Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Proses Pembuatan Tahu Di Pabrik Tahu X Tahun 2012
Endra muhamad fadillah, Meily Kurniawidjaja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Abstrack: Penelitian ini membahas Manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja di pabrik tahu x tahun 2012, penelitian ini bersifat deskriptif. Desain studi yang digunakan merupakan desain studi berdasarkan standar AS/NZS 4360:2004 dengan metode semi kuantitatif menggunakan Job Hazard Analysis (JHA). Analisis risiko dilakukan menganalisis nilai konsekuensi, peluang serta frekuensi dan dianalisis menggunakan metode Fine yang ada pada AS/NZS 4360:2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan level risiko yang belum acceptable pada setiap proses pembuatan tahu yaitu very high, priority 1, substansial, dan priority 3. Oleh karena itu, diberikan rekomendasi yang bersifat engineering, administrative, serta penggunaaan alat pelindung diri. Kata kunci: AS/NZS 4360:2004, penilain risiko, kemungkinan,pemajanan, konsekuensi, level risiko. Abstrack: This Risk management of safety and health research that was held at plant tofu x in 2012, is a descriptive study. This study design used a study design based on standard AS / NZS 4360:2004 with a semi-quantitative method using the Job Hazard Analysis (JHA). Risk analyzes were conducted to analyze the value of the consequences, opportunities and the frequency and analyzed using the methods of Fine existing AS / NZS 4360:2004. The results showed that the level of risk that has not been found acceptable on every process of making out is very high, priority one, substantial, and priority 3. Therefore, given the recommendation that is engineering, administrative, and use of protective equipment. Keywords: AS/NZS 4360:2004, risk assessment, probability, exposure, consequences, Level of risk
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
Pendahuluan /Latar Belakang Perkembangan dunia industri khususnya industri informal yang sedang berkembang di Indonesia sangat berpengaruh untuk perekonomian Indonesia,dengan menciptakan lapangan kerja untuk para pengangguran yang ada di Indonesia dan menambah penghasilan pekerja tsb, akan tetapi industri informal jarang sekali untuk mengikuti peraturan yang berlaku di Indonesia dan juga pemerintah yang tidak melakukan pengawasan serta pelatihan untuk para pekerja sehingga menimbulkan berbagai masalah baru yang terkait dengan keselamatan kerja dan juga kesehatan kerja. Sektor informal memiliki karakteristik seperti jumlah unit usaha yang banyak dalam skala kecil, kepemilikan oleh individu atau keluarga, teknologi yang sederhana dan
padat tenaga kerja, tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah,
produktivitas tenaga kerja yang rendah dan tingkat upah yang juga relatif lebih rendah dibandingkan sektor formal. Menurut Peraturan Pemerintah No 50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3 yaitu meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas. Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang SMK3. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sebagai salah satu unsur perlindungan tenaga kerja bertujuan untuk menjamin para pekerja dan orang lain yang berada disekitar tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat dan menjaga agar sumber–sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien ,serta menjamin kelancaran proses produksi yang merupakan faktor penting dalam meningkatkan produktivitas industri. Salah satu usaha yang banyak berkembang di sektor informal adalah industri tahu rumahan, dimana terdapat pekerja yang beraktivitas dalam proses produksinya. Pada umumnya, pekerja di tempat pembuatan tahu belum mendapatkan pelayanan kesehatan keja ataupun jaminan kesehatan apabila terjadi penyakit akibat kerja. Dalam prosesnya sendiri terdapat banyak bahaya yang mungkin dapat mempengaruhi tingkat kesehatan pekerja. Industri tahu ini mengolah bahan dasar kedelai sampai menghasilkan tahu.
