Rmk Konsep Harga Jual Islam.docx

  • Uploaded by: Abdul Jalil
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rmk Konsep Harga Jual Islam.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,082
  • Pages: 7
ABD. JALIL A31116309 KONSEP HARGA JUAL ISLAM Di dalam ajaran Islam terdapat berbagai macam nilai yang dapat digali untuk dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai tersebut mulai dari nilai yang berkaitan dengan hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan sesama mahluk, hingga nilainilai dalam berperilaku. Kajian tentang nilai dalam ilmu pengetahuan menjadi salah satu perbedaan utama antara pandangan sains modern (Barat) dengan pandangan ilmu pengetahuan Islam. Di dalam Islam, ilmu pengetahuan harus didasarkan pada nilai dan harus memiliki fungsi dan tujuan. Bahkan menurut Sumarna, nilai sebagai ruhnya ilmu. Ilmu tanpa nilai seperti tubuh tanpa ruh yang berarti tidak berguna (2006: 183). Dalam al-Quran terdapat banyak macam nilai yang dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya di dalam bermuamalah, diantaranya tauhid, amanah, mashlahah, ikhlash, ‘adl, ihsan, istikhlaf, ukhuwwah, shiddiiq, qanaah, dan lain sebagainya.

1. Relevansi Nilai Islam pada Konsep Harga Jual Kegiatan jual-beli di dalam Islam merupakan yang kegiatan yang melibatkan hubungan antara manusia (penjual) dengan manusia yang lain (pembeli) dan bercirikan ketuhanan (Qardhawi, 2000a: 57). Sementara dalam pandangan Al- Maududi (2005: 5), perbedaan antara bisnis atau sistem ekonomi Islam dengan paham kapitalis dan sosialis adalah terletak pada norma yang melingkupinya, yaitu kejujuran, keadilan, persaudaraan, dan altruisme. Adapun nilai-nilai amanah, ikhlash, ihsan, mashlahah, istikhlaf, dan qanaah menjadi pendukung keempat nilai tersebut di atas di dalam merumuskan konsep harga jual. Nilai amanah, ikhlash, mashlahah, istikhlaf, dan qanaah sebagai penunjang nilai kehambaan di dalam mengabdi kepada Sang Pencipta sedangkan nilai ihsan, dan juga nilai ikhlas, mashlahah dan istikhlaf sebagai penopang nilai kejujuran, keadilan, dan kemanunggalan. Keempat jenis nilai utama ini dalam implementasinya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

2. Kejujuran sebagai Modal Utama Barang siapa berbisnis dengan kejujuran maka dia akan memenangkan persaingan. Hasil survei James Mc. Kouzes dan Barry Z. Postner tahun 1997 dan 1993 menunjukkan bahwa karakter kejujuran merupakan peringkat pertama seorang CEO untuk meraih keberhasilan (Agustian, 2004:77). Di dalam Islam, kejujuran dalam berjualan adalah persyaratan yang mutlak untuk menentukan sah-tidaknya jual-beli yang dilakukan. Jika ada salah satu proses penjualan yang

ABD. JALIL A31116309 melanggar nilai-nilai kejujuran, maka jual-beli tersebut dianggap tidak sah. Menurut Afzalurrahman (2000: 20-8), kejujuran yang melandasi jual-beli meliputi: 1. barang yang diperdagangkan adalah barang yang halal dimakan atau dinikmati. 2. tidak ada unsur penipuan dalam jual-beli. Kualitas produk yang diperdagangkan harus diketahui dengan baik oleh kedua belah pihak. 3. tidak ada unsur riba pada saat melakukan penjualan. 4. tidak ada keraguan jumlah satuannya dan kualitas barang yang diperdagangkan. 5. penjual dan pembeli harus mengetahui informasi harga di pasar umum. Setidaknya ada tiga nilai kejujuran yang dapat diterapkan agar bisa berhasil dalam berusaha, yaitu kejujuran berniat, kejujuran lahiriah, serta kejujuran batiniah (al-Mishri: 2008: 24-8). Ketiga jenis keujuran tersebut merupakan satu kesatuan yang membentuk kemaslahatan baik pada diri sendiri maupun lingkungannya.

