Rose La

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rose La as PDF for free.

More details

  • Words: 3,030
  • Pages: 23
PEMANFAATAN HASIL TANAMAN HIAS ROSELLA SEBAGAI BAHAN MINUMAN

Maria Erna Kustyawati dan Sulastri Ramli

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145

ABSTRACT

Ornament crop, Rosella (Hibiscus sabdariffa var. Sabdariffa), was planted for its flowers and seeds as medicinal crop and usage for raw subtances of healty beverages. Brewing of dried Rosella flower added with sugar could be fermented to produce Kombucha beverage. 10% of sucrose was added to sweeten the 1000ml of Rosella-tea solution (made of 4.5g/L of Rosella tea). The solution was added with 1% of tea fungus and incubated for 15 days at 32oC. Sampling was assessed at 3, 6, 9, 12, and 15 days. The result showed that the tea fungus grew in the sugared Rosella tea and made up the total microbial load of109 cfu/ml, the total of acetic acid bacteria of109 cfu/ml, and the total yeasts of108 cfu/ml. It contained of vitamin C of 10,61 mg/L of ascorbic acid, 1.50% of alcohol, 0.74% acid totals as percentage of gluconic acids, and pH of 2.56. Whereas, kombucha black tea contained of vitamin C of 1.82 mg/L as ascorbic acids, 1.79% of alcohol, acid total of 1,08% as percentage of gluconic acids, and pH of 2.99.

Key words: tanaman hias Rosella, tea fungus. teh kelopak bunga Rosella, kombucha.

1. PENDAHULUAN Rosella (Hibiscus sabdariffa var sabdariffa Linn.) adalah tanaman hias taman luar ruangan dari keluarga kembang sepatu. Tanaman perdu dengan tinggi 3-5 meter dan akan mengeluarkan bunga berwarna merah jika sudah dewasa(Budi Sutomo, S.Pd (20/8/087.00am)budiboga.blogspot.com). Rosela dapat tumbuh di segala macam tanah, mudah tumbuh di lahan pasir tanpa harus disiram atau diberi pupuk secara intensif. Tanaman ini hanya mengalami satu kali masa produktif, sehingga untuk mengoptimalkan hasil panen disarankan rosela ditanam secara khusus tanpa diselingi tanaman lain. Tanaman ini memiliki dua varietas dengan budidaya dan manfaat yang berbeda, yaitu : (i) Hibiscus sabdariffa var. Altisima, rosela berkelopak bunga kuning yang sudah lama dikembangkan untuk diambil serat batangnya sebagai bahan baku pulp dan karung goni; dan (ii) Hibiscus sabdariffa var. Sabdariffa, rosela berkelopak bunga merah yang kini mulai diminati petani dan dikembangkan untuk diambil kelopak bunga dan bijinya. Bunga dan biji ini dapat dimanfaatkan sebagai tanaman herbal dan bahan baku minuman kesehatan, karena menurut DepKes RI No SPP 1065/35.15/05, setiap 100 gram kelopak bunga Rosella mempunyai kandungan gizi sebagai berikut: protein 1,145 gr, lemak 2,61 gr, serat 12 gr, kalsium 1,263 gr, fosor 273,2 mg, zat besi 8,98 mg, malic acid

