Sap Hipertensi.docx

  • Uploaded by: Rurri Hairurrifah
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sap Hipertensi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,269
  • Pages: 13
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TENTANG

HIPERTENSI

Disusun Oleh : KETUA KELOMPOK : M. SEPTIYAN QURAHMAD

1) TRINURHILAWATI

9) MUH. AMIRUL MUKMININ

2) NURUL SYAHRAENI

10) NURRAHIMIN FATURRAHMA

3) NENENG MUSLIMAH

11) ERNAWATI

4) RISKI RAMADHAN

12) ASMAH AL-AISYAH

5) M. FAKHRURRAZI

13) DIDI IRAWAN

6) NURLAELA QODRATILLAH

14) MULYADIN

7) PUTRI KHAERATU AYUN

15) NURLAILAH

8) ITA PUTRI MARYATI

16) ANISAH

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KEMENKES MATARAM PRODI D-IV KEPERAWATAN BIMA TAHUN 2016

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) HIPERTENSI Pokok Bahasan

: Hipertensi

Sub Pokok Bahasan

: Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi

Sasaran

: Masyarakat desa Padolo (Per RT)

Hari/ Tanggal

: Minggu, 5 Juni 2016

Waktu

: 30 menit

Tempat

: Kediaman Ketua RT (masing-masing RT)

Nama Penyuluh

: Mahasiswa (Kelompok per RT)

A. LATAR BELAKANG Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari dari usia manusia sebagai makhluk hidup yang terbatas oleh suatu putaran alam dengan batas usia 55 tahun / lebih. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang sering terdapat pada usia pertengahan atau lebih, yang ditandai dengan tekanan darah lebih dari normal. Hipertensi menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang mengakibatkan makin meningkatnya tekanan darah. Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur hipertensi menjadi masalah pada lansia karena sering ditemukan pada lansia. Pada lansia hipertensi menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit jantung koroner. Lebih dari separuh kematian di atas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskular. Secara nyata kematian akibat stroke dan morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan pengobatan hipertensi

B. TUJUAN UMUM Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan masyarakat dapat mengetahui tentang pencegahan dan pengobatan Hipertensi dan dapat di aplikasikan pada kehidupan seharihari.

C. TUJUAN KHUSUS Setelah dilakukan penyuluhan sasaran mampu : 1.

Menjelaskan pengertian penyakit Hipertensi

2.

Menjelaskan klasifikasi Hipertensi

3.

Menjelaskan penyebab Hipertensi

4.

Menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi

5.

Menyebutkan komplikasi yang terjadi pada penderita Hipertensi

6.

Menjelaskan tentang cara pengobatan Hipertensi

7.

Menjelaskan tentang cara pencegahan Hipertensi

D. MATERI 1.

Pengertian penyakit Hipertensi

2.

Klasifikasi Hipertensi

2.

Penyebab Hipertensi

3.

Tanda dan gejala Hipertensi

4.

Komplikasi yang terjadi pada Hipertensi

4.

Cara pengobatan Hipertensi

5.

Cara Pencegahan Hipertensi

E. METODE PENYULUHAN 1.

Ceramah

2.

Diskusi/Tanya Jawab

3.

Demonstrasi

F. MEDIA 1.

Leaflet

2.

Lembar Balik

3.

Materi SAP

G. KEGIATAN PENYULUHAN

No

Waktu

Kegiatan Penyuluhan

Sasaran

1

5

1. Pengucapan salam

Menjawab

Menit

2. Perkenalkan

salam,

diri mendengarkan

dan

Penjelasan mengenai materi memeperhatikan dan tujuan 2

20 Menit

1. Menjelaskan pengertian Menyimak penyakit Hipertensi

mengajukan

pertanyaan

2. Menjelaskan klasifikasi dan meredemonstrasikan Hipertensi 3. Menjelaskan

penyebab

Hipertensi 4. Menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi 5.Menyebutkan komplikasi yang terjadi pada penderita Hipertensi 6. Menjelaskan

tentang

penatalaksanaan Hipertensi 7. Menjelaskan

tentang

pencegahan Hipertensi 3

5 Menit

1. Menyimpulkan materi

Mendengarkan,menjawab

2. Mengevaluasi

dengan pertanyaan,

menanyakan

kepada menjawab salam

sasaran tentang materi yang telah diberikan. 3. Mengakhiri

pertemuan

dengan mengucapkan salam dan terima kasih.

