Salmonella.docx

  • Uploaded by: 'Ekha Abdi'
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Salmonella.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,979
  • Pages: 25
Salmonella thyposa A.

Morfologi Mikroorganisme kelompok Salmonella Salmonella termasuk dalam family Enterobacteriacea

merupakan bakteri

patogen bagi manusia dan hewan. Infeksi Salmonella terjadi pada saluran cerna dan terkadang menyebar lewat peredaran darah ke seluruh organ tubuh. Infeksi Salmonella pada manusia bervariasi, yaitu dapat berupa infeksi yang dapat sembuh sendiri (gastroenteritis) , tetapi dapat juga menjadi kasus yang serius apabila terjadi penyebaran sistemik ( demam enterik ), dalam kasus seperti ini diperlukan penanganan yang tepat dengan antibiotik pilihan.(Cita, Y. P., 2011) Salmonella adalah jenis Gram negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora, motil (bergerak dengan flagel peritrik) serta mempunyai tipe metabolisme yang bersifat fakultatif anaerob.Termasuk kelompok bakteri Enterobacteriacea. Ukurannya 2 - 4 mikrometer x 0,5 – 0,8 mikrometer. Sifat Salmonella antara lain : dapat bergerak, tumbuh pada suasana aerob dan anerob fakultatif, memberikan hasil positif pada reaksi fermentasi manitol dan sorbitol dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol, DNAse , fenilalanin deaminase, urease, voges proskauer, dan reaksi fermentasi sukrosa dan laktosa. (Cita, Y. P., 2011) Dalam pembenihan agar Salmonella – Shigella, agar endo, dan agar Mac Conkey, koloni Salmonella berbentuk bulat, kecil, dan tidak berwarna, pada media Wilson – Blair agar, koloni Salmonella berwarna hitam. Spesies Salmonella dapat ditentukan dengan uji reaksi biokimia atau serologi sedangkan penentuan tipe faga berguna dalam bidang epidemiologi. (Cita, Y. P., 2011)

Klasifikasi Salmonella thyposa Kingdom

: Bakteria

Phylum

: Proteobakteria

Classis

: Gamma proteobakteria

Ordo

: Enterobakteriales

Familia

: Enterobakteriakceae

Genus

: Salmonella

Species

: Salmonella thyposa

(Barrow, et al, 2010). Salmonella digolongkan ke dalam bakteri gram negatif sebab Salmonella adalah jenis bakteri yang tidak dapat mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan gram, suatu pewarna penimbal ditambahkan setelah metal ungu, yang membuat semua gram negative menjadi berwarna merah/merah muda. Pengujian ini berfungsi mengelompokkan kedua jenis bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka. Banyak species bakteri gram negative bersifat patogen ( penyebab penyakit) yang berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel gram negative terutama lapisan lipopolisakarida atau dikenal sebagai endotoksin. (Barrow, et al, 2010). Salmonella typhi dapat hidup dalam kondisi aerobik (membutuhkan O2) dan anaerobik fakultatif (dapat menggunakan O2, tapi bisa juga tumbuh tanpa O2). Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu antara 5 – 47⁰C, dengan suhu optimum 35 – 37⁰C. Beberapa sel tetap dapat hidup selama penyimpanan beku. S. typhi dapat tumbuh pada pH 4,1- 9,0 dengan pH optimum 6,5-7,5. Dalam larutan asam asetat

dengan pH 5,4 dan asam sitrat pH 4,05 bakteri S. typhi masih dapat tumbuh. Perubahan pH yang sangat ekstrim menyebabkan bakteri akan mati. Kondisi pH optimum yang diperlukan untuk pertumbuhan dengan menggunakan asam laktat dan asam asetat (Barrow, et al, 2010). Bakteri Salmonella berkembang baik pada suhu hangat. Karena itu, infeksi salmonella lebih banyak terjadi pada musim panas. Biasanya, bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui media makanan yang tidak dipanaskan dengan benar, misalnya: daging, ayam, telur, atau susu. Atau, bisa juga melewati makanan mentah yang telah terkontaminasi bakteri. (Barrow, et al, 2010). Perkembangan bakteri Salmonella terbilang sangat cepat dan menakjubkan, setiap selnya mampu membelah diri setiap 20 menit sekali pada suhu hangat dan pada media tumbuh yang mengandung protein tinggi. Bisa dibayangkan, satu sel bakteri bisa berkembang menjadi 90.000 hanya dalam waktu 6 jam. (Barrow, et al, 2010). a)

Struktur dan tipe antigen Salmonella Salmonella menpunyai tiga jenis antigen utama, yaitu sebagai berikut : 1.

Antigen somatik atau antigen O Antigen ini adalah bagian dinding sel bakteri yang tahan terhadap pemanasan 1000 C, alkohol dan asam. Struktur antigen somatik mengandung lipopolisakarida. Beberapa diantaranya mengandung jenis gula yang spesifik. Antibodi yang terbentuk terhadap antigen O adalah IgM.

2.

Antigen Flagel atau antigen H Ditemukan dalam 2 fase, yaitu fase 1 spesifik dan fase 2 tidak spesifik. Antigen H dapat dirusak oleh asam, alkohol, dan pemanasan diatas 600C. Antibodi terhadap antigen H adalah IgG.

