Saluran Kemih Dan Genitalia Masculina.docx

  • Uploaded by: Sarah Claudia Yosephine Simanjuntak
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Saluran Kemih Dan Genitalia Masculina.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,748
  • Pages: 17
Saluran Kemih dan Genitalia Masculina Sarah Claudia Yosephine Simanjuntak Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Abstrak Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak fungsi untuk homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur keseimbangan cairan dan asam basa dalam tubuh. Terdapat sepasang ginjal pada manusia, masing-masing di sisi kiri dan kanan (lateral) tulang vertebra dan terletak retroperitoneal (di belakang peritoneum). Selain itu sepasang ginjal tersebut dilengkapi juga dengan sepasang ureter, sebuah vesika urinaria (bulibuli/kandung kemih) dan uretra yang membawa urine ke lingkungan luar tubuh. Kata Kunci : ureter, vesika urinaria, uretra, urine

Abstract Kidneys are the organs in the human body that perform many functions for homeostasis, which primarily is as an organ of excretion and regulating fluid and acid-base balance in the body. There is a pair of kidneys in humans, respectively on the left and right side ( lateral ) vertebrae and located retroperitoneal (behind the peritoneum ). Besides a pair of kidneys are also equipped with a pair of ureters, a bladder ( bladder / urinary bladder ) and the urethra that carries urine out of the body into the environment. Keyword :ureters, a bladder, urethra, urine

Makroskopis Ginjal dan Saluran Kemih Ginjal terletak retro peritoneal sebelah kiri atau kanan columna vertebralis. Ginjal kiri terletak pada costa 11 sampai vertebra lumbalis 2-3 dan ginjal kanan pada costa 12 sampai vertebra lumbalis 3-4. Jarak kutub atas kedua ginjal ±7 cm, kutub bawah kedua ginjal 11cm dan jarak dari kutub bawah ke crista iliaca 3-5cm. Pembungkus ginjal terdiri dari :

1. Capsula fibrosa Melekat pada ginjal, hanya menyelubungi ginjal dan mudah di kupas 2. capsula adiposa Mengandung banyak lemak dan membungkus ginjal serta glandula supra renalis. Dinding capsula adiposa pada bagian depan tipis sedangkan pada bagian belakangnya tebal. 3. fascia renalis Letaknya di luar capsula fibrosa. Terdiri 2 lembar : -

depan : facia prerenalis

-

belakang : facia retro renalis

Kedua lembar fascia renalis ke caudal tetap terpisah, ke cranial bersatu, sehingga kantong ginjal terbuka ke bawah. Oleh karena itu sering terjadi ascending infection. Ginjal dipertahankan pada tempatnya oleh fascia adiposa, pada keadaan tertentu capsula adiposa sangat tipis, sehingga jaringan ikat yang menghubungkan capsula fibrosa dan capsula renalis kendor, sehingga ginjal turun disebut nephroptosis. Nephrophtosis sering terjadi pada ibu yg sering melahirkan ( grande multipara ).

Letak Ginjal

Bagian – bagian ginjal : •

Cortex renalis Terdiri dari : o Glomerulus o pembuluh darah o Di glomerulus darah disaring menjadi filtrat, kemudian disalurkan ke dalam medulla, saluran- saluran tersebut akan bermuara pada papilla renalis  terdapat garis- garis dari medulla: processus medullaris ( FERHEINI )



Medulla Renalis Papilla renalis sesuai ujung ginjal yang berbentuk segitiga = pyramid renalis (malphigi). Di antara pyramis-pyramis terdapat columna renalis (Bertini). Saluran-saluran yang menembus papilla = ductuli papillares ( Bellini), tempat tembusnya berupa ayakan = area cribriformis. Papilla renalis menonjol ke dalam calix minor. Beberapa calyx minor ( 2 – 4 ) membentuk calyx major. Beberapa calyx major menjadi pyelum = pelvis renis, kemudian menjadi ureter. Ruangan tempat calyx = hillus renalis.