dan

H. EVALUASI HASIL 1. Menyebutkan kembali apakah pengertian dari penyakit Hipertensi? 2. Menyebutkan kembali apakah klasifikasi dari penyakit Hipertensi? 3. Menyebutkan kembali apakah penyebab penyakit Hipertensi? 4. Menyebutkan kembali apa saja tanda dan gejala penyakit Hipertensi? 5. Menyebutkan kembali apa saja komplikasi dari penyakit Hipertensi? 6. Menyebutkan kembali cara penatalaksanaan dari penyakit Hipertensi? 7. Menyebutkan kembali bagaimana cara pencegahan penyakit Hipertensi?

I. SUMBER  Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.  Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.  Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

MATERI

A. Pengertian Penyakit Hipertensi Berikut ini adalah beberapa pengertian hipertensi menurut para ahli. 1.

Menurut Smith Tom (1995) dalam Padila (2013), hipertensi dapat didefinisikan sebagai

tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. 2.

Menurut Ignatavicus (1994) dalam Wajan Juni Udjianti (2010), hipertensi adalah

peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang terjadi pada seseorang pada tiga kejadian terpisah. 3.

Menurut WHO dalam Wajan Juni Udjianti (2010), batasan tekanan darah yang masih

dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.

B. Klasifikasi penyakit Hipertensi Berikut ini adalah klasifikasi hipertensi menurut JNC 7 (2003) dalam Arif Muttaqin (2009). Klasifikasi

Tekanan Sistolik (mmHg)

Tekanan Diastolik (mmHg)

<120

<80

Prehipertensi

120-139

80-89

Hipertensi stage I

140-150

90-99

Hipertensi stage II

>150

>100

Normal

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi

C. Penyebab Penyakit Hipertensi Menurut Lany Gunawan (2001) dalam Padila (2013), hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu: 1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. 2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.

Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi primer. Berikut ini faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi primer menurut Padila (2013). 1. Faktor keturunan Dari data statistik terbuka bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. 2. Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih) 3. Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan atau makan berlebih, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alkohol, minum obat-obatan (aphedrine, predrison, epineprin). Sedangkan hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut (Wajan Juni Udjianti, 2013). 1. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen) Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme Renin-aldosteron-mediated volumeexpansion. Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah beberapa bulan. 2. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh arterosklerosis atau fibrous dysplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi ,dan perubahan struktur, serta fungsi ginjal.

3. Gangguan endokrin Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediated hypertension disebabkan kelebihan primer aldesteron, kortisol dan katekolamin. Pada aldosteronisme primer, kelebihan aldesteron menyebabkan hipertensi dan hipokalemia. Aldosteronisme primer biasanya timbul dari benign adenoma korteks adrenal. Pheochromocytomas pada medulla adrenal yang paling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada Sindrom Chusing, kelebihan glukokortikoid yang diekskresi dari korteks adrenal. Sindrom Chusing’s mungkin disebabkan oleh hiperplasi adrenokortikal atau adenoma adrenokortikal. 4. Coarctation aorta Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta torasik aorta abdominal. Penyempitan menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area kontriksi. 5. Neurogenic: tumor otak. Encephalitis, dan gangguan psikiatrik. 6. Kehamilan. 7. Luka bakar. 8. Peningkatan volume intravaskuler. 9. Merokok. Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan katekolamin meneyebabkan iritabilitaas miokardial, peningkatan denyut jantung, dan menyebabkan vasokontriksi, yang mana pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.

D. Tanda dan Gejala Penyakit Hipertensi Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : 1. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. 2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya, ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu sebagai berikut. 1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2. Sakit kepala 3. Pusing / migraine 4. Rasa berat ditengkuk 5. Penyempitan pembuluh darah 6. Sukar tidur 7.

Lemah dan lelah

8.

Nokturia

9.