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
Tinjauan Teoritis Kerangka Konsep Kerangka Teori
Penentuan Konteks
Konteks internal Konteks eksternal Konteks manajemen risiko Pengembangan kriteria Penetapan struktur Identifikasi Risiko
Analisis Risiko Penentuan Alternatif Kontrol Menentukan kemungkinan Menentukan konsekuensi Perkiraan Tingkat Risiko
Monitoring dan review
Komunikasi dan Konsultasi
Apa yang bisa terjadi Kapan dan dimana itu bisa terjadi Bagaimana dan mengapa itu terjadi
Evaluasi Risiko Membandingkan dengan kriteria standar Menentukan prioritas risiko Risiko diterima Penanggulangan Risiko
Identifikasi penanggulangan risiko Evaluasi penanggulangan risiko (pilihan) Menentukan penanggulangan risiko Menyiapakan rencana penanggulangan Implementasi penanggulangan
Gambar 3.1 Australia Standard (AS/NZS 4360:2004), Risk Management Telah diolah kembali : http://www.ucop.edu/riskmgt/erm/documents/as_stdrds4360_2004.pdf, 2006
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
Kerangka konsep .
Gambaran produksi
Identifikasi bahaya dan risiko
Analisis bahaya dan risiko
Menentukan Consequences
Menentukan Exposure
Menentukan Probability
Pengendalian yang ada ( existing control )
Menentukan Consequences
Menentukan Exposure
Menentukan Probability
Existing Risk = Consequency x Likelihood xExposure
Risk Reduction = Existing Risk – Basic Risk
Evaluasi Risiko (menetapkan prioritas risiko)
Menentukan Rekomendasi Pengendalian Risiko
Predictive risk = Consequency x Likelihood xExposure
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
Monitoring & evaluasi
Komunikasi dan Konsultasi
Basic risk = Consequency x Likelihood x Exposure ( Tanpa mempertimbangkan pengendalian yang ada )
Definisi operasional Tabel Definisi Operasional No.
Variabel
Definisi operasional
instrumen/Cara Ukur
1.
Gambaran produksi
Proses kegiatan membuat tahu
Observasi wawancara
kamera lembar wawancara
observasi wawancara data sekunder
Lembar JHA
2.
Identifikasi risiko
Proses untuk menentukan apa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana sesuatu dapat terjadi
2.
Analisis Risiko
Consequences x Likelihood x Exposure
3.
Consequence
Proses yang sistematis untuk memahami sifat alamiah dan untuk menyimpulkan suatu level risiko Dampak dari suatu kejadian
4.
Exposure
Frekuensi pekerja terpajan suatu bahaya
Observasi Wawancara
Observasi wawancara
Alat ukur
Skala Ukur Nominal
Indikator/hasil ukur Proses produksi
Nominal
-risiko keselamatan -risiko kesehatan
matriks modifikasi semikuantitatif AS/NZS 4360
Interval
matriks modifikasi semikuantitatif AS/NZS 4360
Ordinal
matriksmodifikasi semikuantitatif AS/NZS 4360
Ordinal
Very high = > 350 Priority 1 = 180-350 Substantial = 70-180 Priority 3 = 20-70 Acceptable = < 20 Catastrophic = 100 Disaster = 50 Very serious = 25 Serious = 15 Important = 5 Noticeable = 1 Continuously = 10 - Frequently = 6 - Occasionally = 3 - Infrequent =2 - Rare = 1
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
No.
Variabel
Definisi operasional
instrumen /Cara Ukur
5.
Probability
Kemungkinan frekuensi terjadinya suatu kejadian
Observasi Wawancara Kriteria penilaian risiko semi kuantitatif
7.
Basic risk
Level risiko awal tanpa mempertimbangkan pengendalian yang sudah ada
Mengalikan antara consequences, likelihood, dan exposure
8.
Pengendalian yang ada
Pengendalian yang sudah dilakukan industri tahu
9.
Existing Risk
Level risiko yang ada pada saat ini dengan memperhitungkan program pengendalian yang telah dilakukan
Observasi Wawancara
Mengalikan antara consequences, likelihood, dan exposure
Alat ukur matriksmodifikasi semikuantitatif AS/NZS 4360
Skala Ukur Ordinal
kalkulator
Interval
Lembar JHA
Ordinal
kalkulator
Interval
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
Indikator/ hasil ukur Almost certain = 10 Likely = 6 Unusual but possible = 3 Remotely possible = 1 Conceivable = 0,5 Practically Impossible = 0,1 Very high = >350 Priority I = 180-350 Substantial = 70-180 Priority 3 = 20-70 Acceptable = <20 Pengendalian secara eliminasi, substitusi, engineering, administrative, dan penggunaan alat pelindung diri ( APD ) Very high = >350 Priority I = 180-350 Substantial = 70-180 Priority 3 = 20-70 Acceptable = <20
No.