Ginjal

Perdarahan Ginjal berasal dari A. renalis cabang dari Aorta abdominalis setinggi vertebra Lumbalis 1-2. A. renalis kanan lebih panjang dari A. renalis kiri, karena harus menyilang V. cava inferior di belakangnya. A. renalis masuk ke dalam ginjal melalui hillus renalis dan bercabang 2. Yang satu ke depan ginjal, mengurus ginjal bagian depan dan lebih panjang dan satu lainnya ke belakang ginjal, mengurus ginjal bagian belakang. A. Renalis depan & belakang bertemu di lateral, pada garis Broedel, tempat pertemuannya ± di belakang garis tengah ginjal. Pembedahan pada garis Broedel, perdarahan minimal. A. Renalis bercabang lagi & berjalan di antara lobus ginjal yaitu A. interlobaris. A. Interlobaris berada pada perbatasan cortex & medula bercabang menjadi A. arcuata, mengelilingi cortex dan medulla, sehingga disebut A. arciformis. A. arcuata mempercabangkan : A. interlobularis berjalan sepanjang tepi ginjal (cortex), mempercabangkan vassa afferens (glomerolus). Dalam glomerolus membentuk anyaman atau pembuluh kapiler sebagai vassa efferens berupa anyaman rambut yang di sebut tubuli contorti. Pembuluh balik ginjal mengikuti nadinya mulai permukaan ginjal sebagai kapiler berkumpul dalam V. interlobularis disebut

Vv stellatae ( Verheyeni ). Dari V.interlobularis→ V.

arcuata→V. interlobaris → V. renalis → V. cava inferior. Mengikuti nadinya mulai permukaan ginjal sebagai kapiler berkumpul dalam V.interlobularis yang disebut Vv stellatae ( Verheyeni ). Dari V. interlobularis→ V.arcuata→V. interlobaris → V. renalis → V. cava inferior. Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal yang merentang sampai kandung kemih. Setiap ureter panjangnya antara 25cm sampai 30cm dan berdiameter 4mm sampai 6 mm. Saluran ini menyempit di tiga tempat yaitu di titik asal ureter pada pelvis ginjal, di titik saat melewati pinggiran pelvis, dan di titik pertemuannya dengan kandung kemih. Batu ginjal dapat tersangkut dalam ureter di ketiga tempat ini dan mengakibatkan nyeri dan disebut kolik ginjal. Dinding ureter terdiri dari 3 lapisan jaringan yaitu lapisan terluar yang berupa lapisan fibrosa, di tengah adalah muskularis longitudinal ke arah dalam dan otot polos sirkuler ke arah luar. Lapisan terdalam adalah epitelium mukosa yang mensekresi selaput mukosa pelindung. Lapisan otot memiliki aktivitas peristaltik intrinsik. Gelombang peristalsis mengalirkan urin dari kandung kemih keluar tubuh.1 Arteri untuk pars abdominalis ureter biasanya berasal dari tiga sumber yaitu arteri renalis, arteri testicularis atau artero ovarica, dan aorta. Pembuluh balik darah dari kedua ureter terjadi melalui vena testicularis atau vena ovarica.

Lalu ada kandung kemih atau vesika urinaria yang merupakan organ muskular berongga yang berfungsi sebagai kontainer penyimpangan urin. Pada laki- laki vesika urinaria terletak tepat di belakang simfisis pubis dan di deoan rektum. Pada perempuan, organ ini terletak agak dibawah uterus di depan vagina. Ukuran organ ini sebesar kacang kenari. Berbentuk limas kalo kosong, sedangkan kalo terisi penuh akan berbentuk bulat. Vesika urinaria ini berkerut, akan tetapi kalau terisi penuh, kerutan tersebut akan hilang. Vesika urinaria ini ditopang di dalam rongga pelvis dengan lipatan- lipatan peritoneum dan kondensasi fasta. Dinding vesika urinaria adalah lapisan terluar. Lapisan ini merupakan perpanjangan lapisan peritoneal rongga abdominopelvis dan hanya ada di bagian atas pelvis. Lalu ada lapisan otot yaitu otot detrusor tang merupakan lapisan tengah. Lapisan iini tersusun dari berkas- berkas otot polos yang satu sama lain saling membentuk sudut. Hal ini untuk memastikan bahwa selama urinasi, vesika urinaria akan berkontraksi dengan serempak ke segala arah untuk mengeluarkan urin. Lalu ada otot sphincter vesika yang berfungsi untuk menahan urin di dalam vesika urinaria. Pada orang yang sudah lanjut usia, biasanya sphincter ini melemah, shingga orang tua sering ngompol. Vesika urinaria ini dapat menahan atau menampung urin sebanyak 200- 400cc.2 Genitalia Masculina3 Urethra Urethra pada laki-laki (masculina) berbeda dengan wanita (femina). Urethra masculina merupakan pipa fibromuscular dengan panjang 18-22cm dan mempunyai fungsi menyalurkan urine dari vesica urinaria sampai ke dunia luar dan tempat lewatnya semen/sperma. Urethra masculina terdiri dari 4 bagian, yaitu: 1. Urethra pars intramuralis (preprostatica) : panjang urethra pars intramuralis adalah 0,51,5cm. 2. Urethra pars prostatica : panjang urethra pars prostatica ±3cm, membentang dari collum vesica urinaria sampai sedikit ventral apex gl.prostata. pada dinding posteriornya dapat dijumpai:  Crista urethralis, merupakan rigi yang memanjang.  Sinus prostaticus, merupakan lekukan di sisi kiri dan kanan crista urethralis dan muara ductus excretorius prostaticus.

