Sampel

  • Uploaded by: Desti Masengi
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sampel as PDF for free.

More details

  • Words: 3,208
  • Pages: 9
Tekan tanda tanya untuk melihat tombol pintasan yang tersedia

Fuad Hadi Publik 10 Nov 2015

SUBJEK PENELITIAN, POPULASI, DAN SAMPEL A. PENDAHULUAN Penelitian atau riset dapat dipandang sebagai usaha mencari tahu tentang berbagai masalah yang dapat merangsang pikiran atau kesadaran seseorang untuk dicari jawabannya. Sebagian dari kualitas hasil penelitian sangat bergantung pada teknik pengumpulan data yang digunakan. Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat, dan reliable. Untuk memperoleh data semacam itu, peneliti dapat menggunakan metode, teknik, prosedur, dan alat-alat yang dapat diandalkan. Penelitian bertujuan menemukan jawaban atas pertanyaan melalui aplikasi prosedur ilmiah. Prosedur ini dikembangkan untuk meningkatkan taraf kemungkinan yang paling relevan dengan pertanyaan serta menghindari adanya bias. Sebab, penelitian ilmiah pada dasarnya merupakan usaha memperkecil interval dugaan peneliti melalui pengumpulan dan analisa data atau informasi yang diperoleh. Dalam penelitian, salah satu bagian yang tak kalah pentingnya adalah menentukan subjek penelitian, populasi, dan sampel. Seorang peneliti dapat menganalisa data keseluruhan objek yang diteliti sebagai kumpulan atau komunitas tertentu. Seorang peneliti juga dapat mengidentifikasi sifat-sifat suatu kumpulan yang menjadi objek penelitian hanya dengan mengamati dan mempelajari sebagian dari kumpulan tersebut. Kemudian, peneliti akan mendapatkan metode atau langkah yang tepat untuk memperoleh keakuratan penelitian dan penganalisaan data terhadap objek. Untuk itu, makalah ini akan berbicara lebih dalam mengenai tiga hal tersebut; yakni sebjek penelitian, populasi, dan sampel. B. SUBJEK PENELITIAN 1. Pengertian Banyak orang menyangka bahwa subjek penelitian adalah orang yang melakukan penelitian (peneliti), sedangkan penelitian adalah orang atau sesuatu yang diteliti. Sebenarnya subjek dalam konsep penelitian merujuk pada responden, narasumber, atau informan yang hendak dimintai informasi atau digali datanya, sedangkan objek merujuk pada masalah atau tema yang sedang diteliti. Narasumber atau informan adalah orang yang bisa memberikan informasi-informasi utama yang dibutuhkan dalam penelitian kita (Prastowo, 2014: 195). Dalam penelitian survai sosial, subjek penelitian ini adalah manusia, sedangkan dalam penelitian-penelitian

psikologi yang bersifat eksperimental seringkali digunakan juga hewan sebagai subjek, di samping manusia. Dalam proses pelaksanaan eksperimen, hewan atau manusia sebagai subjek penelitian ini, ada yang berpartisipasi secara aktif dan ada yang berpartisipasi hanya secara pasif (Azwar, 2011: 34-35). Subjek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian. Apabila subjek penelitiannya terbatas dan masih dalam jangkauan sumber daya, maka dapat dilakukan studi populasi, yaitu mempelajari seluruh objek secara langsung. Sebaliknya, apabila subjek penelitian sangat banyak dan berada di luar jangkauan sumber daya peneliti, atau batasan populasinya tidak mudah untuk didefinisikan, maka dapat dilakukan studi sampel. Subjek penelitian menurut Amirin (1995) merupakan seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan, sedangkan Suharsini Arikunto (1998) memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal, atau orang dimana tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan. Dari kedua batasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Atau seperti yang diajukan Kerlinger (1998) bahwa subjek penelitian itu adalah responden, yaitu orang yang memberi respon atas suatu perlakuan yang diberikan kepadanya. Istilah lain yang digunakan untuk menyebut subjek penelitian adalah responden, yaitu orang yang memberi respon atas suatu perlakuan yang diberikan kepadanya. Di kalangan peneliti kualitatif, istilah subjek penelitian atau responden sering disebut dengan informan, yaitu orang yang memberi informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. 2. Kegunaan Subjek Penelitian Secara spesifik, Lincoln dan Guba serta Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2013: 132) menjelaskan bahwa kegunaan informan bagi penelitian adalah sebagai berikut: a) Membantu agar secepatnya dan tetap seteliti mungkin dapat membenamkan diri dalam konteks setempat, terutama bagi peneliti yang belum pernah mengalami latihan etnografi. b) Agar dalam waktu yang relatif singkat, banyak informasi yang terkumpul sebagai sampling internal, karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu kejadian yang ditentukan dari subjek lainnya (Prastowo, 2014: 196). 3. Syarat Subjek Penelitian Ada persyaratan tertentu yang harus ada pada subjek penelitian/informan agar layak ditetapkan sebagai informan penelitian. Moleong menyebutkan bahwa ada lima persyaratan yang harus dimiliki oleh seseorang agar layak dijadikan informan: a) Orang tersebut harus jujur dan bisa dipercaya. b) Orang tersebut memiliki kepatuhan pada peraturan. c) Orangnya suka berbicara, bukan orang yang sukar berbicara, apalagi pendiam. d) Orang tersebut bukan termasuk anggota salah satu kelompok yang bertikai dalam latar penelitian. e) Orangnya memiliki pandangan tertentu tentang peristiwa yang terjadi. (Moleong, 2013: 132) 4. Cara Menentukan Subjek Penelitian Adapun teknik atau cara yang dapat digunakan untuk menentukan informan dalam penelitian dijelaskan oleh Sugiyono (2014: 52), yaitu dengan jalan peneliti memasuki situs

