Rizki Mnjmn Limbah.docx

  • Uploaded by: Robby Setiadi
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rizki Mnjmn Limbah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,008
  • Pages: 12
Nama Kelas NIM Makul

: : : :

Muhammad Rizki Pratama KE 3A 3.22.13.0.19 Manajemen Limbah

Macam-Macam Limbah PLTU  Limbah Gas Pengoperasian PLTU yang membakar sejumlah batubara akan menghasilkan emisi yang dikeluarkan dari cerobong (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, 2007) 1. Nitrogen Oksida NOx Nitrogen umumnya terikat dengan material organik dalam batubara dan kadarnya kurang dari 2%. Pada pembakaran, nitrogen akan dirubah menjadi oksida nitrogen dan disebut NOx. Selain nitrogen dari batubara, NOx juga dapat terbentuk dari nitrogen dalam udara pembakaran. Zat nitrogen oksida ini dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi di atmosfer, zat ini membentuk partikel-partikel nitrat amat halus yang menembus bagian terdalam paru-paru. Partikel-partikel nitrat ini pula, jika bergabung dengan air baik air di paru-paru atau uap air di awan akan membentuk asam. 2. Sulfur oksida ( SOx ) Unsur belerang terdapat pada batubara dengan kadar bervariasi dari rendah (jauh di bawah 1%) sampai lebih dari 4%. Unsur ini terdapat dalam batubara dalam 3 bentuk yakni belerang organik, pirit dan sulfat. Dari ketiga bentuk belerang tersebut, belerang organik dan belerang pirit merupakan sumber utama emisi oksida belerang. Dalam pembakaran batubara, semua belerang organik dan sebagian belerang pirit menjadi SO2. Oksida belerang ini selanjutnya dapat teroksidasi menjadi SO3. Sedangkan belerang sulfat disamping stabil dan sulit menjadi oksida belerang, kadar relatifnya sangat rendah dibanding belerang bentuk lainnya.

Oksida-oksida belerang yang terbawa gas buang dapat bereaksi dengan lelehan abu yang menempel dinding tungku maupun pipa boiler sehingga menyebabkan korosi. Sebagian SO2 yang diemisikan ke udara dapat teroksidasi menjadi SO3 yang apabila bereaksi dengan uap air menjadi kabut asam sehingga menimbulkan turunnya hujan asam.

3. Karbon Monoksida ( CO ) Gas karbon monoksida (CO) terbentuk pada pembakaran tidak sempurna. gas ini dihasilkan dari proses oksidasi bahan bakar yang tidak sempurna. Gas ini bersifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak menyebabkan iritasi. Reaksi yang tidak sempurna antara karbon dan oksigen adalah sebagai berikut: C + ½ O2 → CO

Selain menghasilkan energi lebih rendah, gas CO merupakan polutan yang dapat mencemari lingkungan terutama untuk para pekerja di lingkungan tertutup. Untuk pembakaran batubara dalam pembangkit listik yang modern, pembentukan CO biasanya kecil sehingga tidak perlu dikhawatirkan karena jumlah oksigen (udara) yang dipasok biasanya sudah dihitung dan dipasok berlebih. 4. Asap dan Gas Hidrokarbon Asap dan gas hidrokarbon terbentuk pada pembakaran yang sangat tidak sempurna. Asap terutama terdiri dari partikel-partikel karbon yang tidak terbakar. Sedangkan gas-gas hidrokarbon adalah senyawa-senyawa karbon dan hidrogen hasil pemecahan bahan organik batubara yang belum mengalami oksida oksigen lebih lanjut. Seperti karbon monoksida, pembentukan asap dan gas-gas hidrokarbon menyebabkan rendahnya efisiensi pembakaran bahkan jauh lebih rendah dari yang diakibatkan oleh pembentukan karbon monoksida. 5. Karbon Dioksida ( CO2 ) Dalam pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara, tujuan utamanya adalah semaksimal mungkin mengkonversikan unsur utama dalam batubara yakni C (karbon) menjadi CO2 sehingga dihasilkan energi yang tinggi. Dikarenakan batubara mengandung kadar karbon paling tinggi dibanding bahan bakar fosil lainnya seperti minyak dan gas, maka pembakaran batubara dianggap merupakan sumber emisi CO2 terbesar. 6. Partikulat Cemaran partikulat meliputi partikel dari ukuran molekul s/d > 10 μm. Partikel dengan ukuran > 10 μm akan diendapkan secara gravitasi dari atmosfer, dan ukuran yang lebih kecil dari 0,1 μm pada umumnya tidak menyebabkan masalah lingkungan. Oleh karena itu cemaran partikulat yang penting adalah dengan kisaran ukuran 0,1 – 10 μm. Sumber utama partikulat adalah pembakaran bahan bakar ± 13% – 59% dan insinerasi. Partikel merupakan zat dispersi terdapat dalam atmosfer,berbagai larutan, mempunyai sifat fisis dan kimia. Partikel dalam udara terdiri dari: Asap, merupakan hasil dari suatu pembakaran. Debu, partikel kecil dengan diameter 1 mikron. Kabut, partikel cairan dengan garis tengah tertentu. Aerosol, merupakan inti dari kondensasi uap. Fume, merupakan hasil penguapan.