 Colliculus seminalis, merupakan tonjolan di tengah-tengah crista urethralis dan memiliki lubang yang disebut utriculus prostaticus (utriculus masculinus).  Muara ductus ejaculatorius di kanan dan kiri utriculus prostaticus. Jadi dapat disimpulkan bahwa urethra pars prostaticus merupakan pertemuan saluran urine dan reproduksi. 3. Urethra pars membranasea : urethra pars membranasea merupakan bagian yang paling pendek, sepanjang 1-2cm, dan membentang apex prostat sampai bulbus penis. Bagian paling sempit urethra pars membranasea disebabkan oleh otot yang mengelilingi urethra yaitu m.spinhcter urethra. Urethra bagian ini seluruhnya terletak dalam diaphragma pelvis/diaphragma urogenitale. Selain pendek dan sempit, urethra bagian ini susah diregangkan dan sangat tipis di bagian distalnya sehingga mudah robek pada katerisasi. 4. Urethra pars spongiosa : urethra pars spongiosa merupakan bagian urethra terpanjang yaitu ±15cm dan membentang dari bulbus penis sampai ujung glans penis. Seluruh bagian urethra pars spongiosa dikelilingi corpus spongiosum/corpus cavernosum. Pada glans penis terdapat bagian yang melebar disebut fossa naviculare urethrae. Muara urethra pars spongiosa pada glans penis disebut orificium externum urethra dan pada bagian anterior bermuara gl.urethralis littre.

Urethra4 Penis Penis dihubungkan pada symphisis ossis pubis melalui suatu jaringan ikat yang disebut lig.suspensorium penis. Penis dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu radix penis, corpus penis, dan glans penis. Radix penis merupakan bagian penis yang melekat ke symphisis ossis pubis dan terdiri dari 3 massa jaringan erektil yaitu:bulbus penis, crus penis dextra, dan crus penis sinistra. Sedangkan corpus penis merupakan lanjutan radix penis ke arah distal. Pada permukaan dorsal corpus penis, tepat pada garis tengah, dapat dijumpai V.dorsalis penis superficialis. Glans penis terletak pada ujung distal corpus penis. Pada glans penis dapat dijumpai alat-alat sebagai berikut: 1. Meatus/orificium urethra externa. 2. Frenulum, yaitu lipatan kulit yang terletak di caudal meatus urethra externa. 3. Preputium, yaitu lapisan kulit yang menutupi glans penis.

4. Corona glandis, yaitu pinggir dasar glans penis. Scrotum Scrotum merupakan suatu kantong yang dibentuk oleh kulit dan fascia. Kulit scrotum berkeriput dan ditutupi rambut-rambut kasar. Pada bagian tengah scrotum, dapat dijumpai suatu garis yang disebut Raphe Scrotalis. Scrotum berisi testis dan epidydimis.

Genitalia Masculina5 Testis Istilah testis berasal dari bahasa Yunani orchis, sedangkan peradangan testis disebut orchitis. Testis adalah organ reproduksi yang menghasilkan spermatozoa dan sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon androgen untuk mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder. Bentuk testis oval dengan konsistensi lunak. Testis dibungkus oleh tunica vaginalis propria dan terletak dalam cavum scroti. Pada orang normal, testis kiri letaknya lebih rendah daripada yang kanan. Sedangkan pada situs inversus totalitas dan orang kidal, testis kanan letaknya lebih rendah dari pada testis kiri. Pada testis dapat dijumpai sisa-sisa perkembangan ujung cranial ductus paramesonephros yang disebut appendix testis.