sosial tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Cara yang bisa ditempuh untuk menemukan informan tersebut terdiri dari dua cara. Dua cara tersebut meliputi: (Prastowo, 2014: 197-198) a) Melalui keterangan orang yang berwenang. Cara pertama ini bisa dilakukan dengan formal (pemerintah/instansi negeri), maupun secara informal (pemimpin masyarakat seperti tokoh masyarakat, pemimpin adat, dan lain sebagainya). Di sini, perlu diingat jangan sampai memilih informan yang berperan ganda, contohnya sebagai pegawai lurah dan sebagai informan pembantu peneliti, yang mungkin juga ditugaskan untuk memata-matai peneliti. b) Melalui wawancara pendahuluan. Dalam wawancara ini, peneliti menilai berdasarkan persyaratan yang telah disinggung di depan. Penentuan subjek penelitian dapat dicontohkan sebagai berikut: misalnya penelitian mengenai “Hubungan antara Kelengkapan Alat Laboratorium dengan Prestasi Belajar Mapel IPA Siswa SMA”. Untuk mencari jawaban atas problematika tersebut, peneliti perlu merinci terlebih dahulu problematika yang diajukan. Variabel Pertama : kelengkapan alat laboratorium. Variabel Kedua : prestasi belajar IPA siswa SMA. Variabel Utuh : hubungan antara kelengkapan alat laboratorium dengan prestasi belajar mata pelajaran IPA siswa SMA. Untuk memperoleh data penelitian, harus didefenisikan terlebih dahulu subjek penelitian dan responden penelitian; 1. Subjek penelitian: *Untuk variable pertama : laboratorium. *Untuk variable kedua : siswa SMA. 2. Responden penelitian : kepala laboratorium, laboran, guru IPA, siswa SMA.

C. POPULASI 1. PENGERTIAN POPULASI Menurut Sugiono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek/subjek itu (Sugiyono: 2014, 117). Misalnya akan dilakukan penelitian di sekolah X, maka sekolah X ini merupakan populasi. Sekolah X ini memiliki subjek dan objek di dalamnya, hal tersebut berarti populasi dalam arti jumlah/kuantitas. Sedangkan populasi dalam arti karakteristik dapat ditunjukkan dari motivasi kerjanya, disiplin kerjanya, kepemimpinannya, dan lain-lain. Menurut Nazir (1988:327), popuasi adalah berkenaan dengan data, bukan dengan barang atau bendanya. Pengertian lainnya, diungkapkan oleh Nawawi yang menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu di dalam suatu penelitian. Sedangkan Riduwan