3.

Antigen Vi atau antigen kapsul

Antigen ini merupakan polimer polisakarida bersifat asam yang terdapat pada bagian yang paling luar badan bakteri. Antigen Vi dapat dirusak oleh asam, fenol, dan pemanasan 600C selama 1 jam. (Barrow, et al, 2010). b)

Faktor virulensi Ada tiga faktor yang menentukan virulensi bakteri salmonella, yaitu : 1. Daya invasi Dalam usus halus, bakteri Salmonella yang berpenetrasi di epitel dan masuk ke dalam jaringan sub-epitel sampai lamina propia. Mekanisme biokimia yang terjadi saat penetrasi belum diketahui dengan jelas, tetapi prosesnya menyerupai fagositosis. Setelah penetrasi, bakteri difagosit oleh makrofag, berkembang biak, dan dibawa oleh makrofag ke bagian tubuh yang lain. 2. Endotoksin Kemampuan Salmonella yang hidup intra seluler diduga karena memiliki antigen permukaan (antigen Vi). Simpai sel Salmonella mengandung kompleks lipopolisakarida (LPS) yang berfungsi sebagai endotoksin dan merupakan faktor virulensi. Endotoksin dapat merangsang pelepasan zat pirogen dari sel-sel makrofag dan sel-sel polimorfonunuklear (PMN) sehingga mengakibatkan demam. Selain itu, endotoksin dapat merangsang aktifasi sistem komplemen, pelepasan kinin, dan mempengaruhi limfosit. Sirkulasi endotoksin dalam peredaran darah dapat menyebabkan kejang akibat infeksi. 3. Enterotoksin dan sitotoksin Toksin lain yang dihasilkan oleh Salmonella adalah enterotoksin dan sitotoksin. Kedua toksin ini diduga juga dapat meningkatkan daya invasi dan merupakan faktor virulensi Salmonella.

B.

Sejarah dan Klasifikasi Bakteri Salmonella Salmonella ini diberi nama oleh Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika

Serikat, meskipun sebenarnya rekannya Theobald Smith yang pertama kali menemukan

bakteri ini pada tahun 1885 pada tubuh babi. Kebanyakan species

bergerak dengan flagel peritrik. Kuman ini bisa hidup dalam air yang dibekukan dengan masa yang lama. Salmonella resisten terhadap zat-zat kimia tertentu misalnya hijau brilian, natrium tetrationat, dan natrium dioksikholat.Senyawa ini menghambat kuman koliform dan karena itu bermanfaat untuk isolasi salmonella dari tinja. (Barrow, et al, 2010). Bakteri ini tersebar luas di dalam tubuh hewan, terutama unggas dan babi. Lingkungan yang menjadi sumber organisme ini antara lain air, tanah, serangga, permukaan pabrik, permukaan dapur, kotoran hewan, daging mentah, daging unggas mentah, dan makanan laut mentah. Salmonella typhi merupakan bakteri yang menginfeksi manusia dan menyebabkan demam typhoid. (Barrow, et al, 2010). Sejumlah 2000 tipe Salmonella telah dibedakan secara serologis dan diberi nama khusus. Misalnya, Salmonella typhi (penyebab demam tipus) dan Salmonella paratyphi. Salmonella typhimurium ,S. agona, S. panama adalah hanya sebagian kecil dari berbagai

jenis mikroorganisme penyebab keracunan bahan pangan tipe

gastroenteritis yang sudah dikenal. Gejala-gejala demam tipus akan Nampak setelah 7 sampai 14 hari infeksi dan umumnya ditandai oleh perasaan kurang enak dan sakit kepala. Jenis mikroorganisme penyebab tipus ini hanya terdapat pada manusia dan tidak dijumpai pada hewan lain. (Barrow, et al, 2010). Klasifikasi Salmonella sp. sangat kompleks, biasanya diklasifikasikan menurut dasar reaksi biokimia dan serotype yang diidentifikasi menurut struktur antigen O, H dan Vi yang spesifik. Menurut reaksi biokimianya, Salmonella sp. dapat diklasifikasikan menjadi tiga spesies yaitu Gastroenteritis (S. typhimurium), Septicemia (S. Choleraesius), Enteric Fevers (i.e. S. typhi – Typhoid Fever. Berdasarkan serotipenya diklasifikasikan menjadi empat serotype yaitu S.

paratyphy

A

(Serotipe

group

A),

S.

parathyphi B

(Serotipe

group

B),

S.parathyphi group C, dan S. typhi dari Serotipe group D. Perbedaan karakteristik dari masing-masing spesies Salmonella sp. (Barrow, et al, 2010).

C.

Media Perantara atau Media Pertumbuhan dari Salmonella

1.

