Sap Gonoreee.doc

  • Uploaded by: Reliabell
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sap Gonoreee.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 2,753
  • Pages: 12
SATUAN ACARA PENYULUHAN GONORE DI DPR IV BANJARMASIN

OLEH NOPRILIA RERI APRILIANSINA RIA ARYANTI PUTRI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS BANJARMASIN 2016

SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan

: Pendidikan Kesehatan Integumen/Kulit

Sub Pokok Bahasan

: Gonore

Hari/Tanggal

: Senin, 23 Oktober 2016

Waktu

: 08:00-09:00 WITA

Tempat

: Komplek DPR IV

A. LATAR BELAKANG Mengurangi tingkat pendereta dari penyakit gonore dan memaparkan tanda dan gejala dari penyakit gonore, serta bagaimana cara pencegahan dan penularan dari penyakit tersebut. B. TUJUAN 1. Tujuan umum Setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang Gonore, dapat memahami tentang masalah kulit seperti gonore. 2. Tujuan khusus Setelah selesai mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan di Komplek DPR IV diharapkan peserta mampu : a. Pengertian Gonore b. Tanda dan Gejala Gonore c. Penularan Gonore d. Cara Pencegahan Gonore C. METODE PELAKSANAAN 1. Ceramah 2. Tanya Jawab dan Diskusi 3.

Kegiatan penyuluhan

D. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR No. Tahapan 1. Pembukaan

Waktu 5 menit

Kegiatan Perkenalan Kontrak Waktu

Media Power point

Kaji pengetahuan pasien 2.

Pelaksanaan

30 menit

Penyampaian materi a. Menjelaskan tentang pengertian Gonore b. Menjelaskan tanda dan gejala Gonore c. Menjelaskan bagaimana penularan Gonore d. Menjelaskan cara pencegahan Gonore Memberikan

3.

Penutup

dan 25 menit

evaluasi

kepada

kesempatan

peserta

menanyakan

untuk

materi

yang

dijelaskan Mengklarifikasi

kembali

materi Memberikan pertanyaan pada peserta

penyuluhan

dan

menyampaikan kesimpulan E. PENGORGANISASIAN 1. Ketua Presentasi 2. Sekretaris Operator dan Moderator 3. Observer Dokumentasi 4. Fasilitasi F. EVALUASI 1.

Evaluasi Struktur Pada saat persiapan penyuluhan kepada masyarakan di Komplek DPR IV, sehari sebelumnya kami sudah mempersiapkan tempat untuk pelaksanaan penyuluhan dan

pada hari dilaksanakan penyuluhan, setengah jam sebelum acara dimulai semua telah di persiapkan seperti : LCD, laptop dan leaflet. 2. Evaluasi Proses Proses pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan tidak ada klendala, karena seluruh masyarakan yang mengikuti kegiatan penyuluhan sangat antusia dan aktif selama proses kegiatan berlangsung. 3.

Evaluasi Hasil Peserta dapat memahami dan mengulang kembali materi yang sudah di sampaikan seperti pada saat moderator bertanya kepada masyarakat dan mereka mampu menjawab pertanyaan yang di berikan sesuai dengan pemahaman mereka setelah dilakukan kegiatan penyuluhan tentang Gonore seperti, Menjelaskan tentang pengertian Gonore, tanda dan gejala Gonore, bagaimana penularan Gonore, dan cara pencegahan Gonore.

MATERI A. Definisi Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva. (Brunner dan Suddarth,2001) Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-genital,

ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva. Gonore dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi. Tidak semua orang yang terpajan gonore akan terjangkit penyakit, dan resiko penularan dari laki – laki kepada perempuan lebih tinggi daripada penularan perempuan kepada laki – laki, terutama karena lebih luasnya selaput lendir yang terpajan dan eksudat yang berdiam lama, divagina. Setelah terinolkulasi, infeksi dapat menyebar ke prostat, vas deferent, vesicular semminalis, epididimis, dan testis pada laki-laki dan ke uretra, kelenjar skene, kelenjar bartolin, endometrium, tube falopi, dan rongga peritoneum menyebabkan PID pada perempuan. PID adalah menyebab utama infertilitas pada perempuan. Infeksi gonokokus dapat menyebar melalui aliran darah, menimbulkan bakteremia gonokokus. Bakteremia dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan tetapi apabila dibandingkan lebih sering terjadi pada perempuan. Perempuan beresiko tinggi mengalami penyebaran infeksi pada saat haid. Penularan perinatal kepada bayi saat lahir, melalui os servik yang terinfeksi, dapat menyebabkan konjungtivitis dan akhirnya kebutaan pada bayi apabila tidak diketahui dan diobati.

