BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Halusinasi 2.1.1
Pengertian Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. (Tarwoto, 2003). Konsep diri belum ada saat lahir, dan berkembang secara bertahap melalui kontak social dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, inteletual dan penguasaan lingkungan. Konsep diri negative dapat dilihat dari hubungan individu dan social yang maladaptif. Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggung jawab pada kehidupannya sendiri. (Yoedhas, 2010) Harga diri rendah adalah perasaan negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, dalam Fitria, 2009) Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan dan gambaran-gambaran negative tentang dirinya (Barry, dalam Yosep, 2009)
2.1.2
Rentang Respon Konsep Diri
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) dalam buku Nur Fajariyah (2012: 7) respon individu terhadap konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep diri, yaitu adaptif dan maladaptif : a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman nyata yang sukses diterima. b. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri. c. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri maladaptif. d. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis. e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain Komponen konsep diri terdiri dari 5 bagian, yaitu : a. Citra tubuh (Body Image) adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar, mencangkup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu. b. Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu. c.
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri.
d. Peran
diri
adalah
seperangkat
perilaku
yang
diharapkan secara sial yang berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok social.
e. Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh. 2.1.3
Etiologi Biasanya yang menyebabkan harga diri rendah adalah kurangnya umpan balik positif, perasaan ditolak oleh orangg terdekat, sejumlah kegagalan dan ketidakberdayaan, ego yang belum berkembang dan menghakimi super ego, faktor-faktor pribadi atau situasi seperti disfungsi sistem keluarga atau tidak adanya dukungan sosial. a. Faktor predisposisi Adapun
faktor
predisposisi
yang
mungkin
mengakibatkan harga diri rendah adalah (Stuart, et al. 1995, dikutip Keliat) : 1. Biologis Gangguan
perkembangan
otak/sususnan
saraf
dan
pusat
yang
fungsi dapat
menimbulkan gangguan seperti : a) Hambatan
perkembangan
otak
khususnya korteks frontal, temporal, dan limbik (sistem kesadaran dan emosi) b) Petumbuhan
dan
perkembangan
individu. 2. Psikologis Keluarga, pengasuh, dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap respon psikologis dari klien.
Sikap
mempengaruhi
atau
keadaan
adalah
yang
dapat
penolakan
dan
kekerasan dalam kehidupan klien.
3. Sosial budaya Kehidupan
sosial
budaya
dapat
pula
mempengaruhi seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan dan kerawanan), kehidupan terisolasi disertai stress yang menumpuk. b. Faktor presipitasi Faktor presipitasi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah, diantaranya adalah situasi atau stressor yang dapat mempengaruhi konsep dan komponennya. Stressor yang mempengaruhi harga diri contohnya adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti. 2.1.4
Patofisiologi Seseorang dengan harga diri rendah benrhubungan dengan hubungan interpersonal yang buruk yang mulanya merasa dirinya tidak berharga sehinggamerasa tidak aman berhubungan dengan orang lain, individu yang mempunyai ketergantunagn berlebihan pada orang lain, dan kemudian dimunculkan dalam bentuk perilaku. (Stuart, et al, 1998). Perilaku biasanya ditunjukkan pada klien dengan harga diri rendah adalah kritik terhdap diri sendiri/orang lain, produktivitas menmenurun, destruksi pada orang lain, gannguan berhubungan perasaan irritable, sikap negative terhadap diri sendiri, ketegangan peran, pesimis terhadap kehidupan, keluhan fisik, pandangan hidup terpolarisasi, menolak kemampuan diri sendiri, mengejek diri dari realitas, cemas dan takut. Harga
diri
rendah
berhubungan
dengan
hubungan
interpersonal yang buruk mengarah pada kasus skizofrenia dan depresi. Hal ini dapat terjadi karena faktor sosiokultural akibat menurunnya stabilitas keluarga dan kesibukan keluarga dalamm
mencukupi kebutuhan sehari-hari dan faktor psikologis meliputi koping individu yang tidak efektif terhadap keadaan dirinya, tanggung jawabnya, serta koping keluarga dalam menghadapi situasi yang dialami klien. 2.1.5
Jenis Harga Diri Rendah Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negative mengenai diri dalam berespon
terhadap
suatu
kejadian
(kehilangan,
perubahan). Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena : 1. Privacy kurang diperhatikan 2. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh tidak tercapai karena dirawat 3. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi didi yang negative mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama. 2.1.6