Media Perantara Bakteri Salmonella Jenis organisme Salmonella yang sehubungan dengan suplai bahan pangan

manusia banyak ditemukan pada sapi, domba, babi dan ayam. Peternakan secara intensif untuk hewan ternak dan burung merupakan penyebab bertambah meningkatnya kejadian akibat Salmonella dari sumber-sumber tersebut. Kejadian yang terjadi pada peternakan ternak besar atau ayam di negara-negara maju dapat berkisar antara 0-50% ternak atau ayam tertular Salmonella dari padang rumput yang tercemar oleh kotoran yang tertular oleh Salmonella atau tepung ikan, tepung daging, atau tepung tulang yang tercemar. Selama perjalanan kerumah potong hewan, ternakternak (ayam-ayam) ditempatkan secara berdesak-desakan dan mengalami tekanan, sehingga mengakibatkan penyebaran mikroorgnisme lebih luas diantara ternak-ternak tersebut. Demikian juga selama penyembelihan dan kemudian pemotongan karkas terjadi pencemaran silang (cross – contamination) dari karkas yang tercemar ke karkas yang masih bersih melalui pisau, alat - alat lainnya dan air pencucian, sehingga keadaan karkas yang tercemar oleh Salmonella lebih banyak sesudah proses penyembelihan daripada sebelumnya. (Barrow, et al, 2010). Tingkat pencemaran karkas, yaitu jumlah sel/karkas, umumnya rendah– jumlahnya yang ada tidak cukup sebagai satu dosis infeksi yang biasanya sekitar 105– 106 sel. Walaupun demikian, pencemaran dalam jumlah yang rendah ini tetap memberikan bahaya yang cukup besar bagi kesehatan masyarakat, karena pemasakan yang kurang sempurna dari produk tersebut, kemudian akan mengakibatkan perkembangan sel sel Salmonella. (Barrow, et al, 2010). Sampai pada tingkat dapat menjangkit penyakit pada pengelolaan yang salah. Selanjutnya, produk yang tercemar ini dibawa ke dapur sebagai bahan baku dan ini

akan menjadi sumber kontaminasi silang pada permukaan – permukaan bahan – bahan, alat – alat masak yang kemudian dapat mencemari bahan pangan lainnya. Pembawa utama mikroorganisme kelompok Salmonella ini adalah manusia. Organisme-organisme kelompok ini dikeluarkan ke dalam alam sekeliling melalui kotoran (faeces) dimana bahan pangan dan air akan tercemar olehnya. Rantai penularannya adalah : manusia-bahan pangan(air)-manusia. Bakteri-bakteri ini sangat infektif, yaitu hanya dengan sejumlah kurang dari 100 sel cukup untuk menimbulkan penyakit. Oleh karena dosis infeksinya cukup rendah, maka umumnya tidak diperlukan perkembangbiakan sel dalam bahan pangan untuk menjadi berbahaya, walaupun perkembangbiakan dapat terjadi. (Barrow, et al, 2010). 2.

Media Pertumbuhan Bakteri Salmonella Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam media,

salah satunya adalah media Hektoen Enteric Agar (HEA). Media lain yang dapat digunakan adalah SS agar, bismuth sulfite agar, brilliant green agar, dan xyloselisine-deoxycholate (XLD) agar. HEA merupakan media selektif-diferensial. Media ini tergolong selektif karena terdiri dari bile salt yang berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan beberapa gram negatif, sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella. Media ini digolongkan menjadi media diferensial karena dapat membedakan bakteri Salmonella dengan bakteri lainnya dengan cara memberikan tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu laktosa, glukosa, dan salisin, dengan komposisi laktosa yang paling tinggi. Salmonella tidak dapat memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit karena hanya berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan koloni Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol blue. Pada BGA (Brilliant Green Agar) koloni dari tidak berwarna merah, dan transparan hingga keruh dengan lingkaran merah muda hingga merah. Biakan diduga salmonela positif jika ada TSIA terlihat warna merah pada permukaan agar, warna kuning pada dasar tabung dengan satu atau tanpa pembentukan H2S. Pada media xylose-lisine-

deoxycholate (XLD) bakteri Salmonella akan membentuk warna merah dengan atau tanpa pusat berwarna hitam. Pada media bismuth sulfite agar bakteri Salmonella membentuk warna hitam atau hijau. Salmonella pada media XLD Salmonella pada media BGAD. (Barrow, et al, 2010). D.

Gejala Penyakit yang Diakibatkan oleh Salmonella Salmonella penyebab gastroenteritis ditandai oleh gejala-gejala yang umumnya

Nampak 12-36 jam setelah makan bahan pangan yang tercemar. Gejala-gejala tersebut adalah, sebagai berikut : 1. Panas badan semakin hari bertambah tinggi, terutama pada sore dan malam hari. 2. Terjadi selama 7-10 hari, kemudian panasnya menjadi konstan dan kontinyu. 3. berak-berak (diarrhea), sakit kepala, muntah-muntah, pusing bagian bawah, demam dan kadang-kadang didahului sakit kepala dan menggigil. 4. Hilangnya nafsu makan. 5. Bentuk klasik demam tiphoid selama 4 minggu. Masa inkubasi 7-14 hari. (Cita, Y. P., 2011)

Vibrio cholerae Vibrio cholera pertama kali ditemukan oleh seorang ahli anatomi dari Itala Filippo Pacini pada tahun 1854. Penemuannya mengungkapkan tentang bakteri V. cholera penyebab utama yang menjadi penyakit kolera. Namun teori dari Filippo Pacini ini diabaikan oleh komunitas ilmiah karena pada masa tersebut masih berkembang teori tentang penyakit kolera yang disebabkan oleh racun. Pada tahun 1884 Robert Koch melaporkan hasil penelitiannya tentang bakteri V. cholera sebagai penyebab penyakit Kolera dan dikenal secara luas oleh seluruh kalangan masyarakat (Lippi & Gotuzzo, 2013) A.