3. Konsep Harga Jual Berbasis Nilai Kejujuran Dari berbagai pendapat dan kisah, memperlihatkan bahwa ada pengusaha yang berjualan dengan keuntungan yang sangat rendah, tetapi ada juga yang menghasilkan keuntungan yang relatif besar. Kedua cara penetapan keuntungan tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam, sehingga dapat disimpulkan bahwa di dalam ajaran Islam tidak memiliki aturan baku tentang besarnya keuntungan. Ini berarti tingkat keuntungan diserahkan kepada penjual. Dalam konteks kejujuran Islami, harga yang telah ditetapkan sebelumnya tidak bisa dinaikkan dengan alasan kenaikan permintaan. Begitu harga sudah ditetapkan, walaupun apa yang terjadi termasuk akan meningkatkan keuntungan materi, harga jual tetap dan tidak boleh dinaikkan. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka konsep harga jual berbasis nilai kejujuran yang dapat digunakan, yaitu: a. Consistency Cost-Plus Pricing, yaitu penentuan harga jual berdasarkan harga pokok ditambah mark-up yang diterapkan secara konsisten. b. Consistency Market Mechanism (Mekanisme pasar bersyarat), yaitu harga jual yang telah terbentuk pada awal penetapan harga jual melalui mekanisme pasar tidak boleh mengalami kenaikan harga meskipun harga jual dipasaran mengalami kenaikan. Pengecualian atas hal ini apabila terjadi kenaikan biaya masukan, maka harga jual tersebut bisa menyesuaikan.

ABD. JALIL A31116309 Dalam konsep kejujuran, setiap pemilik harta berhak mengembangkan hartanya sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

4. Keadilan sebagai Dambaan Untuk menciptakan masyarakat yang ideal dan sustainable sangatlah tidak mungkin tanpa adanya nilai-nilai keadilan yang melekat pada masyarakat tersebut. Islam benar-benar tegas dalam tujuannya untuk membasmi semua kezaliman dari dalam diri umat manusia. Kezaliman adalah sebuah istilah menyeluruh yang mencakup semua bentuk ketidak adilan, eksploitasi, penindasan dan kemungkaran, dimana seseorang mencabut hak-hak orang lain atau tidak memenuhi kewajibannya kepada mereka (Chapra, 1999: 229) dan lingkungannya. Penegakan keadilan dan pembasmian semua bentuk ketidakadilan telah ditekankan oleh alQuran sebagai misi utama semua nabi yang diutus Allah “…dan Kami turunkan bersama mereka (maksudnya para Rasul) al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Menurut Sayyid Haidar Amuli tujuan diciptakannya manusia adalah untuk berbuat adil dan menuju jalan yang lurus (2005: 185).

a. Keadilan kepada Umat Manusia Islam menegakkan keseimbangan antara individu dengan masyarakat tetapi tidak memberikan hak dan kebebasan kepada individu maupun masyarakat untuk berlaku boros dan tidak memperhatikan kemaslahatan yang dapat menyebabkan kerusakan dan kehancuran.

b. Keadilan kepada Lingkungan Memperhatikan masyarakat di sekitar perusahaan tidaklah cukup tanpa memberi perhatian yang sama terhadap lingkungan di mana perusahaan beroperasi. Lingkungan perlu mendapat perhatian yang serius karena dengan beroperasinya perusahaan tersebut akan menyebabkan lingkungan terganggu, pengrusakan, menimbulkan kecemburuan sosial akibat tidak tertampungnya semua tenaga kerja yang ada disekitar perusahaan, dan kemaslahatan umat secara keseluruhan. Oleh karena itu, perusahaan perlu berlaku adil dengan mengeluarkan sejumlah biaya untuk memperbaiki lingkungan alam tersebut agar bisa berfungsi seperti sebelum adanya perusahaan beroperasi. Jika tidak mampu menyamainya, minimal mendekatinya.

