Rivisi Skripsi Emilia.docx

  • Uploaded by: Sri Anik
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rivisi Skripsi Emilia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 12,891
  • Pages: 75
i

ANALISIS FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI ) PERIODE 2012-2017

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai derajat Sarjana S1

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh: Emilia Rahma NIM: 314.013.05306

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEMARANG 2018

2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pasar modal Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat dan mempunyai peran penting dalam perekonomian yang menjadi faktor pembiayaan serta sebagai alternatif sumber dana operasional bagi perusahaan yang ada disuatu negara. Menurut Sunariyah (2006) perusahaan memiliki berbagai alternatif sumber pendanaan untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan yang dapat berasal dari dalam dan luar perusahaan. Alternatif pendanaan dari dalam perusahaan dengan menggunakan laba yang ditahan perusahan. Sedangkan alternatif pendanaan dari luar perusahaan dapat berasal dari kreditur berupa utang maupun pendanaan yang bersifat penyertaan-penyertaan dalam bentuk saham. Pendanaan melalui penyertaan dilakukan dengan cara menjual saham perusahaan kepada masyarakat yang disebut penawaran umum atau yang dikenal dengan istilah go public. Fenomena perkembangan negara maju ditandai dengan perkembangan pasar modal yang dapat kita lihat terdapat perusahaan go public yang berkontribusi dalam perekonomian di Indonesia. Pasar modal merupakan sarana motor penggerak dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Keuntungan membeli saham untuk menerima dividen dan capital gain. Keduanya haruslah lebih besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki stakeholder. Sekarang ini ada 555 perusahaan go public yang tercatat

3

dalam PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) yang merupakan hasil pengabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Pasar modal merupakan salah satu bidang investasi yang cukup menarik namun beresiko tinggi. Namun ada berbagai upaya yang perlu untuk dilakukan yaitu penilaian dengan cermat terhadap perusahaan, perusahaan harus dapat memberikan kepercayaan terhadap calon para investor bahwa informasi yang diterima oleh para investor adalah informasi yang benar, mengenai kinerja dan kondisi keuangan perusahaan tujuannya adalah agar calon investor mendapat gambaran yang lebih jelas tentang kemampuan perusahaan untuk terus tumbuh dan berkembang pada masa yang akan datang. Perusahaan yang terdaftar dalam BEI masing-masing mempunyai harga saham yang berbeda, harga saham yang berfluktuasi menjadi salah satu masalah yang dihadapi oleh investor, pasar modal, dan pelaku pasar, hal ini dipengaruhi oleh keadaan suatu negara, ketidakpastian dibidang ekonomi, politik, budaya. Upaya yang dapat dilakukan dengan meningkatkan daya saing perusahaan yang akan menarik perhatian investor secara tidak langsung akan meningkatkan harga saham sesuai dengan yang diharapkan investor. Dengan demikian nilai perusahaan juga mengalami peningkatan. Saat ini saham perusahaan yang terdaftar di BEI menarik untuk dianalisis adalah saham-saham dari perusahaan telekomunikasi, hal ini dikarenakan dengan

4

semakin berkembangnya teknologi komunikasi, banyak perusahaan yang bergerak dibidang komunikasi dan Indonesia dengan cakupan wilayah yang luas serta penduduk yang banyak, akan menjadi pasar potensial bagi para pengusaha untuk menanamkan modalnya diindustri ini. Perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk serta pendapatan per kapita pada beberapa tahun terakhir ini, industri telekomuniaksi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang luar biasa disetiap tahunnya. Pertumbuhan industri telekomuniaksi pada tahun ini diperkirakan mencapai 40%, meningkat dibandingkan tahun lalu hanya 30% - 35%, perkiraan ini bukan hanya terjadi pada tahun ini, akan tetapi peningkatan ini akan meningkat pada tahun-tahun yang akan datang (sumber : Republika Newsroom). Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya daya beli yang didorong oleh kebutuhan masyarakat terhadap telekomunikasi. Dengan kondisi ini sangatlah wajar apabila para pengusaha berinvestasi dibidang sektor telekomunikasi di Indonesia. Salah satu faktor yang mendukung kepercayaan pemodal adalah persepsi mereka akan kewajaran harga sekuritas (saham). Menurut Husnan (2009) ada dua pendekatan yang digunakan untuk menilai harga saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengesimasi faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Sedangkan analisis

5

teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham diwaktu yang lalu. Analisis fundamental dilakukan oleh investor dengan menggunakan data keuangan perusahaan untuk menilai intrinsik saham sehingga laporan keuangan merupakan informasi yang sangat penting karena laporan keuangan menggambarkan aspek fundamental perusahaan yang kuantitatif. Untuk mengetahui prospek perusahaan, para investor memerlukan informasi dalam laporan keuangan emiten dimana laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan tersebut menjadi optimal bagi investor apabila investor dapat menganalisis lebih lanjut melalui rasio keuangan. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan terdapat variabel-variabel yang berbeda sehingga menghasilkan kesimpulan yang berbeda diantaranya : 1) Penelitian yang dilakukan Pratama dan Erawati (2014); Setiyawan (2014) menemukan hasil bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan temuan Itabillah (2012) menemukan hasil bahwa Current Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap harga saham. 2) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratama dan Erawati (2014); Pandansari (2012); WBAA dan Pratomo (2013) menemukan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan Sukmono (2013) menemukan

6

hasil bahwa Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap harga saham. 3) Muriani (2008) menemukan hasil bahwa Inventory Turnover (ITO) berpengaruh terhasap harga saham. Sedangkan Setiyawan (2014) menemukan hasil bahwa Inventory Turnover (ITO) tidak berpengaruh terhadap harga saham. 4) Penelitian yang dilakukan Muriani (2008); Pandansari (2012); Jiwandono (2014) dan Firmansyah (2017) menunjukkan hasil bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap harga saham. Itabillah (2012); WBAA dan Pratomo (2013) menemukan hasil bahwa Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap harga saham. 5) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2014); Itabillah (2012) menemukan bahwa Net Profit Margin (NPM) tidak bepengaruh terhadap harga saham. 6) Berbeda penelitian yang dilakukan oleh ; Itabillah (2012) menemukan bahwa Price to Book Value (PBV) berpengaruh terhadap harga saham. Diubah menjadi kalimat ya Penelitian-penelitian yang dilakukan di bidang pasar modal telah banyak dilakukan diantaranya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Motivasi dilakukannya penelitian ini adalah karena adanya hasil penelitian yang tidak konsisten. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya

7

karena

mengabungkan

variabel

yang telah

dilakukan sebelumnya

dengan

memperhatikan variabel yang tidak signifikan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini antara lain adalah adanya pengabungan variabel yang tidak digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Inventory Turnover (ITO), Return On Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM) dan Price to Book Value (PBV). Obyek penelitian dilakukan pada perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena perkembangan sektor telekomunikasi semakin meningkat, hal ini menarik untuk dijadikan obyek penelitian. Berdasarkan uraian diatas, tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Faktor Fundamental terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI ) Periode 20122017”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan latar belakang untuk perumusan masalah adalah sebagai berikut : 1) Bagaimana pengaruh Current Ratio (CR) terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI periode 2012-2017? 2) Bagaimana pengaruh Inventory Turnover (ITO) terhadap harga saham pada

8

perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI periode 2012-2017? 3) Bagaimana pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI periode 2012-2017? 4) Bagaimana pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI periode 2012-2017? 5) Bagaimana pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI periode 2012-2017? 6) Bagaimana pengaruh Price To Book Value (PBV) terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI periode 2012-2017? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk menganalisis pengaruh Current Ratio (CR) terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI.

2) Untuk menganalisis Inventory Turnover (ITO) terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI.

3) Untuk menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI.

4) Untuk menganalisis pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI.

9

5) Untuk menganalisis pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI.

6) Untuk menganalisis pengaruh Price To Book Value (PBV) terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI..

1.4

Manfaat Penelitian Adapun manfaat-manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut : 1) Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan serta informasi peneliti khususnya mengenai pengaruh faktor fundamental terhadap harga saham. 2) Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, masukan, dan evaluasi yang berguna bagi perusahaan telekomunikasi sebagai bahan pertimbangan, perbaikan mengenai hal-hal yang mempengaruhi pada harga sahamnya. 3) Akademis Sebagai tambahan referensi untuk penelitian lanjutan yang sejenis. 4) Investor Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi investor sebagai dasar untuk pengambilan keputusan dalam dalam investasi saham.

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1

Landasan Teori Landasan Teori menjabarkan teori-teori relevan yang mendukung penelitian.