Klasifikasi Vibrio cholera Vibrio cholera merupakan salah satu bakteri paling banyak terdapat pada

permukaan air yang terkontaminasi limbah industri dan limbah rumah tangga. Bakteri ini bersifat gram negatif berbentuk basil (batang) bengkok, bersifat aerob dan motil, serta mempunyai satu flagel kutub.V. cholera yang menyebabkan penyakit kolera pada manusia adalah jenis serogrup O1 dan O139 (Kharirie, 2013) Bakteri V. cholera mempunyai klasifikasi sebagai berikut : Kingdom

: Bacteria

Filum

: Proteobacteria

Ordo

: Vibrionales

Kelas

: Gamma proteobacteria

Family

: Vibrionaceae

Genus

: Vibrio

Spesies

: Vibrio cholera

(Aditia, 2015)

B.

Morfologi Vibrio cholerae V. cholerae termasuk

seperti

koma

dengan

bakteri

gram

negatif,

ukuran

panjang

2-4

berbentuk batang bengkok

μm.

Koch

menamakannya

“kommabacillus”. Morfologi sel V. cholera dapat dilihat pada Gambar 1. Bakteri ini bisa menjadi batang yang lurus mirip dengan bakteri enteric gram negatif bila inkubasi diperpanjang. Bakteri V. choleraememiliki satu buah flagella halus pada ujungnya (Monotrikh) yang menyebabkan bakteri ini bergerak sangat aktif. Bakteri ini

tidak membentuk spora, bentuk koloninya cembung (convex), dan

bergranula bila disinari (Matsonet al, 2007)

Gambar 1. Bentuk bakteri V. cholera (Howard and Daghlian, 2012) C.

Fisiologi Vibrio cholerae Vibrio choleraebersifat aerob atau anaerob fakultatif dengan suhu untuk

pertumbuhan yang berkisar antara 18-370C. Bakteri ini tumbuh baik pada jenis media yang mengandung garam mineral dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. Pada media TCBS (thiosulfate-citrate-bile-sucrose) pertumbuhan V. choleraeakan menjadi lebih baik dan cepat, menghasilkan koloni berbentuk bulat, berwarna kuning, berdiameter 1-3 mm dan mukoid sehingga dapat dibedakan dari koloni bakteri lain untuk memudahkan dalam proses isolasinya (Purwoko, 2007).V. choleraedapat juga tumbuhpada pH yang sangat tinggi (8,5-9,5), namun umumnya bakteri ini

memerlukan pH yang netral untuk pertumbuhan dengan kecepatan optimum dan pada pH asam akan mengalami laju kematian yang sangat cepat (Yuwono, 2005). V. cholera memfermentasi sukrosa dan maltosa tanpa menghasilkan gas pada media TCBS (thiosulfate citrate-bile-sucrose). Bakteri ini akan tumbuh dengan baik pada media APW (alkali pepton water) setelah 6 jam masa inkubasi pada suhu kamar sehingga media ini dipakai untuk media transport (Amelia, 2005).

D.

Patogenesis dan patologi Vibrio cholerae Secara alamiah, Vibrio choleraepatogen terhadap manusia. Bakteri ini sangat

sensitifdengan asamkarena bakteri ini tidak tahan asam dan panas. Apabila seseorang mengonsumsi makanan yang mengandung bakteri sebanyak 102-104sel/gram pada makanan maka seseorang dengan asam lambung yang normal akan terinfeksi oleh Vibrio(Dziejman,

2002).

Sebagian

besar

infeksi

disebabkan

oleh

V.

choleraesimptomatik atau diare yang ringan pada pasien. Gejala akan timbul setelah 1–4 hari masa inkubasi terlampaui. Munculnya diare encer yang berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas dan tanpa adanya tenesmus merupakan gejala paling khas timbul bila terinfeksi oleh bakteri ini. Diare yang semula berwarna dan berbau dalam waktu singkat akan berubah menjadi cairan putih keruh serupa dengan air cucian beras yang mengandung mucus, sel-sel epitel. Selanjutnya akan timbul gejala mualmual setelah diare diikuti dengan muntah dan biasanya kejang otot-otot betis, biseps, triseps, pektoralis, dan kram perut (Amelia, 2005). Pada umumnya bakteri ini tidak bersifat invasif dan tetap berada di saluran pencernaan penderita yang terinfeksi kuman ini. Toksin yang dikeluarkan oleh spesies ini akandiabsorbsi kedalam sel-sel epitel dan merangsang hipersekresi air pada

bagian

pencernaan

khususnya

usus

halus.

Akibatnya

tubuh

mengalamiperdarahan dan kekurangan elektrolit yang mengakibatkan

akan diare,

dehidrasi, asidosis, syok bahkan sampai kematian. Bakteri V. cholerae paling banyak terdapat pada perairan yang tercemar oleh limbah industri, limbah rumah

tangga, dan kotoran. Penyebaran bakteri V. choleraeberasal dari hasil perikanan yang terkontaminasi bakteri ini (Osawa, 2008).

E.

Cara Penularan Penyebaran penyakit cholera dapat melalui penularan langsung carrier).

