Sanitasi Air Hujan Fix

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sanitasi Air Hujan Fix as PDF for free.

More details

  • Words: 2,686
  • Pages: 10
PROPOSAL SANITASI AIR HUJAN

Project Overview Climate Change yang terjadi dewasa ini mengakibatkan periode musim hujan yang tidak menentu. Periode musim hujan atau kemarau yang tak menentu tersebut menyebabkan banjir dan kekeringan di berbagai daerah. Hal tersebut dapat terjadi karena kerusakan pada alam karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Kerusakan tersebutlah yang menyebabkan minimnya daerah resapan air sehingga terjadi run off dan banjir. ICSF sebagai komunitas yang menitikberatkan kajiannya terhadap klimatologi dan lingkungan ingin memberikan kontribusi terhadap alam serta masyarakat terutama dalam bidang pengadaan air bersih. Sulitnya pengadaan air bersih yang ada di berbagai tempat, menimbulkan inisiatif untuk mengadakan suatu kegiatan yang dapat membantu masyarakat mendapat akses yang lebih baik terhadap air bersih. Salah satu sumber air yang mudah dan tersedia banyak di alam adalah air hujan. Bogor yang mempunyai sebutan Kota Hujan membuat air hujan sebagai sumber yang berpotensi besar dalam menyediakan air untuk diolah menjadi air bersih. Air hujan nantinya akan ditampung di berbagai titik pada suatu daerah dan kemudian dengan menggunakan alat berbahan sederhana seperti ijuk, pasir, kerikil, bata, arang, dan lain-lain, akan dijernihkan sehingga dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari. Mekanisme alat ini terdiri dari beberapa tahapan. Pada tahap pertama air hujan tersebut akan dialirkan pada bak pertama yang berisi kaporit tawas, dan batu kapur. Tawas berfungsi untuk mengikat koloid dan partikel kotoran sehingga cepat mengendap. Sedangkan kaporit berfunsi sebagai disinfektan untuk membunuh kuman-kuman yang ada. Pengendapan dilakukan selama 6 jam, setelah diendapkan air tersebut akan melewati 5 tahap penyaringan yaitu saringan pasir, kerikil, ijuk, arang, bata, ijuk kembali, dan milipore jika diperlukan. Air yang keluar dari saringan yang terakhir tersebut nantinya akan ditampung untuk dapat digunakan dalam kegiatan sehari-hari.. Hasil penyaringan air hujan ini sebelumnya akan diuji dulu di dalam laboratorium untuk diukur seberapa efektifnya air yang dihasilkan setelah proses filterisasi, sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu, program ini diharapkan dapat merealisasikan proses pengadaan air bersih melalui pemanenan air hujan dan membawa banyak manfaat bagi masyarakat terutama di daerah yang krisis air bersih. Latar Belakang

Air bersih sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari air minum, mencuci, mandi, sampai memasak. Tujuan dari program ini adalah pemanfaatan air hujan untuk dapat digunakan dalam kegiatan sehari-hari melalui pemanenan air hujan (akses mudah dan terbuka). Dewasa ini hujan yang jatuh ke permukaan bumi lebih banyak menimbulkan dampak negatif dibandingkan dampak positifnya. Banjir terjadi dimana-mana, dan banyak sekali krisis air bersih di berbagai tempat. Sebaliknya juga ada daerah yang kering dan tidak memiliki pasokan air bersih dalam kegiatannya sehari-hari. Banyak seminar dan workshop yang diadakan untuk menanggulangi masalah ini, tetapi kenyataannya dampak atau pergerakan dari hasil seminar dan workshop tersebut belum banyak terlihat. Seandainya diterapkan pun, biaya yang dibutuhkan masih tergolong mahal sehingga tidak banyak masyarakat yang dapat menerapkannya. Masyarakat masih kesulitan dalam mendapatkan akses terhadap air bersih. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan proyek ini dapat membantu masyarakat untuk mendapat akses lebih besar terhadap air bersih dengan teknologi sederhana dan dana yang kecil sehingga lebih mudah diterapkan. Pemahaman mengenai pentingnya menjaga lingkungan juga akan ditanamkan pada masyarakat, sehingga ada juga ilmu yang bisa didapat, tidak hanya sekedar penerapannya saja. Selain itu dengan pemanfaatan air hujan yang dilakukan, krisis lingkungan seperti banjir dan kekeringan pun dapat sekaligus teratasi. Project Detail Proyek ini merupakan suatu proyek sederhana yang membutuhkan banyak waktu serta tenaga, khususnya dalam pembuatan alat serta sosialisasinya ke desa-desa di wilayah Bogor. Sasaran yang ingin dicapai adalah masyarakat di desa dapat menghasilkan air bersih sendiri melalui cara yang sederhana. Alat penyaringan ini tidak membutuhkan alat-alat yang rumit dan bisa didapatkan di wilayah desa tersebut. Sosialisasi ini akan dilaksanakan pada 20 desa di wilayah Bogor dengan pembuatan alat sebanyak 20 buah. Sementara itu peralatan yang dipakai adalah bahan-bahan sederhana yang mudah didapat dimana saja, antara lain untuk proses filterisasi airnya dengan menggunakan tawas, kaporit, kapur gamping, pasir, ijuk, arang, batu bata, kerikil, dan penyaring yang dapat berupa kain kasa maupun kertas saring milipore, serta wadah atau bak tempat penampungan air yang digunakan sebagai tempat untuk menampung air sebelum difilterisasi dan hasil setelah difilterisasi. Bak bisa berupa drum bekas oli, atau drum / bak plastik yang bisa dibeli di toko-toko peralatan rumah tangga. Bak tidak ditumpuk, tapi bagian dasar bak A (bak pengendapan/ bak penjernihan air) harus lebih tinggi daripada bagian

