BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Formasi Tonasa merupakan batuan sedimen karbonat yang memiliki penyebaran yang sangat luas (Gambar 1.1). Formasi Tonasa tersingkap pada lima area di Sulawesi Selatan yaitu Barru Area, Pangkajene Area, Segeri Area, Jeneponto Area dan Western Devide Mountains Area (Wilson dkk, 2000). Daerah penelitian termasuk ke dalam Barru Area dan Jeneponto Area. Daerah penelitian ada dua titik yaitu Daerah Ralla (Kabupaten Barru) dan Daerah Karama (Kabupaten Jeneponto). Batuan karbonat di Barru merupakan bagian utara sedimentasi karbonat di Sulawesi Selatan sedangkan batuan karbonat pada Jeneponto merupakan bagian selatannya. Hal ini menarik dijadikan penelitian untuk mengetahui korelasi batuan karbonat di Barru dan Jeneponto. Penelitian batuan karbonat di Sulawesi Selatan telah banyak dilakukan oleh para ahli baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Salah satunya adalah Wilson (1996) yang meneliti mengenai evolusi Formasi Tonasa di Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan di bagian utara Barru dan selatan Jeneponto adalah area sedimentasi karbonat paling awal yaitu Eosen Awal/Tengah. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli masih bersifat regional. Penelitian mengenai fasies batuan karbonat dan korelasinya dalam lingkup daerah yang lebih kecil belum pernah dilakukan.
1
Gambar 1. 1. (A) Peta geologi Sulawesi Selatan, (B) penyebaran Formasi Tonasa (Van Leeuwen, 1981; Sukamto, 1982; Sukamto & Supriatna, 1982; Wilson dkk, 2000).
Kebanyakan suksesi karbonat di Asia Tenggara merupakan source, reservoir dan seal yang bagus dan seringkali membentuk reservoar hidrokarbon (Wilson, 1996). Batuan karbonat merupakan batuan reservoar yang cukup penting di Indonesia dengan ditemukannya minyak pada Formasi Baturaja di Laut Jawa (Kusumadinata, 1980). Penelitian mengenai porositas reservoar hidrokarbon pada batuan karbonat di Sulawesi Selatan khususnya Formasi Tonasa masih jarang dilakukan. Potensi reservoar hidrokarbon pada batuan karbonat salah satunya ditentukan oleh kemampuan batuan tersebut untuk menampung hidrokarbon.
2
Faktor yang berpengaruh adalah porositas batuan. Besar kecilnya nilai porositas dipengaruhi oleh perubahan atau evolusi yang terjadi pada porositas batuan setelah mengalami deposisi. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai “Fasies dan Porositas Batuan Karbonat Formasi Tonasa pada Daerah Ralla dan Karama Provinsi Sulawesi Selatan”. 1.2.
Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah: 1. Apa fasies dan lingkungan pengendapan batuan karbonat pada daerah penelitian? 2. Apa umur batuan karbonat pada daerah penelitian? 3. Bagaimana korelasi batuan karbonat pada daerah penelitian? Apakah batuan karbonat Daerah Ralla terendapkan bersamaan atau terendapkan pada waktu yang berbeda dengan batuan karbonat Daerah Karama? 4. Bagaimana nilai dan tipe porositas batuan karbonat pada daerah penelitian? Apakah berpotensi sebagai reservoar?
1.3.
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah pengambilan data stratigrafi, biostratigrafi
dan porositas dengan tujuan sebagai berikut: 1. Menentukan fasies dan lingkungan pengendapan batuan karbonat pada daerah penelitian. 2. Mengetahui umur batuan karbonat pada daerah penelitian. 3. Mengetahui korelasi batuan karbonat pada daerah penelitian. 3
4. Mengetahui nilai dan tipe porositas batuan karbonat pada daerah penelitian sehingga diketahui berpotensi sebagai reservoar atau tidak.
1.4.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi secara detail
mengenai fasies dan porositas batuan karbonat pada Formasi Tonasa sehingga dapat dijadikan acuan dalam eksplorasi dan pengembangan ilmu pengetahuan. 1.5.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada singkapan batuan karbonat yang berada di tepi
Sungai Ralla Kelurahan Ralla Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru dan singkapan di tepi jalan Dusun Karama Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan (Gambar 1.2). Dari kota Makassar ke Ralla (utara) ± 110 km, Dari kota Makassar ke Karama (selatan) ± 70 km. Pengukuran stratigrafi dilakukan pada dua jalur yaitu satu jalur pada Kelurahan Ralla dan satu jalur pada Dusun Karama.
4
A
B
C
Gambar 1. 2. (A) Peta tunjuk lokasi penelitian, (B) Lokasi measured stratigraphy Daerah Ralla, (C) Lokasi measured stratigraphy Daerah Karama.