Kontaminasi melalui cholerae.

Bakteri

makanan

dan

ini biasanya

minuman

yang

ditemukaan

pada

mengandung bakteri V. feses

penderita yang

mengandung kuman tersebut. Makanan yang terkontaminasi dengan feses, ataupun melalui serangga sepertilalatdapat menjadi sumber pembawa penyakit cholerae.Bakteri V. choleraeini dapat bertahan hidup dalam air selama 3 minggu (Lesmana, 2004).

F.

Pencegahan Penyakit diare dapat dicegah dengan menjaga sanitasi dan kebersihan

lingkungan

sekitar

terutama

yang

selalu

makhluk hidup yaitu air. Besar kemungkinan

berhubungan

dengan

kebutuhan

bakteri patogen tertular melalui

air yang tercemar mikroba seperti Vibrio cholerae. Maka dari itu sebagai manusia yang peduli akan lingkungan, kita wajib melestarikan lingkungan sekitardengan

cara

kepentingan bersama.

tidak

membuang

sampah

sembarangan kesungai untuk

haemophilus influenza A.

Morfologi haemophilus influenza Haemophilus influenzae adalah kelompok bakteri yang dapat menyebabkan

berbagai jenis infeksi pada bayi dan anak-anak. Bakteri yang semula disebut Bacillus Pfeiffer ini diartikan juga sebagai organisme yang hidup bebas pertama yang memiliki seluruh genome sequencing. Haemophilus influenzae atau yang biasa disingkat H. influenzae adalah bagian dari mikroflora normal pada bagian atas saluran pernapasan pada manusia. Haemophilus influenzae bergerak di antara sel-sel epitel pada saluran pernapasan untuk menginvasi dan menimbulkan penyakit. Haemophilus influenzaemempunyai ukuran 1 m x 0.3 m. Bakteri ini bebentuk batang negative Gram dan merupakan bakteri yang tidak harus

membutuhkan

oksigen untuk pertumbuhannya. Pada tahun 1930, bakeri ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu koloni R yang dibentuk oleh kuman-kuman yang tidak ramah lingkungan (tak bersimpai) dan koloni S yang dibentuk oleh sebaliknya, yaitu oleh kuman-kuman yang bersimpai. Haemophilus influenzae sangat peka terhadap desinfektan dan kekeringan. Bakteri ini tumbuh optimum pada suhu 37oC dan pada pH 7.4 sampai 7.8 dalam suasana CO2 10%. Tumbuh di media kultur yang membutuhkan faktor X (hemin) suatu derivat haemoglobin yang termostabil, dan faktor V (NAD atau NADP) yang termolabil. Media kultur yang digunakan untuk membiakkan Haemophilus influenzae adalah agar coklat (karena mengandung faktor X dan V). Haemophilus influenzae juga dapat dibiakkan di media agar darah jika diinokulasikan bersama bakteri lain yang menghasilkan dan melepaskan NAD (misal: Staphylococcus aureus), dan dikultur itu akan terlihat mengelilingi bakteri penghasil NAD tersebut atau disebut fenomena satelit. Bakteri Haemophilus influenzae mempunyai kapsul, dan tidak bergerak. Bakteri ini dapat ikut aliran darah atau terkadang menetap di sendi dan dapat menyebar melalui droplet pernafasan atau melalui kontak langsung.

B.

Cara infeksi Infeksi oleh haemophilus influenzae terjadi setelah mengisap droplet yang

berasal dari penderita baru sembuh, atau carrier, yang biasanya menyebar secara langsung saat bersin atau batuk. Haemophilus influenzae menyebabkan sejumlah infeksi pada saluran pernafasan bagian atas seperti faringitis, otitis media, dan sinusitis yang terutama penting pada penyakit paru kronik. Meningitis karena haemophilus influenzae jarang terjadi pada bayi berumur kurang dari 3 bulan dan tidak umum dijumpai pada anak-anak diatas umur 6 tahun. Pada anak-anak, selain meningitis, haemophilus influenzae tipe b juga menyebabkan penyakit bacterial epiglottitis akut.

C.

Gejala klinis Gejala-gejala klinis yang disebabkan penyakit ini cukup banyak, tergantung

letak infeksi dan jenis penyakit yang disebabkannya. Anak-anak mungkin memiliki gejala klinis yang berbeda tiap pribadi, namun jika disimpulkan, gejala klinis tersebut adalah Irritability (kekurangan makanan dan nutrisi saat bayi, demam (pada bayi prematur temperaturnya dibawah normal), sakit kepala, muntah, sakit di leher, sakit di punggung, posisi badan yang tidka biasa, kepekaan terhadap cahaya, epiglottitis, dyspnoea (sulit bernafas), dysphagia (sulit menelan), septic arthritis, cellulitis, pneumonia, sepicaemia, osteomyelitis, bacteramia, dan empyema. Kasus Hib jarang terjadi pada bayi di bawah 3 bulan atau di atas 6 tahun. Biasanya terjadi pada umur 418 bulan.

D.