atas bak B (bak penyaringan). Pertama kali, isilah bak B dengan beberapa media penyaringan. Kalau diurutkan dari bawah, yang pertama dimasukkan adalah lapisan kertas saring milipore, lapisan ijuk (tinggi lapisan sekitar 15 cm), lapisan arang (15cm), lapisan ijuk lagi (15 cm), lapisan bata(15 cm), lapisan kerikil (30 cm), pasir (30 cm). Bak A digunakan untuk menampung air hujan dan akan disaring pada bak B. Karena itu, bagian bawah bak A (sekitar 10 cm dari dasar) perlu dibuat kran, Kemudian dihubungkan ke bak B melalui selang plastik. Pada bak A akan terjadi proses pengendapan, oleh karena itu air tidak boleh masuk dahulu ke bak B. Dalam proses pengendapan ini diperlukan beberapa zat kimia, seperti kaporit, tawas, dan batu kapur. Sebagai patokan, setiap 10 liter air baku memerlukan 0,1 gram kaporit, 1 gram tawas, dan 1 gr batu kapur. Masukkan air baku dalam bak A. Kaporit dan tawas dilarutkan (dicairkan), kemudian dimasukkan ke bak A. Tambahkan pula batu kapur ke bak tersebut. Sewaktu penambahan bahan-bahan penjernih air tersebut, air baku diaduk selama sampai seluruh air tercampur secara merata. Tujuannya adalah untuk memperbesar butir-butir lumpur/kotoran yang terkandung dalam air dan mudah mengendap. Jika sudah mengendap, kran dibuka dan selang plastik dipasang agar air mengalir ke bak B. Melalui filter-filter seperti yang telah dipersiapkan sebelumnya. Untuk memastikan apakah air hasil saringan, baik melalui penyaringan sederhana maupun penyaringan dalam bak, layak dikonsumsi maka perlu dilakukan pengujian. Jika air tetap bersih, berarti hasil saringan layak digunakan sebagai air minum atau untuk keperluan rumah tangga lainnya (terutama memasak). Alat yang telah dibuat ini akan disosialisasikan pada masyarakat desa. Sosialisasi ini tidak hanya sekedar memperkenalkan alat, melainkan juga memberikan sedikit penyuluhan mengenai pentingnya menjaga lingkungan sampai standar baku mutu air bersih secara sederhana sehingga masyarakat tidak hanya tahu melaksanakan tetapi juga mengerti latar belakang serta ilmunya secara sederhana. Alat yang telah dibuat tersebut nantinya akan diberikan kepada masyarakat di desa tersebut dan diharapkan masyarakat dapat membuat lebih banyak lagi alatalat seperti alat tersebut sehingga dapat menghasilkan air bersih secara mandiri. Agar program ini terus berlangsung, maka sebelumnya harus ada masyarakat yang memang merasakan kegunaan dari program ini. Untuk pertama kali, akan dilakukan sosialisasi program pada masyarakat yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih dan dilakukan pelatihan pembentukan dan penyaringan air agar program ini dapat berlangsung dengan baik. Lalu penyebaran program ini akan dilakukan dengan peer to peer, kehidupan sosial