B. Etiologi Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea / Gonokok yang bersifat patogen yang di temukan oleh Neisser dari Polandia pada tahun1879 dan baru diumumkan apada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu N. gonorrhoeae dan N. meningitidis yang bersifat patogen serta N. cattarrhalis dan N. pharyngis sicca yang bersifat komensal. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi. Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk bji kopi berukuran lebar 0,8 u dan panjang 1,6 u bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarna gram bersifat gramnegatif , terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering , tidak tahan suhu di atas 39°C dan tidak tahan zat disinfektan. Secara marfalogi gonogok terdiri atas 4 tipe ,yaitu tipe 1 dan 2 yang

mempunyai pili yang yang bersifat virulen dan bersifat nonvirulen pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. Kuman Neisseria gonorrhea paling mudah menginfeksi daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang atau imatur, misalnya pada vagina wanita yang belum pubertas. Galur N. gonorrhoeae penghasil penisilinase (NGPP) merupakan galur gonokokus yang mampu menghasilkan enzim penisilinase atau beta-laktamase yang dapat merusak penisilin menjadi senyawa inaktif, sehingga sukar diobati dengan penisilin dan derivatnya, walaupun gejala dengan peninggian dosis Bakteri ini melekat dan menghancurkan membrane sel epitel yang melapisi selaput lender, terutama epitel yang melapisi kanalis endoserviks dan uretra. Infeksi ekstragenital di faring, anus, dan rectum dapat dijumpai pada kedua jenis kelamin. Untuk dapat menular, harus terjadi kontak langsung mukosa ke mukosa. C. Faktor Resiko Studi Epidemiologi menunjukkan faktor-faktor risiko terjadinya gonore meliputi : 1.

Adanya sumber penularan penyakit

2.

Bergonta – ganti pasangan seksual

3.

Tidak menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual , penggunaan kondom hanya sebagai pencegah kehamilan bukan sebagai pencegah penularan penyakit gonore, prostitusi, kebebasan individu dan ketidaktahuan serta keterbatasan sarana penunjang. (Daili, 2005 :4).

D. Tanda dan Gejala 1. Pada pria a. Masa tunas gonore sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang - kadang lebih lama karena pengobatan diri sendiri tapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan. b. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika berkemih c. Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra d. Retensi urin akibat inflamasi prostat e. Keluarnya nanah dari penis atau kadang-kadang sedikit mengandung darah. f. Tempat masuk kuman pada pria di uretra manimbulkan uretritis. Yang paling sering adalah uretritis anterior akut dan dapat menjalar sehingga terjadi komplikasi. Komplikasi bisa berupa komplikasi lokal, yaitu : tisonitis, parauretritis, littritis, dan cowperitis.

Komplikasi

asenden,

yaitu

:

prostatitis,

vesikulitis

vas

deferentitis/funikulitis epididimitis, trigonitis ; dan komplikasi diseminata. g. Keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas sewaktu kencing terdapat pada ujung penis atau bagian distal uretra, perasaan nyeri saat ereksi. 2. Pada wanita a. Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi b. Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan (asimtomatis) c. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita d. e. f. g.

menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih Nyeri ketika berkemih Keluarnya cairan dari vagina Demam Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta

menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual h. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen. Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubunga seks melalui anus, dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah. i. Pada umumnya terdapat rasa sakit pada punggung bagian bawah, bersama-sama keadaan tidak enak badan E. Komplikasi 1. Pada Pria a. Tysonitis, biasanya terjadi pada pasien dengan preputium yang sangat panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat berdasarkan ditemukannya

butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan menjadi akses dan merupakan sumber infeksi laten. b. Parauretritis, sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra. c. Radang kelenjar Littre (littritis), tidak mempunyai gejala khusus. Pada urin ditemukan benang-benang atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat dapat terjadi abses folikular. Diagnosis komplikasi ini ditegakkan dengan uretroskopi. d. Infeksi pada kelenjar Cowper (Cowperitis), dapat menyebabkan abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan di daerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan disuria. Jika tidak diobati, abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra, atau rektum dan mengakibatkan proktitis. e. Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak di daerah perineum dan suprapubis, malaise, demam, nyeri kencing sampai hematuria, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air besar, dan obstipasi. Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan, dan adanya fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak diobati abses akan pecah, masuk ke uretra posterior atau ke arah rektum mengakibatkan proktitis. f. Gejala prostatitis kronik ringan dan intermiten, tetapi kadang-kadang menetap. Terasa tidak enak di perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama. pada pemeriksaan prostat teraba kenyal, berbentuk nodus, dan sedikit nyeri pada penekanan. Pemeriksaan dengan pengurutan prostat biasanya sulit menemukan kuman gonokok. g. Vesikulitis ialah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus ejakulatorium, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau apididimitis akut. Gejala subyektif menyerupai gejala prostatitis akut, yaitu demam, polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi, dan sperma mengandung darah. Pada pemeriksaan melalui rektum dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak dan keras seperti sosis, memanjang di atas prostat. Ada kalanya menentukan batas kelenjar prostat yang membesar. h. Pada vas deferentitis atau funikulitis, gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang sama. i. Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis biasanya disertaivas deferentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis ini adalah trauma pada uretra posterior yang disebabkan oleh pengelolaan atau kelalaian pasien sendiri. Epididimis dan tali spermatika membengkak dan teraba panas,

