Rmk 7 Plk.docx

  • Uploaded by: Anais Sri Wandari
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rmk 7 Plk.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,848
  • Pages: 14
PASAR DAN LEMBAGA KEUANGAN “Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bank dalam Perekonomian” Dosen Pengampu : Dr. Ida Bagus Panji Sedana, S.E., M.Si

Oleh Kelompok 2 : Ni Luh Putu Prawerti Widhari Ni Made Anais Sri Wandari Richard Alvi Manek Putu Agung Bagus Kumara Dewa I Komang Agus Surya Aryawan

1707521077 1707521089 1707521124 1707521132 1707521135

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2019

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 4 2.1 Pengertian dan Sumber Penghimpunan Dana ........................................................ 4 2.2 Pengertian dana Pertimbangan Penggunaan/Penyaluran Dana Bank ……………4 2.3 Konsep Sumber-Sumber Dana Bank ..................................................................... 5 2.4 Kebijakan Penghimpunan dan Penggunaan Dana ................................................. 6 2.5 Pinjaman Tunai dan Pinjaman Non Tunai………………………………………..7 2.6 Risiko Penyaluran Dana Kredit…………………………………………………...8 2.7 Diskusi Strategi untuk mengelola risiko suku bunga……………………………..10 BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 12 3.1 Simpulan ................................................................................................................ 12 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 13

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui, dewasa ini, keberadaan bank yang merupakan salah satu lembaga yang menyediakan fasilitas jasa baik dalam hal penyimpanan, penukaran, penyaluran, hingga jasa perantara terlihat terus mengembangkan penyediaan jasa-jasa tersebut guna mengikuti tuntunan kemajuan perekonomian yang begitu pesat baik dalam cara bertransaksi, cara penukaran, hingga pengambilan dana yang semakin modern. Dari beberapa jasa di atas, peran serta bank di dalam penghimpunan dana (funding) yang ada di masyarakat menjadikannya sebagai salah satu indikator inflasi penting dan bersama pemerintah dapat bekerja sama untuk menjaga tingkat inflasi serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat Indonesia. Kemampuan bank untuk menghimpun dana dalam lingkup besar serta luas menjadikannya sangat efektif untuk menjalankan tugas keduanya yaitu penyaluran dana dari masyarakat tersebut kembali kepada masyarakat yang tujuannya tiada lain untuk terus meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga penyalur dana kepada masyarakat, bank memiliki salah satu kegiatan penyaluran dana tersebut melalui kegiatan pemberian kredit. Jika dilihat dari skema penghimpunan dana hingga penyaluran dana tersebut, untuk bank konvensional dalam penghimpunan dana, penabung diberikan jasa dalam bentuk bunga simpanan. Sementara dalam pemberian kredit, penerima kredit (debitur) dikenakan jasa pinjaman dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Dari beberapa penjelasan dan perkembangan di bidang perbankan tersebut timbullah suatu masalah yang cukup rumit dikarenakan begitu pesatnya pertumbuhan dan perkembangan perbankan di negara Indonesia ini. Masalah tersebut berkutat pada beberapa masalah dasar yang tidak diketahui masyarakat awam pada umumnya. Jika masalah ini dibiarkan maka tujuan awal bank didirikan sebagai salah satu lembaga keuangan yang bertujuan untuk mensejahterakan rakyat dapat meleset karena tidak seluruh masyarakatnya mengetahui mekanisme yang berlaku dan keuntungan serta hal-hal apa saja yang harus diperhatikan apabila mereka menggunakan jasa perbankan ini. Masalah tersebut di antaranya: cara-cara yang dilakukan oleh bank di dalam menghimpun dana dari masyarakat luas, produk-produk dari perbankan, serta bagaimana tujuan serta mekanisme dari kredit yang diberikan oleh bank. Melihat permasalahan tersebut, penulis ingin membahasnya di dalam makalah ini untuk memberikan penjelasan lebih rinci bagi para pembaca akan pentingnya perihal-perihal di atas di dalam kehidupan perekonomian di Indonesia. 1.2 Tujuan Penulisan Makalah Tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai persyaratan untuk memenuhi nilai mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan. Tujuan lainnya ialah sebagai bentuk dari kepedulian penulis terhadap permasalahan-permasalahan tentang tersendatnya arus informasi mengenai perbankan di Indonesia yang membuat masyarakat belum mengetahui secara jelas mengenai cara penghimpunan, penyaluran dana dan kredit perbankan.

