Sab Puzzle.doc

  • Uploaded by: Istatutik Nabillah
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sab Puzzle.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 2,026
  • Pages: 12
SATUAN ACARA BERMAIN PUZZLE DI RUANG IRNA IV (7B) RUMAH SAKIT Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Oleh Kelompok 2: 1. 2. 3. 4.

Istatutik Nabillah Kristanti Hedy Pangestu Nurul Jazilah Sandi Dwi Faridatul U.

(14901.05.18028) (14901.05.18031) (14901.05.18038) (14901.05.18043)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

GENGGONG - PROBOLINGGO 2018 SATUAN ACARA BERMAIN PUZZLE

A. Latar Belakang Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oeh berbagai faktor diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol, dan akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makanan, menangis, berteriak, memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan. Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak salah satu alat paling penting untuk penatalaksanaan stress karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009). Bermain pada anak dapat meningkatkan kecerdasan dalam berfikir dan mengembangkan imajinasi serta melatih daya motorik halus dan kasar pada anak. Pada anak pra-sekolah umumnya perkembangan motorik kasar dan motorik halusnya sudah baik (Soetjiningsih, 2008). Pada tahap ini mereka berminat untuk mendapatkan pengetahuan dan mulai mengalami peningkatan kompetensi. Dengan mengerti tentang dunia anak terutama usia anak prasekolah, maka dengan ini kami bermaksud untuk melaksanakan program terapi bermain karena dengan bermain membuat anak menjadi lebih rileks. Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-otot, kognitif dan emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaan dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif

dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. Terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu bermain Puzzle. Alasan memilih terapi bermain dengan puzzle adalah untuk mengembangkan motorik halus, keterampilan kognitif dan kemampuan berbahasa. Puzzle merupakan salah satu bentuk permainan yang membutuhkan ketelitian dan konsentrasi, melatih untuk mengontrol diri, karena kita harus berkonsentrasi ketika mengatur strategi saat bermain. Sehingga bermain puzzle merupakan jenis permainan yang memiliki nilai-nilai edukatif. B. Tujuan 1 Tujuan Intruksional Umum Setelah mengikuti terapi bermain dengan puzzle diharapkan dapat mengurangi dampak stress hospitalisasi pada anak. 2

Tujuan Instruksional Khusus Dengan mengikuti terapi bermain puzzle, diharapkan dapat: a. b. c. d.

Melatih kemampuan kognitif anak Melatih kemampuan motorik halus anak Melatih kemampuan sosial personal anak Melatih kemampuan berbahasa anak

C. Sasaran

1

Anak usia sekolah (usia 6-12 tahun)

2

Anak yang dirawat di ruang 7B

3

Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi proses terapi bermain

4

Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai

5

Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain puzzle

D. Jadwal Pelaksanaan Hari / Tanggal : Jum’at, 09 November 2018 Waktu : 09.00 WIB Tempat : Ruang Terapi Bermain IRNA IV RSUD Dr. Saiful Anwar Malang E. Media 1 Puzzle

F. Metode 1 Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain yang meliputi waktu kegiatan, cara bermain, serta hal-hal lain yang terkait 2 3 4 5

dengan program terapi bermain Diawal permainan, anak diberikan set puzzle Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk menyusun puzzle Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak selama bermain puzzle Ibu dapat berperan sebagai fasilitator, tetapi tidak boleh ikut terlibat dalam

6

kegiatan bermain puzzle Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi bermain habis, anak dipersilahkan untuk berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan anak

7

selama terapi bermain berlangsung Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap

8

perilaku anak dan proses jalannya terapi bermain Setelah anak selesai bermain puzzle, anak diharapkan untuk bercerita

9

tentang pengalamannya saat bermain puzzle Pada akhir kegiatan diberikan reward bagi anak yang sudah berpartisipasi

dalam terapi bermain 10 Kemudian fasilitator mengembalikan hasil karya mereka dan memberikan pujian kepada semua peserta sebagai reward

G. Kegiatan Permainan No 1.

2.

Waktu H-1 kegiatan

Kegiatan Persiapan :

Respon Anak

10 Menit

1

Menyiapkan ruangan

Ruangan, alat, anak dan

2

Mengundang anak dan keluarga

keluarga siap

3

Menyiapkan alat-alat

4

Menyiapkan anak dan membagi

10 menit

kelompok Pembukaan 1

Mengucapkan salam dan

1

memperkenalkan diri 2

Menyampaikan tujuan dan

kontrak 2

maksud dari kegiatan 3

Menjelaskan kontrak waktu dan

3.

30 menit

Menjelaskan cara kegiatan apa

yang akan dilakukan Pelaksanaan:

3

kontrak 4

Mendengarkan instruksi

Mengajak anak bermain puzzle

Bermain bersama

2

Fasilitator mendampingi anak

dengan antusias

kepada anak 3

Menanyakan kepada anak apakah sudah selesai dalam bermain

4

Memberitahu anak bahwa waktu yang diberikan telah selesai

5

Memberikan pujian terhadap anak yang mampu menyelesaikan puzzle dengan benar

10 menit

Mendengarkan

1

dan memberikan motivasi

4.