Testis dapat dibedakan menjadi bagian-bagian sebagai berikut: extremitas superior, extremitas inferior, facies lateralis, facies medialis, margo anterior (convex), dan margo posterior (datar). Sedangkan pembungkus testis dari dalam keluar adalah: 1. Tunica albuginea. 2. Tunica vaginalis testis lamina visceralis dan lamina parietalis. 3. Fascia spermatica interna. 4. M. Cremaster 5. Fascia spermatica externa. 6. Tunica dartos. 7. Cutis scroti. Pada irisan/potongan testis dari margo anterior ke margo posterior dapat dijumpai parenkim testis dibungkus oleh tunica albuginea. Tunica albuginea memberikan septula testis ke dalam parenkim testis. Di sebelah luar, tunica albuginea dibungkus lagi oleh tunica vaginalis propria lamina visceralis. Di daerah dekat margo posterior testis yang tidak di capai oleh septula testis terbentuk massa jaringan ikat fibrosa yang memadat, disebut mediastinum testis. Rete testis adalah anyaman beberapa tubuli seminiferi recti yang memasuki mediastinum. Dari rete testis dibentuk saluransaluran yang memasuki caput epididymis disebut ductuli efferentes testis.

Rete testis Testis didarahi oleh a.testicularis, cabang aorta abdominalis. Sedangkan aliran vena nya bermuara ke v.testicularis, yang kemudian dialirkan ke dalam v.cava inferior. Pada penderita filariasis terdapat penimbunan cairan antara lapisan tunica vaginalis visceralis dan parietalis yang disebut Hydrocele testis. Secara fisiologis, pada masa janin testis yang terletak di dalam cavum abdomen akan turun dan memasuki scrotum. Peristiwa ini disebut descensus testiculorum. Keadaan dimana testis tidak turunj ke dalam scrotum disebut Kriptorkismus. Keadaan ini membutuhkan operasi sedini mungkin. Epididymis Epididymis merupakan suatu saluran berkelok-kelok yang panjangnya kurang lebih 6 meter. Epididymis terletak di sebelah dorsal testis. Epididymis dibedakan menjadi caput epididymis, corpus epididymis, dan cauda epididymis. Ductus Deferens Ductus deferens atau vas deferens adalah suatu saluran berdinding tebal yang dilalui sperma. Mulai dari anulus inguinalis medialis menuju lateral A.epigastrica inferior kemudian turun ke dorsocaudal pada dinding lateral pelvis, menyilang ureter di sisi medialnya dan menuju ke mediocaudal pada permukaan dorsal vesica urinaria. Pada bagian ujung akhir ductus deferens terdapat bagian yang melebar disebut: Ampulla ductus deferens. Ductus excretorius vas deferens bersama-sama dengan ductus excretorius gl.vesiculosa membentuk: ductus ejaculatorius. Mikroskopis Didalam jaringan korteks ginjal terdapat glomerulus ginjal (korpus malphigi), glomerulus, tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal dan prosesus fereini. Didalam vaskular ginjal terdapat kutub vaskular, makula densa, vasa aferen, sel-sel yuksta glomerular, kapsula bowman, ruang bowman, glomerulus, tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal.