Teori-teori tersebut inilah yang akan mendukung kerangka pemikiran untuk perumusan hipotesis dan menganalisis hasil penelitian. 2.1.1

Teori Pensinyalan (Signaling Theory) Menurut Jogiyanto (2000) dalam Retnowati (2013), informasi yang

dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Informasi-informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan akan menjadi daya tarik bagi investor untuk membeli atau menjual saham yang dipunyai, karena dengan kondisi keuangan yang baik dimungkinkan dapat kenaikan harga saham perusahaan tersebut sehingga informasi tersebut memberikan sinyal yang positif bagi pemegang saham, salah satu contoh perusahaan dapat memberikan sinyal kepada pihak luar adalah dengan membayarkan deviden tunai dalam jumlah yang relatif besar. Sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi tentang apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk

11

merealisasikan keinginan pemilik ataupun pihak yang berkepentingan lainnya seperti investor (Saleh, 2012). Sinyal positif dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa prospek perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain. Perusahaan yang baik akan memberi sinyal yang jelas dan sangat bermanfaat bagi keputusan investasi. Sinyal yang diberikan dapat berupa good news maupun bad news. Sinyal good news dapat berupa kinerja perusahaan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sedangkan bad news dapat berupa penurunan kinerja yang semakin mengalami penurunan (Setyawan, 2012). Investor secara rasional akan memperhitungkan bagian kepemilikan para pemilik lama atas saham akan menjadi suatu signal berharga yang dapat mencerminkan nilai perusahaan. Sedangkan Signaling Theory yang dikembangkan oleh Trueman Junaeni dan Agustian (2013) yang memprediksi bahwa peningkatan capital excpenditure (biaya modal) akan diikuti oleh reaksi harga saham positif. Hal ini didasarkan

pada

asumsi

bahwa

manajemen

mempunyai

motivasi

untuk

memaksimumkan kekayaan pemegang saham melalui pengambilan proyek yang memiliki Net Present Value positif yang akan meningkatkan biaya modal. Ketika perusahaan memutuskan adanya kenaikan modal, maka investor merespon positif keputusan tersebut dan merespon negatif jika ada keputusan biaya modal. 2.1.2

Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan Menurut Sutrisno (2009), manajemen keuangan adalah semua aktivitas

perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan

12

dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Manajemen keuangan merupakan alat untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Efisiensi dan efektifitas yang terbentuk dalam suatu perusahaan tentunya akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan tersebut. Fungsi keuangan tersebut meliputi bagaimana memperoleh dana (raising of fund) dan bagaimana menggunakan dana tersebut (allocation of fund). Menurut Husnan (2006) terdapat 3 fungsi utama dalam manajemen keuangan diantaranya yaitu: 1)

Keputusan Investasi (investment Decision) Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang di kelola oleh perusahaan. Keputusan investasi ini meurpakan keputusan paling penting diantara ketiga fungsi keputusan lainnya. Hal ini Karena keputusan investasi akan berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu berikutnya. Dengan demikian keputusan investasi ini akan menentukan keseluruhan jumlah aktiva yang ada pada perusahaan, komposisi dari aktiva-aktiva tersebut beserta tingkat risiko perusahaannya.

2)

Keputusan pemenuhan kebutuhan dana Keputusan mengenai kebutuhan dana bersangkutan dengan penentuan sumber dana yang akan digunakan, penentuan pertimbangan pembelanjaan yang terbaik atau penentuan struktur modal yang optimal. Apakah perusahaan akan menggunakan sumber ekstern yang berasal dari utang atau emisi obligasi atau

13

dengan cara emisi saham baru, merupakan aspek utama dari jenis keputusan mengenai kebutuhan kebutuhan pemenuhan dana. 3)

Keputusan Dividen Keputusan mengenai dividen bersangkutan dengan penentuan persentase dari keuntungan netto yang akan dibayarkan sebagai “cash dividend”, penentuan “stock dividend” pembelian kembali saham. Keputusan mengenai dividen ini sangat erat kaitannya dengan keputusan pemenuhan kebutuhan dana.

2.1.3

Laporan Keuangan dan Rasio Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah

organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Dari laporan keuangan tersebut, berbagai pihak yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan dapat melakukan analisa keuangan perusahaan bersangkutan. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: asset,

14

liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas”. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007) : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keungan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”. Rasio keuangan menurut Rahardjo (2009) diklasifikasikan menjadi lima kelompok berikut: 1)

Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Yaitu rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Rasio ini terdiri dari Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio.

2)

Rasio Solvabilitas (Leverage atau Solvency Ratio) Yaitu rasio yang menujukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannnya (baik jangka pendek maupun jangka panjang), apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini dapat di hitung dari pos-pos yang sifatnya jangka

15

panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang. Rasio ini terdiri dari Debt Ratio, Debt to Equity Ratio, Time Interest Earned Ratio, dan Debt Service Ratio. 3)

Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Yaitu rasio yang menunjukkan tingkat efektivitas penggunaan aktiva atau kekayaan perusahaan. Rasio aktivitas menggambarkan seberapa jauh aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam mempergunakan sumber-sumbernya atau menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. Rasio ini terdiri dari perputaran persediaan (Inventory Turnover), perputaran piutang (Receivable Turnover), perputaran aktiva tetap (Fixed Assets Turnover), dan perputaran aktiva (Assets Turnover).

4)

Rasio Provitabilitas dan rentabilitas Yaitu rasio yang menunjukkan tingkat imbalan atau perolehan (keuntungan) dibandingkan penjualan atau aktiva. Rasio ini dapat diukur dari beberapa indikator yaitu Profit Margin, Return On Assets, Return On Equity, Return On Investment, dan Earning Per Share.

5)

Rasio Investasi Yaitu rasio yang menunjukkan rasio investasi dalam surat berharga atau efek, khususnya dalam saham atau obligasi. Istilah lain rasio yang mengukur kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya. Rasio ini terdiri dari Price Earning Ratio, Market to Book Value Ratio, dan Book Value per share.

16

2.1.4

Pasar Modal Menurut Kasmir (2009) pengertian pasar modal secara umum merupakan

suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Pasar modal memiliki peran sentral dalam perekonomian, bahkan maju tidaknya ekonomi suatu negara diukur dari maju tidaknya pasar modal di negara tersebut. Pasar modal merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan yaitu dengan pengumpulan dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam sektor produktif. Pemanfaatan dana dari dalam negeri dapat merangsang tabungan masyarakat, tabungan pemerintah dan meningkatkan perdagangan internasional. 2.1.4.1 1)

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan Pasar Modal Supply sekuritas

Yaitu harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal. 2)

Demand akan sekuritas Yaitu calon-calon pembeli sekuritas mungkin berasal dari individu, lembaga keuangan maupun perusahaan non keuangan.

3)

Masalah hukum dan peraturan Yaitu peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang menyesatkan mutlak diperlukan.

17

4)

Kondisi politik dan ekonomi Yaitu suatu kondisi politik yang stabil akan ikut mendukung pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap supply dan demand sekuritas.

5)

Peranan lembaga-lembaga pendukung pasar modal Yaitu seperti BAPEPAM, Bursa Efek, Akuntan Publik, Underwriter, wali amanat, Notaris, Konsultan hukum, lembaga clearing, dan lainya perlu bekerja secara profesional dan juga bisa diandalkan sehingga kegiatan emisi dan transaksi di bursa bisa berlangsung cepat, efisien dan di percaya.

2.1.4.2

Peranan Pasar Modal Hampir semua negara di dunia memiliki pasar modal, yang bertujuan

menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Pasar modal dalam negara dapat berperan sebagai berikut: 1) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan. 2) Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk memperoleh hasil (return) yang diharapkan. 3) Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham

18

yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. 4) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. 5) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. 2.1.4.3

Macam-macam Pasar Modal Penjualan saham kepada masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Umumnya penjualan dilakukan dengan jenis ataupun bentuk pasar modal tempat sekuritas tersebut diperjualbelikan. Berdasarkan jenis transaksi pasar modal dibedakan menjadi dua, yaitu pasar modal perdana (Primary Market) dan pasar modal sekunder (Secondary Market). Pasar modal perdana merupakan pasar pada saat perusahaan menawarkan saham untuk pertama kalinya. Harga saham di pasar perdana merupakan harga pasti dan tidak dapat ditawar. Masyarakat dapat mengertahui kewajaran harga saham yang ditawarkan melalui prospektur yang diterbitkan oleh emiten. Prospektus merupakan gambaran umum perusahaan secara tertulis yang memuat secara lengkap kondisi perusahaan dan prospeknya. Pasar sekunder merupakan tempat transaksi sekuritas yang telah beredar. Apabila saham telah terjual dipasar perdana, kemudian saham tersebut di daftarkan di bursa efek, saham tersebut dapat segera diperjualbelikan di bursa. Penentuan harga di Pasar Sekunder permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual di BEI yang menjadi patokan penetapan harga saham.

19

2.1.5

Saham Menurut Tjiptomo dan Hendi (2006) saham didefinisikan sebagai tanda

penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perrseroaan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Menurut Fahmi (2012) saham merupakan tanda bukti peyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan, atau saham merupakan kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan, dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegang saham. Menurut Darmaji dan Fakhruddin (2006) jenis-jenis saham diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Ditinjau dari segi kemampuan hak tagih atau klaim: a. Saham Biasa (Common Stock), yaitu sekuritas yang menunjukkan bahwa pemegang saham tersebut mempunyai hak milik atas aset-aset perusahaan. Saham biasa memberikan jaminan untuk turut serta daiam pembagian laba daiam bentuk deviden, apabila perusahaan tersebut memperoleh laba. b. Saham Preferen (Preferred Stock) yaitu saham yang mempunyai kombinasi karakteristik gabungan dari obligasi maupun saham biasa, karena saham preferen memberikan pendapatan tetap seperti halnya obligasi dan juga mendapatkan hak kepemilikan seperti saham biasa.

20

2) Ditinjau dari cara peralihannya : a. Saham atas tunjuk (Bearer Stocks) artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam rapat umum pemegang saham. b. Saham atas nama (Registered Stocks) merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus menurut prosedur tertentu. Tujuan utama berinvestasi tentunya untuk mendapatkan keuntungan, baik berupa capital gain maupun dividen. Namun dalam memprediksi keuntungan perlu diperhitungkan pergerakan saham perusahaan itu sendiri di pasar karena harga saham tidak dapat diprediksi naik atau turun sewaktu-waktu. Menurut Salim pergerakan saham terdapat tiga macam yaitu: 1) Bullish, yaitu harga saham naik terus-menerus dari waktu ke waktu. Hal ini bisa terjadi karena berbagai macam sebab, bisa dikarenakan keadaan financial secara global atau kebijakan menajemen perusahaan. 2) Bearish, yaitu keadaan dimana harga saham turun terus-menerus dan merugikan

21

investor. Investor yang mempunyai saham ini dapat melakukan penjualan di harapkan rendah dan rugi atau bisa juga melakukan pembelian ulang bila ada informasi akurat harga saham akan naik dimasa yang akan datang. 3) Sideways, yaitu keadaan dimana harga saham stabil. Dikatakan stabil karena harga saham bergerak naik atau turun sehingga membentuk grafik mendatar dari waktu ke waktu. 2.1.6