(2012: 3) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. Jadi, populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Populasi dapat berupa guru, siswa, kurikulum, fasilitas, lembaga sekolah, hubungan sekolah dan masyarakat, karyawan perusahaan, jenis tanaman hutan, jenis padi, kegiatan marketing, hasil produksi, dan sebagainya (Sukardi, 2012: 53). Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat–syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. 2. MACAM-MACAM POPULASI Terkait dengan definisi-definisi tersebut, maka populasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki batas kuantitatif secara jelas karena memilki karakteristik yang terbatas. Misalnya 5.000 orang dai pada awal tahun 1999, dengan karakteristik; masa belajar di pesantren 10 tahun, lulusan pendidikan Timur Tengah, dan lain-lain. 2) Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang tidak dapat ditemukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah secara kuantitatif. Misalnya dai di Indonesia, yang berarti jumlahnya harus dihitung sejak dai pertama ada sampai sekarang dan yang akan datang. Dalam keadaan seperti itu jumlahnya tidak dapat dihitung, hanya dapat digambarkan suatu jumlah objek secara kualitas dengan karakteristik yang bersifat umum yaitu orang-orang, dahulu, sekarang dan yang akan menjadi dai. Meskipun banyak populasi yang anggotanya terbatas jumlahnya seperti jumlah muballigh di Jakarta, jumlah mahasiswa Islam di Yogyakarta, di mana keduanya sebenarnya dapat dihitung namun karena hal itu sulit dilakukan, maka dianggap populasi tidak terbatas. Dari sisi lain, menurut Margono populasi dapat dibedakan ke dalam hal-hal berikut ini: 1) Populasi teoritis (teoritical population), yakni sejumlah populasi yang batas-batasnya ditetapkan secara kualitatif. Jika dikaitkan dengan contoh di atas, agar hasil penelitian berlaku juga bagi populasi yang lebih luas, maka ditetapkan batasan “terdiri dari dai berumur 25 tahun sampai dengan 40 tahun, lulusan Mesir,” dan lain-lain. 2) Populasi yang tersedia (accessible population), yakni sejumlah populasi yang secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan tegas. Misalnya, dai sebanyak 250 di kota Bandung terdiri dari dai yang memiliki karakteristik yang telah ditetapkan dalam populasi teoritis. Sedangkan berdasarkan sifatnya, populasi dapat digolongkan menjadi dua; populasi homogen dan populasi heterogen. 1) Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Misalnya, seorang dokter yang akan melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah saja. Dokter itu tidak perlu satu botol, sebab setetes dan sebotol darah, hasilnya akan sama saja. 2) Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda-beda (bervariasi), sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik

secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Penelitian di bidang sosial yang objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia tergolong dalam populasi yang heterogen. Meskipun banyak populasi yang anggotanya terbatas jumlahnya seperti jumlah muballigh di Jakarta, jumlah mahasiswa Islam di Yogyakarta, di mana keduanya sebenarnya dapat dihitung namun karena hal itu sulit dilakukan, maka dianggap populasi tidak terbatas. D. SAMPEL 1. PENGERTIAN SAMPEL Menurut Wardi Bachtiar menyatakan bahwa sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya atau sebagai percontohan yang diambil dari populasi. Percontohan mempunyai karakteristik yang mencerminkan karakteristik populasi itu. Karena itu, sampel merupakan perwakilan dari populasi, dan karena hal itu pula, sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif. Suatu sampel dikatakan representatif apabila ciri-ciri sampel yang berkaitan dengan tujuan penelitian sama atau hampir sama dengan ciri-ciri populasinya. Dengan sampel yang representatif ini, maka informasi yang dikumpulkan dari sampel hampir sama dengan informasi yang dapat dikumpulkan dari populasinya. Sampel atau sampling berarti contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua populasi yang ada, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang diambil dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili), (Sugiyono: 2014, 118). 2. TEKNIK SAMPLING Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifatsifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif. Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel, yaitu Probability Sampling, dan Non-Probability Sampling. a) Probability Sampling Yaitu sampling yang memberi kemungkinan sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih. Dalam probability sampling, ada empat macam sampel yang termasuk di dalamnya, yaitu: 1) Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling) Yang dimaksud dengan acak atau random ialah setiap individu atau subjek memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih dalam keseluruhan populasi. Selain itu, kesempatan harus independen, artinya kesempatan bagi suatu subjek untuk dipilih tidak mempengaruhi kesempatan subjek-subjek lain untuk dipilih. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen (Sugiyono, 2014: 120). Kelemahan sampling acak ialah karena sukar, ada kalanya tidak mungkin memperoleh data lengkap tentang keseluruhan populasi itu. Sampling acakan juga kurang sesuai bila peneliti memerlukan sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu, misalnya tingkat pendidikan, kedudukan sosial, dsb. 2) Sampel Acak Proporsional dengan Berstrata (Proportionate Stratified Random Sampling)

