SAB (Satuan Acara Bermain) TERAPI KREATIVITAS MEWARNAI TOPENG
OLEH: MAHASISWA ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MAHASISWA STIKES MATARAM
RUMAH SAKIT UMUM DR.SAIFUL ANWAR MALANG 2014
LEMBAR PENGESAHAN SATUAN ACARA BERMAIN
TERAPI KREATIVITAS MEMBUAT DAN MEWARNAI TOPENG
Pada tanggal 8 Agustus 2014 di R.15 RSUD dr.Saiful Anwar Malang
Disusun Oleh:
MAHASISWA ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MAHASISWA STIKES MATARAM
Telah Disetujui Oleh:
Pembimbing Klinik
___________________________________
BAB I
1. Latar Belakang Dunia anak adalah dunia bermain dan dunia untuk mengembangkan diri serta untuk mengenal dunia sekitarnya. Dalam bermain anak-anak tidak hanya sekedar unttuk mengisi waktu yang ada, tetapi kegiatan tersebut sangat penting bagi anak-anak seperti kebutuhan anak anak yang lainseperti:makan, minum, perawatan, cinta kasih dari orang tua. Anak memerlukan berbagai variasi dalam bermain untuk menjaga kesehatannya baik fisik, mental dan perkembangan emosinya. Melalui bermain anak tidak hanya menstimuli otot, otak dan pergaulannya dengan sesama.
Lingkungan rumah sakit merupakan penyebab stress bagi anak dan orang tuanya, baik lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan atau ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun lingkungan sosial, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perawat memegang posisi kunci untuk membantu orang tua menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan perawatan anaknya dirumah sakit karena perawat berada disamping pasien selama 24 jam. Untuk itu berkaitan dengan upaya mengatasi masalah yang timbul baik pada anak maupun orang tua selama anaknya dalam perawatan di rumah sakit, untuk mengurangi ketakutan anak yang harus mengalami rawat inap di rumah sakit dapat dilakukan beberapa cara salah satunya adalah dengan terapi bermain. Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah anak, apapun bentuknya harus berlandaskan pada asuhan yang terapeutik karena bertujuan sebagai terapi bagi anak. Menurut Supartini (2004), terapi bermain merupakan terapi pada anak yang menjalani hospitalisasi. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas dan nyeri. Dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bermain sangat diperlukan untuk perkembangan anak. Bermain dapat digunakan sebagai media psiko terapi atau pengobatan terhadap anak yang dikenal dengan sebutan Terapi Bermain (Tedjasaputra, 2008). Karena pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti cemas. Adapun tujuan bermain bagi anak di rumah sakit yaitu, mengurangi perasaan takut,
cemas, sedih, tegang dan nyeri (Supartini, 2004). Anak usia pra sekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang dari pada usia Toddler. Sejalan
dengan
pertumbuhan
dan
perkembangannya
anak
usia
prasekolah sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Permainan adalah satu dari aspek yang paling penting dalam kehidupan seorang anak, dan merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk menghadapi dan mengatasi stress. Permainan adalah “pekerjaan” anak, dan dalam lingkup rumah sakit, permainan akan memberikan peluang untuk meningkatkan ekspresi emosional anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan benci. Mewarnai sebagai salah satu permainan yang memberikan kesempatan anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuh). Anak dapat mengekspresikan perasaannya dengan cara mewarnai, ini berarti menggambar bagi anak merupakan suatu cara untuk berkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata (Suparto, 2003). Dengan mewarnai gambar juga dapat memberikan rasa senang karena pada dasarnya anak usia pra sekolah sudah sangat aktif dan imajinatif selain itu anak masih tetap dapat melanjutkan perkembangan kemampuan motorik halus dengan menggambar meskipun masih menjalani perawatan di rumah sakit. 2. Tujuan a. Tujuan Instruksional Umum Setelah dilakukan terapi bermain selama kurang lebih 30 menit diharapkan kreativitas anak-anak berkembang baik dan dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi dengan mewarnai topeng buatan sendiri b. Tujuan Instruksional Khusus
Memberikan warna yang sesuai dengan karakteristik hewan yang diberikan
Menempelkan kertas penyangga topeng dan memasang tali karet pada kertas topeng
Menurunkan perasaan hospitalisasi.