Variabel
10.
Risk Reduction ( RR )
11.
Evaluasi Risiko
12.
Menentukan Rekomendasi Pengendalian Risiko
13
Predictive risk
Definisi operasional
instrumen /Cara Ukur
Besarnya tingkat pengurangan risiko setelah mengimplementasikan pengendalian risiko (Existing Risk - Basic risk ) Proses membandingkan level risiko dengan kriteria risiko
Risk Reduction = ( Basic risk -Existing Risk ) / Basic Risk *100%
kalkulator
Skala Ukur Rasio
Membandingkan level risiko dengan kriteria risiko sesuai standar yang berlaku Hierarki pengendalian bahaya dan risiko
table ALARP
Ordinal
Hirarki pengendalian
Nominal
kalkulator
interval
Memberikan rekomendasi yang belum dilakukan oleh pabrik tahu yang berguna untuk meminimalkan risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan pelaksanaan pengaplikasian tersebut di pabrik tahu Level risiko yang sudah dilakukan perhitungan setelah program pengendalian yang diberikan oleh penulis
Mengalikan antara consequences, likelihood, dan exposure
Alat ukur
Indikator/ hasil ukur 0% - 100%
Tolerable Generally acceptable
Eliminasi Subtitusi Kontrol teknik Kontrol administrative Alat pelindung diri
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
Very high = >350 Priority I = 180350 Substantial = 70-180 Priority 3 = 2070 Acceptable = <20
No.
Variabel
14.
Komunikasi dan konsultasi
15.
Monitoring dan evaluasi
Definisi operasional Melakukan komunikasi kepada para pekerja dan juga pemilik pabrik berkonsultasi dengan otoritas ranah publik Melakukan monitoring yang dilakukan otoritas ranah public dan melakukan surveilens kepada pemilik pabrik
instrumen /Cara Ukur Observasi berkomunikasi
Observasi berkomunikasi
Alat ukur
Lembar JHA
table ALARP lembar JHA
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
Skala Ukur Nominal
Indikator/ hasil ukur
Nominal
Dilaksanakan Tidak dilaksanakan
Dilaksanakan Tidak dilaksanakan
Metedologi Penelitian METEDOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode analisis risiko semi-kuantitatif. Proses penilaian risiko mengacu pada standar AS/NZS 4360:2004. Untuk identifikasi bahaya dan risiko digunakan metode JHA (Job Hazard Analysis).dimana identifikasi dilakukan pada setiap tahapan pekerjaan dan juga melakukan wawancara dengan para pekerja serta melakukan observasi. Sementara untuk penilaian
risiko
ditentukan
dengan
mengalikan
faktor
konsekuensi,
pajanan
dan
kemungkinan.Penilaian risiko ini akan dilakukan pada bulan November 2012 - Desember 2012 yang bertempat di Pabrik Tahu X. Jenis data yang digunakan dalam penilaian risiko ini adalah data primer dan sekunder. Data primer yang digunakan berupa data yang didapat dari hasil observasi langsung di tempat kerja dan wawancara dengan 4 pekerja di Pabrik tahu X sedangkan untuk data sekunder digunakan studi literatur tentang bahaya dan risiko pada industri Tahu. Instrumen yang digunakan dalam penilaian risiko ini antara lain kamera, metode JHA (Job Hazard Analysis). Untuk identifikasi bahaya dan risiko K3, form wawancara, perhitungan dan tabel risiko W.T. Fine, dan kalkulator untuk mengkalkulasi nilai risiko. Objek pada penilaian risiko ini adalah seluruh tahapan proses kerja di Pabrik Tahu X Adapun tahapan dalam melakukan penilaian risiko keselamatan dan kesehatan di Pabrik Tahu X adalah sebagai berikut: 1. Studi literatur mengenai bahaya dan risiko keselamatan dan kesehatan pada proses Tahu 2. Kunjungan langsung ke Pabrik Tahu X. 3. Melihat gambaran proses produksi yang dilakukan di Pabrik Tahu X. 4.
Identifikasi bahaya dan risiko yang ada di Pabrik Tahu X.