juga testis, sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua epididimis dapat mengakibatkan sterilitas. j. Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria. Gejalanya berupa poliuria, disuria terminal, dan hematuria. 2. Pada Wanita a. Parauretritis. Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi. b. Kelenjar bartholin dan labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri tekan, terasa nyeri sekali bila pasien berjalan dan pasien sukar duduk. Abses dapat timbul dan pecah melalui mukosa atau kulit. Bila tidak diobati dapat c.

rekurens atau menjadi kista. Salpingitis, dapat bersifat akut, subakut atau kronis. Ada beberapa faktor predisposisi, yaitu masa puerpurium, setelah tindakan dilatasi dan kuretase, dan pemakaian IUD. Infeksi langsung terjadi dari serviks melalui tuba fallopi ke daerah salping dan ovum sehingga sehingga dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PRP). Gejalanya terasa nyeri didaerah abdomen bawah, duh tuba vagina, disuria, dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal. PRP yang simtomatik atau asimtomatik dapat menyebabkan jaringan parut pada tuba

d.

sehingga dapat mengakibatkan infertilitas atau kehamilan diluar kandungan. Diagnosis banding yang perlu dipikirkan antara lain kehamilan di luar kandungan, apendisitis akut, abortus septik, endometriosis, ileitis regional, dan divertikulitis. Penegakan diagnosis dilakukan dengan pungsi kavum Douglas, kultur, dan laparoskopi.

F. Pemeriksaan Diagnostik 1. Sediaan Langsung a. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler, leukosit PMN. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah setelah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari serviks, uretra, muara kelenjar bartholin dan rektum. Asupan posistif apabila ditemukan diplokokus gram negative intrasel. Sayangnya, metode pewarnaan ini kurang andal untuk didiagnosis gonore pada perempuan, pasien asimtomatik dan infeksi direktum atau faring. b. Kultur (Biakan) c. Untuk memastikan diagnosis

harus

dilakukan

pembiakan

dari

semua

kemungkinan tempat infeksi. Kuman memerlukan waktu 48 jam – 96 jam untuk tumbuh dalam biakan, dan berdasarkan anamnesis dan gejala, atau riwayat

pajanan, terapi antibiotic biasanya sudah dimulai sebelum hasil diperoleh, pembiakan (kultur) menggunakan media yaitu : 1) Media transport, misalnya media stuart dan media transgrow (merupakan gabungan media transpor dan pertumbuhan yang selektif dan nutritif untuk N.gonorrhoeae dan N.meningitidis). 2) Media pertumbuhan, misalnya Mc Leod’s chocolate agar, media thayer martin (selektif untu mengisolasi gonokok), agar thayer martin yand dimodifikasi. 3) Tes Definitif 4) Tes Oksidasi : Semua golongan Neisseria akan bereaksi positif 5) Tes fermentasi : Kuman gonokokus hanya meragikan glukosa d. Tes Beta Laktamase Hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase e. Tes Thomson Dengan menampung urine pagi dalam dua gelas tes ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung. f. Tes Amplifikasi DNA Uji –uji amplifikasi DNA dengan menggunakan metode teaksi berantai polymerase ( PCR ) dan reaksi berantai ligase ( LCR ) digunakan dengan secret vagina atau servik atau amplifikasi DNA dapat dilakukan pada specimen urin untuk menghindari rasa tidak nyaman akibat pengambilan sediaan apusan dari uretra. Sayangnya specimen urin tidak sesensitif pada permpuan dengan infeksi uretra. Infeksi klamidia yang sering menyertai infeksi gonorea dapat didiagnosis pada specimen yang sama. Uji – uji amplifikasi DNA semakin banyak tersedia dan popular karena tingga sensitifitas dan kemudahan dalam menangani dan mengirim specimen. Uji – uji non biakan misalnya deteksi antigen dengan antibody limunofluoresensi langsung ( DFA ) dan enzyme immunosorbent assay ( EIA ) kurang dikembangkan dan jarang digunakan. G. Penatalaksanaan 1. Medikamentosa Karena meningkatnya insiden yang cukup mengkhawatirkan dari N gonorrhoeae yang resisten terhadap antibiotika, termasuk N gonorrhoeae penghasil penisilinase ( PPNG ) , N gonorrhoeae yang resisten tetrasiklin ( TRNG ), dan strain dengan resisten yang berperantara kromosom terrhadap berbagai antibiotika, maka terapi awal dengan sefriakson harus sangat dipertimbangkan untuk pengobatan infeksi N gonorrhoeae disemua lokasi anatomis. Uji kepekaan rutin dan uji penilaian