3,31%, fruktosa 0,82%, sukrosa 0,24%, karoten 0,029%, tiamin 0,117mg, niasin 3,765 mg, dan vitamin C 244,4mg. Kandungan vitamin C yang tinggi ini dapat berfungsi sebagai bahan antioksidan dalam tubuh. Bunga rosella kaya akan serat yang bermanfaat untuk kesehatan saluran pencernaan. Bunga Rosella kering dapat diseduh menjadi minuman sejenis teh, yang sudah umum dimanfaatkan. Bunga rosella juga dapat dijadikan bahan baku selai, karena warnanya yang merah menyala dapat menghasilkan selai yang berwarna cantik dan menyehatkan. Minuman fungsional adalah suatu minuman yang tidak hanya bernilai gizi dan kenampakan yang menarik, tetapi juga harus memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh (Goldberg,I., 2002). Misalnya produk susu probiotik tradisional yogurt, kefir, coumiss dan produk-produk baru seperti BioSeven dan yakult. Minuman fermentasi tersebut telahbanyak diteliti dan secara signifikan memberikan banyak manfaat kesehatan. Kombucha adalah produk minuman hasil fermentasi larutan teh dan gula menggunakan starter Kombucha atau Tea Fungus (Gunther, 1999; Dufresne et al, 2000). Minuman Kombucha berasal dari China dan dikenalkan ke beberapa Negara seperti Rusia, Korea dan Jepang oleh Doctor Kumbu (Dufreshne and franworth, 2000). Minuman ini sangat terkenal di Negara-negara tersebut karena mempunyai manfaat kesehatan dalam menstimulasi system imun tubuh, meningkatkan system pencernaan dan fungsi hati (Dufreshne and Franwoth, 2000; Loncar et al, 2006; Malbasa et al, 2006; Jayabalan et al, 2007). Tea Fungus merupakan simbiosis antara bakteri dan yeast (khamir) dalam struktur selulosa (Gunther, 1999). Selama fermentasi dalam larutan teh dan gula, simbiosis bakteri dan khamir ini akan memproduksi berbagai enzim, asam asetat, asam carbonat, asam folat, asam glukonat, asam glukoronat, L(+) Laktat, berbagai asam amino, fruktosa, karbon dioksida, dan sejumlah kecil alkohol (0.5-1%), Vitamin B1 (Thiamin), Vitamin B2(Riboflavin), Vitamin B3 (Niacin, niacinamide), Vitamin B6 (Pyridoxine), Vitamin B12 (Cobalamin, cyanocobalamin), Vitamin C (dari asam laktat). Komposisi inokulum dalam kultur Kombucha menjadi sangat krusial karena khamir dan bakteri asam asetat yang tumbuh bersimbiosis mempunyai aktivitas sinergis dan saling melengkapi dalam fermentasi.Sebagai minuman segar, Kombucha berkhasiat untuk membantu pencernaan, menurunkan kolesterol, menurunkan berat badan, menstabilkan kadar glukosa dalam darah, membantu sistem imun, dan membuang racun dari tubuh (Gunther, 1999). Kombucha memberikan alternatif sebagai minuman pengganti teh bagi �tea drinker�, karena selain mengandung komponen

senyawa alami yang terdapat dalam teh, juga mengandung sejumlah asam-asam organik dan vitamin yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Daun teh mengandung tiga komponen penting yang mempengaruhi mutu minuman yaitu kafein, tannin, dan polifenol. Polifenol yang terkandung dalam teh mempunyai banyak khasiat kesehatan. Tannin dalam teh yang menimbulkan rasa agak sepat yang dapat

menghambat penyerapan mineral besi. Senyawa katekin dalam Teh hitam jumlahnya cukup signifikan. Pada proses pengolahan teh hitam, sebagian katekin berubah menjadi theaflavin, thearubigin, dan theanapthoquinone (Dufresne and farnword, 2000). Theaflavin �hanya� terdapat dalam Teh hitam atau Teh yang telah mengalami oksimatis. Dalam seduhan teh hitam, theaflavin memberikan warna merah kekuningan, sementara itu thearubigin dan theanapthoquinone masing-masing memberi warna merah kecoklatan dan kuning pekat. Daun Teh unggulan mengandung senyawa bioaktif Polyfenol,Yang mengandung senyawa Flavonoid, Tannin, Kafein dan Asam Fenalat.Juga mengandung Vitamin B1, B2, C, E dan K. Serta kaya Mineral Fluor, Mangan, Kalsium, Potassium dan Kalium. Secara kimia, perbedaan yang paling menonjol diantara berbagai jenis teh adalah perbedaan kandungan komposisi senyawa polifenol. Pada umumnya Kombucha dibuat dari larutan teh hitam atau teh hijau. Tetapi barubaru ini telah ditemukan jenis minuman teh yang terbuat dari kelopak bunga Rosella. Teh kelopak bunga Rosella mengandung asam sitrat dan malat sehingga mempunyai rasa mild asam manis yang segar dan khas dengan warna natural alami yang menarik serta beberapa mineral. Selain memiliki citarasa segar, kelopak bunga Rosella mempunyai efek farmakologis yang cukup lengkap, seperti diuretik, onthelmitic, antibakteri, antiseptik, antiradang, menurunkan panas, mencegah gangguan jantung, kanker darah, dan menstimuli gerak peristaltik usus. Antosianin merupakan pigmen alami yang memberi warna merah pada seduhan kelopak bunga Rosella dan mempunyai sifat antioksidan yang kuat. Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak bunga Rosella meliputi gossypetin, antosianin, dan glukosida hibiscin. Setiap 100 gram kelopak bunga Rosella kering mengandung 260-280 mg vitamin C, vitamin D, B1 dan B2, kalsium 486 mg, Omega-3, magnesium, beta karoten, serta asam amino esensial seperti lysine dan arginin (DEPKES RI. No SPP. 1065/35.15/05). Karena kelopak bunga Rosella ini dapat diseduh menyerupai teh, maka larutan teh Rosella diharapkan bisa menjadi minuman Kombucha bila ditambahkan starter Kombucha ke dalamnya. Dengan demikian Kombucha teh Rosella akan menjadi minuman fungsional yang penting dalam kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mangetahui Kegunaan lain tanaman hias bunga Rosella sebagai minuman kesehatan. Karena seduhan bunga kering Rosella yang menyerupai teh ditambah gula kemungkinan dapat difermentasi dengan inokulum �tea fungus� menghasilkan minuman fungsional �Kombucha�.