2

1.3 Rumusan Masalah Dengan tujuan penulisan makalah di atas maka penulis ingin memberikan informasi tentang penghimpunan, penyaluran dana dan kredit perbankan kepada pembaca. Agar makalah ini memiliki kepaduan informasi yang baik maka penulis membuat rumusan masalah di dalam makalah ini sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Bagaimana pengertian dan sumber penghimpunan dana? Bagaimanakah pengertian dana pertimbangan penggunaan/penyaluran dana bank? Seperti apakah konsep Sumber-Sumber Dana Bank? Apa sajakah kebijakan Penghimpunan dan Penggunaan Dana? Bagaimana pengertian dari Pinjaman Tunai dan Pinjaman Non Tunai? Apa sajakah Risiko dari Penyaluran Dana Kredit? Bagaimana Strategi untuk mengelola risiko suku bunga?

3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian dan Sumber Penghimpunan Dana a. Pengertian Penghimpunan Dana Kegiatan usaha yang utama dari suatu bank adalah penghimpunan dan penyaluran dana. Penyaluran dana dengan tujuan untuk memperoleh penerimaan akan dapat dilakukan apabila dana telah dihimpun. Pengertian menyalurkan dana adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan, dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan bagi bank yang berdasarkan prinsip syari’ah (Hidayat, dkk, 2012:109). Keberhasilan suatu bank dalam memenuhi maksud itu dipengaruhi antara lain oleh hal-hal sebagai berikut:  Kepercayaan masyarakat pada bank yang bersangkutan.  Perkiraan tingkat pendapatan yang akan diperoleh (expected rate if return).  Risiko penyimpanan dana.  Pelayanan yang diberikan oleh bank kepada penyimpan dana (Trihandaru dan  Budisantoso, 2009:95-96). b. Sumber Penghimpun Dana Pada dasarnya suatu bank mempunyai empat alternatif untuk menghimpun dana untuk kepentingan usahanya, yaitu:  Dana Sendiri, Bank sentral mengatur tentang proporsi minimal modal sendiri dibandingkan dengan total nilai Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Proporsi ini lebih dikenal dengan istilah rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio—CAR).  Dana dari Deposan, Dana dari deposan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: Giro( Cek, Bilyet giro, Jasa Giro), Deposito Berjangka, dan Tabungan.  Dana Pinjaman berupa call money, Pinjaman antar bank, Kredit Liquiditas Bank Indonesia (KLBI)  Sumber dana lain, berupa setoran jaminan, dana transfer, surat berharga pasar uang, Diskonto Bank Indonesia. 2.2 Pengertian dana Pertimbangan Penggunaan/Penyaluran Dana Bank Sebelum bank memutuskan untuk memilih suatu bentuk aset tertentu dalam pengalokasian dana yang telah berhasil dihimpun, banyak hal yang harus dipertimbangkan. Meskipun pertimbangan tersebut mencakup banyak hal, terdapat tiga hal utama yang selalu menjadi perhatian bank. Ketiga hal tersebut adalah risiko, hasil, dan jangka waktu.  Risiko dan Hasil Apapun bentuk aset yang dipilih, pengalokasian dana selalu berkaitan dengan aspek risiko dan “rate of return” dari aset tersebut. Pada dasarnya bank menginginkan bentuk aset yang berisiko serendah mungkin, namun dapat menghasilkan penerimaan atau rate of return setinggi mungkin.Kalau dimungkinkan setiap badan usaha menginginkan agar semua dananya diwujudkan dalam aset produktif (earning aset). Semakin tinggi rate of return yang mungkin dapat diperoleh dari suatu aset, maka semakin tinggi pla tingkat risiko yang ditanggungnya dan sebaliknya.  Jangka Waktu dan Likuiditas Bank memerlukan berbagai bentuk aset yang disesuaikan dengan keperluan kegiatan usahanya. Berdasarkan pada pertimbangan tersebut, bank memilih berbagai macam bentuk aset dengan mempertimbangkan jangka waktu aset tersebut dapat dijadikan 4