5
1.6
Batasan Masalah Pembahasan masalah pada penelitian ini dibatasi pada studi fasies untuk
menentukan fasies yang terbentuk pada daerah penelitian dan porositas batuan dengan melakukan measured stratigraphy skala 1:100. Penentuan fasies berdasarkan identifikasi litologi, struktur sedimen dan kandungan fosil. Penentuan lingkungan pengendapan berdasarkan sabuk fasies Wilson (1975). Studi biostratigrafi yang meliputi umur dan lingkungan pengendapan dibatasi pada fosil planktonik dan bentonik masing-masing berjumlah 40 individu yang diambil dari litologi lempung karbonatan sedangkan pada batuan massive limestone, beberapa material karbonat telah terubah menjadi kristalin sehingga foraminifera susah diekstrak. Umur pengendapan ditentukan berdasarkan biozonasi foraminifera kecil (planktonik) yaitu zonasi Blow (1969) dan kandungan foraminifera besar yang ada pada sayatan tipis. Setelah diketahui fasies, umur dan lingkungan pengendapan maka dilakukan korelasi antara dua jalur batuan karbonat. Nilai dan tipe porositas batuan karbonat pada daerah penelitian diketahui dari sayatan tipis yang telah diolesi bluedye yaitu menghitung visible pore dan mengamati tipe porinya. Analisis laboratorium dibatasi oleh analisis petrografi dan analisis mikropaleontologi. 1.7.
Peneliti Terdahulu Beberapa peneliti yang telah mengadakan penelitian sebelumnya di daerah
penelitian, antara lain: 1. Van Leeuwen (1981), meneliti mengenai sejarah geologi Sulawesi yang dimulai pada Pre-tersier sampai Kuarter terkhusus kepada area Biru. Bagian
6
timur Sulawesi berkembang busur vulkanik pada Paleosen sehingga terjadi erupsi piroklastika dalam jumlah besar yang didominasi andesit dan lava membentuk Formasi Vulkanik Langi. Akhir Eosen Tengah, laut memasuki daratan dan batugamping mulai terbentuk di laguna antara pulau-pulau vulkanik. Di belakang busur, napal dan batugamping terendapkan. Subsidence terus berlanjut, bersamaan dengan berkurangnya aktivitas vulkanik dan penurunan pada volume detritus terrigenous menyebabkan pembentukan sedimentasi karbonat luas pada laut dangkal yang berlangsung sampai Miosen Tengah. Pada akhir Eosen vulkanisme telah berhenti menunjukkan bahwa subduksi juga menjadi tidak aktif. Selama Awal Oligosen pengendapan karbonat terus berlangsung meskipun secara lokal, seperti di Daerah Sengkang. Di Area Biru terendapkan Formasi Tonasa pada Eosen Akhir sampai Miosen Tengah. 2. Rab Sukamto dan S. Supriatna (1982), Formasi Tonasa pada Daerah Barru dijumpai batugamping bioklastika dan kalkarenit berselingan dengan napal Globigerina tufaan. Foraminifera besar banyak dijumpai pada batugamping sedangkan foraminifera kecil terdapat pada napal. Gabungan fosil menunjukkan kisaran umur dari Eosen Awal (Ta.2) sampai Miosen Tengah (Tf), dan terendapkan pada lingkungan neritik dangkal hingga dalam dan laguna sedangkan pada Daerah Jeneponto terdapat batugamping berlapis berselingan dengan napal Globigerina. Litologi batugamping banyak mengandung foraminifera besar. Formasi ini diperkirakan berumur Eosen
7
Atas sampai Miosen Tengah (Ta – Tf) dan diendapkan pada daerah neritik dangkal sampai dalam dan sebagian laguna. 3. Wilson (1996), Awal sedimentasi Formasi Tonasa adalah diachronous dimulai dari utara Barru dan selatan Jeneponto pada Eosen Awal/Tengah. Awal sedimentasi karbonat pada utara Barru berupa litologi wackestone, packstone dan grainstone yang terendapkan pada shallow marine. Pengendapan berlanjut sampai Miosen Awal/Tengah, begitupun di Jeneponto. Meskipun base dari Formasi Tonasa tidak tersingkap di selatan Jeneponto tetapi napal tertua tersingkap pada Eosen Tengah/Akhir. Perlapisan packstone bioklastik
yang bagus
tersingkap
pada
Jeneponto
bagian
selatan
diinterpretasikan sebagai endapan middle sampai outer ramp dengan pengaruh laut terbuka. Formasi Tonasa awalnya terjadi sebagai bagian dari sekuen transgresif, sumber endapan potensial dan ditindih oleh endapan lempung laut yang dapat membentuk batuan penutup (seal) yang efektif. Namun, kekurangannya adalah melimpahnya bioclasts aragonitic, bersama dengan subaerial lokal mengakibatkan berkembangnya porositas dan permeabilitas kecil pada litologi platform atas Formasi Tonasa. Sebagai perbandingan, facies redeposited berpori dan permeabel memungkinkan mengandung minyak, berbatasan basement kedap air. Litologi platform atas merupakan reservoir karbonat yang memungkinkan pada Formasi Tonasa. 4. Wilson dan Bosence (1996), Facies redeposited karbonat Formasi Tonasa pada Area Barru terdiri dari empat fasies, yaitu fasies graded bioclastic packgrainstone, fasies clast supported breccia, fasies marl supported breccia,
8
fasies plantonic foraminifera wack-packstone terendapkan pada shallow water. Fasies dominan yang terdapat pada Ralla section adalah bioclastic packstone dan marl supported breccia. Komposisi clast dan jenis facies pada redeposited karbonat mengungkapkan bahwa yang menjadi kontrol utama pada
sedimentasi
adalah
tektonik
bukan
perubahan
eustatic.