Bila inokulum dapat tumbuh dalam larutan teh Rosella maka akan terjadi perombakan komponen-komponen kimiawi larutan sehingga diharapkan akan menghasilkan Kombucha.

2. BAHAN DAN METODE Bahan

Kelopak bunga Rosella kering (teh Rosella) diperoleh dari Unit Usaha Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,UNILA. Bahan untuk membuat minuman Kombucha yaitu teh Hitam merek Cap Gopek, dan Gula (sukrosa) jenis �Gulaku� refined grade diperoleh dari Supermaket Chandra Bandar Lampung. Kultur Kombucha diperoleh dari tempat budidaya kultur Kombucha di Jakarta dan telah dibiakkan di laboratorium Mikrobiologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, UNILA. Bahan kimia (Anallitical grade) dan media agar (Difco) diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi dan Lab Analisis, Teknologi Hasil Pertanian meliputi: Plate cout agar untuk total mikroba, Malt Axtract Agar untuk pertumbuhan yeast; Nutrient Agar, untuk pertumbuhan bakteri asam asetat, oxytetracyclin, chloramphenicol, aquades steril, Bacto pepton agar, HCl 0,05N, NaOH 0,01N, dan bahan-bahan untuk analisa pH, asam askorbat, dan alkohol. Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia dan Analisis di Jur. Teknologi Hasil Pertanian, UNILA.

Persiapan Kultur Kombucha Persiapan kultur mengikuti prosedur yang diuraikan oleh Jayabalan (2006), dimulai dengan penyeduhan teh Hitam sebanyak 10 g dalam 2 Liter air. Ke dalam larutan teh ini ditambahkan 250 g gula (sukrosa). Sebagai kultur induk dibiakkan 100 g kultur Kombucha dalam larutan teh tersebut dan ditambahkan 250 ml teh Kombucha yang diperoleh dari fermentasi sebelumnya untuk menghasilkan pH yang sesuai bagi pertumbuhan kultur. Setelah 5 hari pembiakan, kultur ini siap digunakan.

Pembuatan minuman Kombucha Pembuatan minuman kombucha dimulai dengan penyeduhan teh sepereti biasa. Sebanyak 1000 ml air dididihkan, dimasukkan 4,5 g daun teh Hitam dan teh Rosella. Penyeduhan dibiarkan selama 10-15 menit, kemudian disaring. Ke dalam larutan teh ditambahkan 100 g (10% w/v) gula dan dilarutkan, dibiarkan hingga mencapai suhu ruang, selanjutnya dipindahkan ke dalam toples gelas yang telah di alkohol sterilkan. Bila larutan teh telah mencapai suhu ruang, diinokulasikan dengan 25 g (25%) kultur Kombucha berikut 100 ml teh media tumbuhnya. Masing-masing toples ditutup dengan kain kassa dan diikat karet. Fermentasi dilakukan pada suhu 30oC selama 15 hari (Jayabalan et al., 2006 dengan modifikasi yang dilakukan oleh peneliti).