5. Melakukan penilaian risiko (basic risk dan existing risk) yang ada di Pabrik Tahu X. 6. Menentukan risk reduction. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi hazard dan risiko keselamatan dan kesehatan kerja menggunakan metode analisis risiko AS/NZS 4360:2004. Tahap awal yang dilakukan adalah dengan mengetahui tahapan proses pembuatan tahu, selanjutnya dilakukan proses identifikasi hazard dan risiko keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan tahapan pekerjaan dengan menggunakan Job Hazard Analysis (JHA) yang berguna untuk mengetahui hazard dan risiko keselamatan dan kesehatan kerja, penyebab serta upaya pengendalian yang telah dilakukan di pabrik tahu. Kemudian dilakukan proses analisis risiko
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
dengan menggunakan metode analisis semi kuantitatif yang mengacu pada tabel penilaian W.T. Fine untuk menentukan tingkat Consequence, Exposure, dan Likelihood. Berikut ini adalah rumus perhitungannya : Risk Score = Consequence x Exposure x Likelihood
Setelah memperoleh risk score dari masing-masing tahapan kegiatan yang dilakukan oleh para pekerja di pabrik tahu, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan pembandingan tahap penilaian tingkat risiko dalam bentuk skor. Skor yang telah diperoleh dibandingkan dengan standar yang ada untuk melihat apakah nilai tersebut masih bisa diterima atau tidak .
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
Hasil dan Pembahasan Dari penilaian risiko didapatkan total 31 hazard dengan existing risk dengan memperhitungkan pengendalian yang telah ada, pada proses pembuatan tahu lalu dikelompokkan menurut tabel risiko Fine dan penulis memberikan tanda pada tiap level risiko Fine dengan warna yang mewakili tiap level risiko, yaitu risiko dengan level risiko merah yang berarti pada level very high sebanyak 11 dampak (35.4%), risiko dengan level risiko orange yang berarti pada level priority 1 sebanyak 14 dampak (45.1%), risiko dengan level risiko kuning yang berarti pada level substantial sebanyak 5 dampak (16.1%), risiko dengan level risiko hijau muda yang berarti pada level priority 3 sebanyak 1 dampak = (3.2%). Sebagian besar existing risk ada pada level risiko orange dengan level priority 1 yang artinya masih membutuhkan perbaikan dan pengawasan di dalam proses pembuatan tahu. Komunikasi dan Konsultasi Untuk langkah selanjutnya dari proses manajemen risiko diharapkan otoritas yang bertanggung jawab pada ranah publik suku dinas tenaga kerja dan transmigrasi (sudinakertrans), Dinas kesehatan(dinkes), puskesmas melakukan proses komunikasi dan konsultasi kepada pihak pabrik tahu, proses komunikasi dan konsultasi yang dilakukan dapat berupa pemberian informasi terkait bahaya dan risiko di pabrik tahu tsb.dengan melakukan komunikasi dan konsultasi diharapkan pekerja dapat bekerja dengan selamat serta sehat dalam melakukan pekerjaan. Monitoring dan review Berdasarkan hasil manajemen risiko rekomendasi pengendalian perlu adanya monitoring dan review terhadap penerapan rekomendasi pengendalian tsb.Dilakukan monitoring oleh otoritas ranah publik seperti puskemas, Dinas kesehatan(dinkes), suku dinas tenaga kerja dan transmigrasi(Sudinakertrans) Otoritas ranah publik tsb perlu melakukan penyuluhan untuk para pekerja sebagai upaya promotif dan preventif
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
no
proses
Tahapan kegiatan
hazard
2
Proses
Menggiling kedelai setelah di hazard mekanik:
Pengendalian risiko di pabrik tahu Tangan pekerja yang terjepit mesin Luka sangat serius Belum ada
penggilingan
diamkan selama 30 menit ke terjepit,tergiling