Harga Saham Menurut Sunariyah (2006) harga saham adalah harga suatu saham pada

pasar yang sedang berlangsung di bursa efek. Salah satu hal yang harus menjadi fokus pertimbangan seorang investor adalah harga saham. Harga saham yang diharapkan oleh investor adalah harga saham yang stabil dan mempunyai pola pergerakan yang cenderung naik dari waktu ke waktu, akan tetapi harga saham pada kenyataanya cenderung fluktuasi. Berfluktuasinya harga saham menjadi resiko tersendiri bagi investor. Oleh karena itu investor harus memahami hal apa saja yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham. Harga saham di pasar akan menentukan nilai suatu perusahaan, demikian juga nilai perusahaan juga mempengaruhi harga sahamnya. Apabila saham perusahaan baik, tentu menjadi keuntungan investor dalam pembagian dividen akan bertambah dan harga sahamnya akan menjadi semakin tinggi. Menurut Rusdin (2008) “Harga saham ada dua yaitu ketika pertama kali dijual yaitu pada saat perusahaan melakukan IPO (Initial Public Offering) dan yang

22

kedua yaitu pada saat dijual ke pasar sekunder (lantai bursa)”. Menurut Hidayat (2010) harga saham dapat dibedakan menjadi : 1) Harga Nominal Setiap saham yang dikeluarkan oleh perusahaan memiliki harga. Harga nominal saham adalah harga yang tercantum pada lembar saham yang diterbitkan, harga ini akan digunakan untuk tujuan akuntansi yaitu mencatat modal disetor penuh. 2) Harga Perdana Harga perdana adalah harga yang berlaku untuk investor yang membeli saham pada saat penawaran umun. Meski harga saham sudah ditetapkan, harga penawaran umum perdana kepada investor di pasar perdana belum tentu sama dengan harga nominal, akan ada selisi yang disebut agio. Sebaliknya jika harga perdana lebih rendah dari pada harga nominal maka akan terjadi disagio. 3)

Harga pembukaan (Opening Price) Harga pembukaan adalah harga saham yang berlaku saat pasar saham dibuka

pada hati itu. 4)

Harga Pasar (Market Price) Harga pasar adalah harga saham di bursa pada saat itu, harga pasar tersebut

ditentukan oleh permintaan dan penawaran saat diperdagangkan di lantai bursa. Untuk saham yang diminati innvestor, pergerakan harga saham tersebut biasanya sangat berubah-ubah sebaliknya untuk saham yang kurang diminati investor biasanya hanya ada sedikit pergerakan di lantai bursa.

23

5)

Harga Penutupan (Closing Price) Harga penutupan adalah harga akhir dari transaksi jual-beli sabam di bursa

efek. Setelah dibuka pada pagi hari, pasar atau bursa akan ditutup pada sore hari tepat pada pukul 16.00 WIB. Investor

melakukan

penilaian

terhadap

harga

saham

dengan

membandingkan nilai intrinsik perusahaan dengan harga saham, sehingga dapat diketahui apakah harga saham overvalued atau undervalued. Upaya untuk merumuskan cara menghitung harga saham dapat dilakukan dengan analisis dengan tujuan mendapatkan pengembalian yang memuaskan dengan memperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhi harga saham tersebut. Menurut Jogiyanto (2014) ada dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya saham yaitu Analisis Teknikal dan Analisis Fundamental. 2.1.7

Analisis Teknikal (Technical analysis) Analisis teknikal memperhatian pada perubahan harga saham dari waktu ke

waktu. Analisis ini berasumsi bahwa harga suatu saham hanya ditentukan oleh elastisitas penawaran dan permintaan saham tersebut. Menurut Halim (2005), asumsi dasar yang berlaku dalam analisis teknikal adalah : 1) Harga saham ditentukan oleh penawaran dan permintaan 2) Penawaran dan permintaan itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik rasional maupun irasional. 3) Perubahan harga bergerak mengikuti trend tertentu.

24

4) Trend dapat berubah karena bergesernya penawaran dan permintaan. 5) Pergeseran penawaran dan permintaan dapat dideteksi dengan mempelajari diagram dan perilaku pasar. 6) Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa yang akan datang. 2.1.8

Analisis Fundamental Menurut Jogiyanto (2014), analisis fundamental adalah analisis untuk

menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan. Nilai intrinsik merupakan nilai seharusnya suatu saham, analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data keuangan, data pangsa pasar, siklus bisnis, dan sejenisnya. Sementara data faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat suku bunga, inflasi, dan sejenisnya. Dengan mempertimbangkan data-data seperti tersebut diatas, analisis fundamental menghasilkan berupa analisis penilaian badan usaha dengan kesimpulan apakah perusahaan tersebut sahamnya layak dibeli atau tidak. Analisis ini memiliki horizon jangka panjang, karena selain menggunakan data historis (berupa laporan keuangan perusahaan) analisis ini juga menggunakan data masa depan berupa estimasi pertumbuhan perusahaan, estimasi perubahaan ekonomi di masa mendatang, dan berbagai jenis estimasi lainnya yang dianggap dapat mempengaruhi kinerja dan kelangsungan usaha.

Perbedaan analisis fundamental

digunakan untuk memilih saham yang terbaik, sedangkan analisis teknikal digunakan

25

untuk menentukaan saat yang tepat untuk membeli atau menjual saham. Analisis teknikal banyak digunakan oleh praktisi dalam menentukan harga saham, sedangkan analisis fundamental banyak digunakan oleh akedemisi. 2.1.9

Nilai Saham Terdapat beberapa nilai yang berhubungan dengan saham, dimana konsep

nilai merupakan hal yang perlu dan berguna karena dapat digunakan untuk mengetahui saham-saham yang sedang bertumbuh (growth) dan yang murah (undervalued). Menurut Jogiyanto (2014) ada jenis nilai saham, yaitu: 1) Nilai par / Nilai nominal (par value / face value) Nilai nominal dari suatu saham merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Kepentingan dari nilai nominal adalah untuk kaitannya dengan hukum. Nilai nominal ini merupakan modal per lembar yang secara hukum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak dapat diambil oleh pemegang saham. 2) Nilai buku (book value) Nilai buku per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net assets) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar. 3) Nilai intinsik / Nilai rill (fair value / reasonable value) Nilai intristik adalah nilai sebenarnya atau seharusnya dari suatu saham yang

26

diperdagangkan. Dalam analisis fundamental ada dua pendekatan yang digunakan dalam menghitung nilai intrintik saham, yaitu dengan pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan PER (price earning ratio approach) 4) Nilai pasar (market value) Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. 2.2

Variabel-Variabel Penelitian Dalam penelitian ini variabel-variabel yang dipergunakan untuk menguji

hipotesis antara lain: 2.2.1

Current Ratio (CR) Current Ratio merupakan salah satu rasio keuangan yang mengukur tingkat

likuditas perusahaan dengan cara membandingkan aset lancar dengan hutang lancar. Menurut Brigham current ratio merupakan sebuah rasio likuiditas yang menunjukan sampai sejauh mana apa kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat. Investor dapat mengunakan rasio ini untuuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menutup hutang lancarnya dengan aset lancar yang dimiliki. Current ratio yang rendah dapat menyebabkan terjadi penurunan harga pasar dari saham perusahaan yang besangkutan, sebaliknya apabila current ratio yang terlalu tinggi juga belum tentu baik, hal ini menunjukkan adanya kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang. Selain itu

27

current ratio juga menunjukkan tingkat keamanan (Margin of safety) kreditor jangka pendek atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya. Menurut Brigham (2012) Current Ratio merupakan sebuah rasio likuiditas yang menunjukan sampai sejauh apa kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharpkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu yang dekat. Investor dapat menggunakan rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup hutang lancarnya dengan aset lancar yang dimiliki. 2.2.2

Inventory Turnover (ITO) Pengertian Inventory Turnover (ITO) menurut Irawati (2006), Inventory

turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas kemampuan dana suatu perusahaan yang tertanam dalam inventory atau persediaan yang berputar dalam suatu periode tertentu atau likuiditas dari inventory dan perkiraan adanya overstock. Semakin cepat persediaan perputaran semakin efektif perusahaan dalam mengelola inventory (persediaan). Menurut Warren (2008) perputaran persediaan (inventory turnover) adalah suatu alat mengukur hubungan antara volume barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang dimiliki selama periode berjalan. Perputaran persediaan (inventory

turnover)

merupakan

kemampuan

perusahaan

dalam

mengelola

persediaan, semakin tinggi persediaan berputar semakin efektif perusahaan dalam mengelola perusahaan.

28

Dapat disimpulkan dari berbagai pengertian tentang perputaran persediaan (inventory turnover) dapat diartikan sebagai salah satu rasio dari rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur berapa kali suatu perusahaan dapat menjual barang yang diproduksi dalam satu periode yang sebelumnya disimpan sebagai persediaan.

2.2.3

Debt to Equity Ratio (DER) Rasio leverage menunjukan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan

secara optimal, kemudian dengan cara membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri, maka diketahui tingkat efesiensi perusahaan dalam industri, salah satu rasio leverage adalah Debt to Equity Ratio yang merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki oleh perusahaan dengan modal sendiri. Dalam rasio ini menunjukan presentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pendanaan perusahaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang (Pandansari, 2012) Menurut Siegel dan Shim dalam Fahmi (2011), mendefinisikan debt to equity ratio sebagai “ukuran yang di pakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor”. Rasio ini juga

29

dikenal dengan sebutan Leverage Ratio karena menggunakan uang pinjaman (debt) untuk memperoleh keuntungan (Kasmir, 2008). Semakin kecil DER, maka semaki kecil pula resiko perusahaan. Sedangkan apabila DER semakin tinggi, maka akan semakin menurun harga saham perusahaan.

2.2.4

Return On Assets (ROA) Return on Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas, yaitu rasio

yang menunjukan seberapa efektifnya perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan atau laba bagi perusahaan. Return on asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Ang, 1997) dalam Eka Retnowati (2013). Investor yang akan menanamkan modalnya dapat mempergunakan rasio ini sebagai bahan pertimbangan apakah emiten dalam operasinya nanti dapat memperoleh laba. Dengan kemampuan emiten yang tinggi untuk menghasilkan laba atas asetnya maka akan terlihat bahwa resiko yang akan dihadapi investor akan kecil. Nilai ROA yang semakin tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba di masa yang akan datang dan laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya. Profitabilitas yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor.