Patogenesis Haemophilus influenzae tidak menghasilkan eksotoksin dan peranan antigen

somatik toksiknya pada penyakit alamiah belum jelas. Organisme yang tidak bersimpai termasuk anggota flora normal saluran pernapasan manusia. Simpai bersifat antifagositik bila tidak terdapat antibodi antisimpai khusus. Haemophilus

influenzae yang memiliki simpai khususnya tipe b menyebabkan infeksi pernapasan supuratif (sinusitis, laringotrakeitis, epiglotitis, otitis) dan pada anak kecil meningitis. Darah dari orang dengan umur kira-kira 3-5 tahun memiliki daya bakterisidal kuat terhadap Haemophilus influenzae, dan infeksi klinik lebih jarang terjadi pada orang itu. Namun sekarang antibodi bakterisidal sudah jarang ditemukan pada 25% orang AS dan infeksi yang bersifat klinik lebih sering terjadi pada orang dewasa. Haemophilus influenzae yang dapat digolongkan atau tidak bersimpai tipe b umumnya menyebabkan otitis media (mekanisme patogeniknya belum jelas). Bakteri ini dan pneumonia menjadi penyebab utama otitis media bacterial dan sinusitis akut. Organisme ini dapat ikut aliran darah atau terkadang menetap di sendi. Jika menetap di sendi maka bakteri dapat menyebabkan Artritis Infeksiosa

E.

Diagnosa Dalam mendiagnosis penyakit ini, dapat dipergunakan cairan serebrospinal,

sputum, dan cairan telinga sebagai bahah pemeriksaan. Dari bahan ini dibuat preparat Gram, dan ditanam pada perbenihan agar coklat yang dieramkan dalam suasana CO2 10%. Ada 3 cara untuk mendiagnosanya, yaitu dengan Staphylococcus streak technique, untuk mengasingkan Haemophilus influenzae, terutama dari bahan-bahan yang tidak terkontaminasi dengan kuman-kuman lain seperti cairan serebrospinal dan darah. Cara lain adalah dengan reaksi Quellung yang khas sangat membantu diagnosis, kecuali untuk kuman-kuman tak bersimpai. Sedangkan untuk menegakkan diagnosis meningitis, digunakan deteksi antigen polisakarida simpai di dalam cairan tubuh. (Brooks, Geo. F, dkk, 1995).

F. Pengobatan Pemilihan antibiotika yang akan digunakan dapat ditentukan dengan tes kepekaan secara in vitro. Kebanyakan H. influenzae peka terhadap ampisilin, khloramfenikol, tetrasiklin, sulfonamida dan kotrimoksasol, dan terapi dengan salah satu atau kombinasi obat-obat ini, namun kepekaan kumannya sendiri dan hasil suatu

terapi tidak dapat diperkirakan. Terapi untuk anak atau bayi yang terinfeksi meningitis karena Hbi dapat diberikan dexamethasone atau campuran dari cefotaxime sodium/ceftriaxone sodium/ampicillin dengan chloramphenicol. (Brooks, Geo. F, dkk, 1995).

G. Pencegahan Sementara untuk pencegahannya, dapat digunakan vaksin khas polisakarida simpai (vaksin PRP). Disarankan juga untuk menjaga pola hidup bersih di daerah yang padat penduduk.

Clostridium Tetani a)

Klasifikasi ilmiah

Kingdom

: Bakteri

Filum

: Firmicutes

Kelas

: Clostridia

Order

: Clostridiales

Keluarga

: Clostridiaceae

Genus

:Clostridium

Spesies

:C. tetani

(Senok, Abiola C, 2009).

b)

Sejarah Tetanus dikenal orang-orang kuno, yang mengakui hubungan antara luka dan

kejang otot fatal. Pada tahun 1884, Arthur Nicolaier mengisolasi strychnine -seperti toksin tetanus dari hidup bebas, bakteri tanah anaerob. Etiologi penyakit ini lebih lanjut dijelaskan pada tahun 1890 oleh Antonie Carl dan Giorgio Rattone , yang menunjukkan transmissibility tetanus untuk pertama kalinya. Mereka menghasilkan tetanus pada kelinci dengan menyuntikkan saraf siatik dengan nanah dari kasus tetanus manusia fatal dalam tahun yang sama. Pada tahun 1889, C.tetani diisolasi dari korban manusia, oleh Kitasato Shibasaburō, yang kemudian menunjukkan bahwa organisme bisa menghasilkan penyakit ketika disuntikkan ke binatang, dan bahwa toksin bias dinetralkan oleh spesifik antibodi . Pada tahun 1897, Edmond Nocard menunjukkan bahwa tetanus antitoksin diinduksi kekebalan pasif pada manusia, dan dapat digunakan untuk profilaksis dan pengobatan. Tetanus Vaksin toksoid dikembangkan oleh P. Descombey pada tahun 1924, dan secara luas digunakan untuk mencegah tetanus disebabkan oleh luka pertempuran selama Perang Dunia II. (Senok, Abiola C, 2009).

c)

Karakteristik C. tetani adalah berbentuk batang, wajib anaerob yang noda Gram positif dalam

budaya segar;

budaya didirikan mungkin noda Gram negatif .