giling atau tangan pekerja ikut hingga
kedelai
dalam mesin giling
tergiling mesin giling hazard ergonomic: postur janggal
Scenario kejadian
Dampak
cacat
permanen
Postur janggal ketika akan -Nyeri pada tangan mengangkat ember berisi kedelai untuk di masukan kedalam mesin giling
hazard biologi:
Pekerja yang digigit nyamuk dan Sakit DBD atau serangga dan juga bakteri serta jamur penyakit Nyamuk , serangga dan yang berada di lingkungan pekerja Jamuran jamur . Bahaya perilaku:pekerja Pekerja tidak menggunakan APD Cedera ketika bekerja tidak menggunakan pinggang sandal atau alas kaki dan
terjatuh
juga tidak menggunakan
Luka tusuk
Belum ada
Belum ada
pada Belum ada ketika
APD ketika bekerja. Hazard mekanik : Lantai tempat kerja licin
Ketika sedang bekerja pekerja bisa Terpeleset terjatuh dikarenakan lantai tempat terjatuh bekerja licin
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
Memakai sandal
no
2
proses
Proses
Bahaya dan dampak
hazard mekanik:
Basic risk
Pengendalia n pabrik tahu
C
E
L
BR
LR
25
6
6
900
V H
5
6
6
180
P1
penggiling -terjepit,tergiling
Exiting risk
rekomendasi
C
E
L ER
RR
LR
Belum ada
25
6
6 900
0%
VH
Belum ada
5
6
6 180
0%
P1
an kedelai dampaknya : -Luka sangat serius hingga
cacat
permanen hazard ergonomic: -postur janggal dampaknya : -Nyeri pada tangan -Nyeri
pada
pinggang C: Consequences
E : Exposure
LR: Level Risiko => Very High:
VH
L: Likelihood Priority I:
P1
NR: Risiko
LR: Level risiko
Substantial :
SU
Predictive Risk C
E
L
PR
RR
LR
-menggunakan safety guard untuk mesin giling -memberitahukan bahaya dari mesin giling tsb. -membuat sop mesin giling Maintenance mesin giling
15
6
3
270
70%
P1
-melakukan stretching sebelum melakukan pekerjaan dan sesudah melakukan pekerjaan -membuat SOP angkat-angkut -safety talk
5
3
6
90
50%
SU
RR: Risk reduction Priority 3 :
P3
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
Acceptable :
AC
no
proses
Tahapan kegiatan
hazard
Scenario kejadian
Dampak
3
Proses perebusan hasil gilingan
Luka sangat serius Merebus hasil dari penggilingan hazard mekanik: Pekerja dapat Terkena api yang selama kurang lebih 45 menit berada di dalam drum dan juga terkena api yang ada di Luka bakar dengan menggunakan uap terkena percikan dari hasil perebusan panas dan pekerja satu nya dalam drum memonitoring drum yang berisi uap panas hazard ergonomic: Postur janggal ketika akan -Nyeri pada tangan mengangkat ember berisi kedelai postur janggal untuk di masukan kedalam mesin giling hazard biologi:
Pengendalian risiko di pabrik tahu Belum ada
Belum ada
Pekerja yang digigit nyamuk dan Sakit DBD atau serangga dan juga bakteri serta jamur penyakit Nyamuk , serangga dan yang berada di lingkungan pekerja Jamuran jamur .
Belum ada
Hazard mekanik :
Menggunakan sendal
Lantai tempat kerja licin
Ketika sedang bekerja pekerja bisa Terpeleset terjatuh dikarenakan lantai tempat terjatuh bekerja licin
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
no
proses
Tahapan kegiatan
hazard
Scenario kejadian
3
Proses perebusan hasil gilingan
Merebus hasil dari penggilingan hazard fisik : uap panas Panas yang dihasilkan perebusan selama kurang lebih 45 menit tahu yang bersuhu kurang lebih dan juga hasil dengan menggunakan uap panas 800C – 1000 C dan pekerja satu nya memonitoring perebusan yang bersuhu drum yang berisi uap panas kurang lebih 800C – 100
Dampak Luka sangat serius
Pengendalian risiko di pabrik tahu Belum ada
Luka bakar
0C
Hazard
kimia:
debu Debu yang berada di lingkungan Gangguan
yang berada di sekitar pabrik dan ventilasi yang kurang pernafasan pabrik dan di dalam bagus di pabrik tsb.