Mekanisme Koping Mekanisme koping gannguan konsep diri: harga diri renadah dibagi menjadi 2, yaitu : a. Jangka pendek 1. Aktivitas yang memberi kesempatan lari sementara dari krisis 2. Aktivitas
yang
memberi
kesempatan
mengganti identitas 3. Aktivitas
yang
memberi
kekuatan
atau
dukungan sementara terhadap konsep diri 4. Aktivitas kehidupan
yang
memberi
arti
terhadap
b. Jangka panjang Mekanisme pertahanan (ego oriental reaction) yang bervariasi
untuk
melindungi
diri
yang
sering
digunakan untuk fantasi,disosiasi, proyeksi, dan mengisar. 2.1.7
Manifestasi Klinis Manifestasi klinis yang dapat dikaji atau karakteristik perilaku yang terjadi pada klien dan
masalah utama harga diri rendah
menurut Direktorat Kesehatan Jiwa DepKes RI (1998:35) adalah sebagai berikut : a. Perasaan negative terhadap diri sendiri b. Menyatakan diri tidak berharga, tidak berguna, dan tidak mampu c. Mengatakan hal-hal
negative terhadap keadaan
tubuhnya d. Mengeluh tidak dapat melakukan peran dan fungsi sebagaimana mestinya e. Menarik diri dari kehidupan sosial atau realitas f. Kritis terhadap diri sendiri dan atau orang lain g. Destruktif terhadap orang lain dan diri sendiri h. Pembicaraan kacau i. Mengungkapkan adanya ketegangan peran j. Mudah tersinggung dan mudah marah k. Produktivitas menurun l. Pandangan hidup ekstrim m. Penolakan terhadap diri sendiri n. Mengatakan pesimis dalam mengahadapi kehidupan o. Merasa tidak adekuat p. Keluhan fisik dan penyalahgunaan zat. 2.1.8
Penatalaksanaan Medis Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan konsep diri yang mengarah pada diagnosa medis skizofrenia, khususnya dengan perilaku harga diri rendah, yaitu: a. Psikofarmakologi Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan yaitu: 1. Golongan generasi pertama (typical) Obat
yang
pertama, (Largactil,
termasuk
misalnya:
golongan
generasi
Chorpromazine
Promactil,
HCL
Meprosetil),
Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace). 2. Golongan kedua (atypical) Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal, Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan Clozapine (Clozaril). b. Psikotherapi Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas kelompok (TAK). c. Therapy Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy) ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia
yang
tidak
mempan
denga
terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005) d. Therapy Modalitas Therapi
modalitas/perilaku
merupakan
rencana
pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan
kemampuan
sosial.
Kemampuan
memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. e. Terapi somatik Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien
dengan
tujuan
mengubah
perilaku
yang
maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009). Beberapa jenis terapi somatik, yaitu: 1. Restrain Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat
mekanik
atau
manual
untuk
membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009). 2. Seklusi Seklusi
adalah
bentuk
terapi
dengan
mengurung klien dalam ruangan khusus (Riyadi dan Purwanto, 2009) 3. Foto therapy atau therapi cahaya Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan.
Terapi
ini
diberikan
dengan
memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih
terang dari sinar ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009). 4. Rehabilitasi Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi).
2.2 Konsep Askep Halusinasi 2.2.1
Pengkajian Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajian : a. Identitas klien Terdiri dari nama klien, usia, nomor rekam medic, topic pembicaraan, pengenalan nama perawat yang merawat klien dann kontrak waktu sebagai awal pengenalan b. Keluhan utama dan alasan masuk rumah sakit Tanyakan pada klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah sakit, yang telah dilakukan oleh
keluarga
untuk
mengatasi
masalah,
dan
perkembangan yang dicapai c. Faktor predisposisi Faktor yang mempengaruhi harga diri bisa disebabkan oleh pengalaman masa kanak-kanak yang merupakan faktor kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri, orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima
akan
mempunyai
keraguan
atau
ketidakpastian seperti gagal mencintai dirinya dan menggapai cintai orang lain
d. Faktor presipitasi Disebabkan oleh setiap setuasi yang dihadapi individu dan tidak mampu menyelesaikannya, seperti : 1. Stessor yang mempengaruhi gambaran diri 2. Stressor yang memepngaruhi harga diri dan ideal diri e. Mekanisme koping Mekanisme koping yang digunakan dalam jangka panjang maupun mekanisme koping dalam jangka pendek 2.2.2
Pohon Masalah
2.2.3
Diagnosa Keperawatan Masalah keperawatan yang mungkin dapat disimpulkan dari hasil pengkajian (Keliat, 2006) adalah : a. Gangguang konsep diri: harga diri rendah situasional atau kronik b. Keputusasaan c. Isolasi sosial d. Resiko perilaku kekerasaan e. Ketidakberdayaan
f. Gangguan citra tubuh g. Perubahan penampilan peran h. Ideal diri tidak realistis i. Gangguan identitas personal