Didalam kutub urinari ginjal terdapat kutub urinari/tubular dan tubulus kontortus proksimal. Didalam medula ginjal terdapat tunika rektus proksimal, tunika rektus distal, segmen tipis ansa henle, duktus koligens dan duktus papilaris. Didalam pelvis renalis terdapat kaliks mayor, kaliks minor, duktus papilaris dan epitel transisional. Gambaran mikro ureter terdapat epitel transisional, lamina propria, tunika muskularis dan tunika adventisia. Vesika urinaria mukosa dilapisi epitel transisional dengan lamina propria dibawahnya. Lapisan muskular terdiri atas berkas-berkas serat otot polos yang tersusun berlapis-lapis secara tidak beraturan. Lapisan adventisia yang terdiri atas jaringan ikat jarang sebagian diliputi peritonium. Sistem genitalia maskulina terdiri dari duktus genitalis, kelenjar tambahan dan penis. Dalam hal ini ada beberapa bangunan penting yang harus diketahui, yaitu : 1. Tubulus Kontortus Seminiferus Dindingnya terdiri dari 3 lapis : Tunika propia, membrana basalis dan epitel germinativum. Tunika propia tersusun oleh jaringan pengikat fibroelastis. Membrana basal tipis dan homogen. Epitel germinativum tersusun oleh sel – sel secara epiteloid dan berlapis. Ada dua macam sel disini yaitu : (1) sel sertoli, sel penyokong, sustentakuler. (2) sel spermatogenik. 2. Ductus Ekskretorius Terdiri atas : a. Tubuli seminiferi rekti Penampang 20-25 mikron ke mediastinum testis membentuk rete testis yang memiliki silia atau flagela b. Ductus Eferent Berjumlah 7-15 buah dengan penampang 0,6 mikron dilapisi epitel selapis dengan tinggi yang tidak sama. Sel yang rendah mempunyai brush border, sel yang tinggi mempunyai silia untuk menggerakkan sperma. c. Ductus Epididimis

Saluran tunggal yang berkelok. Pada bagian proksimal dilapisi epitel pseudokompleks kolumner dengan stereosilia, pada bagian distal didapatkan sel berbentuk anguler melekat pada membran basal. d. Ductus Deferent Berjalan lurus, lumennya besar, dindingnya tebal. Lamina propia membentuk lipatan longitudinal. Dindingnya dilapisi sel epitel pseudokompleks kolumner dengan stereosilia. e. Ductus Ejakulatorius Epitelnya pseudokompleks kolumner atau kolumner simpleks. Di dekat muara ureter epitelnya berubah menjadi transisional. Mukosanya membentuk banyak lipatan tipis yang mencapai jauh ke dalam lumen, jaringan pengikatnya didominasi sabut elastic. 3. Urethra Pria Dibagi menjadi 3 segmen: a.

Pars prostatika Saat menembus kelenjar prostat, tempat muara ductus ejakulatorius dan kelenjar prostat, epitelnya transisional.

b.

Pars membranacea Mulai dari puncak prostat berakhir pada bulbus kavernosum penis, diliputi epitel pseudokompleks kolumner.

c.

Pars kavernosa Pada saat melalui korpus kavernosum penis bermuara pada ujung gland penis, diliputi oleh epitel kolumner kompleks dan beberapa dengan epitel skuamos kompleks.

4. Kelenjar Tambahan a. Kelenjar Prostat: Merupakan kumpulan 30-50 kelenjar tubuloalveolar kompleks.

Epitel bervariasi tergantung aktivitas kelenjar ( dapat kolumner simpleks, kuboid simpleks atau squamos simpleks. b. Kelenjar Vesikula Seminalis: Epitel pseudokompleks kolumner atau bervariasi

tergantung aktivitas kelenjar. PERAN KANDUNG KEMIH Kandung kemih dapat menampung fluktuasi volume urine yang besar. Dinding kandung kemih terdiri dari otot polos yang dilapisi oleh suatu jenis epitel khusus. Dahulu diperkirakan bahwa kandung kemih adalah kantong inert. Namun, baik epitel maupun otot polos secara aktif ikut serta dalam kemampuan kandung kemih mengakomodasi perubahan besar dalam volume urine. Luas permukaan epitel dapat bertambah dan berkurang oleh proses teratur daur ulang membran