30

2.2.5

Net Profit Margin (NPM) Setiap perusahaan selalu berusaha untuk dapat meningkatkan keuntungan

atau laba. Laba terbagi menjadi dua yaitu laba bersih dan laba usaha. Laba usaha dapat diketahui dengan cara mengurangi total penjualan dengan biaya-biaya dalam proses produksi dan operasionalnya. Sedangkan laba bersih dapat diketahui dengan cara mengurangi laba usaha dengan pajak. Dengan adanya laba usaha maka perusahaan dapat mengukur tingkat keuntungan yang dicapai dihubungkan dengan penjualan atau yang dikenal dengan istilah Profit Margin. Pengertian Profit Margin menurut Munawir (2010) Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya. Net Profit Margin (NPM) menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Dengan kata lain rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. NPM merupakan rasio yang mengukur jumlah laba bersih per nilai dolar penjualan, yang dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan. Apabila kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan semakin meningkat maka hal ini akan berdampak pada meningkatnya pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham.

31

Net Profit Margin (NPM), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan, rasio ini akan menggambarkan penghasilan bersih perusahaan berdasarkan total penjualan. Pengukuran rasio dapat dilakukan dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. 2.2.6

Price To Book Value (PBV) Menurut Anthanasius (2012) Price To Book Value adalah rasio yang

menunujukkan seberapa tinggi suatu saham dibeli oleh investor dengan nilai buku saham tersebut. Nilai buku (Book value) per lembar saham pengaruh terhadap perubahan harga saham, fungsi utama PBV adalah unutk melihat apakah saham saat ini sudah diperdagangkan di harga yang mahal, masih murah, atau masih wajar menurut rata-rata historisnya serta digunakan untuk menentukan mahal datau murahnya sebuah saham saat ini berdasarkan perkiraan harga wajar untuk periode 1 tahun mendatang. 2.3

Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahuluan

No 1

2

Peneliti, Tahun Diani Muriani (2008)

E.Amaliah Itabillah (2012)

Judul Penelitian

Hasil Penelitian

Analisis Pengaruh Manajemen Aser dan Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Industri Konstruksi Terbuka di Bursa Efek Indonesia Pengaruh CR, QR, NPM, ROA, EPS, ROE, DER dan PBV terhadap harga saham

Variabel Inventory turnover, day sales outstanding, fixed asset turnover, total asset turnover dan ROA berpengaruh pada harga saham. Variabel DER, PBV berpengaruh pada harga saham, sedangkan CR, QR, NPM,

32

3

Fillya Arum Pandansari (2012)

4

Amanda WBBA dan Wahyu Ario Pratomo (2013) Topan Tejo Sukmono (2013)

5

6

perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI Analisis Faktor Fundamental terhadap Harga Saham

Analisis fundamental dan resiko sistematis terhadap harga saham perbankan yang terdaftar pada Indeks LQ 45

Analisis pengaruh Earning Per Share, Return On Investment, Debt to Equity Ratio, Return On Equity dan Gross Profit Margin terhadap harga saham perusahaan realestate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011 Aditya Pengaruh Current Ratio, Pratama dan Debt to Equity Ratio, Return Teguh On Equity, Net Profit Margin Erawati dan Earning Per Share (2014) terhadap harga saham

7

Indra Setiyawan (2014)

8

Teguh Jiwandono (2014)

Pengaruh Current Ratio, Inventory Turnover, Time Interest Earned dan Return On Equity, terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2009-2012 Analisis faktor fundamental harga saham sektor perbankan yang Go Public di Indeks Kompas 100

ROA, EPS, ROE, tidak berpengaruh terhadap harga saham. Variabel Return on Asset, Debt to Equity, Book Value Per Share berpengaruh terhadap harga saham. Variabel DER, EPS, PER berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan ROA, ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham. Variabel ROE, EPS, berpengaruh terhadap harga saham sedangkan, EPS, ROI, DER, GPM, tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Variabel current ratio, debt to equity ratio, return on equity, earning per share berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan net profit margin tidak pengaruh terhadap harga saham. Variabel current ratio, time interest earned, return on equity berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan inventory turnover tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Variabel earning per share, return on asset berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan return on equity, return on investment, asset

33

9

2.4

Farid Firmansyah (2017)

growth, capital adequacy ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham. Pengaruh faktor fundamental Variabel return on asset, return terhdap harga saham on equity memberikan pengaruh perusahaan yang terdaftar di terhadap harga saham, dalam LQ 45 Bursa Efek Indonesia penelitian ini ada penghapusan variabel sebelumnya yaitu debt equity ratio.

Perumusan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Current Ratio terhadap Harga Saham Current Ratio (CR) yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Current ratio yang rendah akan menyebabkan terjadinya penurunan harga dari saham yang besangkutan, sebaliknya jika current ratio yang tinggi maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Akan tetapi apabila current ratio yang terlalu tinggi juga belum tentu baik, hal ini menunjukkan adanya kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang. Selain itu current ratio juga menunjukkan tingkat keamanan (Margin of Safety) kreditor jangka pendek atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang. Berdasarkan pemikiran ini diajukkan hipotesis sebagai berikut. Hipotesis 1 : Current Ratio berpengaruh secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan.

34

2.4.2 Pengaruh Inventory TurnOver terhadap Harga Saham Teori ini mengukur perputaran persediaan perbandingan antara jumlah penjualan dengan rata-rata jumlah persediaan dalam satu tahun. Inventory turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya overstock (Riyanto, 2008). Perputaran piutang yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan berputaran dalam satu tahun menunjukkan tanda-tanda mis-manajemen seperti kurangnya pengendalian persediaan yang efektif. Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. Hipotesis 2 : Inventory Turnover berpengaruh secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan.

2.4.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham Debt to Equity Ratio merupakan salah satu rasio solvabilitas yang mengukur kontribusi modal sendiri terhadap total hutang dalam struktur permodalan. Rasio ini menunjukkan pengembangan dana pinjaman atau utang dan modal dalam upaya pengembangan perusahaan. Jika Debt to Equity Ratio yang tinggi menunjukkan pendanaan perusahaan lebih banyak dilakukan dengan menggunakan hutang. Menurut Kanti (2008) semakin besar Debt to Equity Ratio perusahaan berarti laba perusahaan

35

juga besar namun digunakan juga untuk pembayaran hutangnya, sehingga investor tertarik untuk menginvestasikan dananya walaupun investtor mengetahui perusahaan menanggung resiko yang besar. Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh terhadap perubahan harga saham. Berdasarkan pemikiran ini diajukkan hipotesis sebagai berikut. Hipotesis 3 : Debt to Equity Ratio berpengaruh secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan.

2.4.4 Pengaruh Return On Asset terhadap Harga Saham Return On Asset (ROA) yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilan keuntunggan dari setiap satu rupiah asset menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalan kegiatan operasional perusahaan. Semakin besar Return On Asset menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik sehingga mampu memberikan laba bagi perusahaan dan akan mengundang investor untuk membeli saham akan tinggi. Sebaliknya, apabila Return On Asset semakin kecil menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan perusahaan mendapat kerugian, maka investor kurang suka melirik saham perusahaan tersebut dan harga sahamnya akan rendah. Rasio ini juga memberi ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Berdasarkan pemikiran ini diajukkan hipotesis sebagai berikut. Hipotesis 4 : Return On Asset berpengaruh secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan.

36

2.4.5 Pengaruh Net Profit Margin terhadap Harga Saham Net Profit Margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar laba bersih yang dapat diperoleh dari setiap hasil penjualan perusahaan. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi total pengeluaran biaya-biaya dalam perusahaan. Bagi para investor rasio Net Profit Margin ini juga merupakan bahan pertimbangan dalam peniliaian kondisi perusahaan, semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba, maka secara teoritis harga saham pada perusahaan akan meningkat begitu juga sebaliknya. Berdasarkan pemikiran ini diajukkan hipotesis sebagai berikut. Hipotesis 5 : Net Profit Margin berpengaruh secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan.

2.4.6 Pengaruh Price to Book Value terhadap Harga Saham Price to Book Value merupakan rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan, sehingga mengakibatkan harga saham dari perusahaan tersebut meningkat pula dan semakin rendah Price to Book Value akan berdampak pada rendahnya kepercayaan pasar akan prospek perusahaan yang berakibat pada turunnya permintaan saham dan selanjutnya berimbas pada menurunnya harga saham dari perusahaan tersebut. Berdasarkan pemikiran ini diajukkan hipotesis sebagai berikut. Hipotesis 6 : Price to Book Value berpengaruh secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan.

37

2.5

Kerangka Pemikiran Teoritis

CR (X1) ITO (X2) DER (X3) ROA (X4)

HARGA SAHAM (Y)

NPM (X5) PBV (X6)

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

38

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian penjelasan (explanatory research) cari definisinya explanatory research (oleh siapa ) yakni penelitian yang menjelaskan pengujian hipotesis antara pengaruh current ratio, inventory turnover, debt to equity ratio, return on asset, net profit margin dan price to book value terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3.2 Populasi dan Sampel Populasi adalah ..... (oleh siapa) dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di BEI. Sampel adalah ..... Teknik pengumpulan sampel dalam penelitian ini yakni sensus . Sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2011). Hal ini sering digunakan untuk penelitian dengan jumlah sampel dibawah 30 orang, atau untuk penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan tingkat kesalahan yang sedikit atau kecil. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini semula 6 perusahaan, namun pada tahun 2015 ada 1 perusahaan yang di delisting.