Gelisah

10. Sulit bernafas saat beraktivitas 11. Mual dan muntah 12. Kesadaran menurun

E. Komplikasi Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi adalah sebagai berikut. 1.

Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack

(TIA). 2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA). 3. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal. 4. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil

F. Penatalaksanaan pada Pasien Hipertensi Penanganan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu sebagai berikut. 1. Penanganan tanpa obat (non farmakologis) Penanganan tanpa obat yang dapat dilakukan adalah :

a.

Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh

b. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. c.

Ciptakan keadaan rileks

Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah. d.

Melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit

sebanyak 3-4 kali seminggu. e.

Berhenti merokok dan mengurangi atau tidak mengkonsumsi minuman beralkohol.

2. Penanganan dengan obat-obatan (farmakologis) a.

Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatnya adalah Hidroklorotiazid. b.

Penghambat simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas). Contoh obatnya adalah Metildopa, Klonidin dan Reserpin. c.

Betabloker

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati. d. Vasodilator Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah sakit kepala dan pusing. e.

Penghambat ensim konversi Angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah

Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas. f.

Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Obat yang termasuk golongan ini adalah Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul yaitu sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah. g. Penghambat reseptor Angiotensin II Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas dan mual.

Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

E. Pencegahan Penyakit Hipertensi 1. Pencegahan primer Pencegahan primer dilakukan pada individu yang belum menderita hpertensi. Tujuannya yaitu mencegah terjadinya hipertensi pada individu tersebut. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya hipertensi. a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal dan untuk menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dan sebagainya. Pengaturan diet sangat penting untuk mencegah hipertensi, berikut adalah diet yang perlu dilakukan. 1) Makanan yang boleh dikonsumsi a) Sumber kalori Beras, tales, kentang, macaroni, mie, bihun, tepung-tepungan, gula. b) Sumber protein hewani Daging, ayam, ikan, semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur ayam, telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak. c) Sumber protein nabati Kacang-kacangan kering seperti tahu, tempe, oncom.

d) Sumber lemak Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas. e) Sayuran Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam, kangkung, buncis, kacang panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel. f)

Buah-buahan

Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas. g) Bumbu Pala, kayu manis, asam, gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak lebih 15 gram perhari. h) Minuman Air putih, teh, jus buah. 2) Makanan yang tidak boleh dikonsumsi a) Makanan yang banyak mengandung garam -

Biscuit, krakers, cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur atau soda.

-

Dendeng, abon, cornet beaf, daging asap, ikan asin, ikan pindang, sarden ikan teri,

telur asin. -

Keju, margarine dan mentega.

-

Makanan yang banyak mengandung kolesterol

-

Kurangi konsumsi makanan cepat saji dan makanan ringan karena banyak

mengandung garam. b) Makanan dari bahan hewan seperti otak, ginjal, hati, limfa dan jantung. c) Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh -

Lemak hewani: Sapi, babi, kambing, susu jenuh, cream, keju, mentega.

-

Lemak nabati: Kelapa, minyak kelapa, margarine, alpokat.

d) Makanan yang banyak menimbulkan gas -

Kol, sawi, lobak, dll.

e) Hindari minum kopi berlebih dan jangan mengkonsumsi minuman beralkohol. b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok. c.

Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.

d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.

e.

Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40 tahun.

2. Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder dilakukan bila individu telah diketahui menderita hipertensi. Tujuannya adalah mencegah terjadinya keparahan dan komplikasi akibat hipertensi. Berikut ini adalah hal yang perlu dilakukan. a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakantindakan seperti pada pencegahan primer. b.

Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat tanpa petunjuk

dokter. c.

Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit lain

karena ada obat yang dapat memperburuk hipertensi. d. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil. e.

Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.

f.

Batasi aktivitas.

Related Documents

Sap
June 2020 69
Sap
November 2019 86
Sap
June 2020 67
Sap
November 2019 82
Sap
November 2019 80
Sap
May 2020 58

More Documents from ""

Surat Peminjaman Alat.docx
December 2019 31
Laporan Keluarga.docx
December 2019 28
Sap Hipertensi.docx
December 2019 20
Makalah.docx
December 2019 12