Dan sesak nafas
pabrik
-pekerja mengalami
.
batuk-batuk
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
Belum ada
no 3
proses Proses perebusa n hasil gilingan
Bahaya dan dampak Hazard fisik:
Basic risk
Exiting risk
rekomendasi
C 15
E 10
L 6
BR 900
LR V Belum ada H
C 1 5
E 10
L 6
ER 900
RR 0%
LR VH
5
10
6
300
P1
5
10
6
300
0%
P1
-uap panas dan juga hasil
Pengendalia n pabrik tahu
-memasang temperature suhu -menggunakan sarung tangan -menggunakan masker -menjaga jarak dengan tempat perebusan -membuat SOP -memberikan penyuluhan -membuat ramburambu
perebusan
yang bersuhu kurang lebih 800C – 1000 C Dampaknya : -Luka bakar
Hazard biologi : nyamuk dan,jamur Dampaknya : Sakit DBD dan jamuran(candidiasis)
C: Consequences
E : Exposure
LR: Level Risiko => Very High:
VH
L: Likelihood Priority I:
P1
Belum ada
NR: Risiko
LR: Level risiko
Substantial :
SU
- memasang kelambu di depan pabrik dan ventilasi -menggunakan handbody atau autan -membersihkan saluran pembuangan -melakukan 3M -memakai pakaian khusus buat kerja dan selalu membawa handuk
Predictive Risk C 15
E 6
L 3
PR 270
RR 70%
LR P1
5
6
6
180
40%
SU
RR: Risk reduction Priority 3 :
P3
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
Acceptable :
AC
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Tahapan proses pembuatan tahu adalah pemilihan kedelai, penggilingan kedelai, perebusan hasil gilingan, penyaringan sari dan ampas tahu, mencetak tahu, merebus tahu. 2. Secara umum pada proses pembuatan tahu ditemukan berbagai hazard di berbagai aktivitas kegiatan, masih banyak risiko yang masih belum dikelola dengan baik. 3.
Terdapat total 31 Hazard dalam proses pembuatan tahu a. Level very high =11 dampak (35, 4%) b. Level priority 1 = 14 dampak (45, 1%) c. Level substansial = 5 dampak (16, 1%) d. Level priority 3 = 1 dampak (3, 2%).
4. Risiko terbesar pada proses pemilihan kedelai adalah perilaku pekerja yang tidak baik dengan nilai risiko sebesar 500 (very high) disini belum dilakukan pengendalian oleh pabrik tahu. 5. Risiko terbesar pada proses penggilingan kedelai adalah terjepit mesin giling dengan nilai risiko sebesar 900 (very high) disini belum dilakukan pengendalian oleh pabrik tahu. 6. Risiko terbesar pada proses perebusan hasil gilingan adalah luka bakar dengan nilai risiko sebesar 900 (very high) disini belum dilakukan pengendalian oleh pabrik tahu. 7. Risiko terbesar pada proses penyaringan sari dan ampas tahu adalah panas yang dapat menyebabkan dehidrasi dengan nilai risiko sebesar 900 (very high) disini belum dilakukan pengendalian oleh pabrik tahu. 8. Risiko terbesar pada proses mencetak tahu adalah panas yang dapat menyebabkan dehidrasi dengan nilai risiko sebesar 900 (very high) disini belum dilakukan pengendalian oleh pabrik tahu. 9. Risiko terbesar pada proses merebus tahu adalah panas yang dapat menyebabkan dehidrasi dan luka bakar dengan nilai risiko sebesar 900 (very high) disini belum dilakukan pengendalian oleh pabrik tahu.
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
10. Pengendalian yang sudah dilakukan oleh pabrik tahu adalah Hanya memakai sendal ketika sedang bekerja, selebihnya pekerja belum melakukan pengendalian apapun.