sewaktu kandung kemih terisi dan mengosongkan dirinya. Sewaktu pengisian kandung kemih, vesikel-vesikel sitoplasma terbungkus membrane disisipkan melalui proses eksositosis ke permukaan sel; kemudian vesikel-vesikel ini ditarik ke dalam oleh endositosis untuk memperkecil luas permukaan ketika terjadi pengosongan kandung kemih. Seperti karakteristik otot polos pada umumnya, otot kandung kemih dapat teregang sedemikian besar tanpa menyebabkan peningkatan tegangan dinding kandung kemih. Selain itu, dinding kandung kemih yang sangat berlipat-lipat menjadi rata sewaktu pengisian kandung kemih untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan. Karena ginjal terus-menerus menghasilkan urine, kandung kemih harus memiliki kapasitas penyimpanan yang cukup untuk meniadakan keharusan terus menerus membuang urine. Otot polos kandung kemih banyak mengandung serat parasimpatis, yang stimulasinya menyebabkan kontraksi kandung kemih. Jika saluran melalui uretra ke luar terbuka maka kontraksi kandung kemih akan mengosongkan urine dari kandung kemih. Namun, pintu keluar dari kandung kemih dijaga oleh dua sfingter, sfingter uretra internum dan sfingter uretra eksternum. PERAN SFINGTER URETRA Sfingter adalah cincin otot yang dapat menutup atau memungkinkan jalan melalui suatu pembukaan. Sfingter uretra internum merupakan otot polos dan, karenanya, tidak berada dibawah kontrol volunter. Sfingter ini sebenarnya bukan suatu otot tersendiri, tetapi terdiri dari bagian terakhir kandung kemih. Ketika kandung kemih melemas, susunan anatomik regio sfingter uretra internum menutup pintu keluar kandung kemih. Di bagian lebih bawah saluran keluar, uretra dilingkari oleh satu lapisan otot rangka, sfingter uretra eksternum. Sfingter ini diperkuat oleh diafragma pelvis, suatu lembaran otot rangka yang membentuk dasar panggul dan membantu menunjang organ-organ panggul. Neuron-neuron motorik yang mensarafi sfingter eksternum dan diafragma pelvis terus menerus mengeluarkan sinyal dengan tingkat sedang kecuali jika mereka dihambat sehingga otot-otot ini terus berkontraksi secara tonik untuk mencegah keluarnya urine dari uretra. Dalam keadaan normal, ketika kandung kemih melemas dan terisi, baik sfingter internum maupun eksternum menutup untuk menjaga agar urine tidak menetes. Selain itu, karena sfingter eksternum dan diafragma pelvis adalah otot rangka dan karenanya berada di bawah kontrol sadar, orang dapat secara sengaja mengontraksikan keduanya untuk mencegah pengeluaran urine meskipun kandung kemih berkontraksi dan sfingter internum terbuka. REFLEKS BERKEMIH Miksi, atau berkemih, proses pengosongan kandung kemih, diatur oleh dua mekanisme: refleks berkemih dan kontrol volunter. Refleks berkemih dimulai ketika reseptor regang di dalam dinding kandung kemih terangsang. Kandung kemih pada orang dewasa dapat menampung hingga 250 hingga 400 mL urine sebelum tegangan di dindingnya mulai cukup meningkat untuk mengaktifkan reseptor regang. Semakin besar tegangan yang melebihi ukuran ini, semakin besar tingkat aktivasi reseptor. Serat-serat aferen dari reseptor regang membawa impuls ke korda spinalis dan akhirnya, melalui antarneuron, merangsang saraf parasimpatis untuk kandung kemih dan menghambat neuron motorik ke sfingter eksternum. Stimulasi saraf parasimpatis kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi. Tidak ada mekanisme khusus yang dibutuhkan untuk membuka sfingter internum; perubahan bentuk kandung kemih selama kontraksi secara mekanis akan menarik terbuka sfingter internum. Secara bersamaan, sfingter eksternum melemas karena neuron-neuron motoriknya dihambat. Kini kedua sfingter terbuka dan urine terdorong melalui uretra oleh gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih. Refleks berkemih ini, yang seluruhnya adalah refleks spinal, mengatur