Ketidakmatangan tekstur dan asal dari clasts menunjukkan bahwa facies redeposited berasal dari batas patahan carbonate platform. 5. Wilson dan Bosence (1997), Formasi Tonasa diendapkan pada tatanan tektonik aktif. Fasies belt di Tonasa Carbonate Platform berarah timur-barat dan posisinya tetap stabil menunjukkan aggradation dari platform atas. Ada beberapa progradation ke arah timur dari pusat belt facies berenergi tinggi. Batuan karbonat pada daerah Pangkajene dan Jeneponto berumur Eosen Akhir sampai Miosen Tengah. Litologi pada Jeneponto berupa napal berselingan packstone. Batas selatan Tonasa Carbonate Platform merupakan ramp. Endapan ramp bagian luar prograded ke arah selatan menuju napal basinal. Tektonik dalam bentuk subsidence adalah kontrol yang dominan pada ruang akomodasi di Tonasa Carbonate Platform. Meskipun porositas dan permeabilitas kecil pada platform atas atau facies karbonat redeposited dari Formasi Tonasa, tetapi layak untuk membentuk reservoir hidrokarbon yang efektif. 6. Asri Jaya (2001), Foraminifera yang berlimpah berupa Discocyclina terdapat pada batugamping bioklastika yang berselingan napal di sungai Ralla. Batugamping bioklastika berselingan dengan napal, sedangkan mudstones
9
berselingan dengan wackestones dan napal. Bagian Jalanru-Wessae merupakan sedimen redeposited yang terdiri dari fragmen rombakan karbonat dengan napal-grainsupported. Sedimen ini juga mengandung bahan terrigenous berasal dari basement, seperti sekis, rijang, batuan klastik dan rombakan bioclastics yang mungkin berasal dari fosil laut dangkal. Burrow pada permukaan melimpah. Hal ini menunjukkan bahwa endapan terjadi pada lingkungan marine. 7. Sudijono (2005) dalam Surono dan Hartono (2013), Formasi Tonasa di daerah Ralla dari bagian bawah ke bagian atas dapat dikenali adanya lima fasies pengendapan yaitu pertama fasies batugamping bioklastika I, kedua fasies napal-batugamping, ketiga fasies batugamping bioklastika II, keempat fasies
napal-batugamping
klastika
dan
kelima
fasies
konglomerat
batugamping. 8. Meutia dkk (2013), Metode measured stratigraphy dilakukan di empat jalur, yakni lintasan Sungai Barru, Sungai Palakka, Sungai Pange dan Sungai Ralla. Sungai Barru: didominasi oleh litologi napal dengan perselingan batugamping pada bagian atas. Sungai Palakka, Sungai Pange dan Sungai Ralla: perselingan batulempung karbonatan dan batugamping. Foraminifera besar dijumpai melimpah pada batugamping di semua lintasan pengamatan seperti Discocyclina sp., Nummulites sp., Orbitoclypeus sp. Berdasarkan analisis foraminifera baik planktonik maupun bentonik di empat lintasan pengukuran stratigrafi, maka dari utara ke selatan umur batuan semakin muda dimulai dari P9 hingga P16 di lintasan Sungai Ralla atau sama dengan umur
10
Eosen Bawah – Eosen Atas. Dengan demikian Formasi Tonasa khususnya di
daerah
Barru
merupakan
bagian
bawah dari Formasi Tonasa.