 Limbah Padat Sumber limbah padat yang dihasilkan dari pengoperasian PLTU batubara Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (2007) : a. selama penampungan dan pemindahan batubara menghasilkan debu batubara, b. sisa pembakaran batubara yang terbawa bersama-sama gas buang menghasilkan abu terbang (fly ash), c. sisa pembakaran batubara yang terakumulasi di bawah tungku pembakaran, menghasilkan abu dasar (bottom ash), d. di dasar kolam pengendapan, air larian permukaan, lapangan penumpukan batubara, dan kolam instalasi pengolahan air limbah lainnya terkumpul endapan lumpur (sludge). Abu merupakan bahan anorganik sisa pembakaran batubara dan terbentuk dari perubahan bahan mineral karena proses pembakaran. Pada pembakaran batubara dalam pembangkit tenaga listrik terbentuk dua jenis abu yakni abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Partikel abu yang terbawa gas buang disebut abu terbang, sedangkan abu yang tertinggal dan dikeluarkan dari bawah tungku disebut abu dasar. Sebagian abu dasar berupa lelehan abu disebut terak (slag). PLTU berbahan bakar batubara biasanya menghasilkan limbah padat dalam bentuk abu. Jumlah abu batubara yang dihasilkan per hari dapat mencapai 500 – 1000 ton. Sebagian besar abu terbang dan abu dasar dikumpulkan dalam pembuangan abu (ash disposal). Hingga saat ini abu batubara tersebut banyak dimanfaatkan untuk keperluan industri semen dan beton, bahan pengisi untuk bahan tambang dan bahan galian serta berbagai pemanfaatan lainnya.  Limbah Cair Limbah cair yang dihasilkan dalam kegiatan operasi PLTU batubara menurut Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (2007) dapat diketagorikan sebagai limbah domestik, air larian permukaan, limbah cair proses operasi, sisa atau bekas minyak (oli bekas, ceceran minyak). Limbah cair tersebut secara umum Universitas Sumatera Utara tergolongzat pencemar dengan kriteria yang bersifat fisika dan kimia (termasuk kandungan unsur logam dan minyak).

Pengelolaan Limbah Pada PLTU  Limbah Gas Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang terbawah bersama gas tersebut. Berikut akan