likuid. Adanya sumber-sumber dana jangka pendek menuntut agar bank mengalokasikan sejumlah dananya dalam bentuk aset yang tingkat likuiditasnya cukup tinggi. alokasi dari dana yang telah berhasil dihimpun oleh bank dapat dalam bentuk-bentuk berikut.  Cadangan Likuiditas Ditujukan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek. Sebagai konsekuensinya, risiko dari aset ini tergolong rendah dan bank tidak dapat terlalu banyak mengharapkan adanya penerimaan dalam jumlah yang tinggi dari aset ini, bahkan kadang-kadang aset ini disebut aset yang tidak produktif (idle fund). Cadangan likuiditas ini terdiri dari atas dua kategori, yaitu: a) Cadangan primer (primary reserves) b) Cadangan sekunder  Penyaluran Kredit Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan pada persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihal lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu.  Investasi Alokasi dana pada aset dengan rate of return yang cukup tinggi selain dapat berupa penyaluran kredit, dapat juga berupa investasi. Investasi dapat berupa penanaman dana dalam surat-surat berharga jangka menengah dan panjang, atau berupa penyertaan langsung pada badan usaha lain. Bentuk dari surat berharga tersebut antara lain adalah saham dan obligasi. Hal yang perlu diingat tentang penyertaan langsung adalah bahwa berdasarkan pada UU Nomor 7 Tahun 1992 bank hanya boleh melakukan penyertaan pada dua jenis badan usaha, yaitu: lembaga keuangan dan debitur yang kreditnya macet dan sifatnya penyertaannya adalah sementara Rate of return dari aset ini relatif tinggi atau dengan kata lain investasi ini tergolong aset produktif, maka aset ini juga mengandung risiko yang relatif lebih tinggi juga dibandingkan cadangan primer dan sekunder.  Aset Tetap dan Investaris Aset tetap dan inventaris tergolong sebagai aset yang tidak produktif dalam menghasilkan penerimaan oleh Bank Indonesia dipandang sebagai aset yang risikonya cukup tinggi. Risiko ini dikaitkan dengan kemungkinan rusak, terbakar, atau hilangnya dari aset teteap dan inventaris.Oleh karena itu, perlu dilakukan pembatasan penanaman dana dalam aset tetap dan inventaris agar tingkat kesehatan bank tetap terjaga (Budisantoso dan Nuritomo, 2015: 123134). 2.3 Konsep Sumber-Sumber Dana Bank Yang dimaksud dengan sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Hal ini sesuasi dengan fungsinya bahwa bank lembaga keuangan dimana kegiatan sehari-harinya adalah menghimpun dan menyalurkan uang kepada masyarakat. Jika tujuannya untuk kegiatan sehari-hari jelas berbeda sumbernya, dengan bank yang hendak melakukan investasi baru atau untuk perluasan suatu usaha. Jadi tergantung daripada tujuan dana tersebut digunakan untuk apa. Adapun sumber-sumber dana bank tersebut adalah sebagai berikut: a) Dana yang bersumber dari bank itu sendiri. Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal sendiri maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya. Apabila saham yang terdapat dalam portepel belum habis 5

