menjadi biru karena tidak mendapatkan oksigen yang cukup selama rangkaian batuk. Pada waktu serangan batuk, anak-anak bisa terkencing-kencing, mata terlihat seperti perdarahan sub konjungtiva dan epistaksis (perdarahan pada hidung). Selama masa penyembuhan, batuk akan berkurang secara bertahap. c. Stadium konvalesensi/penyembuhan, lamanya kira-kira 4-6 minggu Beratnya serangan batuk berkurang, begitu juga muntah. Dan nafsu makan pun timbul kembali. Infeksi semacam “common cold” dapat menimbulkan serangan batuk lagi. 5. Komplikasi a. Pneumonia, terkadang sebagian lendir yang kental menyumbat salah satu bronkus kecil pada anak sehingga dapat menyebabkan pneumonia. Jika tidak diobati dengan tepat, dapat terjadi kerusakan paru yang menetap. b. Malnutrisi, lamanya penyakit ini disertai muntah-muntah akan menyebabkan penurunan berat badan anak. Jika anak sudah mulai kurang gizi ketika terserang batuk rejan, mungkin menjadi sangat kurang gizi setelah 2-3 bulan menderita penyakit ini. c. Kejang, terkadang anak menjadi kejang pada akhir rangkaian batuk tersebut. Jika
terjadi
kejang,
berikan
paraldehid.
Hal
ini
terjadi
akibat
ketidakseimbangan cairan elektrolit akibat muntah-muntah dan kadang-kadang terdapat kongesti dan edema otak, mungkin dapat pula terjadi perdarahan otak. Bisa juga diakibatkan karena hipoksia dan anoksia akibat penghentian pernapasan yang lama.
d. Gagal jantung, terkadang dapat terjadi gagal jantung pada batuk rejan yang berat. e. Batuk yang hebat(berhubungan dengan tekanan) dapat menyebabkan perdarahan hidung (epistaksis), ulkus di bawah lidah/ ujung lidah karena tergosok pada gigi atau tergigit pada waktu serangan batuk , perdarahan subkonjungtiva, edema pada kelopak mata, prolaps rectum akibat dari diare. f. Batuk rejan akan memperburuk tuberkulosis primer karena daya tahan tubuhnya
terhadap
tuberkulosisn
sangat
menurun,
sehingga
akan
memperburuk. 6. Pencegahan Pencegahan utama dari pertusis (batuk rejan) yaitu Imunisasi pada usia 2, 4, 6, dan 18 bulan dan 4-6 tahun. Vaksin yang direkomendasikan adalah 3 dosis vaksin yang mengandung suspensi bakteri yang telh dimatikan, biasanya dikombinasikan dengan diphtheriadan tetanus toxoid yang diserap dalam garam aluminium (vaksin absorbs diphtheria dan tetanus toxoid dan pertusis, USP, DPT, DTwP atau DTaP). Pada bayi usia 2 minggu diberikan imunisasi sebanyak tiga kali, dengan interval empat minggu. Vaksinasi tidak boleh diberikan kepada anak-anak berumur 6 tahun ke atas karena dapat menyebabakan demam yang parah. Sehingga diharapkan kemingkinan terinfeksi pertusis akan semakin rendah dengan diberikannya imunisasi, dan gejala penyakit pun tidak akan seberat kalau tanpa diberikan imunisasi. Isolasi, jagalah penderita batuk rejan jauh dari anak-anak. Anak yang baru sembuh dari batuk rejan, tidak boleh kembali bersekolah sampai 3 minggu setelah dimulai batuk dengan “whoop”. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat terutama orangtua bayi, meliputi pendidikan bahayanya penyakit ini serta keuntungan imunisasi pertama pada anak berusia tidak lebih dari dua bulan. 7. Pengobatan Pengobatan untuk menghentikan gejala adalah : a. Pemberian Antibiotik : 1. eritromisin dengan dosis 50 mg / kgBB / hari dibagi dalam 4 dosis, obat ini menghilangkan bordetella pertusis dari nasofaring dalam 2-7 tahun (rata-rata 3-6) dan dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi. Eritromisin juga menggugurkan atau menyembuhkan
pertusis bila diberikan dalam stadium kataralis. Selain itu juga menyembuhkan pneumonia dan oleh karena itu sangat penting dalam pengobatan pertusis khususnya pada bayi muda. 2. Ampisilin dengan dosis 100 mg /kg BB/hari dibagi dalam 4 3. lain-lain : rovamisin, kontrimoksazol, kloramfenikol dan tetrasiklin. b. Pengobatan Suportif : pengencer dahak, pembersihan jalan napas, oksigen bila perlu, dan ciptakan lingkungan perawatan yang tenang. c. Memaksimalkan nutrisi, hindari makanan yang banyak mengandung gula pasir, pemanis buatan, gorengan dan makanan/minuman dingin. d. Pemberian ekspektoransia dan mukolitik. e. Pemberian kodein, bila terdapat batuk-batuk yang hebat sekali f. Pemberian luminal sebagai sedative. g. Batuk rejan yang terjadi pada bayi dan balita harus segera diperiksa ke dokter. Sebagai anti infeksi, anti bakteri, anti biotik, anti batuk(antitussive),
Daftar Putaka Panitia S.A.K St, Carolus (1997) Setandar Asuhan Keperawatan Demam Berdarah dengue (DBD) : Jakarta St.carolus. DitjenPPM-PL. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan DBD di Indonesia. Ditjen PPM-PL, Jakarta. Murti, B. 2006. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Cristin Effendi, Skp. (1995) Perawatan pasien DHF Buku Satu Jakarta EGC Fathi, 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue Di Kota Mataram: Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.2 Cooper, Robert B. 1996. Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui “Penyakit”. Jakarta: Gramedia Arvin, Behrman Klirgman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC. Suharjo, J.B dan B. Cahyono. 2010. Vaksinasi. Jakarta: Kanisius. Suryana. 1996. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC. Maksum, Radji dan Harmita. 2008. Analisis Hayati. Jakarta: Gramedia. Widoyono.
2008.Penyakit
tropis:
epidemiologi,
penularan,
pencegahan,
dan
pemberantasannya. Semarang : Erlangga Andrianto, petrus.1992. atlas bantu penyakit infeksi. Jakarta : KDT Chin, James.2006.manual pemberantasan penyakit menular.Jakarta : CV.INFOMEDIKA Biddulph, john dkk. 1999.kesehatan anak untuk perawat, petugas penyuluhan kesehatan dan bidan di desa.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Widaryati, dkk.2009. panduan praktikum ketrampilan keperawatan dasar. Stikes ’Aisyiyah Yogyakarta. Brooks. Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit buku kedokteran ECG: 1996 Matondang dalam Akib dkk. Alergi Imunologi Anak. Balai Penerbit IDAI : 2008
Parwati SB. Campak dalam perspektif perkembangan imunisasi dan diagnosis Pediatri pencegahan mutakhir I, CE IKA Unair, 2000 : 73-92. Poorwo Soedarmo, SS., dkk. (Ed.). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta. 2008;109-121. Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak Edisi 2. EGC. Jakarta. 2008;4;79-87.