Semua

perusahaan

39

telekomunikasi Indonesia yang terdaftar di BEI yang berjumlah 5 perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2012 sampai dengan 2017. Perusahan atau emiten tercantum dalam tabel dibawah ini. ( datanya diubah dari tahun 2011 sd 2017) agar jumlah datanya 30 karena ANALISIS REGRESI MINIMAL 30 DATANYA TABEL 3.1 Emiten Yang Menjadi Obyek Penelitian NO

KODE EMITEN

NAMA PERUSAHAAN

1

BTEL

Bakrie Telecom Tbk

2

EXCL

XL Axiata Tbk

3

FREN

Smartfren Telecom Tbk

4

ISAT

Indosat Tbk

5

TLKM

Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk

Sumber : www.sahamok.com 3.3 Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data Data penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Sumber data penelitian ini berupa laporan perusahaan (company report), yang terdiri dari: harga penutupan (closing price), Current Ratio (CR), Inventory TurnOver (ITO), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM) dan Price to Book Value (PBV) yang diperoleh dari alamat website perusahaan terkait dan juga website BEI serta Data yang sumbernya diperoleh dari Indonesia Stock Exchange (IDX), Jakarta Stok Exchange (JSX), Indonesia Capital Market Directory (ICMD), jurnal, internet dan publikasi lain yang diterbitkan oleh BAPEPAM dan Bursa Efek Indonesia. Data tersebut diperoleh dari data terpublikasi

40

dan perusahaan yang berasal dari sub sektor perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2017. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah cara yang dipergunakan untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini yaitu : 1) Pengumpulan Data Sekunder Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengambil data yang berasal dari sumber kedua seperti laporan harian harga saham, laporan keuangan emiten, koran, jurnal-jurnal, yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti guna memperoleh data yang lengkap dan akurat. Data diperoleh juga melalui internet langsung ke sumbernya seperti www.idx.co.id, www.sahamok.com dan website masing-masing emiten. 2) Studi Kepustakaan Yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca dan mempelajari serta mendalami berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 3) Studi Dokumentasi Yaitu data penelitian untuk diperoleh dari laporan keuangan perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3.4 Definisi Operasional Variabel 3.4.1

Variabel Dependen

41

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam Penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah harga saham (Y). Harga saham adalah suatu harga saham yang terjadi di pasat bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh mekanisme parmintaan pasar berupa permintaan dan penawaran saham tersebut (Jogiyanto, 2010). Harga saham digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham penutupan tahunan (Closing price) per 31 Desember 2012-2017

3.4.2

Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen, dengan istilah lain variabel yang mempengaruhi variabel terikat entah secara positif maupun negatif. Variabel independen dalam penelitian ini adalah 3.4.2.1 Current Ratio (CR) Current Ratio adalah rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup kewajiban lancarnya menggunakan aset lancar yang dimililiki dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu peusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Menurut Brigham (2012) cara mengukur rasio ini yaitu sebagai berikut: Aset Lancar Current Ratio = Kewajiban Lancar

42

3.4.2.2 Inventory Turnover (ITO) perputaran

persediaan

(inventory

turnover)

merupakan

kemampuan

perusahaan dalam mengelola persediaan, semakin tinggi persediaan berputar semakin efektif perusahaan dalam mengelola perusahaan, cara mengukur ITO menurut Wild (2005) yaitu sebagai berikut :

Harga Pokok Penjualan Inventory turnover = Rata-rata Persediaan 3.4.2.3 Debt to Equity Ratio (DER) Rasio ini mengukur seberapa besar kemampuan modal sendiri yang mampu menutupi pinjaman dari pihak ke tiga. Semakin kecil nilai DER mengindikasikan sedikitnya proporsi penggunaan utang untuk pembiayaan operasional perusahaan cara mengukur DER yaitu sebagai berikut: Total Hutang Debt to Equity Ratio = x 100% Modal Sendiri 3.4.2.4 Return On Asset (ROA) Return on asset (ROA) yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktivitas yang dimilikinya di masa yang

Laba Bersih Return On Asset = x 100% Total Asset

43

akan datang. Nilai Return on asset (ROA) dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :

3.4.2.5 Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin menghitung sejauh mana perusahaaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang tinggi menandakan bahwa kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada penjualan tertentu. Profit margin yang rendah menandakan tingkat penjualan yang rendah untuk tingkat biaya tertentu. Nilai Net Profit Margin (NPM) dapat diukur dengan rumus sebagai berikut : Laba Bersih Sesudah Pajak Net Profit Margin = 100% 3.4.2.6 Price to Book Value (PBV)

x Penjualan

Rasio ini mengukur seberapa besr pasar mengahrgai nilai buku per saham perusahaan tersebut. Nilai Price to Book Value (PBV) dapat diukur dengan rumus sebagai berikut : Harga Pasar Saham Price to Book Value = x 100% Nilai Buku per Saham

44

Tabel 3.2 Definisi Variabel Penelitian No Nama Variabel Definisi Indikator / . Pengukuran 1 Current Ratio Rasio yang mengukur (CR) kemampuan perusahaan CR = Aset Lancar dalam menutup kewajiban Kewajiban Lancar lancarnya menggunakan aset lancar yang dimililiki 2 Inventory Rasio menunjukkan HPP Turnover berapa kali suatu ITO= Rata-rata persediaan (ITO) perusahaan dapat menjual barang yang diproduksi dalam satu periode yang sebelumnya disimpan sebagai persediaan 3

4

5

Debt to Equity Rasio yang mengukur Ratio (DER) seberapa besar kemampuan modal sendiri yang mampu menutupi pinjaman dari pihak ke tiga. Return On Rasio yang menunjukan Assets (ROA) seberapa efektifnya perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan atau laba bagi perusahaan Net Profit rasio yang digunakan Margin (NPM) untuk mengukur margin laba atas penjualan, rasio ini akan menggambarkan penghasilan bersih

Sumber Brigham (2012)

Wild (2005)

Raharjo

DER = Total hutang x100% (2009) Modal sendiri

Raharjo

ROA = Laba Bersihx100% (2009) Total Asset

NPM=Lbersih setelah pajakx100% Penjualan

PBV =Harga Pasar Sahamx 100% Nilai Buku per Saham

Raharjo (2009)

45

6

perusahaan berdasarkan total penjualan Price to Book Rasio yang menunujukkan Value (PBV) seberapa tinggi suatu saham dibeli oleh investor dengan nilai buku saham tersebut

Raharjo (2009)

3.5 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda sebelum analisis regresi tersebut dilakukan, maka harus dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. 3.5.1 Statistik Deskriptif diuraikan ..... 3.5.1

Uji Asumsi Klasik Menurut Hasan (2001) dalam penggunaan regresi, terdapat asumsi dasar.

Asumsi dasar juga disebut asumsi klasik. Dengan terpenuhinnya asumsi klasik, maka hasil yang diperoleh dapat lebih akurat dan mendekati atau sama sengan kenyataan dan telah dipastikan bahwa model telah memenuhi kriteria Best Liniear Unbiased Estimator (BLUE). Adapun uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 3.5.1.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen keduanya memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik adalah data normal atau mendekati normal. Alat analisis yang digunakan dalam uji ini adalah uji Kolmogrov-smirnov dengan

46

menggukan tingkat signifikansi 5% , maka pengambilan keputusan mengenai normalitas adalah sebagai berikut: a)

Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 atau 5 persen maka data terdistribusi secara normal.

b) Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 atau 5 persen maka data tidak terdistribusi normal. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnnya (Ghozali, 2011). 3.5.1.2 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjasi ketidaksamaan variance dari residual datu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2011) Heterokedastisitas dapat terdeteksi dengan melihat plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot, yang mendasari dalam pengambilan keputusan adalah :

47

a) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk satu pola yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka akan terjadi masalah heteroskedastisitas. b) Jika tidak ada pola yang jelas seperti titik-titik yang menyebar diatas dan dibawah

angka

nol

pada

sumbu-sumbu

maka

tidak

terjadi

heteroskedastisitas. 3.5.1.3 Uji Multikolinieritas Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yangsempurna antara satu variable bebas dengan variabel bebas lain. Menurut Ghozali (2011) Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi atar variabel bebas (Independen). Untuk mengetahui adanya multikolinieritas dalam perhitungan menggunakan SPSS, dapat menggunakan partial correlation dengan melihat keeratan hubungan antara variable penjelas. Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel bebas memiliki masalah multikolinieritas adalah dengan melihat dignificance (2-tailed), jika nilainnya lebih kecil dari 0,025 maka diindikasikan memiliki gejala multikolinieritas. Pengujian dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Multikonieritas terjadi jika nilai tolerance dibawah 0,10 dan VIF diatas 10. 3.5.1.4 Uji Autokorelasi Autokorelasi berarti tedapat korelasi (hubungan) anta anggota sampel atau data pengamatan yang diurutkan berdasarkan waktu, sehingga muncul suatu datum

48

dipengaruhi oleh datum sebelumnya. Cara untuk mengetahui autokorelasi dalam regresi dapat menggunakan uji Durbin-Watson. Kriteria yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya gejala autokorelasi sebagai berikut: 1) Jika 0 < dw < dl, maka dapat disimpulkan bahwa ada autokorelasi positif 2) Jika 4-dl
Model Analisis Data Untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap harga

saham perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia digunakan model regresi linear berganda dengan analisis menggunakan SPSS 16 sebagai berikut: Y= a + b1 XI + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + e Dimana: Y= Harga saham a = Konstanta b1-b6 = Koefisien Regresi masing-masing Variabel Independent X1= Current Ratio (CR) X2= Inventory Turnover (ITO)

49

X3= Debt to Equity Ratio (DER) X4= Return On Asset (ROA) X5=Net Profit Margin (NPM) X6=Price to Book Value (PBV) e = kesalahan variabel penganggu

3.5.3

Uji hipotesis Untuk mengujii hipotesis yang telah diajukan.