terjual, sedangkan kebutuhan dana masih perlu, maka pencariannya dapat dilakukan dengan menjual saham kepada pemegang saham lama. Secara garis besar dapat disimpulkan pencarian dan sendiri terdiri dari:  setoran modal dari pemegang saham;  cadangan-cadangan bank, maksudnya adalah cadangan-cadangan laba pada tahun lalu yang tidak dibagi kepada para pemegang sahamnya.  laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum dibagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu. Keuntungan dari sumber dana sendiri adaah tidak perlu membayar bunga yang relatif lebih besar daripada jika meminjam ke lembaga lain. b) Dana yang berasal dari masyarakat luas. Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasian bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Adapun sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk:  simpanan giro  simpanan tabungan  simpanan deposito c) Dana yang bersumber dari lembaga lainnya. Sumberdana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua di atas. Pencarian dari sumber dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Kemudian dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksitransaksi tertentu. 2.4 Kebijakan Penghimpunan dan Penggunaan Dana 1) Tingkat Bunga Dana-dana yang telah berhasil dihimpun disalurkan dalam berbagai macam bentuk penggunaan dana dengan tujuan dasar untuk memperoleh penerimaan. Agar penyaluran dana tersebut dapat menghasilkan keuntungan bagi bank, maka biaya yang dikeluarkan dalam penghimpunan dana harus lebih kecil daripada penerimaan yang diperoleh dari penyaluran dana. Selisih antara tingkat bunga pinjaman dan tingkat bunga simpanan disebut dengan ‘spread’. Semakin efsien kinerja suatu bank, akan semakin kecil komponen- komponen yang ditambahkan pada tingkat bunga simpanan untuk membentuk tingkat bunga pinjaman. Meskipun tingkat suku bunga pinjaman mengalami kenaikan, kenaikan tersebut tidak lebih besar daripada kenaikan tingkat bunga simpanan, sehingga bisa saja terjadi tingkat bunga pinjaman lebih rendah daripada tingkat bunga simpanan atau disebut dengan kondisi ‘negative-spread’. Dalam kondisi ini jelas spread tidak lagi mencerminkan tingkat efisiensi suatu bank. Salah satu komponen dalam perhitungan bunga diatas adalah penyesuaian risiko (risk adjustment). Secara umum, risiko yang ditanggung oleh bank dalam kegiatan usahanya tidak hanya terdiri dari risiko kredit bermasalah. Jenis-jenis risiko lain yang terkait dengan usaha pada dasarnya dapat berasal dari sisi aktiva maupun pasiva. Risiko tersebut meliputi:  Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)  Merupakan risiko yang dihadapi oleh bank dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Bank perlu memenuhi kebutuhan likuiditas untuk berbagai tujuan seperti penarikan dana simpanan oleh nasabah, penyediaan untuk fasilitas kredit, pemenuhan reserve requirement, dan lain-lain. 6

  





Masalahnya adalah bank tidak mungkin untuk memperkirakan penyediaan likuiditas dalam waktu dan jumlah yang selalu tepat dengan kenyataan. Risiko Kredit (Credit Risk) Credit risk adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat. Risiko Investasi (Investment Risk) Investment risk adalah risiko yang dihadapi bank berupa kerugian karena penurunan nilai surat berharga yang dimiliki oleh bank, misalnya saham dan obligasi. Risiko Operasi (Operating Risk) Operating risk adalah risiko yang dihadapi yang berkaitan dengan kebijakan penghimpunan dana dan penggunaan dananya dalam rangka memperolch penerimaan yang saling terkait. Risiko Kecurangan (Fraud Risk) Fraud risk adalah risiko yang dihadapi bank karena kerugian akibat adanya ketidakjujuran penipuan, atau perilaku tidak baik lain yang dilakukan oleh nasabah, karyawan bank pejabat bank, atau pihak lainnya. Risiko Fidusiari (Fiduciary Risk) Fiduciary risk adalah risiko yang dihadapi bank karena memberikan jasa perwaliamanatan kepada nasabah perorangan atau badan (Trihandaru, 2009:106-108).