5. Konsep Harga Jual Berbasis Keadilan Keuntungan yang adil antara lain:

ABD. JALIL A31116309 a. Keuntungan sebesar kebutuhan dasar pedagang agar bisa bertahan hidup di muka bumi ini. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan makan, air, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, transportasi dan komunikasi, keamanan, dan berumahtangga. b. Keuntungan didasarkan pada besarnya kebutuhan hidup (seperti pada poin a di atas) dan kebutuhan akhirat, berupa kewajiban menjalankan rukun Islam dan sunnah untuk kepentingan diri sendiri, yaitu haji, umrah, dan qurban. c. Keuntungan sebesar kebutuhan hidup dan kebutuhan akhirat pribadi pedagang (seperti pada poin b di atas) ditambah kebutuhan hubungan dengan lingkungan, yaitu lingkungan umat manusia dimana pedagang/perusahaan beraktivitas (meliputi kebutuhan infaq, sedekah, wakaf, dan bantuan lainnya untuk meningkatkan martabat umat manusia disekitar tempat usaha) dan hubungan dengan lingkungan alam, berupa pemeliharaan lingkungan alam agar bisa berfungsi seperti sebelumnya. Berdasarkan besarnya keuntung yang adil tersebut di atas, maka penentuan harga jual berbasis nilai keadilan dapat dilakukan dengan cara: a. harga masukan (jumlah biaya) ditambah keuntungan yang adil (cost-plus pricing). Hal ini sejalan dengan hakikat pengembang-biakan harta (HR Tirmidzi dan Qardhawi, 2007: 593) dan sejalan dengan prinsip umum berusaha yang senantiasa mengharapkan keuntungan. Besarnya keuntungan yang diharapkan meliputi kebutuhan hidup pemilik dan keluarganya (profan). b. Harga jual didasarkan pada jumlah biaya ditambah keuntungan yang adil. Keuntungan yang adil adalah keuntungan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok pemilik usaha dan keluarganya, yaitu kebutuhan dunia (seperti dijelaskan pada poin a di atas) dan kebutuhan untuk bekal ke akhirat. Jenis kebutuhan akhirat meliputi kebutuhan untuk melaksanakan rukun Islam, yaitu haji, zakat dan sunnah, yaitu, umrah, dan qurban. c. Penetapan harga jual harus bisa menyeimbangkan antara kebutuhan dunia (profan) dengan kebutuhan akhirat, antara kebutuhan diri sendiri dan kemampuan pembeli, antara kebutuhan diri sendiri dengan masyarakt sekitarnya, dan antara kebutuhan diri sendiri dengan lingkungan sekitarnya, sebagaimana telah dijelaskan pada keseimbangan hidup sebelumnya. Dengan demikian, penetapan harga jual berbasis nilai keadilan diharapkan tidak akan menzalimi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan di mana perusahaan beroperasi. Penambahan unsur lingkungan dalam salah satu komponen keuntungan dimaksudkan untuk menciptakan pelestarian lingkungan alam yang telah dirusak dan untuk mencegah

ABD. JALIL A31116309 kerusakan lingkungan (prefentif) dan menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sekitarnya dan generasi yang akan datang.

6. Kemanunggalan sebagai Perekat Nilai kemanunggalan/kesatuan (unity/ukhuwwah) memiliki prinsip saling mengenal, saling memahami, saling menolong, saling menjamin, saling bersinergi dan beraliansi. Transaksi syariah tidak boleh mendapatkan keuntungan di atas kerugian atau penderitaan orang lain dan lingkungan. Persaingan yang berlebih di dalam mekanisme pasar sehingga menyebabkan sebagian pelaku bisnis tidak mampu berkompetisi dan akibatnya mereka terpaksa keluar dari pasar merupakan perbuatan yang menodai nilai kemanunggalan di dalam berbisnis.

7. Konsep Harga Jual Berbasis Nilai Kemanunggalan Pentapan harga jual berbasisi nilai kemanunggalan tetap menggunakan konsep harga jual cost-plus pricing atau mekanisme pasar, tetapi untuk menghadapi pelanggan yang kurang mampu, perlu dilakukan penyesuaian harga sesuai kemampuan pelanggan. Penyesuaian harga dari cost-plus pricing atau mekanisme pasar menjadi lebih murah karena di dorong oleh rasa belas kasihan merupakan ciri dari penetapan harga jual kemanunggalan. Dengan demikian konsep penetapan harga jual berbasis nilai kemanunggalan adalah adjusted price. Konsep harga jual ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: a. Adjusted Cost Plus Pricing, yaitu harga jual seperti pada konsep harga jual berbasis nilai keadilan dikurangi jumlah tertentu akibat ketidakmampuan pelanggan/pembeli. b. Adjusted Market Mechanism, yaitu harga jual seperti pada konsep harga jual berbasis nilai kejujuran dikurangi jumlah tertentu akibat ketidakmampuan pelanggan/pembeli. c. Flexible Price, yaitu konsep penetapan harga jual yang didasarkan pada kondisi ketidakmampuan pelanggan/pembeli. Konsep harga jualberbasis nilai kemanunggalan tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi harga normal yang berlaku dipasaran. Cara ini dilakukan untuk menjalin hubungan persaudaraan dengan sesama penjual. 8. Kehambaan sebagai Kepatuhan Segala sesuatu yang dimiliki manusia termasuk dirinya adalah kepunyaan Allah dan harta

yang

dimilikinya

merupakan

titipan

Allah

yang

harus

dijaga

dan

dipertanggungjawabkan. Semua hasil karya manusia membutuhkan bahan dari ciptaan Allah sehingga manusia hanyalah mendayagunakan benda Allah, bukan menciptakan benda

ABD. JALIL A31116309 sendiri. Maksudnya, manusia hanya sekedar mengubah materi guna memenuhi kebutuhan hidupnya dan bukan menciptakan materi.