3.6.3.1

Uji t Pengujian hipotesis secara parsial dengan menggunakan Uji t, langkah-langkah

Uji t sebagai berikut a) Merumuskan hipotesis Ho : p = 0, tidak ada pengaruh signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Ha : p ≠ 0, ada pengaruh signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara pasial. b) Menentukan nilai kesalahan dimana α = 5%, setelah α diketahui kemudian mencari tα atau tα/2 dari tabel dengan df= n-k-1 c) Menghitung t hitung dendan menggunakan SPSS 16 d) Kesimpulan untuk menolak atau menerima Ho, yang tergantung dari bentuk perumusan hipotesis, yaitu:

50

Ho diterima jika - tα/2 < to < tα/2 Ho ditolak jika to > tα/2 atau to <- tα/2

3.5.4

Uji Koefisien Determinasi Nilai koefisien determinasi menunjukkan persentase variabel terikat yang

dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya. Dalam penelitian ini, nilai yang dipakai adalah nilai adjusted R square Nilai R2 menunjukkan seberapa besar proporsi dari total variasi variabel tidak bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya. Semakin tinggi nilai R2 maka semakin besar proporsi dari total variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Koefisein Determinasi berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu). Apabila Koefisien Determinasi suatu persamaan mendekati 0 (nol) maka semakin kecil pula pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebaliknya apabila koefisien determinasi semakin mendekati 1 (satu) maka semakin besar pula pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011).

51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Deskriptif Sampel Objek perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua

perusahaan telekomunikasi Indonesia yang terdaftar di BEI yang berjumlah 5 perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2012 sampai dengan 2017. Sampel penelitian diperoleh

dengan menggunakan teknik pengambilan sampel sensus, yaitu mengambil semua anggota populasi menjadi sampel penelitian. Kelima perusahaan tersebut adalah Bakrie Telecom Tbk (BTEL), XL Axiata Tbk (EXCL), Smartfren Telecom Tbk (FREN), Indosat Tbk (ISAT), dan Telekomuniksi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM). Data penelitian berasal dari data sekunder berupa laporan perusahaan (company report), harga penutupan (closing price), Current Ratio (CR), Inventory TurnOver (ITO), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM) dan Price to Book Value (PBV). Hasil rekapitulasi data (Lampiran 1) terlihat ada 2 data yang tidak

memiliki nilai (missing data), yaitu data Inventory Turnover pada perusahaan BTEL tahun 2106 dan 2017. Untuk mengatasi data missing tersebut, maka dilakukan dengan Menghilangkan atau membuang kasus atau objek yang mengandung missing value. Cara

ini adalah cara yang paling mudah dilakukan, dan akan lebih masuk akal jika jumlah instance yang mempunyai missing value proporsinya tidak terlalu banyak, sehingga jumlah yang sedikit tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

52

pola dalam data keseluruhan (Torgo, 2011). Berikut ini statistik deskriptif data penelitian yang terdiri dari variabel. 4.2. Statitik deskriptif

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Keterangan

N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

X1 (Current Ratio)

28

.84

135.29

58.9896

36.48479

X2 (Inventory Turnover)

28

4.50

360.24

131.1082

103.96921

X3 (Debt to Equity Ratio)

28

-10.06

4.53

1.3771

2.73026

X4 (Return On Assets)

28

-358.30

16.49

-15.1125

68.79765

X5 (Net Profit Margin)

28

-2151.48

25.50

-104.3400

406.11832

X6 (Price to Book Value)

28

-1.52

4.23

1.7250

1.39783

Y (Closing Price)

28

50.00

9050.00

2840.3571

2487.45012

Valid N (listwise)

28

Sumber : Output SPSS Lampiran 2. Tabel 4.1 menunjukkan nilai minimum Current Ratio sebesar 0,84 yang dimiliki oleh Bakrie Telecom Tbk tahun 2015, dan nilai maksimum sebesar 135,29 yang dimiliki oleh PT. Telekomuniksi Indonesia (Persero) Tbk tahun 2015. Rata-rata Current Ratio dari perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 58,98. Standar deviasi data Current Ratio adalah sebesar 36,48, lebih kecil dari nilai rata-rata. Standard dev dianalisis ini contoh analiainya Nilai penyimpangan diganti standar deviasi data asimetri informasi adalah sebesar 0,3942, lebih kecil dari rata-rata sebesar 0,5513, dengan demikian penyebaran data untuk variabel asimetri informasi dalam penelitian ini adalah terdistribusi merata

53

dan tidak terdapat perbedaan yang terlalu tinggi antara data yang satu dengan data yang lainnya

Nilai minimum Inventory Turnover sebesar 4,50 yang dimiliki oleh Smartfren Telecom Tbk (FREN) tahun 2015, dan nilai maksimum sebesar 360,24 yang dimiliki oleh Indosat Tbk (ISAT), Tbk tahun 2014. Rata-rata Inventory Turnover dari perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 131,24. Standar deviasi data Inventory Turnover adalah sebesar 103,96, lebih kecil dari nilai rata-rata. Nilai minimum Debt to Equity Ratio sebesar -10,06 yang dimiliki oleh Bakrie Telecom Tbk (BTEL) tahun 2013, dan nilai maksimum sebesar 4,53 yang dimiliki oleh Bakrie Telecom Tbk (BTEL), Tbk tahun 2012. Rata-rata Debt to Equity Ratio dari perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 1,37. Standar deviasi data Debt to Equity Ratio adalah sebesar 7,73 atau lebih besar dari nilai rata-rata. Nilai minimum Return On Assets sebesar -358,30 yang dimiliki oleh Bakrie Telecom Tbk (BTEL) tahun 2013, dan nilai maksimum sebesar 16,49 yang dimiliki oleh PT. Telekomuniksi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), Tbk tahun 2012. Rata-rata Return On Assets dari perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebesar -15,11. Standar deviasi data Return On Assets adalah sebesar 68,79 atau lebih besar dari nilai rata-rata.

54

Nilai minimum Net Profit Margin sebesar -2151.48 yang dimiliki oleh Bakrie Telecom Tbk (BTEL) tahun 2015, dan nilai maksimum sebesar 25,50 yang dimiliki oleh Telekomuniksi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), Tbk tahun 2017. Rata-rata Net Profit Margin dari perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebesar -27,57. Standar deviasi data Net Profit Margin adalah sebesar 63,20 atau lebih besar dari nilai rata-rata. Nilai minimum Price to Book Value sebesar -1,52 yang dimiliki oleh Bakrie Telecom Tbk (BTEL) tahun 2014, dan nilai maksimum sebesar 4,23 yang dimiliki oleh Telekomuniksi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), Tbk tahun 2017. Rata-rata Price to Book Value dari perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 1,72. Standar deviasi data Price to Book Value adalah sebesar 1,39 atau lebih kecil dari nilai rata-rata. Nilai minimum Harga saham sebesar 50 yang dimiliki oleh Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dari tahun 2012 sampai 2017, dan nilai maksimum sebesar 9050 yang dimiliki oleh Telekomuniksi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), Tbk tahun 2012. Ratarata Harga saham dari perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 2840,35. Standar deviasi data Harga saham adalah sebesar 2487,45 atau lebih kecil dari nilai rata-rata. 4.2.

Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik dimaksudkan untuk memastikan bahwa hasil yang

diperoleh dapat lebih akurat dan mendekati atau sama sengan kenyataan dan telah

55

dipastikan bahwa model telah memenuhi kriteria Best Liniear Unbiased Estimator (BLUE). 4.2.1

Normalitas Data Normalitas

data digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel independen dan variabel dependen, keduanya terdistribusikan secara normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan one sampel Kolmogorov-sminorov Test. Hasil pengujiannya adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N

28

Normal Parametersa

Mean Std. Deviation

Most Extreme Differences

.0000000 1.42388665E3

Absolute

.196

Positive

.196

Negative

-.088

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

1.036 .234

a. Test distribution is Normal.

Sumber : output SPSS lampiran 3.

Berdasarkan hasil Tabel 4.3 normalitas di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi dari Kolmogorov-Smirnov Z adalah 0,234, lebih besar dari 0,05. Dengan demikian data yang diolah memenuhi asumsi normalitas. 4.2.2 Uji Multikolinearitas

56

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem Multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian

ada

tidaknya

gejala

multikolinearitas

dilakukan

dengan

memperhatikan nilai matriks korelasi yang dihasilkan pada saat pengolahan data serta nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance-nya. Nilai dari VIF < 10 dan tolerance > 0,1, menandakan tidak terjadi adanya gejala multikolinearitas (Ghozali, 2005). Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat dari Tabel 4.3. Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Model 1

Tolerance

VIF

(Constant) X1 (Current Ratio)

0.176

5.683

X2 (Inventory Turnover)

0.496

2.016

X3 (Debt to Equity Ratio)

0.647

1.545

X4 (Return On Assets)

0.002

459.270

X5 (Net Profit Margin)

0.002

433.882

X6 (Price to Book Value)

0.127

7.894

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2018

Hasil perhitungan pada Tabel 4.3 diperoleh hasil bahwa variabel bebas X1 (Current Ratio), X2 (Inventory Turnover), X3 (Debt to Equity Ratio), dan X6 (Price to Book Value) memiliki nilai VIF kurang dari 10 dan tolerance yang lebih dari 0,1. Namun, untuk X4 (Return On Assets) dan X5 (Net Profit Margin) diperoleh nilai VIF lebih dari 10 dan tolerance yang kurang dari 0,1. Dengan

57

demikian dapat diketahui bahwa model regresi dalam penelitian ini terjadi gejala multikolinearitas. Menurut Winarno (2009) bahwa multikolinieritas dapat diabaikan, karena estimatornya masih dapat bersifat BLUE. Sifat BLUE tidak terpengaruh oleh ada tidaknya korelasi antar variabel bebas. 4.2.3 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah suatu model regresi ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi dilakukan dengan uji mapping Durbin Watson (DW). Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson Model Summaryb

Model 1

R .820a

R Square

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.672

.579

Durbin-Watson

1614.53570

1.914

a. Predictors: (Constant), X6 (Price to Book Value), X2 (Inventory Turnover), X3 (Debt to Equity Ratio), X5 (Net Profit Margin), X1 (Current Ratio), X4 (Return On Assets) b. Dependent Variable: Y (Closing Price)

Berdasarkan penjelasan Winarno (2009) bahwa pada uji Durbin Watson, nilai DW berkisar antara 0 hingga 4. Model regresi dikatakan bebas dari autokorelasi apabila nilai DW berada pada rentang 1,54 dan 2,46. Hasil perhitungan pada Tabel 4.4 di atas dapat dijelaskan bahwa nilai DW diperoleh sebesar 1,914. Nilai tersebut

58

berada pada rentang 1,54 dan 2,46, sehingga disimpulkan model persamaan regresi yang diajukan tidak terdapat autokorelasi. Hasil pengujian Durbin Watson di atas diperkuat hasil uji autokorelasi menggunakan Run Test sebagaimana tersaji pada Tabel 4.5. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai signifikansi Run Test yang didapat adalah sebesar 0,563. Nilai ini lebih besar dibandingkan nilai signifikan sebesar 0,05. Hal ini berarti dalam model regresi ini tidak terdapat masalah autokorelasi (Nugraha & Sudaryanto, 2016). Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Run Test Runs Test Unstandardized Residual Test Valuea Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed)

-257.89937 14 14 28 13 -.578 .563

a. Median

Sumber : out put SPSS lampiran .... 4.2.4 Uji Heteroskedatisitas Uji ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi adanya heteroskedastisitas.