2) Pengelolaan Aktiva Dan Pasiva Pengertian Dalam rangka pengelolaan aktiva dan pasiva ada tiga macam risiko yang harus diamati yaitu: risiko likuiditas, risiko tingkat bunga, dan risiko kredit (Abdullah dan Tantri, 2014:149). Pengelolaan aktiva dan pasiva (kewajiban) suatu bank merupakan suatu yang tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Pengelolaan aktiva suatu bank selalu memerhatikan karakteristik dari penghimpunan dana pada sisi pasiva, dan berlaku juga sebaliknya. Mengingat sangat kompleksnya pengelolaan aktiva dan pasiva suatu bank, tentu saja melibatkan berbagai macam bagian dari suatu bank, kegiatan ini biasanya dilaksanakan oleh suatu badan di dalam bank yang terdiri dari wakil-wakil berbagai bagan dalam bank. Aset-liability committee (Alco) merupakan suatu bentuk komite atau badan yang melaksanakan tugas tersebut.

2.5 Pinjaman Tunai dan Pinjaman Non Tunai Pengertian Pinjaman Tunai Pemberian kredit, dalam pengertian sebagai cash loan, merupakan salah satu bentuk usaha yang dapat dilakukan oleh sebuah bank. Berdasarkan UU Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak pemimjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Menurut Undang-undang tersebut, penyediaan dana untuk nasabahnya tidak hanya bisa dalam bentuk kredit. Penyediaan dana tersebut dapat juga berupa penyediaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank 7

Indonesia, seperti tercantum daJam Pasal 1 UU Nomor 10 tahun 1998. Penyaluran dana dalam bentuk kredit ini biasanya mendominasi sebagian besar pengalokasian dana bank. Jenis Kredit Atas Dasar Tujuan Penggunaan Alas dasar tujuan penggunaan dananya oleh debitor, kredit dapat dibedakan menjadi: 1) KreditModalKerja(KMK) KMK adalah kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah. Sebagai contoh, apabila nasabah bergerak dalam bidang perdagangan sembako. 2) KreditInvestasi(KI) Kredit Investasi adalah kredit yang digunakan untuk pengadaan barang 3) Kreditkonsumsi Kredit konsumsi adalah kredit yang digunakan dalam rangka pengadaan barang atau jasa untuk tujuan konsumsi, dan bukan sebagai barang modal dalam kegiatan usaha nasabah (Trihandaru dan Budisantoso, 2009:114-123). Pinjaman Non Tunai. Merupakan salah satu jasa yang diberikan oleh bank berupa jaminan pembayaran sejumlah uang yang akan diberikan kepada pihak yang menerima jaminan, apabila pihak yang dijamin melakukan cedera janji. Perjanjian yang dapat dilayani dengan bank garansi tidak dibatasi hanya pada perjanjian-perjanjian tertentu.Perjanjian tersebut berupa jual-beli, sewa, kontrakmengontrak, pemborongan, dan lain-lain. Pihak yang dijamin biasanya adalah nasabah bank yang bersangkutan, sedangkan jaminan diberikan kepada pihak lain yang mengadakan suatu perjanjian dengan nasabah. Penerimaan atau income yang berasal dari pemberian jasa oleh bank disebut dengan fee-based, jasa-jasa tersebut berupa pengiriman uang, letter of credit, bank garansi, kliring dan inkaso, kartu plastik, money changer, traveller’s check, telebanking, dan lain-lain. Berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai bank garansi dan letter of credit.  Bank Garansi Merupakan jaminan dalam bentuk sebuah sertifikat yang diberikan oleh bank dalam penyelesaian suatu proyek ketika pelaksana atau kontraktor sebagai penerima kontrak ingkar/cedera janji. Perjanjian yang dapat dilayani dengan bank garansi tidak dibatasi hanya pada perjanjian-perjanjian tertentu. Perjanjian tersebut berupa jual-beli, sewa, kontrak-mengontrak, pemborongan, dan lain-lain.  Letter of Credit Letter of Credit atau dalam bahasa Indonesia disebut Surat Kredit Berdokumen merupakan salah satu jasa yang ditawarkan bank dalam rangka pembelian barang, berupa penangguhan pembayaran pembelian oleh pembeli sejak L/C dibuka sampai dengan jangkawa waktu tertentu sesuai perjanjian. Isi dari perjanjian L/C mencakup banyak hal seperti jangka waktu, pembatalan, cara pembayaran, dan lain-lain. 2.6 Risiko Penyaluran Dana Kredit Adverse selection dalam pasar kredit terjadi karena risiko kredit yang buruk (sebagian besar sepertinya gagal bayar dalam pinjamannya) biasanya dimiliki orang yang meminta pinjaman; dengan kata lain, mereka yang sering kali menyebabkan hasil yang berlawanan (adverse outcome) yang justru dipilih (selected). Moral hazard terjadi di pasar kredit karena peminjam mendapat insentif untuk melakukan aktivitas yang tidak disukai dari sudut pandang pemberi pimjaman. Setelah peminjam mendapatkan pinjaman, mereka akan menginvestasikan dalam investasi dengan proyek berisiko tinggi–proyek yang mempunyai imbal hasil tinggi bagi peminjam jika berhasil. Tetapi tingginya risiko, membuatnya kecil kemungkinannya mereka 8