yang kuat di pedesaan dan pemantauan langsung akan membantu keberlangsungan program ini. Program ini direncanakan agar tetap berlangsung dalam jangka panjang, jika masyarakat dirasa telah mampu untuk memenuhi kebutuhan airnya sendiri melalui progam ini maka selanjutnya akan direncanakan untuk dijadikan sebagai sarana pendapatan tambahan dalam pengelolaannya. Namun progam ini lebih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan air bagi masing-masing rumah tangga agar masyarakat tidak mengalami krisis air bersih terutama pada daerah yang minim akan persediaan air. Desa yang akan didatangi merupakan desa di wilayah terpencil yang sekiranya sulit mendapat akses terhadap air bersih. Contohnya adalah desa dengan topografi yang kurang mendukung penyediaan air bersih, desa yang sumber airnya telah tercemar, serta desa yang secara finansial kurang mampu untuk mengakses air bersih tersebut. Sosialisasi ini dilakukan dengan dibagi menjadi dua tahap, yaitu dengan seminar sederhana mengenai pentingnya air bersih, esensi menjaga lingkungan dan kiat-kiatnya, serta standar baku mutu air bersih, dan dilanjutkan dengan workshop mengenai pembuatan alat filterisasi air hujan tersebut. Setelah diadakan sosialisasi akan dilakukan follow up dengan memantau desa tersebut sehingga dapat diketahui apabila ada hal-hal yang masih menjadi kesulitan. Hal ini akan dilakukan selama 2 minggu sampai 1 bulan setelah kegiatan sosialisasi berlangsung. Metode Pada proses filterisasi ini bahan-bahan yang digunakan secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu proses penjernihan air dengan menggunakan tawas, kaporit dan kapur gamping, dan proses penyaringan dengan menggunakan pasir, kerikil, batu-bata, ijuk dan arang. Pada proyek ini sumber air yang digunakan adalah air tadahan hujan karena wilayah Indonesia memiliki rata-rata curah hujan yang tinggi sehingga pemanenan air hujan memberikan manfaat bagi masyarakat. Berikut adalah fungsi dari masing-masing bahan yang digunakan dalam proses filterisasi air:

1. Tawas Berfungsi untuk memisahkan dan mengendapkan kotoran dalam air. Tawas biasa disebut koagulan karena bisa menimbulkan koagulasi. Koagulasi ialah proses penggumpalan melalui reaksi kimia. Tawas akan mengendap di dalam air bersama dengan bahan kimia pencemar air.

Pengendapan terjadi bila zat-zat itu tercampur dengan baik di dalam air. Lama pengendapan berkisar 6 jam. Fungsi Tawas hanya untuk pengendapan, tidak berfungsi untuk membunuh kuman atau menaikkan PH dalam air. Pada proses pengendapan air yang akan diproses ini terlebih dahulu ditampung di wadah antara yang bisa berupa tangki atau bak, kemudian untuk beberapa waktu tertentu didiamkan sehingga terbentuklah endapan. Sehingga kemudian tinggal diambil air kira-kira beberapa centimeter di atas endapan,sehingga endapan tidak ikut diambil. Bahan cemaran yang bisa dipisahkan dengan proses ini tentunya adalah bahan cemaran berupa partikel padat yang biasanya dengan mudah dilihat oleh mata kita, bersifat mudah mengendap di air. 2. Kaporit Berfungsi untuk membunuh bakteri,kuman dan virus dalam air, juga menaikkan PH air, bukan digunakan untuk pengendapan, walaupun proses pengendapan berlangsung cukup lama. Selain itu kaporit juga berfungsi sebagai koagulan, karena memiliki kemampuan untuk mengendapakan kotoran dalam air. 3. Kapur Gamping Berfungsi untuk pengendapan,namun prosesnya cukup lama kurang lebih 6 jam. Batu kapur juga berfungsi untuk menaikkan PH air namun tidak berfungsi untuk membunuh kuman,virus dan bakteri. 4. Pasir Saringan pasir bertujuan untuk mengurangi kandungan lumpur dan bahan-bahan padat yang ada di air. Ukuran pasir untuk menyaring bermacam-macam, tergantung jenis bahan pencemar yang akan disaring. Pengamatan tentang bahan padat yang terapung, seperti potongan kayu, dedaunan, sampah, dan kekeruhan air perlu dilakukan untuk menentukan ukuran pasir yang akan dipakai. Semakin besar bahan padat yang perlu disaring, semakin besar ukuran pasir yang digunakan. Umumnya, air kotor yang akan disaring oleh pasir mengandung bahan padat dan endapan lumpur. Karena itu, ukuran pasir yang dipakai pun tidak terlalu besar. Yang lazim dimanfaatkan ialah pasir berukuran 0.2 mm – 0.8 mm. Berdasarkan ukuran pasir, maka dapat dibedakan dua tipe saringan pasir, yakni saringan cepat dan saringan lambat. Saringan cepat dapat menghasilkan air bersih sejumlah 1.3 – 2.7 liter/m3/detik. Diameter pasir yang dipakai 0.4 mm – 0.8 mm dengan ketebalan 0.4 m – 0.7 m.