kesembuhan harus diperoleh

bila digunakan regimen yang tidak mengandung

seftriaksone. a. Infeksi uretra, endoserviks, faring, atau rectum tanpa komplikasi pada orang dewasa 1) Seftriaksone, 25 mg secara intramuscular, sebagai dosis tunggal 2) Bila ada kemungkinan disertai infeksi klamidia, berikan juga doksisiklin, 100 mg secara oral 2x sehari selama 7 hari, tetrasiklin 500 mg secara oral 4x sehari selama 7 hari, eritromisin basa / strearat 500 mg secara oral 4x sehari selama 7 hari, eritromisin etilsuksinat 800 mg secara oral 4x sehari selama 7 hari / ezitromisin 1 g secara oral sekali. b. Gonore pada pasien yang alergi penisilin. Pada pasien yang tidak dapat menerima seftriakson berikan spektinomisin, 2 gram secara intramuscular. Alternative lain adalah siprofloksasin, 500 mg secara oral sebagai dosis tunggal; ofloksasin, 400 mg secara oral sekali; atau sefiksim, 400 mg secara oral sekali. Hanya kalau infeksi terbukti dari strain non-PPNG dapat digunakan penisilin misalnya amoksisilin, 3 gram secara oral dengan probenesit 1 gram. Semua regimen ini harus diikuti dengan doksisiklin, 100 mg 2x sehari selama 7 hari, atau tetraksiklin, 500 mg secara oral setiap 6 jam selama 7 hari, untuk mengobati infeksi klamidia yang menyertai. Spektinomisin tidak boleh digunakan untuk mengobati infeksi faring. Kalau infeksi faring tidak dapat diterapi dengan seftriakson, harus diberikan siprofloksasin, 500 mg sebagai dosis tunggal. c. Kontak seksual sebelum 30 hari sebelumnya harus diperiksa dan diterapi dengan tepat sesuai dengan protocol terdahulu. d. Gonore pada kehamilan. Berikan seftriakson, 250 mg secara intramuscular sekali. Bila terdapat alergi penisilin yang membahayakan jiwa, berikan spektinomisin, 2 gram secara intramuscular. Eritromisin, 500mg 4x sehari selama 7 hari, harus ditambahkan pada semua regimen untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan infeksi klamidia. e. Infeksi gonokokus diseminata. Biasanya diperlukan perawatan rumah sakit. Salah satu dari regimen antibiotika berikut sudah memadai. 1) Seftriakson 1 g secara intramuscular atau secara intravena 1x sehari. 2) Sefotaxim 1g secara intravena setiap 8 jam. 3) Seftizoksim 1 g secara intravena setiap 8 jam. 4) Pasien yang alergi terhadap obat β laktam harus diterapi dengan spektinomisin, 2 g secara intramuscular setiap 12 jam.

f. Hanya bila organism penyebab infeksi itu terbukti peka terhap penisilin, terapi dapat diganti ampisilin, 1 g setiap 6 jam. g. Pasien harus diperiksa untuk mencari ada tidaknya infeksi klamidia dan juga diterapi secara empiris dengan doksisiklin atau tetrasiklin. h. Pasien yang taat dapat dipulangkan 24-48 jam setelah gejala membaik untuk menyelesaikan seluruh terapi antibiotika selama 7-10 hari dengan sefiksin, 400 mg secara oral, 2x sehari, atau amoksilin, 500 mg dengan asam klavolanak 3x sehari, atau pada orang dewasa yang tidak hamil, dengan siprofloksasim, 500 mg 2x sehari. i. Kegagalan terapi. Infeksi yang terjadi setelah terapi dengan seftriakson biasanya adalah akibat reinfeksi dan bukannya kegagalan regimen terapi . pasien dengan gejala yang berlanjut setelah terapi yang tepat, harus menjalani pembiakan N Gonorrhoeae dengan uji kepekaanterhadap semua isolate. Jiak hasil biakan negative, diagnosis uretritis nongonokokus harus dipertimbangkan dan diberikan terapi dengan doksisiklin. 2. Nonmedikamentosa a. Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan tentang: 1) Bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan komplikasinya 2) Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan 3) Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan pasangan seks tetapnya hindari seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat dihindarkan 4) Cara-cara menghindara infeksi PMS dimasa datang b. Pengobatan pada pasangan seksual tetapnya

Related Documents

Sap
June 2020 69
Sap
November 2019 86
Sap
June 2020 67
Sap
November 2019 82
Sap
November 2019 80
Sap
May 2020 58

More Documents from ""