mampu membayar kembali pinjamannya. Risiko kredit adalah risiko yang paling signifikan yang dihadapi bank, dan keberhasilan bisnis mereka tergantung pada pengukuran yang akurat dan tingkat efisiensi yang lebih tinggi terhadappengelolaan risiko ini daripada risiko lainnya (Gieseche, 2004). Risiko kredit akan dihadapi oleh bankketika nasabah (customer) gagal dalam membayar hutang atau kredit yang diterimanya pada saat jatuh tempo. Besarnya kredit yang disalurkan ke masyarakat (nasabah) tercermin dari besarnya Loanto Deposit Ratio (LDR). Jika LDR melampaui batas yang ditetapkan regulasi sebesar 100%, maka iniberarti risiko kredit meningkat. Potensi untuk tidak terbayarnya hutang tinggi, dan ini akan berdampakpada peningkatan biaya operasional bank (BOPO), sehingga bank menjadi tidak efisien.Melalui Surat Edaran BI No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001, BI membuat ketentuanbahwa BOPO maksimum sebesar 90%. Semakin tinggi rasio BOPO berarti semakin tidak efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan bank untukmemperoleh laba semakin kecil. Agar menguntungkan, lembaga keuangan harus mengatasi masalah adverse selection dan moral hazard yang membuat besar kemungkinan pinjaman gagal bayar. Keinginan lembaga keuangan untuk mengatasi masalah ini membantu menjelaskan prinsip-prinsip untuk mengelola risiko kredit: 1) Penyaringan dan Pemantauan Informasi asimetris terjadi di pasar kredit karena pemberi pijaman kurang mempunyai informasi mengenai kesempatan investasi dan aktivitas peminjam dibandingkan peminjam itu sendiri.Situasi ini mendorong dua aktivitas untuk menghasilkan informasi oleh bank dan lembaga keuangan lainnya, yaitu penyaringan dan pemantauan.  Penyaringan Untuk mendapatkan penyaringan yang efektif, pemberi pinjaman harus mengumpulkan informasi yang dapat dipercaya dari perspektif peminjam. Penyaringan yang efektif dan pengumpulan informasi secara bersama- sama membentuk prinsip penting dari pengelolaan risiko kredit.  Spesialisasi dalam Pemberian Pinjaman Dengan melakukan spesialisasi dalam pemberian pinjaman kepada perusahaan-perusahaan dengan industri yang presifik, maka bank akan menjadi lebih paham mengenai industri tersebut, sehingga mampu memprediksi lebih baik tentang perusahaan-perusahaan mana yang mampu membayar pinjamannya tepat waktu.  Pemantauan Dan Pelaksanaan Kontrak Yang Restriktif Setelah kredit dibuat, lembaga keuangan perlu memantau aktivitas peminjam untuk melihat apakah mereka patuh dengan kontrak restriktif dan menerapkan pembatasan atau tidak, pemberi pinjaman dapat memastikan apakah peminjam mengambil risiko sendiri. Kebutuhan bagi bank dan lembaga keuangan lain untuk melakukan penyaringan dan pemantauan menjelaskan mengapa mereka menghabiskan baanyak uang untuk aktivitas audit dan pengumpulan informasi. 2) Hubungan Jangka Panjang Dengan Nasabah Cara tambahan bagi bank dan lembaga keuangan-keuangan lainnya untuk mendapatkan informasi mengenai peminjamnya adalah melalui hubungan jangka panjang dengan nasabah. Hubungan jangka panjang dengan nasabah dapat mengurangi biaya pengumpulan informasi dan membuatnya lebih mudah untuk menyaring kredit dengan risiko yang buruk. Selain itu, nasabah yang mempunyai hubungan sebelumnya akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dengan suku bunga yang rendah karena bank membutuhkan waktu yang lebih pendek dalam memutuskan apakah calon peminjam ini mempunyai risiko kredit yang baik dan membuat biaya 9