3. Sasaran Yang menjadi sasaran dalam terapi bermain adalah anak yang sedang menjalani perawatan di ruang 15 khususnya di kelas III RSSA Malang, dengan kriteria :
Dimulai dari anak usia prasekolah
Anak laki-laki maupun perampuan
Tidak sedang menjalani bedrest
Tidak menderita penyakit menular
Kondisi cukup baik
4. Metode Bermain Pelaksanaan terapi bermain ini dilakukan selama kurang lebih 30 menit dan dibagi dalam 3 fase yaitu : Fase Perkenalan (5 menit) Pada fase ini setelah anak-anak terkumpul, terlebih dahulu terapis memperkenalkan diri pada anggota yang dilanjutkan dengan perkenalan oleh para anggota. Fase Kerja (20 menit)
Leader membantu membuka dan menutup terapi kreativitas
Fasilitator memberi pengarahan dan mempraktekkan cara bermain di depan anak-anak.
Cara Bermain: Gambar dan peralatan membuat topeng (kertas, tali karet dan pensil warna) dipersiapkan untuk anak-anak Tiap fasilitator membawa gunting yang akan digunakan untuk memberikan lubang mata dan pengikat Lalu anak dibimbing untuk mewarnai gambar hewan yang sudah dipilih Jika gambar telah selesai diwarnai, kertas penyangga mulai ditempelkan pada kertas gambar yang diwarnai Fasilitator mengecek pemasangan kertas penyangga kemudian menempelkan isolasi pada bagian terluar untuk lubang tali karet Fasilitator memberikan lubang pada mata dan tempat masuk tali karet Fasilitator mengarahkan anak-anak untuk memasukkan tali karet ke dalam lubang tali karet
Permainan selesai sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.
Masing-masing anak diberi reward berupa hadiah.
Fase Terminasi Pada fase ini terapis menanyakan bagaimana perasaan anak setelah kegiatan bermain selesai. Kemudian sebagai penghargaan masing – masing anak baik yang menyelesaikan permainan atau tidak diberikan hadiah yang sama. Kemudian acara ditutup dengan berjabat tangan antar perserta lalu
dengan terapis. Setelah acara bermain selesai terapis membawa kembali peserta kepada keluarga dan mengucapkan terima kasih. 5. Media Kertas gambar, kertas penyangga topeng dari manila, pewarna kertas (crayon atau pensil warna), gunting dan isolasi
6. Kriteria Evaluasi
Kemampuan untuk memperkenalkan diri dengan terbuka tanpa rasa malu
Kemampuan peserta dalam berinteraksi denga teman sebayanya dan terapis saat bermain
Kemampuan peserta untuk mengikuti aturan selama permainan berlangsung
Perasaan peserta setelah terapi bermain selesai
7. Skema Terapi Bermain a. Deskripsi tugas Terapis Leader
Memimpin jalannya acara bermain
Membuka perkenalan
Membuat dan mengatur setting tempat dan waktu
Menutup kegiatan bermain
Fasilitator
Mendampingi / membantu peserta dalam bermain
Observer
Mengobservasi jalannya acara permainan
Memberikan sekilas penilaian
Memberikan kritik dan saran setelah acara selesai
Mengevaluasi dan memberikan feedback pada leader
b. Setting Tempat
F F
F F
Keterangan : Leader
: Mahasiswa Universitas Brawijaya
Fasilitator
: Mahasiswa Universitas Brawijaya dan Akper Kepanjen
Observer
: Mahasiswa Akper Kepanjen
LAMPIRAN 1. Contoh Kertas Gambar Monyet Untuk Topeng
2. Contoh Hasil Topeng Binatang Monyet
Pokok Bahasan
: Terapi Bermain
Sub Pokok Bahasan
: Terapi Kreativitas Membuat dan Mewarnai Topeng
Sasaran
: Anak dari Usia Prasekolah Di Ruang 15 RSSA
Pelaksana
: Mahasiswa profesI dari Univ.Brawijaya, Akper Kepanjen
Waktu Pelaksanaan
: Kamis, 20 Februari 2014, Pukul 10.00
Tempat
: Tempat Tidur R.15 RSSA Malang