[1] Selama

pertumbuhan vegetatif, organisme tidak dapat bertahan hidup dengan adanya oksigen , adalah peka panas dan pameran flagellar motilitas . Sebagai bakteri dewasa, ia mengembangkan terminal spora , yang memberikan organisme penampilan khas. C. spora

tetani sangat

kuat

karena

mereka

tahan

terhadap

panas

dan

sebagian antiseptik . The spora didistribusikan secara luas dalam pupuk -treated tanah dan juga dapat ditemukan pada kulit manusia dan terkontaminasi heroin . (Anne Maczulak, 2011) d)

Morfologi Kuman berbentuk panjang langsing agak membengkok, gram positif, berukuran

4,8 x 0,5 µ, sendiri-sendiri/ tersusun bentuk rantai. Panjang kuman bervariasi. Sporanya bulat terminal dan membengkak sehingga memberi kesan seperti pemukul genderang, tidak berkapsul dan bergerak aktif. (Anne Maczulak, 2011) e)

Pathogenesis Spora yang masuk ke dalam luka hanya akan berkembang biak jika suasanya

menunjang. Toksin yang dibuat diserap oleh ujung saraf motorik. Lalu menjalar sepanjang sumbu panjang saraf tepi sampai ke susunan saraf pusat. Ada beberapa jenis tetanus : 1) Tetanus neonatorum 2) Tetanus pasca keguguran dan masa nifas 3) “splanchnic tetanus” 4) “cephalic tetanus” (Anne Maczulak, 2011)

Mycobacterium tuberculosis Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil danhanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroorganisme terdapat dimana-mana. Interaksinya dengan sesame mikroorganisme ataupun organisme lain dapat berlangsung dengan cara yang aman dan menguntungkan maupun merugikan (Pratiwi,2008). Mikroorganisme di dunia ini ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan.Mikroorganisme yang menguntungkan dapat kita manfaatkan untuk kepentingankesejahteraan hidup manusia. Akan tetapi, banyak juga mikroorganisme yang tidak menguntungkan kita yaitu dengan menyebabkan terjadinya penyakit pada tubuh manusia. Salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan atau menginfeksi manusia adalam Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat mengakibatkn

penyakit

tuberculosis

padamanusia.

Tuberculosis

itu

sendiri

merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan berbahaya di dunia. (Pratiwi,2008). Tuberculosis merupakan penyakit berbahaya ke-3 yang menyebabkan kematian didunia setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, dan merupakannomor satu dari golongan penyakit infeksi. Saat ini tuberculosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat menginfeksi sepertiga populasidunia, setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberculosis, tetapi hanya bakteri yangaktif yang menyebabkan orang menjadi sakit. Setiap tahunnya sekitar 4 juta penderitatuberkulosis paru menular di dunia, ditambah lagi penderita yang tidak menular. Hal inimenggambarkan setiap tahun di dunia akan ada sekitar 8 juta penderita tuberkulosis paru,dan ada sekitar 3 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. (Pratiwi,2008). a)

TAKSONOMI

Mycobacterium tuberculosis pertama kali dideskripsikan pada tanggal 24 Maret 1882oleh Robert Koch. Maka untuk mengenang jasa beliau, bakteri tersebut diberi nama baksilKoch. Mycobacterium tuberculosis

merupakan bakteri penyebab penyakit tuberkulosa(TBC) . Bahkan penyakit TBC pada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP).

Gambar 2. Robert Koch, penemu bakteriMycobacterium tuberculosis Sumber: Media Indonesia Berikut adalah taksonomi dari Mycobacterium tuberculosis. Kingdom

: Bacteria

Filum

: Actinobacteria

Ordo

: Actinomycetales

Upaordo

: Corynebacterineae

Famili

: Mycobacteriaceae

Genus

: Mycobacterium

Spesies

:Mycobacterium tuberculosis

b)

FISIOLOGI SERTA EKOLOGIMYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS. Adapun bentuk bakteri Mycobacterium tuberculosis ini adalah basil tuberkel

yangmerupakan batang ramping dan kurus, dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4µm dan lebar 0,2 - 0,5µm yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan (Hiswani M.Kes, 2010).

Gambar 3. Mycobacterium tuberculosis

Mycobacterium tuberculosis dapat tahan hidup diudara kering maupun dalamkeadaan dingin atau dapat hidup bertahun-tahun dalam lemari es. Hal ini dapat terjadiapabila kuman berada dalam sifat dormant (tidur). Pada sifat dormant ini apabila suatu saatterdapat keadaan dimana memungkinkan untuk berkembang, kuman tuberculosis ini dapat bangkit kembali (Hiswani M.Kes, 2010). Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri aerob, oleh karena itu pada kasusTBC biasanya mereka ditemukan pada daerah yang banyak udaranya. Mikobakteriamendapat energi dari oksidasi berbagai senyawa karbon sederhana. Aktivitas biokimianyatidak khas, dan laju pertumbuhannya lebih lambat dari kebanyakan bakteri lain karenasifatnya yang cukup kompleks dan dinding selnya yang impermeable, sehingga penggandaannya hanya berlangsung setiap kurang lebih 18 jam. Karena pertumbuhannyayang lamban, seringkali sulit untuk mendiagnostik tuberculosis dengan cepat. Bentuk saprofit cenderung tumbuh lebih cepat, berkembangbiak dengan baik pada suhu 22-230C,menghasilkan lebih banyak pigmen, dan kurang tahan asam dari pada bentuk yang pathogen. Mikobakteria cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahanhidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. (Hiswani M.Kes, 2010). Bakteri