Teknik ini biasa digunakan pada populasi yang mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan bertingkat atau berlapis-lapis secara proporsional. Misalnya sekolah, tentu terdapat beberapa tingkatan kelas. Jika tingkatan dalam populasi diperhatikan, mula-mula harus dipastikan strata yang ada, kemudian tiap strata diwakili sampel penelitian. 3) Sampel Acak Tidak Proporsional dengan Berstrata (Disproportionate Stratified Random Sampling) Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP; maka tiga orang lulusan S3 dan empat orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan SMP (Sugiyono, 2014: 121). 4) Sampel Daerah/Wilayah (Cluster Sampling) Teknik ini digunakan jika populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok atau cluster. Misalnya, penelitian dilakukan terhadap populasi penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten, atau terhadap pelajar SMU di suatu kota. Untuk itu, random tidak dilakukan secara langsung pada semua pelajar, tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau cluster. b) Non-Probability Sampling Yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/ kemungkinan yang sama bagi setiap unsur/anggota populasi untuk dipilih. Berdasarkan studi ini, peneliti mendapat keterangan lebih banyak tentang populasi, dan karena itu dapat dilakukan studi yang lebih sistematis kemudian dengan menggunakan sampling acak. Yang termasuk Non-Probability Sampling adalah: (Sugiyono, 2014: 123) 1) Sampling Sistematis Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang, dari semua anggota itu diberi nomot urut dari nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. 2) Sampling Kuota Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan Izin Mendirikan Bangunan. Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum memenuhi kuota yang ditentukan. 3) Sampling Insidental Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Keuntungan dari metode ini adalah sangat mudah, murah, dan cepat dilakukan. Sedangkan kelemahannya, tidak representatif sehingga tidak mungkin diambil suatu kesimpulan yang bersifat generalisasi. 4) Sampling Purposive

Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan pada penelitian kualitatif atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalilsasi. 5) Sampling Jenuh Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. 6) Snowball Sampling Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan. Maka peneliti mencari orang yang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel Purposive dan Snowball. 3. CARA MENENTUKAN UKURAN SAMPEL Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut, yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum). Terkait ukuran sampel untuk penelitian, Resco dalam bukunya, Research Methods For Business (1982: 253) memberikan saran-saran seperti di bawah ini: a) Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 s/d 500. b) Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lain-lain), maka jumlah sampel setiap kategori minimal 30. c) Bila dalam penlitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen + dependen), maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50. d) Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 s/d 20. E. KESIMPULAN Dari semua uraian di atas, ada beberapa poin yang penulis anggap penting dalam kajian ini, diantaranya: 1) Subjek penelitian merupakan seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan. Dengan kata lain, subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.

2) Kegunaan subjek penelitian adalah agar secepatnya dapat membenamkan diri dalam konteks setempat, serta mampu mengumpulkan sebanyak mungkin informasi dalam waktu yang relatif singkat sebagai sampling internal. 3) Untuk menemukan subjek penelitian dengan melalui keterangan dari orang-orang yang berwenang baik secara formal maupun informal dan dengan melalui wawancara pendahuluan. 4) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 5) Ada dua macam populasi; Populasi terbatas/populasi terhingga dan Populasi tak terbatas/populasi tak terhingga. Dari sisi lain, populasi dibedakan menjadi Populasi teoritis (teoritical population), dan Populasi yang tersedia (accessible population). Dan berdasarkan sifatnya, populasi dapat digolongkan menjadi populasi homogen dan populasi heterogen. 6) Sampel atau sampling berarti contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. 7) Ada dua jenis teknik pengambilan sampel, yaitu Probability Sampling, yang meliputi: simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan cluster sampling, serta Non-Probability Sampling yang meliputi sampling sistematis, sampling kuota, sampling insidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.

F. PENUTUP Inilah kiranya yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khasanah keilmuan terutama dalam bidang riset dan penelitian, dan juga bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan datang dari berbagai pihak, demi sempurnanya makalah ini dan tulisan-tulisan selanjutnya. Hanya kepada Allah, kita memohon. Wallahu a’lam bish-showaab.

----------------==***==------------------

REFERENSI Amirin, Tatang M. 1995. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Saifuddin. 2011. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kerlinger, Fred, N. 1998. Asas-asas Penelitian Behavioral. Terj: H.J. KoesoemantoLandung R. Simatupang. Judul Asli: Foundation of Behavioral Research. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Margono, Gaguk – Sudaryono – Rahayu, Wardani. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif (Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Prastowo, Andi. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Riduwan - Engkos Achmad Kuncoro. 2012. Cara Menggunakan dan Memaknai Path Analysis; Analisis Jalur. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Sukardi. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara. Suryabrata, S. 1995. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

tidak ada komentar satu plus satu 1

belum pernah dibagikan Dibagikan kepada publik•Lihat aktivitas

Tambahkan komentar...

Related Documents

Sampel
October 2019 28
Pengambilan Sampel
May 2020 29
Sampel Ui.docx
April 2020 4
Pengambilan Sampel
June 2020 21
Tugas Rancangan Sampel
June 2020 15

More Documents from "Iswandi"

Pengalaman Edgar Dale
October 2019 15
Sampel
October 2019 28
Makalah Now.docx
April 2020 25
Document.docx
April 2020 27