7.2 Saran Secara umum, untuk mengelola risiko sampai pada level yang dapat diterima (acceptable risk) maka perlu memperhatikan hal-hal di bawah ini: A. Manajemen 1. Komitmen pemilik tempat kerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja untuk melindungi pekerja dari penyakit akibat kerja maupun kecelakaan dan mencegah berbagai kerugian lainnya. 2. Berkoordinasi antara pemilik pabrik tahu dengan puskesmas terutama saat terjadi kecelakaan maupun gangguan kesehatan pada pekerja. B. Engineering control 1. Pemeliharaan peralatan kerja seperti (drum untuk memasak tahu,serta pipa-pipa yang berhubungan,mesin giling, dll) 2. Seluruh peralatan listrik di maintenance untuk mencegah terjadi kebakaran. C. Administratif control 1. Membuat prosedur kerja aman untuk setiap kegiatan pekerjaan sesuai hasil penelitian ini tentang managemen risiko. 2. Menempel prosedur kerja disetiap tempat proses agar dapat dilihat oleh para pekerja. 3. Membuat prosedur kerja ketika merasakan sakit untuk berobat ke puskesmas. D. Housekeeping 1. Menjaga kebersihan (housekeeping) lingkungan pabrik yang baik, misalnya dengan membuang sisa-sisa produksi tahu yang tidak digunakan, membuat saluran yang baik untuk pembuangan limbah dari pabrik tahu.
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
2. Membuat jadwal untuk membuang sampah supaya sampah di pabrik tidak menumpuk. E. Pengawasan 1. Pengawasan untuk memastikan pekerja bekerja dengan aman dan menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakan. 2. Melakukan inpeksi tempat kerja dan peralatan sebelum mulai bekerja untuk memastikan lingkungan kerja dan peralatan yang akan digunakan aman. Misalnya : memeriksa kondisi mesin giling serta pipa-pipa yang untuk merebus tahu agar ketika digunakan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti ledakan dari pipa atau tergiling mesin giling F. Promosi K3 1. Melakukan penyuluhan kepada pekerja di pabrik tahu 2. Melakukan komunikasi bahaya terhadap pekerja agar pekerja tahu, sadar kemudian menjadi peduli untuk keselamatan dan kesehatan pekerja. 3. Pemberian training pada pekerja mengenai proses kerja. 4. Memasang poster di setiap kegiatan agar pekerja lebih tahu bagaimana melakukan pekerjaan yang baik. 5. Menyediakan air minum di tempat yang mudah dijangkau oleh para pekerja untuk mencegah dehidrasi 6. Memasang indikator urine untuk melihat pekerja dehidrasi atau tidak. G. Alat pelindung diri Melengkapi pekerja dengan alat pelindung diri yang sesuai, seperti sarung tangan anti api, sepatu boots, dan baju untuk bekerja atau baju pelindung.
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
Kepustakaan Achmadi, Umar Fahmi. (1993). Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia. Jakarta: Depkes RI Australian Standard /New Zealand Standard. (2004). Australian Standard /New Zealand Standard Risk Management 4360:2004. Sydney and Wellington: Author. Colling. A. David, (1990), Industrial Safety Management and Technology. Fine, William T. (1971). Mathematical Evaluation for Controlling Hazard. Australia: Central Queensland University. Gusani, A.Dela. (2012). Universitas Indonesia. Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Penyamakan kulit x tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok Harms, Lars and Rigdahl. (2001). Safety Analysis Principles and Practice in Occupational Safety 2nd Edition. New York: Taylor and Francis. International Labour Organization. (2012). Profil Pekerjaan yang LayakIndonesia (20 november 2012, 15:00) Kolluru, Rao.V et al,. (1996). Risk Assessment and Management Handbook for Environmental, Health, and Safety Professionals. United States: McGrawHill Inc. Kurniawidjaja, L.Meily. (2010). Teori dan Aplikasi kesehatan Kerja. Jakarta: UIPress. Levy, S. Barry, et al. (2006) Occupational and Environmental Health: Recognizing ang Peventing Disease and Injury. 5th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013
Merna, Tony & Faisal F. Al-Thani. (2008). Corporate Risk Management 2nd Edition. England: John Wiley & Sons Ltd. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. . (10 november 2012, 19:00) Rahayu, S.Endang, dkk. (2012) Teknologi Proses Produksi Tahu, Yogyakarta: Kanisius. Ramli, Soehatman. (2010). Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management. Jakarta: Dian Rakyat. Susilo, J.Leo dan Victor, R.Kaho. (2011). Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000 Untuk Industri Nonperbankan, Jakarta: PPM. Suma’mur P. K, (1981), Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, PT. Toko Gunung Agung, Jakarta.
Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013