Mycobacterium

tuberculosis

adalah

bakteri

yang

dapat

menyebabkan penyakit tuberkolosis atau disingkat TBC. Sumber penularan adalah

penderita Tuberculosis(TB) yang dahaknya mengandung kuman TB hidup (BTA (+)). Infeksi kuman ini palingsering disebarkan melalui udara (air borne, droplets infection). Penyebaran melalui udara berupa partikel-partikel percikan dahak yang mengandung kuman berasal dari penderitasaat batuk, bersin, tertawa, bernyanyi atau bicara. Partikel mengandung kuman ini akan terhisap oleh orang sehat dan menimbulkan infeksi di saluran napas. Bakteri aktif mikobakteria mencemari udara yang ditinggali atau ditempati banyak manusia, karenasumber dari bakteri ini adalah manusia. Bakteri ini dapat hidup selama beberapa jam padaudara terbuka, dan selama itulah dia akan berterbangan di udara hingga akhirnyamenemukan manusia sebagai tempat hidup. (Hiswani M.Kes, 2010).

c)

PENYAKIT TUBERCULOSIS (TBC) Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi

yangdisebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TBC dapat menyerang padasiapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Apabilaseseorang sudah terpapar dengan bakteri penyebab tuberculosis akan berakibat buruk seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja, menularkan kepada orang lainterutama pada keluarga yang bertempat tinggal serumah, dan dapat menyebabkan kematian.Pada penyakit tuberkulosis jaringan pang paling sering diserang adalah paru-paru (95,9 %)(Hiswani M.Kes, 2010). Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejalakhusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru. (Hiswani M.Kes, 2010). 1.

Gejala umum (Sistemik) ○ Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malamhari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. ○ Penurunan nafsu makan dan berat badan.

○ Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). ○ Perasaan tidak enak (malaise), lemah. (Hiswani M.Kes, 2010).

2.

Gejala khusus (Khas) o Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafasmelemah yang disertai sesak. o Kalau

ada

cairan

dirongga

pleura

(pembungkus

paru-paru),

dapat

disertaidengan keluhan sakit dada. o Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang padasuatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, padamuara ini akan keluar cairan nanah. o Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebutsebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang. (Hiswani M.Kes, 2010).

Nama : Ni Kadek Puspa Yuningsih Nim

: 171200179

Kelas : A2B

Aditia, L. 2005. Identifikasi Vibrio cholerae. Makasar : Fakultas Sains Dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Alauddin. Amelia, S. 2005. Vibrio cholerae. Medan : Departemen Mikrobiologi. Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatra Utara. Anne Maczulak (2011), "Clostridium", Encyclopedia of Microbiology, Facts on File, hlm.

168 – 173, ISBN 978-0-8160-7364-1

Hoffman,

Barbara

(2012).

Williams gynecology, 2nd edition. New York: McGraw-Hill Medical. hlm. 65. ISBN 0071716726. Barrow, P.A., et al.(2010). Salmonella. Dalam Pathogenesis of Bacterial Infection in Animals. Fourth Edition. Edited by Gyles C.L. et al. Wiley-Blackwell. A John Wiley & Sons Inc, Publication. Brooks, Geo. F, dkk. (1995). ‘Mikrobiologi Kedokteran’, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, hal. 265-267 Cita, Y. P., 2011. Bakteri Salmonella typhi dan Demam Tifoid. Jurnal Kesehatan Masyarakat, September, Volume 6, p. 43. Dziejman, M., E. Balon.,D. Byod., C. M, Fraser., J. F, Heidelberg., and J. J. Mekalanos. 2002. Comparative Genomic Analysis Of Vibrio cholerae Genes That Cornelate With Cholerae Endemic and Pandemic Diseases. Proceeding Of The National Academy Of Sciences, 99(2): 1556-1561 Hiswani, 2010. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat, Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Howard, L., and C. Daghlian. 2012. Vibrio cholerae Acrylic Print. Fine Art America

Kharirie, 2013. Diagnosa Vibrio cholerae Dengan Metode Kultur Dan Polimerase Chain Reaction (PCR) Pada Sampel Sumber Air Minum. Jurnal. Biotek Medisiana Indonesia. Vol. 2.2.2013 : 51-58 Lesmana, M. 2004. Perkembangan Mutakhir Infeksi Kolera. Jakarta : Fakultas Kedokeran. Universitas Trisakti. Vol. 23. No. 3. Pratiwi, S.T., 2008. Mikrobiologi farmasi. Erlangga, Jakarta : 150 –171.

Matson, J. S., J. H. Withey., and V. J. Ditita. 2007. Regulatory Networks Controlling Vibrio cholerae. Virulence Gene Expression. American Society For Microbiology, 64(4): 5542-5549 Osawa. 2008. Osawa sensei’s Vibrio cholerae Isolation Protocol for Environmental Samples (Seafood and River or Melted Ice Water). Japan : KOBE University Senok, Abiola C (2009). "Probiotics for the treatment of bacterial vaginosis". Cochrane

Database

Syst

Rev:

doi:10.1002/14651858.CD006289.pub2. PMID 19821358

CD006289.

More Documents from "'Ekha Abdi'"

Salmonella.docx
May 2020 4
December 2019 40
Attachment.docx
April 2020 24