dijelaskan beberapa cara menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan materi partikulat yang terbawah bersamanya. A. Mengontrol Emisi Gas Buang Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. 1. FGD ( Flue Gas Desulfurization ) FGD (Flue Gas Desulfurization) adalah alat yang berguna untuk menghilangkan/mereduksi Sulfur Dioksida (SO2) dari flue gas (gas buang) hasil pembakaran batubara PLTU. Kenapa SO2 harus dihilangkan? Karena menurut penyelidikan para ahli kulit ternama di L’Oreal Institute Paris, SO2 adalah tersangka utama terjadinya hujan asam dan tidak ada seseorang pun di dunia ini yang suka dengan yang namanya hujan asam. Begitu ceritanya saudarasaudara. FGD ditempatkan setelah ESP untuk memastikan tidak terlalu banyak partikel padat yang harus dihandle oleh si FGD sehingga peran FGD benar-benar fokus untuk menangani pengurangan limbah kimia proses pembakaran batubara di PLTU. SO2 sudah terbukti di laboratorium uji klinis L’Oreal sebagai zat yang bersifat asam. Nah untuk menghilangkan sifat asamnya, maka haruslah benda yang asam itu ditemukan dengan bahan-bahan yang bersifat basa atau alkali. Bahan alkali natural yang bisa digunakan adalah air laut karena air laut tersedia dengan melimpah dan murah tentunya. Dan inilah reaksi yang terjadi ketika air laut dilewati oleh flue gas yang mengandung SO2. SO2 (gas) + H2O + ½O2 (gas)→ SO42- (solid) + 2H+ HCO3- + H+ → H2O + CO2 (gas) . 2. Adsorpsi Adsorpsi merupakan cara penanggulangan untuk gas buang berupa karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen oksida, dan amonia. dalam metode adsorbsi dipergunakan bahan padat yang dapat menyerap polutan. Ada berbagai tipe adsorben yang di pergunakan antara lain karbon aktif dan silikat. Adsorben mempunyai daya kejenuhan sehingga selalu di perlukan untuk pergantian, yang bersifat disposal (sekali pakai buang) atau di berhasilkan kemudian di pakai kembali. 3. Insinerasi (pembakaran), Mempergunakan proses oksida panas untuk menghancurkan gas hidrokarbon yang terdapat didalam polutan. Hasil pembakaran berupa (CO2) dan (H2O). 4. Kondensasi, gas hidrokarbn mengalami kondensasi menjadi cairan. 5. Absorpsi, Gas buang mengalami reaksi dengan cairan sehingga hidrokarbon akan larut. 6. Reaksi kimia, Banyak di pergunakan pada emisi golongan nitrogen dan belerang. Biasanya cara kerja ini merupakan kombinasi dengan cara-cara lain, hanya dalam pembersihan polutan udara dengan reaksi kimia yang dominan. Membersihkan gas golongan nitrogen, caranya dengan menginjeksikan amonia (NH3) yang akan bereaksi kimia dengan NOx dan membentuk bahan

padat yang mengendap. Untuk menjernikan glongan belerang di pergunakan copper oksid kapur dicampur arang. B. Menghilangkan Materi Partikulat dari Udara Pembuangan 1. Filter Udara Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan yang baru. Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan yang keluar dari proses industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya. Fungsi utama filter udara adalah menyaring udara yang akan masuk ke ruang bakar (digunakan untuk proses pembakaran). Alat ini terbuat dari bahan yang dapat menangkap materi partikulat sehingga udara yang melewatinya akan tersaring dan keluar sebagai udara bersih (bebas dari materi partikulat). Filter udara dapat digunakan pada ventilasi ruangan atau bangunan, mesin atau cerobong pabrik, mesin kendaraan bermotor, atau pada area lain yang membutuhkan udara bersih. Gambar dari Filter Udara pembakaran (pada engine), sistem hidrolik.

2. Pengendap Siklon Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara atau gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke bawah. Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 u – 40 u. Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan. Bentuk Sikematis sebuah Pengendapan Siklon

3. Filter Basah Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu. Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut menghasilkan suatu alat penangkap debu yang dinamakan. Pengendap Siklon Filter Basah seperti tampak pada gambar di bawah ini:

4. Pegendap Sistem Gravitasi Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. Cara kerja alat ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung pada dimensi alatnya. Skema alat pengendap sistem gravitasi di bawah ini.

5. Pengendap Elektrostatik (Electrostatic Precipitator) Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih. Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai tegangan antara 25 – 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung silinder di mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan corona discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah – olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.

6. Cooling Tower Salah satu komponen utama pada AC sentral selain chiller, AHU, dan ducting adalah cooling tower atau menara pendingin. Fungsi utamanya adalah sebagai alat untuk mendinginkan air panas dari kondensor dengan cara dikontakkan langsung dengan udara secara konveksi paksa menggunakan fan/kipas. Konstruksi cooling tower terdiri dari system pemipaan dengan banyak nozzle, fan/blower, bak penampung, casing, dsb.