9. Memaknai Keuntungan Keuntungan dalam berusaha, meliputi: 1. Apabila dengan usaha itu, pemilik dan pengelolanya semakin mendekatkan diri kepada Allah swt melalui perbuatan shaleh, misalnya mengeluarkan zakat, infaq, sedekah, wakaf, berqurban, umrah dan amal saleh lainnya berupa kesadarannya atas nikmat yang diperoleh dalam menjalankan usaha. 2. Kengan usaha itu, dapat membantu atau meringankan beban orang lain dengan melibatkan/ mempekerjakan mereka yang kurang mampu fisik, mental, dan pikiran sehingga semua umat manusia merasa memiliki andil dalam pengembangan usaha dan mampu hidup mandiri tanpa tergantung dari orang lain. 3. Dengan berusaha mampu meningkatkan citra diri pemilik dan pengelolanya, misalnya dengan berbuat jujur sehingga dapat dipercaya oleh orang atau institusi lain (personal guarantie). 4. Melalui kegiatan berusaha akan meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan pemilik dan pengelola sehingga akan tercipta pengelolaan usaha yang efisien dan efektif. 5. Dengan kegiatan usaha tersebut akan tercipta hubungan silaturrahim yang semakin luas dan mendalam dengan pemasok, pelanggan, masyarakat disekitar tempat usaha, dan karyawan di dalam perusahaan. 6. Melalui kegiatan berusaha tersebut akan meningkatkan kekayaan pemilik sehingga bisa meningkatkan kesejahtaraan hidupnya bersama keluarga. 7. Dengan usaha tersebut akan membangkitkan kegiatan ekonomi di sekitarnya sehingga masyarakat merasakan kemanfaatannya, dan bukan menindas usaha masyarakat di sekitarnya. 8. Usaha tersebut mampu memelihara kebersihan dan menjaga lingkungannya dari segala macam gangguan sehingga kehidupan lebih nyaman dan sehat serta menjadikannya contoh dalam memelihara lingkungan masyarakat. 9. Adanya kepuasan batin atas keberhasilan yang dicapai oleh masyarakat disekitarnya yang dipacu oleh aktivitas usahanya.

10. Konsep Harga Jual Berbasis Nilai Kehambaan Konsep harga jual berbasis nilai kehambaan dapat dilakukan dengan cara:

ABD. JALIL A31116309 a. Total biaya untuk menghasilkan atau menjual suatu produk ditambah keuntungan tertentu yang ditentukan sendiri oleh pembeli. Konsep ini didasari atas tiga hal, yaitu: pertama, setiap orang yang mengelola harta diharuskan mengembang-biakkannya agar tidak habis dimakan zakat dan untuk memakmurkan dunia. Berarti setiap orang yang berusaha harus bisa menciptakan keuntungan materi. Kedua, rezeki sudah ditentukan Allah swt dan telah di catat dalam data based lauh mahfuzh sehingga tidak ada gunanya penjual yang menentukan harga jual, tetapi lebih baik bekerja seoptimal mungkin sesuai tuntunannya, hasilnya akan ditentukan oleh Penguasa Rezeki. Ketiga, agar keuntungan materi dan nonmateri bisa optimal untuk kedua belah pihak, penjual dan pembeli, maka penjual harus bisa merelakan penentuan besarnya keuntungan tersebut kepada pembeli, dan pembeli akan berusaha mengoptimalkan kinerjanya dengan rela membayar lebih besar dari harga umum atau sesuai kemampuan optimalnya. b. Harga jual ditentukan sendiri oleh pembeli. Dengan demikian penetapan harga jual yang terjadi adalah atas kehendak Yang Maha Kuasa melalui pembeli. Jika pembelinya adalah orang kaya raya dan memiliki kepribadian baik, maka mungkin harga jual yang terjadi adalah melebihi harga yang berlaku umum. Sebaliknya, jika pembelinya, orang miskin mungkin dia akan membayar dengan harga yang lebih rendah dari harga yang berlaku umum. c. Sedekah. Konsep harga ini beranggapan bahwa setiap umat manusia seharusnya mengembangkan sifat kasih sayangnya dengan bersedekah kepada sesamanya tanpa mengenal mampu atau tidak mampu dan tidak perlu mengharapkan pembayaran dari pembeli. Oleh karena itu penetapan harga ditentukan oleh-Nya melalui pembeli. Penetapan harga jual semacam ini disebut pricing by buyers. Konsekuensi logis dari konsep ini adalah keikhlasan pedagang menerima hasil penjualan, berapapun nilainya. Konsep harga jual semacam ini tidak dikenal dalam harga jual konvensional tetapi di dalam kehidupan seharihari biasa ditemukan.

Related Documents


More Documents from "Subur Heriyanto"