Keterdapatan dan kelimpahan fosil foraminifera bentonik menunjukkan kondisi paleoseanografi Formasi Tonasa pada Sungai Barru, Sungai Palakka, Sungai Pange dan Sungai Ralla terendapkan pada neritik tengah - neritik luar pada paparan karbonat, ke arah selatan semakin dalam hingga lebih dari 1000 meter, temperatur air laut hangat, salinitas normal dengan kondisi air laut yang stabil. Berikut ini beberapa peneliti terdahulu dan lokasi penelitiannya yang dimuat dalam peta lokasi peneliti terdahulu (Gambar 1.3).
Gambar 1.3. Peta lokasi peneliti terdahulu (dimodifikasi dari Wilson dkk, 2000).
11
1.8.
Keaslian Penelitian Sejauh ini telah ada beberapa peneliti yang melakukan penelitian batuan
karbonat Formasi Tonasa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penentuan umur dan lingkungan pengendapan batuan karbonat Formasi Tonasa berdasarkan fosil foraminifera kecil. Hal yang membedakan penelitian ini dengan peneliti-peneliti terdahulu adalah belum adanya peneliti yang melakukan pembagian fasies, umur, lingkungan pengendapan dan korelasi batuan karbonat Formasi Tonasa pada 2 lokasi yaitu daerah Ralla (Barru) dan Karama (Jeneponto) dalam skala 1:100. Oleh karena itu, penelitian ini bersifat original dan merupakan penelitian baru yang berbeda dengan peneliti-peneliti sebelumnya. Keaslian penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini. Tabel 1. 1. Keaslian Penelitian
No. Nama Peneliti, Judul
Persamaan
Perbedaan
Orisinalitas Penelitian
dan Tahun 1
Rab Sukamto dan S. Pada kajian dan Pada Supriatna.
Geologi lokasi
dan
penelitian, kajian penelitian.
Lembar Pangkajene yaitu dan Watampone Ba- umur
skala
penentuan Penelitian tersebut dan
gian Barat, Geologi kungan
ling- berskala regional peng- 1:250.000
Lembar Ujung Pan- endapan
Formasi tidak
serta
mengkaji
dang, Benteng dan Tonasa
meng- fasies, korelasi dan
Sinjai. 1982
foram porositas.
gunakan besar
dan
kecil
pada Daerah Barru dan Jeneponto.
12
Penulis
akan
melakukan
pe-
nelitian
me-
2
Wilson. and
Evolution Pada kajian dan Pada kajian peHydrocarbon lokasi
Potential
Of
penelitian, nelitian, penelitian
The yaitu
penentuan tersebut
Tertiary
Tonasa umur, lingkungan mengkaji
Limestone
Forma- pengendapan dan dan
korelasi.
meng- Penelitian tersebut
nesia. 1996
foram difokuskan
gunakan
pada
besar
dan
kecil potensi hidrokar-
pada
Barru
dan bon pada Formasi Tonasa.
Wilson dan Bosence. Pada kajian dan Pada
fasies,
umur,
ling-
kungan
peng-
endapan,korelasi dan
pada foram kecil dan foram besar di 2 lokasi yaitu Ralla
(Barru)
dan
Karama
(Jeneponto) dengan
skala
porositas
skala
dan measured stra-
The Tertiary evolu- lokasi
penelitian, kajian penelitian. tigraphy 1:100
tion of South Sula- yaitu
penentuan Penelitian tersebut
wesi: a record in fasies
dan
redeposited
carbo- kungan
ling- berskala regional peng- serta tidak meng-
nates of the Tonasa endapan Limestone. 1996 4
fasies
tion Sulawesi, Indo- porositas
Jeneponto. 3
tidak
ngenai
pada kaji umur, korelasi
Daerah Barru.
dan porositas.
Asri Jaya. Sequence Pada kajian dan Pada kajian dan Stratigraphy of the lokasi
penelitian, lokasi
Tonasa
penentuan Penelitian tersebut
Limestone, yaitu
Ralla section, South umur Sulawesi. 2001
dan
penelitian.
ling- tidak
mengkaji
kungan
peng- fasies dan porosi-
endapan
meng- tas
gunakan
foram dilakukan peneliti-
serta
tidak
besar pada Daerah an pada Daerah Ralla.
Karama.
13
5
Meutia dkk. Paleo- Pada kajian dan Pada kajian dan seanografi
Formasi lokasi
Tonasa berdasarkan yaitu kandungan
penelitian, lokasi
penelitian.
penentuan Penelitian tersebut
forami- umur dan lingku- tidak
mengkaji
nifera Daerah Barru, ngan pengendapan fasies dan porosiSulawesi 2013
Selatan. Formasi
Tonasa tas
serta
tidak
pada Daerah Ralla dilakukan penelitimenggunakan
an pada Daerah
foram kecil.
Karama.
14