pengosongan kandung kemih pada bayi. Segera setelah kandung kemih terisi cukup untuk memicu refleks, bayi secara otomatis berkemih. KONTROL VOLUNTER BERKEMIH Selain memicu refleks berkemih, pengisian kandung kemih juga menyadarkan yang bersangkutan terhadap keinginan untuk berkemih. Persepsi penuhnya kandung kemih muncul sebelum sfingter eksternum secara refleks melemas, memberi peringatan bahwa miksi akan segera terjadi. Akibatnya, kontrol volunter berkemih, yang dipelajari selama toilet training pada masa anak-anak dini, dapat mengalahkan refleks berkemih sehingga pengosongan kandung kemih dapat berlangsung sesuai keinginan yang bersangkutan dan bukan ketika pengisian kandung kemih pertama kali mengaktifkan reseptor regang. Jika waktu refleks miksi yang dimulai tersebut kurang sesuai untuk berkemih, yang bersangkutan dapat dengan sengaja mencegah pengosongan kandung kemih dengan mengencangkan sfingter eksternum dan diafragma pelvis. Impuls eksitatorik volunter dari korteks serebrum mengalahkan sinyal inhibitorik refleks dari reseptor regang ke neuron-neuron motorik yang terlibat (keseimbangan relatif [EPSP dan IPSP]) sehingga otot-otot ini tetap berkontraksi dan tidak ada urine yang keluar. Berkemih tidak dapat ditahan selamanya. Karena kandung kemih terus terisi, sinyal refleks dari reseptor regang meningkat seiring waktu. Akhirnya, sinyal inhibitorik refleks ke neuron motorik sfingter eksternum menjadi sedemikian kuat yang tidak lagi dapat diatasi oleh sinyal eksitatorik volunter sehingga sfingter melemas dan kandung kemih secara tak-terkontrol mengosongkan isinya. Berkemih dapat juga dimulai dengan sengaja walaupun kandung kemih tidak teregang, yaitu dengan secara sadar melemaskan sfingter uretra eksternal dan diafragma pelvis. Dengan merendahkan rongga dasar pelvis, kandung kemih jatuh ke bawah, yang secara bersamaan menarik sfingter uretra interna terbuka dan meregangkan dinding kandung kemih. Aktivasi lebih lanjut reseptor regang menyebabkan kontraksi kandung kemih melalui refleks berkemih. Pengosongan kandung kemih yang disadari juga dibantu oleh kontraksi dinding abdomen dan diafragma pernapasan. Hasil dari peningkatan tekanan intraabdominal memeras kandung kemih untuk memudahkan pengosongannya.

Sifat-sifat Urin Volume pada orang dewasa normal, 600–2500 ml urine dibentuk tiap harinya. Jumlah ini tergantung pada konsumsi air, suhu luar, makanan, dan kondisi fisik. Volume urine berkurang saat musim panas karena pengeluaran urine berbanding terbalik dengan pengeluaran keringat. Urine yang dibentuk selama tidur kira-kira setengah dari jumlah urine yang dibentuk selama aktivitas. Berat jenis berkisar antara 1,003–1,030 dan bervariasi menurut konsentrasi zat yang terlarut dalam urine. pH normal antara 4,7 sampai 8,0 dengan rata-rata kecil dari 6,0. Urine normal berwujud encer berwarna kuning pucat. Warnanya berubah-ubah dengan jumlah dan konsentrasi urine yang dikeluarkan. Urine segar biasanya jernih dan menjadi keruh jika didiamkan. Pigmen utamanya adalah urokrom, tetapi juga terdapat sejumlah kecil urobilin dan hematoporfin. Saat demam, terjadi pemekatan urine, urine menjadi kuning tua hingga kecoklatan.

Urine memiliki bau yang khas dan cenderung berbau amonia jika didiamkan. Bau ini dapat bervariasi sesuai dengan makanan yang dikonsumsi, misalnya : aspargus memberikan bau metil merkaptan, pada ketosis ditemukan bau aseton. Komposisi Urin Normal Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolism (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial.7 Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung didalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.7 Komposisi air kemih: (1)Air kemih terdiri dari kira – kira 95% air ; (2)Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea; (3)amoniak dan kreatinin; (4)Elektrolit; (5)natrium; (6)kalsium; (7)NH3; (8)bikarbonat; (9)fosfat dan sulfat; (10)Pigmen (bilirubin, urobilin); (11)Toksin; (12)Hormon. Kesimpulan Sistem kemih merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Saluran kemih merupakan alur kolektif organ pembentuk, pengumpul dan pengosongan urin. Yaitu ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Berdasarkan skenario keadaan dimana kulit penis (preputium) melekat pada bagian kepala penis (glans) membuat saluran kemih jadi tersumbat sehingga kesulitan dan kesakitan saat kencing. Bila alirannya tersumbat maka urin akan mengalir kembali ke tubulus renalis dan pelvis renalis. Kondisi seperti ini jangan disepelekan. Jika tidak diatasi maka dapat mengakibatkan sejumlah komplikasi seperti gagal ginjal, retensi urin akut dan infeksi saluran kemih.

Related Documents


More Documents from "Anonymous 4JCNvcgeJj"