Pengamatan Pengamatan dilakukan pada 0 hari, 3, 6, 9, 12, 15 hari dengan mengukur total asam dengan metode dalam AOAC (1990), pH dengan pH meter, kadar alkohol dengan metode Spesifik Gravity (AOAC, 1990), vitamin C dengan metode Titrasi Iodium Jacobs (1962) dalam

AOAC (1990), total jumlah bakteri asam asetat, yeast dan total mikroba dengan metode cawan tebar (Spread Plate). Setelah fermentasi, kultur kombucha disimpan dalam suhu refrigerasi untuk menghentikan proses fermentasi dan memantapkan citarasa.

Analisa Data Penelitian dilakukan dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan perlakuan tunggal yang terdiri dari teh Hitam dan teh Rosella. Sebagai kelompok adalah ulangan dengan 3 kali. Lama fermentasi yaitu 15hari pada suhu 30oC. Data yang diperoleh diuji keragamannya dengan uji Barlett dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antar perlakuan. Sedangkan total jumlah bakteri dan yeast akan ditabulasikan secara diskriptif dan disajikan dalam bentuk grafik.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Rosella(Hibiscus sabdariffa Linn.) adalah tanaman dari keluarga sejenis kembang sepatu, yang berasal dari Afrika dan Timur Tengah. Tanaman yang berkembang biak dengan biji ini bermanfaat baik untuk kesehatan antara lain meningkatkan stamina tubuh jika minum teh rosella, karena di rosella mengandung vitamin C dan mineral esensial yang cukup tinggi yang kemungkinan mampu menangkal radikal bebas penyebab kanker. Kandungan Kalsium yang tinggi dapat mencegah keropos tulang, sedangkan zat-zat tertentu di dalam rosella mampu meremajakan sel tubuh serta melindungi tubuh dari inveksi kuman dan virus. Kelopak bunga Rosella kering sudah sering dimanfaatkan sebagai teh yaitu dengan diseduh dengan air panas. Larutan seduhan ini akan berwarna merah karena kandungan antosianin Rosella. Bila ditambahkan gula maka akan mempunyai rasa asam manis dan menyegarkan. Larutan seduhan teh rosella dan gula ini dapat diinokulasi dengan tea fungus untuk menghasilkan minuman fermentasi yaitu Kombucha. Pada umumnya minuman Kombucha dibuat dari seduhan teh Hitam, teh Hijau, teh Peppermint, dan teh Camomile (Dufreshne and farnworth, 2000). Kultur Kombucha (tea fungus) dapat tumbuh dalam larutan teh Rosella dan gula dan melakukan aktivitas fermentasi sampai pada hari ke 15 pada suhu 30oC. Pertumbuhan yeast dan bakteri asam asetat dalam larutan teh Hitam dan teh Rosella disajikan pada Gambar 1 dan 2.

024681012036912Lama Fermentasi (hari) Log cfu/mlTotal mikrobaYeastBAA 02468101203691215Lama Fermentasi (hari) Log cfu/mlTotal MikrobaTotal YeastBAA Gambar 1. Pertumbuhan bakteri asam asetat Gambar 2. Pertumbuhan bakteri asam asetat, Yeast dan total mikroba yeast dan total mikroba selama fermentasi dalam teh Hitam dalam teh Rosella.

Pada Gambar 1 dan 2 menunjukkan bahwa, pada awal fermentasi, populasi yeast dalam larutan teh Rosella satu log lebih tinggi dari populasinya dalam teh Hitam dan demikian pula selama fermentasi sampai pada hari ke 9 populasi yeast dalam larutan teh Rosella lebih besar. pH teh Rosella yang rendah (2,74) pada awal fermentasi memberi keuntungan kepada yeast untuk tumbuh lebih dahulu dari mikroba lain. Pada pertumbuhannya yeast menghasilkan alkohol 1,17% (etanol) pada hari ke 9 (Tabel 1). Sedangkan bakteri asam asetat mulai tumbuh pada hari ke3, kemungkinan setelah terjadi perombakan sukrosa menjadi glukosa oleh yeast untuk selanjutnya oleh bakteri asam asetat dikonversi menjasi asam glukonat dan asam asetat. Total asam yang berupa asam glukonat pada hari ke 9 yaitu 1,35% (Tabel 1). Baik bakteri asam asetat maupun yeast pertumbuhannya menurun setelah hari ke 9. Produksi asam yang makin meningkat pada ke dua media larutan teh menyebabkan bakteri asam asetat dan yeast terhambat pertumbuhannya dan mati. Kultur Kombucha sebenarnya bukan jamur melainkan simbiosis sel bakteri dan khamir yang membentuk suatu pelikel berlapi-lapis seperti pancake, bertekstur kenyal yang menyerupai gel, berwarna putih pucat, dan mengandung selulosa sebagai hasil metabolisme bakteri asam asetat (Gunther, 1999). Kultur Kombucha atau Pelikel selulosa ini dapat mengapung atau tenggelam di dala cairan Kombucha. Bila tenggelam maka kultur Kombucha yang baru akan mulai tumbuh dipermukaan secara bertahap dan perlahan akan menebal (Porzio, 2001). Setiap lapisan dapat dengan mudah dipisahkan dan dipakai secara terpisah untuk membuat teh Kombucha yang baru. Khamir osmotoleran, salah satunya Saccharomyces cerevisiae, mengawali perombakan dengan memfermentasi sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa

dengan hasil metabolit samping alkohol dan karbon dioksida. Selanjutnya bakteri asam asetat yang

toleran terhadap asam, salah satunya Acetobacter xylinum, mengkonversi glukosa menjadi asam glukonat dan fruktosa menjadi asam asetat. Asam asetat menstimulasi khamir Saccharomyces cerevisiae untuk memproduksi alkohol, sedangkan alkohol menstimulasi pertumbuhan Acetobacter xylinum untuk memproduksi asam asetat (Chen and Liu, 2000; Loncar et al. 2006). Tetapi, pada penelitian ini, jenis yeast maupun bakteri asam asetat tidak diidentifikasi.

Analisis Kimiawi Di dalam larutan teh Rosella, kultur Kombucha (Tea Fungus) selain dapat tumbuh juga mampu melakukan aktifitas perombakan selama fermentasi. Analisis kimiawi terhadap pH, totak asam, alkohol dan kandungan vitamin C, larutan teh hitam dan teh Rosella terfermentasi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Uji lanjut BNJ terhadapTotal Asam, pH, Alkohol, dan Vitamin C

Perlakuan Nilai tengah*) Total Asam Sign Nilai tengah*) pH Sign Nilai Tengah*) Alkohol (%) Sign Nilai Tengah*) Vit C mg/L Sign

T1F1 0.25 e 3.00 ab 0.91 b 1.32 b T1F2 0.35 e 3.24 a 1.09 b 1.46 b T1F3 1.08 cd 2.99 ab 1.79 ab 1.82 b T1F4 1.11

cd 2.99 ab 2.09 ab 2.25 b T1F5 2.48 a 2.88 ab 3.12 a 2.29 b T1F6 2.61 a 2.77 ab 3.26 a 2.65 b T2F1 0.31 e 2.74

ab 0.73 b 10.74 a T2F2 0.47 e 2.63 ab 1.16 b 10.63 a T2F3 0.74 de 2.56 b 1.50 ab 10.61 a T2F4 1.35 bc 2.48 b 1.73

ab 10.77 a T2F5 1.75 b 2.42 b 1.52 ab 10.79 a T2F6 2.37 a 2.39 b 2.31 ab 11.21 a

*)Dua nilai tengah yang diikuti dengan huruf yang sama dinyatakan tidak berbeda pada taraf nyata 5% dengan uji BNJ Keterangan: T1= teh Hitam, T2= teh Rosella, F= lama fermentasi (hari), F1=0 hari, F2=3hari, F3=6hari, F4=9 hari, F5=12hari, F6=15hari

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan kultur Kombucha dalam teh Rosella mempunyai kontribusi dalam aktivitas perubahan pH, total asam dan pembentukan alkohol, tetapi tidak terhadap biosintesa vitamin C. Pembentukan asam, dalam hal ini adalah total asam glukonat, tampak dimulai pada hari ke 6 yang ditandai dengan produksi yang meningkat berbeda nyata dengan produksi pada hari ke 3. Kecenderungan ini juga terjadi pada produksi alkohol. Konsentrasi total asam dalam bentuk total asam glukonat fermentasi teh Hitam pada hari ke 12 adalah 2,48% asam glukonat, yang menunjukkan bahwa hasil tersebut sependapat