Proses yang terjadi pada chiller atau unit pendingin untuk system AC sentral dengan system kompresi uap terdiri dari proses kompresi, kondensasi, ekspansi dan evaporasi. Proses ini terjadi dalam satu siklus tertutup yang menggunakan fluida kerja berupa refrigerant yang mengalir dalam system pemipaan yang terhubung dari satu komponen ke komponen lainnya. Kondensor pada chiller biasanya berbentuk water-cooled condenser yang menggunakan air untuk proses pendinginan refrigeran. Secara umum bentuk konstruksinya berupa shell & tube dimana air mengalir memasuki shell/ tabung dan uap refrigeran superheat mengalir dalam pipa yang berada di dalam tabung sehingga terjadi proses pertukaran kalor. Uap refrigeran superheat berubah fasa menjadi cair yang memiliki tekanan tinggi mengalir menuju alat ekspansi, sementara air yang keluar memiliki temperatur yang lebih tinggi. Karena air ini akan digunakan lagi untuk proses pendinginan kondensor maka tentu saja temperaturnya harus diturunkan kembali atau didinginkan pada cooling tower. Langkah pertama adalah memompa air panas tersebut menuju cooling tower melewati system pemipaan yang pada ujungnya memiliki banyak nozzle untuk tahap spraying atau semburan. Air panas yang keluar dari nozzle secara langsung melakukan kontak dengan udara sekitar yang bergerak secara paksa karena pengaruh.fan/blower yang terpasang pada cooling tower. Sistem ini sangat efektif dalam proses pendinginan air karena suhu kondensasinya sangat rendah mendekati suhu wet-bulb udara. Air yang sudah mengalami penurunan temperature ditampung dalam bak/basin untuk kemudian dipompa kembali menuju kondensor yang berada di dalam chiller C. Pengelolaan Limbah Cair Best Practices à Waste Water Treatment Plant (WWTP). Limbah cair keluaran dari PLTU berasal dari beberapa tempat antara lain air sisa boiler(Boiler Blowdown), air sublimasi dari FGD (FGD Blowdown), air limpasan hujan di kolam abu (Ash Run Off) dan air limpasan hujan di penampungan batu bara (Coal Run Off). Air tersebut dialirkan untuk diolah dalam WWTP yang sebelumnya disimpan sementara dalam kolam retensi. Di sini air yang masih mengandung material berbahaya diolah dalam beberapa proses antara lain, netralisasi dan sedimentasi. Tahapan proses yang terjadi adalah Netralisasi yaitu proses penyesuaian pH air limbah. pH air limbah harus disesuaikan dengan kondisi ideal ekosistem biota laut yakni antara 6-9. Air limbah dengan kadar pH yang masih berbahaya dicampurkan dengan senyawa lain agar menjadi lebih ramah lingkungan.

Flokulasi yaitu proses penggumpalan bahan-bahan terlarut sehingga mudah untuk diendapkan.Setelah mengendap, endapan tersebut dipadatkan. Padatan itu kemudian ditempatkan di Kolam Abu. Kolam Abu ini dilapisi oleh plastik dengan tingkat kekedapan air yang amat tinggi sehingga menutup kemungkinan limbah berbahaya di atasnya dapat terserap ke dalam tanah. Semua proses tersebut mengubah material berbahaya menjadi material yang bersahabat dengan lingkungan. 5R adalah sebuah singkatan yang berasal dari Bahasa Inggris, yaitu : (1) Reduce (mengurangi), (2) Reuse (menggunakan kembali), (3) Recycle (mendaur ulang), (4) Replace (mengganti), (5) Replant (menanam kembali). Langsung saja dibawah ini, penjelasan singkat dari pengertian konsep 5R beserta contoh penerapannya : 1. Reduce atau pengurangan adalah kegiatan mengurangi pemakaian suatu barang atau pola perilaku manusia yang dapat mengurangi produksi sampah, serta tidak melakukan pola konsumsi yang berlebihan. Contohnya adalah mengurangi penggunaan barang-barang yang tidak bisa didaur ulang, dll. 2. Reuse atau penggunaan kembali adalah kegiatan menggunakan kembali material atau bahan yang masih layak pakai. Contohnya adalah menggunakan kembali botol bekas yang masih layak untuk tempat minum, dll. 3. Recycle atau mendaur ulang adalah kegiatan mengolah kembali (mendaur ulang). Pada prinsipnya, kegiatan ini memanfaatkan barang bekas dengan cara mengolah materinya untuk dapat digunakan lebih lanjut. Contohnya adalah memanfaatkan dan mengolah sampah organik untuk dijadikan pupuk kompos, memanfaatkan barang bekas untuk dibuat kerajinan, dll. 4. Replace atau penggantian adalah kegiatan untuk mengganti pemakaian suatu barang atau memakai barang alternatif yang sifatnya lebih ramah lingkungan dan dapat digunakan kembali. Upaya ini dinilai dapat mengubah kebiasaan seseorang yang mempercepat produksi sampah. Contohnya adalah mengubah penggunaan kertas tisu dengan menggunakan sapu tangan, dll. 5. Replant atau penanaman kembali adalah kegiatan penanaman kembali, sering juga disebut reboisasi. Contohnya adalah melakukan kegiatan reboisasi hutan mangrove untuk mengurangi global warming. Mengapa Perlu menerapkan 5R di Perusahaan ? 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Meningkatkan efisiensi kerja Meningkatkan produktifitas Meningkatkan Kualitas Kerja Meningkatkan Kinerja Keselamatan dan Kesehatan kerja Meningkatkan rasa kedisiplinan Meningkatkan citra perusahaan