pemantauan peminjam yang lebih murah. Hubungan jangka panjang dengan nasabah mempunyai keuntungan yang lain bagi bank yaitu saat peminjam mempunyai dorongan untuk mengatasi aktivitas yang berisiko yang bisa membuat bank bermasalah, sekalipun pembatasan atas aktivitas yang berisiko tidak dinyatakan dalam kontrak pinjaman. Bank mempunyai kemampuan untuk mengurangi minat peminjam melakukan aktivitas tersebut. Bank dapat mengancam untuk tidak memberikan pinjaman baru di masa mendatang. Dengan demikian hubungan jangka panjang dengan nasabah membuat bank mengatasi kemungkinan niat buruk yang tidak terpikirkan sebelumnya. 3) Komitmen Pinjaman Bank juga menciptakan hubungan jangka panjang dan mengumpulkan informasi dengan menerbitkan komitmen pinjaman (loan commitmens) untuk nasabah komersial. Komitmen pinjaman adalah komitmen bank (untuk periode waktu di masa mendatang tertentu) untuk menyediakan pinjaman bagi perusahaan sampai sejumlah tertentu dengan suku bunga yang dikaitkan dengan beberapa suku bunga pasar. Sebagian besar pinjaman bisnis dan industri dibuat dalam persetujuan komitmen pinjaman. Keuntungan bagi perusahaan adalah bahwa perusahaan mempunyai sumber kredit yang mereka butuhkan. Keuntungan bagi bank adalah bahwa komitmen pinjaman mendorong hubungan jangka panjang, yang selanjutnya membantu pengumpulan informasi. 4) Agunan dan Saldo Kompensasi 
 Kewajiban agunan untuk pinjaman merupakan alat penting dalam pengelolaan risiko kredit. Agunan adalah hak yang dijanjikan kepada pemberi pinjaman sebagai kompensasi kalau peminjam gagal bayar, yang mengurangi akibat yang ditimbulkan dari adverse selection karena dapat mengurangi kerugian pemberi pinjaman dalam kasus gagal bayar. Salah satu bentuk agunan yang diwajibkan ketika bank membuat pinjaman komersial disebut saldo kompensasi (compesanting balance): perusahaan yang menerima pinjaman harus terus menerus menjaga jumlah dana minimum dalam rekening gironya di bank. Saldo kompensasi berfungsi untuk membantu meningkatkan kemungkinan pinjaman akan di kembalikan.
 Pembatasan Kredit 5) Cara lain dimana lembaga keuangan menghadapi adverse selection dan moral hazard adalah melalui pembatasan kredit (credit rationing): menolak untuk memberikan pinjaman walaupun peminjam bersedia untuk membayar suku bunga yang ditetapkan atau bahkan lebih tinggi. Pembatasan kredit mempunyai dua bentuk. Pertama, terjadi ketika pemberi pinjaman menolak memberikan pinjaman berapapun besarnya kepada seorang peminjam, bahkan kalau peminjam bersedia membayar dengan suku bunga yang lebih tinggi. Kedua, terjadi ketika pemberipinjaman bersedia memberikan pinjaman tetapi membatasi besarnya pinjaman lebih sedikit dari yang diinginkan peminjam (Mishkin, 2008:309-315).