59

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas, uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan nilai mutlak residual dengan variabel-variabel bebasnya. Hasil yang tidak signifikan menunjukkan tidak terdapatnya gejala heteroskedastisitas. Berikut disajikan hasil pengujian heteroskedastisitas

dengan

menggunakan

uji

Glejser.

Hasil

pengujian

heteroskedastisitas disajikan dalam Tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6 Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Unstandardized Coefficients Keterangan 1

(Constant)

B

Std. Error

201.629

540.052

17.999

11.944

X2 (Inventory Turnover)

1.444

X3 (Debt to Equity Ratio)

Standardized Coefficients Beta

t

Sig. .373

.713

.621

1.507

.147

2.497

.142

.579

.569

29.344

83.214

.076

.353

.728

X4 (Return On Assets)

84.821

56.942

5.515

1.490

.151

X5 (Net Profit Margin)

-14.030

9.376

-5.385

-1.496

.149

-428.695

367.426

-.566

-1.167

.256

X1 (Current Ratio)

X6 (Price to Book Value) a. Dependent Variable: absres

Sumber : out put SPSS lampiran .....

Berdasarkan Tabel 4.6, terlihat nilai signifikasi untuk variabel bebas tidak ada yang signifikan (lebih besar dari 5%), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.3

Persamaan Regresi

60

4.3.1 Model Persamaan Regresi Berganda Regresi dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda, karena dalam penelitian ini menguji pengaruh lebih dari satu variabel bebas yaitu Current Ratio (CR), Inventory TurnOver (ITO), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM) dan Price to Book Value (PBV) terhadap harga saham. Model persamaan

yang diajukan dalam penelitian ini adalah telah memenuhi persyaratan asumsi klasik sehingga model persamaan dalam penelitian ini sudah dianggap baik.

Tabel 4.7 Model Persamaan Regresi Berganda Unstandardized Coefficients Model 1

B (Constant)

Std. Error

t

Sig.

-492.694

917.968

-.537

0.597

X1 (Current Ratio)

18.200

20.302

0.896

0.380

X2 (Inventory Turnover)

13.529

4.244

3.188

0.004

X3 (Debt to Equity Ratio)

14.907

141.445

0.105

0.917

X4 (Return On Assets)

83.350

96.789

0.861

0.399

X5 (Net Profit Margin)

-12.901

15.937

-0.810

0.427

X6 (Price to Book Value)

219.569

624.543

0.352

0.729

a. Dependent Variable: Y (Closing Price)

Sumber : out put SPSS lampiran .....

Dari Tabel 4.6 hasil pengolahan data dengan bantuan program SPSS, maka didapatkan model persamaan regresi akhir sebagai berikut : Y = -492,694 + 18,20 X1 + 13,52 X2 + 14,90 X3 + 83,35 X4 - 12,90 X5 + 219,56 X6 + e Keterangan : X1 = Current Ratio X2 = Inventory Turnover X3 = Debt to Equity Ratio X4 =Return On Assets X5 =Net Profit Margin

61

X6 = Price to Book Value Y = Harga Saham

Persamaan di atas dapat diartikan sebagai berikut : analisisnya diperbaiki dengan contoh sbb a. Kontanta sebesar 0.142 dengan nilai sig diatas 5% maka nilai konstanta dianggap 0. Hal ini berarti jika variabel independen dianggap konstan maka nilai perusahaan dianggap sebesar 0 b.

Koefisien regresi variabel profitabilitas (ROA) sebesar 0,005 dengan nilai sig diatas 5%. Hal ini berarti pengaruh variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA terhadap nilai perusahaan bernilai positif tetapi tidak signifikan.

c. Koefisien regresi variabel keputusan investasi (MBVA) sebesar 1,319 dengan nilai sig dibawab 5%. Hal ini berarti pengaruh variabel keputusan investasi terhadap

nilai

perusahaan

bernilai

positif

artinya

semakin

bervariasi/berkombinasi antara aktiva yang dimiliki dan pilihan investasi dimasa yang akan datang maka nilai perusahaan akan semakin besar. d. Koefisien regresi variabel keputusan pendanaan (DER) sebesar 0,151 dengan nilai sig dibawah 5%. Hal ini berarti pengaruh variabel keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan bernilai positif artinya semakin besar rasio nilai Debt to Equity Ratio (DER) antara pembiayaan dan pendanaan melalui hutang dengan pendanaan melalui ekuitas maka nilai perusahaan akan semakin besar.

62

e. Koefisien regresi variabel kebijakan deviden (DPR) sebesar -0,020 dengan nilai sig diatas 5%. Hal ini berarti pengaruh variabel kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan bernilai negatif tidak signifikan.

a. Konstanta sebesar -492,69, artinya jika Current Ratio, Inventory Turnover, Debt to Equity, Ratio Return On Assets, dan Net Profit Margin, Price to Book Value bernilai konstan, maka Harga Saham adalah sebesar -492,69 b. Nilai koefisien regresi Current Ratio sebesar 18,20, artinya, apabila Current Ratio meningkat sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan Harga Saham sebesar 18,20%. c. Nilai koefisien regresi Inventory Turnover sebesar 13,52, artinya, apabila Inventory Turnover meningkat sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan Harga Saham sebesar 13,52%. d. Nilai koefisien regresi Debt to Equity Ratio sebesar 14,90, artinya, apabila Debt to Equity Ratio meningkat sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan Harga Saham sebesar 14,90%. e. Nilai koefisien regresi Return On Assets sebesar 83,35, artinya, apabila Return On Assets meningkat sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan Harga Saham sebesar 83,35%.

63

f. Nilai koefisien regresi Net Profit Margin sebesar -12,90, artinya, apabila Net Profit Margin meningkat sebesar 1 persen, maka akan menurunkan Harga Saham sebesar 12,90%. g. Nilai koefisien regresi Price to Book Value sebesar 219,56, artinya, apabila Price to Book Value meningkat sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan Harga Saham sebesar 219,56%.

4.3.2 Pengujian Hipotesis a. Pengaruh Current Ratio Terhadap Harga Saham Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara parsial Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, hal ini dibuktikan dengan nilai t sebesar 0,896 dan nilai signifikansi sebesar 0,380 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis 1 yang menyatakan bahwa Current Ratio berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan, ditolak. b. Pengaruh Inventory Turnover Terhadap Harga Saham Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara parsial Inventory Turnover berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi sebesar 13,52 dengan nilai t sebesar 3,188 dan nilai signifikansi sebesar 0,004 (p<0,05). Dengan demikian

64

hipotesis 2 yang menyatakan bahwa Inventory Turnover berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan, dapat diterima. c. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara parsial Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, hal ini dibuktikan dengan nilai t sebesar 0,105 dan nilai signifikansi sebesar 0,917 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis 3 yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan, ditolak.

d. Pengaruh Return On Assets Terhadap Harga Saham Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara parsial Return On Assets tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, hal ini dibuktikan dengan nilai t sebesar 0,861 dan nilai signifikansi sebesar 0,399 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis 4 yang menyatakan bahwa Return On Assets berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan, ditolak. e. Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara parsial Net Profit Margin tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, hal ini dibuktikan dengan nilai t sebesar -0,810 dan nilai signifikansi sebesar 0,427 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis 5 yang menyatakan bahwa Net Profit Margin berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan, ditolak.

65

f. Pengaruh Price to Book Value Terhadap Harga Saham Berdasarkan Tabel 4.6 diatas, dapat diketahui bahwa pengujian secara parsial Price to Book Value tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, hal ini dibuktikan dengan nilai t sebesar 0,352 dan nilai signifikansi sebesar 0,729 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis 6 yang menyatakan bahwa Price to Book Value berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan, ditolak.

4.4 Pengujian Model Regresi ( Uji F) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah asimetri informasi dan kompensasi bonus berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Secara Simultan ANOVAb Model 1

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

1.123E8

6

1.872E7

Residual

5.474E7

21

2606725.517

Total

1.671E8

27

F

Sig. 7.181

.000a

a. Predictors: (Constant), X6 (Price to Book Value), X2 (Inventory Turnover), X3 (Debt to Equity Ratio), X5 (Net Profit Margin), X1 (Current Ratio), X4 (Return On Assets) b. Dependent Variable: Y (Closing Price)

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2018

66

Hasil pengujian model regresi diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena sig F (0,000) < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel Current Ratio (CR), Inventory TurnOver (ITO), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM) dan Price to Book Value (PBV) berpengaruh terhadap harga saham. Dengan demikian model regresi adalah baik. 4.5 Koefisien Determinasi (R2 ) Koefisien Determinasi menunjukan seberapa besar variabel bebas dapat menjelaskan variabel dependen yang dinyatakan dalam persen (%). Hasil pengujian adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9 Koefisien Determinasi Model Summary Model 1

R

R Square .820a

Adjusted R Square

.672

.579

Std. Error of the Estimate 1614.53570

a. Predictors: (Constant), X6 (Price to Book Value), X2 (Inventory Turnover), X3 (Debt to Equity Ratio), X5 (Net Profit Margin), X1 (Current Ratio), X4 (Return On Assets)

Sumber : out put SPSS lampiran .....