Kaitan kerapihan dengan keselamatan kerja sangatlah erat, area kerja yang tidak rapi dapat menyebabkan kecelakaan, area kerja yang tidak bersih juga berbahaya. Oleh karena itu, penerapan nilai-nilai 5R atau 5S sangat membantu menciptakan suasana kerja yang aman dan nyaman. 5R atau 5S terdiri dari Ringkas (Seiri), Rapi (Seiton), Resik (Seiso), Rawat (Seiketsu), Rajin (Shitsuke). Ringkas (Seiri) Ringkas dapat dilakukan dengan cara menyingkirkan barang-barang, atau berkas yang tidak diperlukan dan memisahkan berkas atau barang yang sering digunakan dan yang jarang digunakan. Kebiasaan menyimpan atau mengumpulkan barang-barang tanpa mengetahui kapan akan digunakan akan menjadi sampah di area kerja kita, penumpukan barang-barang ini kan membuat area kerja tidak ringkas. Kebiasaan seperti itu akan memerlukan ruang yang semakin luas untuk menampung barang-barang tersebut. Rapi (Seiton) Anda pernah mengalami kehilangan alat tulis disaat-saat mendesak, atau kesulitan mencari berkas..? Entah karena tertinggal di ruangan lain atau karena lupa meletakkan, itu tanda bahwa tempat kerja anda tidak rapi. Rapi dapat dilakukan dengan mengatur barang-barang pada tempat yang telah disiapkan agar mudah di akses dan lebih efektif. Berikat label-label untuk memudahkan dalam mengakses, dan letakkan barang yang berat di bagian bawah serta yang ringan di bagian atas. Resik (Seiso) Bersihkan seluruh area kerja agar lebih bersih, mulailah membersihkan dari bagian paling atas dan lanjutkan ke bagian bawah sampai semua area dibersihkan. Lakukan penggantian untuk barang atau perlengkapan yang mungkin sudah tidak layak, seperti kabel, lantai kerja yang rusak, selang yang bocor, keran yang rusak, dan sebagainya.

Rawat (Seiketsu) Kondisi area kerja yang sudah rapi dan resik harus terus dijaga konsistensinya, buatlah standar prosedur untuk dijadikan acuan oleh seluruh karyawan. Buatlah standar seperti warna label atau garis demarkasi di area kerja. Standar ini harus disahkan dan diletakkan pada area yang mudah dilihat oleh seluruh karyawan. Rajin (Shitsuke) Semua konsep yang telah diterapkan ini harus tetap dijaga, untuk membantu agar penerapan 5R ini dapat terus dijaga dapat dilakukan dengan :     

Pengembangan kesadaran karyawan, Inspeksi atau Audit 5R Lomba 5R Kampanye 5R (rambu, spanduk, banner, dan lainnya) Lompa Ide perbaikan (Continuous Improvement)

Membangun budaya 5R di perusahaan tidaklah semudah yang dibayangkan, oleh karena itu peranan level managemen sangat memegang peranan penting untuk memberikan contoh dan menjadi panutan dalam membangun budaya 5R di perusahaan. Aturan yang jelas dan pelaksanaan audit yang terus menerus sangat diperlukan, bila diperlukan perlu adanya aturan mengenai sangsi terhadap karyawan yang tidak melaksanakannya.

Sumber : http://ariepratamayudha.blogspot.co.id/2013/05/sumber-karakteristik-limbah-pltu.html http://ikk357.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/313/2012/12/LIMBAHGAS.pdf https://tikarahayu26.wordpress.com/2014/05/20/penangana-limbah-gas-mengontrol-emisigas-buang-filter-udara-dan-pengendapan-siklon/ http://balzooka.blogspot.co.id/ http://safeyourearth.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-5r-reducereuserecyclereplace.html

Related Documents


More Documents from "Tama"