Mendengarkan tujuan dari kegiatan

mekanisme kegiatan bermain 4

Mendengarkan

Evaluasi:

1

2 3

Melakukan review pengalaman

Anak mendengarkan

bermain puzzle

dan merespon dengan

Mengidentifikasi kejadian yang

menjawab kesan dan

berkesan selama bermain

pengalamannya selama

Menganalisis kesan yang

permainan puzzle.

didapat oleh anak 4

Menyimpulkan kegiatan acara

H. Pengorganisasian Pembimbing Pendidikan Pembimbing Klinik Leader Co Leader Fasilitator Observer

: : : Kristanti Hedy Pangestu : Nurul Jazilah : Sandi Dwi Faridatul Usman : Istatutik Nabillah

I. Job Desciption 1. Leader Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi bermain, yaitu membuka dan menutup kegiatan. 2. Co Leader Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara bermain dalam terapi bermain 3. Fasilitator a. Memfasilitasi anak untuk bermain b. Membimbing anak bermain c. Memperhatikan respon anak saat bermain d. Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan temannya 4. Observer a. Mengawasi jalannya permainan b. Mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana

c. Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain d. Menyusun laporan dan menilai hasil permainan dibantu dengan leader dan fasilitator J. Kriteria Evaluasi 1

Evaluasi struktur a. Persiapan media dan tempat. b. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di ruang terapi bermain IRNA IV RSUD Dr. Saiful Anwar.

c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum terapi bermain dilaksanakan. 2

Evaluasi proses a. Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan teratur b. Co. Leader dapat membantu tugas leader dengan baik c. Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan d. 100% anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir

3

Evaluasi Hasil a. Peserta memahami permainan yang telah dimainkan. b. Anak telah belajar memecahkan masalah melalui eksplorasi alat mainannya. c. Anak dapat mengembangkan hubungan social, komunikasi dan belajar untuk sabar dan saling menghargai. d. Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama hospitalisasi, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi dan relaksasi). e. Anak dapat berintraksi dengan anak lain dan perawat. f. Jumlah peserta 10-15 orang

LAMPIRAN MATERI KONSEP BERMAIN A. Pengertian Bermain Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal, meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Menurut Groos (Schaefer et al, 2008) bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007). Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2009). B. Fungsi Bermain 1

Membantu perkembangan Sensorik dan Motorik Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Semikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih cepat berkembang.

2

Membantu Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan

dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan, sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya. 3

Meningkatkan Sosialisasi Anak Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang.

4

Meningkatkan Kreatifitas Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobilmobilan.

5

Meningkatkan Kesadaran Diri Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.

6

Mempunyai Nilai Terapeutik Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.

7

Mempunyai Nilai Moral pada Anak Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.

C. Tujuan Bermain Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai berikut: 1

Bentuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat

sakit

anak

mengalami

gangguan

dalam

pertumbuhan

dan

perkembangannya. Walaupun demikian, selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya. 2

Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.

3

Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah.

4

Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di rumah sakit.

D. Manfaat Bermain Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak. Berikut ini adalah bererapa manfaat bermain pada anak-anak: 1

Perkembangan aspek fisik. Anggota tubuh mendapat kesempatan untuk digerakkan, anak dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan, sehingga ia tidak merasa gelisah.

2

Perkembangan aspek motorik kasar dan halus.

3

Perkembangan aspek sosial. Ia akan belajar tentang sistem nilai, kebiasaan dan standar moral yang dianut oleh masyarakat.

4

Perkembangan aspek emosi atau kepribadian. Anak mendapat kesempatan untuk melepaskan ketegangan yang dialami, perasaan tertekan dan menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul dalam dirinya.

5

Perkembangan aspek kognisi. Anak belajar konsep dasar, mengembangkan daya cipta, memahami kata-kata yang diucapkan oleh teman-temannya.

6

Mengasah ketajaman penginderaan, menjadikan anak kreatif, kritis dan bukan anak yang acuh tak acuh terhadap kejadian disekelilingnya.

7

Sebagai media terapi, selama bermain perilaku anak-anak akan tampil bebas dan bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki oleh seorang anak.

8

Sebagai media intervensi, untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu dan sering digunakan untuk melatih konsentrasi pada tugas tertentu, melatih konsep dasar.

E. Konsep Puzzle 1

Deskripsi Puzzle Kata puzzle berasal dari bahasa Inggris = teka-teki atau bongkar pasang, puzzle adalah media yang dimainkan dengan cara bongkar pasang. Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.

2

Fungsi Puzzle Umumnya sisi edukasi permainan puzzle ini berfungsi untuk: a. Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran b. Melatih koordinasi mata dan tangan c. Melatih logika d. Memperkuat daya ingat e. Mengenalkan anak pada konsep hubungan dengan memilih gambar 3 bentuk, dapat melatih berfikir matematis menggunakan otak kiri.

DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Wong. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta: EGC.

Related Documents

Sab Mewarnai.docx
June 2020 23
Sab-razl.pdf
December 2019 40
Sab Mewarnai.docx
April 2020 34
Sab Highlights
November 2019 37
Sab Puzzle.doc
December 2019 29

More Documents from "api-19705508"