Jenis-jenis dari Model Proses, yaitu :
Model Ekonomi Model tradisional ini mengasumsikan bahwa seluruh kegiatan dan keputusan manusia adalah rasional sempurna dan dalam suatu organisasi terdapat konsistensi antara beragam motif dan tujuan.
Model Sosial Model ini kebalikan dari model ekonomi, karena model ini mengasumsikan bahwa manusia pada dasarnya adalah irasional dan keputusan yang dihasilkan didasarkan pada interaksi social.
Model Kepuasan Simon Model ini lebih berguna dan praktis, karena didasarkan pada konsep simon tentang manusia administrative yang memandang manusia sebagai makhluk yang rasional dengam memiliki kemampuan untuk berfikir, mengolah informasi, membuat pilihan, dan belajar.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI 1. Rasional Terbatas Pengurutan alternative sangat penting dalam menentukan alternative yang dipilih. Jika pengambilan keputusan sedang melakukan optimasi, maka semua alternative dicantumkan dlam hierarki utama preferensi. 2. Intuisi Para pakar tidak mengasumsikan bahwa pengambilan keputusan intuitif merupakan sesuatu yang tidak rasional atau tidak efektif. Pengambila ikeputusan intuitif kemungkinan dapat diambil dalam kondisi : a) Bila ada ketidakpastian dalam tingkat yang tinggi b) Bila hanya sedikit preseden untuk diikuti c) Bila variable-variabel dapat diramalkan secara ilmiah d) Bila fakta terbatas e) Bila fakta tidak dengan jelas menunjukkan jalan yang diikuti f) Bila data analitis guna berguna g) Bila terdapat beberapa penyelesaian alternative yang masuk akal untuk dipilih, dengan argument yang baik untuk masing-masing alternative
h) Bila waktu terbatas da nada tekanan untuk segera mengambil keputusan yang tepat 3. Identifikasi Masalah Masalah-masalah yang tampak cenderung memiliki kemungkinan terpilih yang lebih tinggi dengan masalah-masalah yang penting. Hal ini didasarkan karenamudah untuk mengenali maslah-masalah yang tampak(visible) dan semua orangmenaruh perhatian yang besar terhadap pengambilan keputusan di organisasi. 4. Membuat Pilihan Para pengambil keputusan mengandalkan heuristic atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan. Terdapat 2 kategori dari heuristic yaitu ketersediaan dan keterwakilan. 5. Perbedaan Individual : Gaya Pengambilan Keputusan Riset ini telah mengidentifikasi 4 pendekatan individual yang berbeda terhadap pengambilan keputusan. Model ini dirancang untuk digunakan para manager dan mengaspirasi para manager. 6. Keterbatasan Organisasi Organisasi itu sendiri merupakan penghambat bagi para pengambil keputusan. Contohnya para manager membentuk keputusan untuk mencerminkan system penilaian kinerja dan pemberian imbalan. Perusahaan Sebagai Unit Pengambilan Keputusan Cybert dan March menggambarkan empat konsep dasar relasional sebagai inti dari pengambilan keputusan bisnis, yaitu : a. Resolusi Semu dari Konflik Suatu organisasi adalah koalisi dari individu-individu dengan tujuan yang berbeda yang sering menimbulkan konflik, karena mengambil keputusan melibatkan pemilihan atas satu alternative yang sesuai dengan tujuan dan harapan secara keseluruhan. b. Menghindari Ketidakpastian Pada saat mengambil keputusan, organisasi secara terus-menerus akan dihantui oleh ketidakpastian dalam lingkungan internal dan eksternal. c. Perencanaan Masalah
Perencanaan masalah merupakan proses menemukan suatu solusi atas suatu masalah tertentu atau sebagai suatu cara untuk bereaksi terhadap peluang. d. Pembelajaran Organisasi Walaupun organisasi tidak mengalami proses pembelajaran seperti individu, organisasi memperlihatkan perilaku adiktif dari karyawannya dengan belajar untuk mengurus bagian tertentu dari lingkungan tersebut. Manusia – Para Pengambil Keputusan Organisasi Penting untuk diingat bahwa manusia, dan bukannya organisasi, yang mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang dan yang mencari tindakan alternatif. Manusialah yang memilih kriteria pengam-bilan keputusan, memilih alternatif yang optimal, dan menerapkanya. Masalah keputusan yang dihadapi organisasi mulai dari yang sederhana hingga yang bersifat kompleks. Masalah sederhana dapat diselesaikan oleh satu orang yang menempati posisi tertentu, memiliki kemampuan, dan pengalaman pada suatu area tertentu. Biasanya, masalah sederhana bersifat berulang. Sementara masalah yang bersifat kompleks, biasanya diputuskan secara kelompok atau tim. Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai Pengambilan Keputusan Manusia merupakan makhluk yang rasional karena mereka memiliki kapasitas untuk berpikir, memilih, dan belajar. Tetapi rasionalitas manusia adalah sangat terbatas karena mereka hampir tidak pernah memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu memproses informasi yang tersedia secara berurutan. Batasan kerasionalan manusia beragam berdasarkan pada: a. Batasan luas dari ilmu pengetahuan yang dipahami b. Gaya kognitif seseorang, contohnya kemampuan untuk berpikir kritis dan analitik, kebergantungan pada orang lain, dan kemampuan berinteraksi. c. Mereka mengubah struktur nilai. d. Mereka cenderung untuk menggapai kepuasan, daripada titik optimal. Peran Kelompok sebagai Pembuat Keputusan dan Pemecahan Masalah Kelompok dianggap sebagai faktor yang menyebabkan ide-ide diinvestigasi dengan lebih teliti dan meningkatnya kemungkinan bahwa keputusan tersebut akan dapat diterapkan dengan
efektif. Kemam-puan kelompok untuk menganalisis masalah, mendefinisikan, dan menilai alternatif secara kritis, serta untuk mencapai keputusan yang valid bisa diperlemah oleh dua fenomena perilaku, yaitu: fenomena pemikiran kelompok, dan fenomena pergeseran yang berisiko (dampak diskusi kelompok). 1. Fenomena Pemikiran Kelompok Pemikiran kelompok (group think) menggambarkan situasi dimana tekanan untuk mematuhi mencegah anggota-anggota kelompok individual untuk mempersentasikan ide atau pandangan yang tidak populer. Hal ini mencegah kelompok tersebut, sehingga tidak dapat dengan objektif menilai pandangan yang tidak biasa atau pandangan minoritas. 2. Fenomena Pergeseran yang Berisiko (Dampak Diskusi Kelompok) Fenomena pergeseran yang berisiko, atau dampak diskusi kelompok, merupakan produk sampinngan dari interaksi manusia. Hal ini dicirikan oleh kelompok yang lebih memilih alternatif yang lebih agresif dan beresiko dibandingkan dengan apa yang mungkin dilakukan oleh individuindividu jika mereka bertindak sendirian. 3. Kepaduan Kelompok Kesatuan kelompok didefinisikan sebagai tingkat dimana anggota-anggota kelompok tertarik satu sama lain dan memiliki tujuan kelompok yang sama. Tingkat kesatuan kelompok dipengaruhi oleh jumlah waktu yang dihabiskan bersama oleh para anggota kelompok, tingkat kesulitan dari penerimaan anggota baru ke dalam kelompok, ukuran kelompok, ancaman eksternal yang mungkin, dan sejarah keberhasilan dan kegagalan di masa lalu. Faktor lainnya yang juga mempengaruhi kesatuan kelompok secara mengun-tungkan adalah riwayat dari kelompok itu. 4. Pengambilan Keputusan Oleh Kensus Versus Kekuasaan Mayoritas Konsensus dalam konteks pengambilan keputusan didefinisikan oleh Holder (1972) sebagai “kesepakatan semua anggota kelompok dalam pilihan keputusan.” Dalam kebanyakan situasi, konsensus hanya bisa dicapai setelah pertimbangan yang matang serta evaluasi yang kritis atas lebih atau kurangnya. Pengambilan keputusan dengan konsensus membutuhkan lebih banyak waktu dibandingkan dengan penambilan keputusan dengan pengaturan mayoritas. 5. Kontroversi yang Disebabkan oleh Hubungan Atasan-Bawahan Ketika kelompok pengambilan keputusan terdiri atas atasan dan bawahan, kontroversi tidak bisa dihindarkan. Atasan mempunyai akses terhadap informasi yang berbeda, sehingga memiliki pendapat yang berbeda pula dibandingkan dengan bawahannya. Kontroversi dapat disebabkan
oleh asimetri informasi. Asimetri informasi adalah kondisi suatu pihak memiliki informasi yang lebih baik dibandingkan pihak lainnya. Kualitas dari pilihan keputusan akan sangat bergantung bagaimana atasan menangani kontroversi tersebut. 6. Pengaruh Basis Kekuatan Dalam situasi pembuatan keputusan, individu dapat memengaruhi hasil keputusan karena otoritas kekuatannya yang diberikan organisasi. Komponen yang paling sering disebut adalah kekuatan posisi, kekuatan keahlian, kekuatan atas penguasaan sumber-sumber, dan kekuatan politik. Kekuatan posisi ada ketika seseorang dapat memengaruhi keputusan disebabkan posisinya dalam organisasi. Meskipun memiliki posisi, belum tentu dalam pengambilan keputusanya dapat dikatakan efektif. Kekuatan keahlian memengaruhi ketika hasil yang akan dicapai dari keputusan membutuhkan pertimbangan pengetahuan, keahlian dan pengalaman atas kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Kekuatan ini akan berperan ketika menghadapi masalah yang serupa dengan mempertimbangkan pendapat ahli (expert judgement). Pengambilan keputusan berbasis keahlian ini berjalan searah dengan ketidakpastian yang terjadi, semakin tidak pasti semakin besar kebutuhan pengambilan keputusan berbasis keahlian.