dengan penelitian oleh Jayabalan et al (2007) yang menemukan bahwa konsentrasi asam glukoronat sebesar 2,3g/L pada pengamatan hari ke 12 pada lama fermentasi 15 hari. Nilai pH sejalan dengan kandungan total asam dimana pH akan rendah bila total asam nya tinggi. Tidak seperti pengamatan terhadap total asam, alkohol maupun pH, penggunaan kultur Kombucha dalam teh Rosella tidak berkontribusi pada aktivitas biosintesa vitamin C, karena kandungan vitamin C dalam larutan teh Rosella pada awal fermentasi sampai pada hari ke 15 fermentasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.Demikian hal nya kandungan vitamin C pada Kombucha teh hitam. Hasil penelitian ini tidak sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Loncar et al (2006) dan Malbasa et al (2006) bahwa dengan pendekatan model matematika, konsentrasi vitamin C meningkat dengan lamanya fermentasi. Teh Rosella mempunyai kelebihan karena kandungan vitamin C nya yaitu 260-280 mg per100 gram kelopak bunga Rosella kering. Dengan demikian kemungkinan kultur Kombucha tidak mensintesa vit C dalam larutan teh Rosella. Starter Kombucha atau Tea Fungus yang bervariasi sumber dan komposisinya akan mempengaruhi komposisi metabolit dan antioksidan dalam minuman Kombucha (Chu and Chen, 2006). Kekayaan gizi dan kelebihan minuman Kombucha terletak pada sumber inokulum yang digunakannya dan faktor-faktor yang mendukung proses fermentasi. Selain itu starter Tea Fungus atau kultur Kombucha masih dibududayakan dalam rumah tangga dengan komposisi inokulum yang sangat bervariasi, dan masih sulit diperoleh. Komposisi inokulum dalam kultur Kombucha menjadi sangat krusial karena khamir dan bakteri asam asetat yang tumbuh bersimbiosis mempunyai aktivitas sinergis dan saling melengkapi dalam fermentasi. Oleh karena itu komposisi mikroflora dalam kultur sangat penting untuk diperhatikan dan dibakukan.

4. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa bungan tanaman Rosella kemungkinan mempunyai potensi sebagai minuman fungsional teh Kombucha. Tea fungus dapat tumbuh dan melakukan aktivitas dalam larutan teh Rosella dan mempengaruhi perubahan terhadap pH, asam total, dan konsentrasi alcohol, tetapi tidak terhadap biosintesa vit C. Fermentasi larutan teh Rosella tidak merubah pH yaitu tetap rendah (2,48). Larutan teh Rosella dengan gula dapat difermentasi menggunakan tea fungus untuk menghasilkan minuman

kombucha teh Rosella. Fungsi minuman kombucha teh Rosella sebagai minuman kesehatan perlu diteliti lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

AOAC, 1990 Official Methods of Analysis. International Union of Pure and Applied Chemistry. USA

Budi Sutomo, S.Pd (20/8/08-7.00am)budiboga.blogspot.com

Chu,C.S and C.Chen, 2006. Effect of origin and fermentation time on the antioxidant activites of Kombucha. Food Chemistry, 98:502-507

DEPKES RI. No SPP. 1065/35.15/2005

Dufresne, C. and E.Farnword. 2000. Tea, Kombucha. And health: a Review. Food Research International 33:409-421.

Goldberg, Israel, 2002. FUNCTIONAL FOODS, Designer Foods, Pharmafoods, Nutraceuticals. Edited by Israel Goldberg, Chapman and Hall,New York. Hal 3-18

Gunther, W.F. 1999. How to make your own Kombucha Tea. www.kombu.de/

Jayabalan,R., S.Marimuthu, K.Swaminathan. 2007. Changes in content of organic acids and tea polyphenols during kombucha tea fermentation. Food Chemistry 102:392-398.

Loncar, E., M.Djuric, M.Malbasa, I.J.Kolarov and M.Klasnja.2006. Influence of working conditions upon kombucha conducted fermentation of black tea. Food and Bioproduct processing 84(C3):186-192.

Malbasa, R., E.Loncar, M.Djuric, M.Klasnja, S.Markov. 2006. Scale up of black tea batch fermentation by kombucha. Food and Bioproduct Processing 84(C3):193-199.

Porzio,L. 2001 The Kombucha Balancing Act. The Kombucha Center. www.trib.com/kombu/index.shtml. 2 Feb 2008

Related Documents

Rose La
May 2020 41
Rose
October 2019 61
Rose
June 2020 32
Rose
June 2020 29
Rose
November 2019 60
Viva La Rose
October 2019 12