2.7 Diskusi Strategi untuk mengelola risiko suku bunga Misalnya sebagai manajer first national bank, anda telah melakukan analisis durasi dan kesenjangan bank. Sekarang anda harus memutuskan alternatif strategi yang seharusnya dilakukan untuk mengelol risiko suku bunga. Jika anda percaya bahwa suku bunga akan turun di masa mendatang, anda tidak perlu mengambil tindakan apapun, karena anda tau bahwa bank mempunyai kewajiban yang sensitif terhadap suku bunga lebih besar daripada aset yang sensitif terhadap suku bunga sehingga akan menguntungkan dari perkiraan 10

penurunan suku bunga tersebut. Akan tetapi, anda juga menyadari bahwa first national bank akan menghadapi risiko suku bunga yang besar karena selalu ada kemungkinan bahwa suku bunga akan naik dibandingkan turun. Apa yang harus anda lakukan untuk menghilangkan risiko suku bunga? Satu hal yang dapat anda lakukan adalah memperpendek durasi dari aset bank untuk meningkatkan sentivitas suku bunganya. Atau, anda dapat memperpanjang durasi dari sisi kewajiban. Dengan penyesuaian dari aset dan kewajiban bank ini, pengaruh perubahan suku bunga terhadap pendapatan bank akan lebih kecil. Satu masalah dengan penghapusan risiko suku bunga dari first national bank melalui perubahan neraca adalah biaya yang mungkin cukup besar dalam jangka pendek. Bank akanterikat pada aset dan kewajiban yang mempunyai durasi tertentu sesuai dengan keahliannya. Beruntung saat ini telah dikembangkan instrumen keuangan yang dikenal sebagai derivatives – financial forwards dan futures, options, dan swaps—yang dapat 26 membantu bank mengurangi eksposur risiko sukubunga tetapi tidak membuat bank harus mengatur ulang neracanya (Mishkin, 2008:318).

11

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Penghimpunanan dana adalah kegiatan usaha yang utama dari suatu bank adalah penghimpunan dan penyaluran dana. Penyaluran dana dengan tujuan untuk memperoleh penerimaan akan dapat dilakukan apabila dana telah dihimpun. Penghimpunan dana dari masyarakat perlu dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga efisien dan dapat disesuaikan dengan rencana penggunaan dana tersebut. Sedangkan definisi penyaluran dana adalah menjual kembali dana yang diperoleh dari penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Dalam penyaluran dana ini, pihak bank harus memiliki strategi yang mumpuni untuk menyalurkan dananya ke masyarakat melalui alokasi yang strategis sehingga keuntungan yang didapat bisa dimaksimalkan. Tujuan bank dari pengalokasian dana adalah memperoleh keuntungan semaksimal mungkin.

12

DAFTAR PUSTAKA Budisantoso, Totok dan Nuritomo. 2015. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat. Kasmir. 2014. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

13

Related Documents

Rmk Audit 7.docx
November 2019 20
Rmk Akpri_sap 7.docx
December 2019 8
Rmk Ch 7.docx
December 2019 28
Rmk 7 Plk.docx
December 2019 17
Rmk
June 2020 28
Rmk
October 2019 46

More Documents from "Muhammad Shinzuko"

Plk Fiks 2.docx
December 2019 23
Skb Kel 1 Fix.pptx
December 2019 30
Rmk 7 Plk.docx
December 2019 17
Gui A
May 2020 43
Educacion Colaborativo Cesar
November 2019 44