Saringan pasir lambat menghasilkan air bersih 0.034 – 0.10 liter/m 3/detik. Diameter pasir yang dipakai sekitar 0.2 mm - 0.35 mm dengan ketebalan 0.6 m – 1.2 m. Saringan pasir hanya mampu menahan bahan padat terapung. Pasir tidak bisa menyaring virus atau bakteri pembawa bibit penyakit. Itulah sebabnya air yang sudah melewati saringan pasir masih tetap harus disaring lagi oleh media lain. Saringan pasir ini harus dibersihkan secara teratur pada waktu-waktu tertentu. 5. Arang Arang memiliki sifat sebagai karbon aktif. Sifat Karbon aktif ini sangat disuka sebagai habitat oleh beberapa jenis bakteri sehinga bakteri lebih memilih tinggal di situ dari pada ikut bersama air. Termasuk juga didalamnya bakteri yang menimbulkan bau pada air, sehingga karbon aktif juga dikenal sifatnya untuk menghilangkan bau. Arang juga memiliki fungsi sebagai penyerap bahan-bahan kimia pencemar air dan arang juga bisa menahan benda-benda padat yang mengotori air. Namun, fungsi utamanya tetap untuk mengurangi warna dan bau air kotor. Karena berfungsi sebagai penyerap mikroorganisme dan bahan-bahan kimia yang tergantung di air kotor, setelah beberapa waktu, arang akan tidak efektif lagi. Ciri ketidakefektifannya ialah air yang tersaring sudah tidak begitu jernih lagi. Bila itu terjadi, arang perlu dicuci dengan air bersih atau bahkan diganti dengan yang baru. Arang dapat diaktifkan lagi pembakaran ganda. 6. Ijuk Berfungsi sebagai penyaring kotoran yang berukuran sedang atau partikel-partikel berukuran sedang sebelum penyaring pasir. Umumnya ijuk merupakan saringan lanjutan setelah seluruh kotoran tersaring dan bebas dari mikroorganisme. Posisi ijuk berada palinmg dasar pada proses penyaringan. 7. Batu bata Berfungsi sebagai media penyaring untuk partikel berukuran sedang. Umumnya digunakan setelah air mengalami proses penyaringan pada lapisan kerikil. 8. Kerikil Berfungsi sebagai penyaring partikel dan kotoran berukuran besar. Krikil umumnya diletakan pada posisi paling atas sebelum penyaring yang lebih halus seperti pasir. 9. Penyaring lain yang dapat digunakan Masih banyak penyaring yang bisa dipakai untuk menjernihkan air kotor. Misalnya, zeolith, perlit, dan logam tahan karat. Pemakaian zeolit dan perlit sama saja dengan pemakainan pasir atau arang batok. Logam tahan karat dipakai dalam bentuk saringan.

Saringan inilah yang akan menangkap lumpur dari air kotor, sementara air yang sudah bebas dari lumpur masuk ke dalam bak. Zeolit, perlit, dan logam tahan karat tidak begitu cocok dipaki di daerah pedesaan lantaran relatif mahal dan tidak mudah didapat. Supaya berfungsi dengan baik, seluruh media penyaring tadi harus tetap dalam kondisi basah. Jangan sampai kering karena dapat mengakibatkan kematian bakteri pengurai. Cara terbaik ialah dengan mengatur area air sehingga selalu ada air yang mengalir. Sebelum air masuk ke bak-bak penyaring, ada baiknya air disaring dahulu dengan kain atau kawat kassa. Perlakuan ini akan mengurangi resiko tersumbatnya pipa saluran air. Selain itu, media penyaring bisa dipakai lebih lama. Artinya, jarak waktu membersihkan media semakin panjang. Sebaiknya pembersihan media penyaring tidak dilakukan terlalu sering. Tujuannya agar bakteri pengurai yang tumbuh di media bisa bertambah banyak, sehingga proses penyaringan berjalan lebih bagus. Agar media penyaring tidak cepat ditumbuhi lumut, tutup bagian atas bak penyaring. Hasil penyaringan ini kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diuji coba. Proses uji coba ini meliputi parameter seperti tingkat kekeruhan, kadar besi, pH, warna, kesadahan, rasa, bau, TDS, kejernihan, serta kadar minyak. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 416/Menkes/PER/IX/1990 tangggal 3 September 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air, air hasil penyaringan tersebut telah memenuhi standar air minum, air bersih, dan air mandi.

Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 416/Menkes/PER/IX/1990 tangggal 3 September 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air No

Parameter

1

3 4 5 6 7 8

Warna (TCU) Kekeruhan (NTU) Kesadahan (mg/L) Besi (mg/L) Bau Rasa Ph TDS (mg/L)

9 10

Kejernihan Kadar Minyak

2

Daftar Persyaratan Kualitas Air Minum 15

Air Bersih -

Air Mandi -

15

-

-

500 0.3 tidak berbau tidak berasa 6.5 - 8.5 1000 dasar air tampak jelas tidak berminyak

500 1 tidak berbau tidak berasa 6.5 - 8.5 1000 dasar air tampak jelas tidak berminyak

tidak berbau tidak berasa 6.5 - 8.5 dasar air tampak jelas tidak berminyak

Apabila air yang dihasilkan setelah disaring memenuhi syarat-syarat di atas, maka air tersebu dapat disebut layak untuk digunakan dalam kegiatan sehari-hari seperti memasak, mencuci, mandi, bahkan untuk dikonsumsi (setelah dimasak terlebih dahulu). Kepanitiaan Available Resources Organisasi yang terlibat dalam program ini adalah ICSF (Indonesian Climate Student Forum) yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswa pecinta lingkungan. ICSF bergerak di bidang iklim dalam kaitannya dengan lingkungan yang bertujuan untuk menciptakan bumi yang lebih baik untuk masyarakat melalui program-program yang dititikberatkan pada pemeliharaan alam dan ramah lingkungan, dimulai dari hal-hal yang sederhana dan dapat dilakukan oleh banyak orang.

Needed Resource Sumber daya yang diperlukan untuk kegiatan ini meliputi : 1. Orang yang ahli pada bidang lingkungan, kimia, dan sosial. 2. Laboratorium terpadu yang nantinya akan digunakan untuk uji hasil air. 3. Sumber daya manusia untuk membuat alat penyaringan tersebut, dengan bahan-bahan yaitu ijuk, batu kapur, kaporit, pasir, batu kerikil, batu bata, tawas, bak penampung, pipa paralon, serta arang. 4. Transportasi, berupa mobil serta pengendaranya untuk membawa alat tersebut serta bahan-bahan yang digunakan. 5. Orang-orang yang mudah bersosialisasi dengan baik dengan masyarakat desa sehingga mempermudah proses sosialisasi Rincian dana Volume/be sar

Harga satuan

Bahan drum penampung air hujan wadah tempat penyaringan (kaca)

350 liter

pasir

0.0735 m3

kerikil

0.0735 m3

ijuk

10 kg

300.000/ m3 175.000/ m3 150.000/ m3 10.000/ kg

arang

20 kg

5000/ kg

batu bata

110.25kg 5000/ bungkus 1500/ bungkus 2500/ bungkus

1000/kg 1 bungkus 2 bungkus 1 bungkus

kaporit tawas batu kapur drum penampung air hasil sanitasi Balok penyangga

0.8085 m3

200 liter 5.7 meter

75000/m eter

Harg a 3500 00 2425 50 1286 2.5 1102 5 1000 00 1000 00 1102 50 5000 3000 2500 2000 00 4275 00

papan kran

0.49 m2 2 Jumlah

70.000/m 2

3000/bua h

3430 0 6000

Evaluation Plan Rencana evaluasi pada kegiatan ini adalah dengan menyebarkan quetioner dengan beberapa penduduk desa serta melakukan wawancara dengan perangkat desa seperti lurah, ketua RT/RW, dan sebagainya, sehingga dapat dilihat seberapa jauh tingkat efektivitas dari kegiatan ini.

Related Documents