Nilai koefisien determinasi yang ditunjukan dengan nilai R square adalah sebesar 0,672. Hal ini dapat di artikan bahwa variabel independen yaitu Current Ratio (CR), Inventory TurnOver (ITO), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM) dan Price to Book Value (PBV) dapat menjelaskan variabel bebas (harga saham) sebesar 67,1 %, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian ini.

67

4.6 Pembahasan 4.6.1 Pengaruh Current Ratio Terhadap Harga Saham Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda diketahui bahwa Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan, sehingga hipotesis pertama yang menyatakan dugaan adanya pengaruh Current Ratio terhadap harga saham perusahaan ditolak. Hasil ini sesuai dengan penelitian Manoppo, Tewa, & Jan (2017) yang menyatakan bahwa Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini disebabkan karena dividen yang tidak selalu mempengaruhi harga saham. Dividen yang dibagikan kepada investor berasal dari kas perusahaan. Saat kas perusahaan akan dialokasikan untuk pembayaran dividen tetapi kenyataannya hutang lancarnya belum terbayarkan, sehingga alokasi pembayaran dividen pun akan berkurang. Tetapi karena dalam saham dividen tidak selalu yang berpengaruh, karena tidak semua investor mencari keuntungan dengan dividen (investor jangka panjang) tetapi ada juga yang menjadi investor pengambil risiko (risk taker) sehingga Current Ratio dan dividen tidak dapat menggambarkan harga saham dengan mutlak. Seperti dijelaskan Thrisye (2013), Current Ratio yang tinggi belum dapat menjamin akan dibayarnya hutang yang sudah jatuh tempo karena proporsi aktiva lancar yang tidak menguntungkan apabila terdapat saldo kas yang berlebihan, jumlah piutang dan persediaan terlalu besar. Hal ini berakibat bahwa investor tidak akan tertarik untuk membeli saham perusahaan sehingga harga saham perusahaan akan semakin rendah.

68

4.6.2 Pengaruh Inventory Turnover Terhadap Harga Saham Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda diketahui bahwa Inventory Turnover berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan, sehingga hipotesis kedua yang menyatakan dugaan adanya pengaruh Inventory Turnover terhadap harga saham perusahaan diterima. Rasio Inventory Turnover berpengaruh positif signifikan terhadap perubahan harga saham, artinya semakin tinggi rasio Inventory Turnover, maka harga saham semakin meningkat. Hasil ini sesuai dengan penelitian Mundlofir (2016) yang menyatakan bahwa Inventory Turnover berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Ratio Inventory turnover dipergunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode tertentu atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya overstock. Rasio inventory turnover dikatakan baik atau produktif bagi perusahaan, jika ratio inventory turnover lebih besar dari 1. Jika perputarannya lambat menunjukkan bahwa persediaan yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual. Peningkatan rasio rasio Inventory Turnover akan diikuti dengan meningkatnya harga saham. 4.6.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda diketahui bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan, sehingga hipotesis ketiga yang menyatakan dugaan adanya pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap harga saham perusahaan ditolak. Hasil ini

69

sesuai dengan penelitian Manoppo, Tewal., & Jan (2016) yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sebagian investor menganggap Debt to Equity Ratio adalah besarnya tanggung jawab perusahaan terhadap pihak ketiga yaitu kreditur yang memberikan pinjaman kepada perusahaan. Semakin besar nilai Debt to Equity Ratio menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan dana dari pihak kreditur untuk menghasilkan laba, hal ini adalah dampak buruk bagi perusahaan dimata investor, karena tingkat hutang semakin tinggi berarti beban bunga perusahaan akan semakin besar dan akan mengurangi keuntungan. Dengan tingkat hutang yang tinggi dan dibebankan kepada pemegang saham, tentu akan meningkatkan risiko investasi kepada para pemegang saham (Salsabila, 2017). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa informasi perubahan DER yang sebagaimana bisa diperoleh dari laporan keuangan tidak berpengaruh pada keputusan atas harga saham di pasar modal Indonesia. Hal ini mungkin terjadi karena investor dalam melakukan investasi tidak memandang penting penggunaan hutang maupun pengembalian bunga dan pokok hutang yang pada akhirnya tidak mempengaruhi persepsi investor terhadap keuntungan di masa yang akan datang. 4.6.4 Pengaruh Return On Assets Terhadap Harga Saham Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda diketahui bahwa Return On Assets tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan, sehingga hipotesis keempat yang menyatakan dugaan adanya pengaruh

70

Return On Assets terhadap harga saham perusahaan ditolak. Hasil ini sesuai dengan penelitian Buchari

(2015) yang menyatakan bahwa Return On Assets tidak

berpengaruh signifikan terhadap harga saham. ROA merupakan rasio yang penting diantara rasio rentabilitas profitabilitas yang lainnya. ROA dapat diperoleh dengan cara membandingkan antara rasio laba bersih terhadap total aktiva. ROA menyatakan berapa besar profit yang mampu dihasilkan ialah setiap rupiah aset yang ditanam atau diinvestasikan. Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan bersih dari penggunaanaktiva. Penelitian ini menunjukan tidak ada pengaruh signifikan variabel ROAterhadap return saham. Hal ini berarti manajemen tidak dapat menggunakan total aktiva dengan baik (aktiva lancar dan aktiva tetap) dan pada akhirnya tidak dapat meningkatkan return saham perusahaan. Hasil penelitian ini berarti pula bawha pasar tidak merespon ROA sebagai informasi yang bisa merubah keyakinan mereka, sehingga tidak mempengaruhi return saham, ini mengindikasikan bahwa para investor tidak semata-mata menggunakan ROA sebagai ukuran dalam menilai kinerja perusahaan untuk memprediksi total return saham di pasar modal. Hal ini didukung bahwa perusahaan dengan ROA yang besar mempunyai kecenderungan return saham yang di bawah rata-rata. 4.6.5 Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda diketahui bahwa Net Profit Margin tidak berpengaruh signifikan terhadap harga

71

saham perusahaan, sehingga hipotesis kelima yang menyatakan dugaan adanya pengaruh Net Profit Margin terhadap harga saham perusahaan ditolak. Hasil ini sesuai dengan penelitian Salsabila (2016) yang menyatakan bahwa Net Profit Margin tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Nilai Net Profit Margin menunjukkan seberapa efisien perusahaan dalam mengelola penjualannya dalam mencari laba. Semakin tinggi nilai Net Profit Margin semakin efisien perusahaan mendapat laba dari penjualan. Sebaliknya jika Net Profit Margin rendah menunjukkan ketidakmampuan perusahaan memperoleh laba dari penjualan dan mengelola biaya-biaya yang timbul dari kegiatan operasional perusahaan, sehingga menyebabkan investor tidak tertarik untuk membeli saham yang berakibat menurunkan harga saham. 4.6.6 Pengaruh Price to Book Value Terhadap Harga Saham Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda diketahui bahwa Price to Book Value tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan, sehingga hipotesis keenam yang menyatakan dugaan adanya pengaruh Price to Book Value terhadap harga saham perusahaan ditolak. Hasil ini sesuai dengan penelitian Jumhana (2016) yang menyatakan bahwa Price to Book Value tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Price to Book Value merupakan rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan, sehingga mengakibatkan harga saham dari perusahaan tersebut meningkat pula dan semakin rendah Price to Book

72

Value akan berdampak pada rendahnya kepercayaan pasar akan prospek perusahaan yang berakibat pada turunnya permintaan saham dan selanjutnya berimbas pada menurunnya harga saham dari perusahaan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan Price to Book Value (PBV) tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini dapat disebabkan oleh karena perusahaan belum baik dalam mengatur jalannya perusahaan karena harga saham perusahaan tersebut tidak tinggi dan dibawah nilai buku yang membuat nilai PBV dibawah rata – rata. Manajemen harus bisa bekerja lebih keras untuk mengatur jalannya perusahaan dengan baik sehingga banyak investor yang berminat untuk berinvestasi di perusahaan tersebut dan jika banyak investor yang berminat pasti harga saham perusahaan tersebut akan naik.

73

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat saran sebagai berikut : 1. Inventory Turnover (ITO) berpengaruh terhadap harga saham. Inventory turnover merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan, semakin tinggi inventory turnover semakin efektif perusahaan dalam mengelola perusahaan. 2. Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM) dan Price to Book Value (PBV) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 5.2 Keterbatasan Keterbatasan dalam penelitian ini adalah menggunakan data dari 5 perusahaan telekomunikasi, sehingga kemungkinan data yang digunakan sangat terbatas. 5.3 Saran dan Implikasi Penelitian Selanjutnya 1. Berdasarkan dari hasil penelitian ini ,maka saran bagi investor adalah investor harus teliti dalam memilih perusahaan yang akan dijadikan tujuan investasinya dengan memperhatikan aspek – aspek inventory turnover, karena berpengaruh terhadap peningkatan harga saham. Debt to Equity Ratio yaitu hutang dan ekuitas

74

perusahaan tersebut, karena keadaan perusahaan dikatakan baik jika Debt to Equity Ratio perusahaan tersebut rendah. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio akan semakin kecil return yang didapat oleh perusahaan. Investor juga harus mempertimbangkan dari sisi Return On Asset dan Price to Book Value dikarenakan jika Return On Asset perusahaan tersbut tinggi berarti perusahaan dapat memaksimalkan asset – asset yang perusahaan miliki untuk mendapatkan return yang tinggi, jika return perusahaan tersebut tinggi secara otomatis akan diikuti oleh meningkatnya harga saham perusahaan tersebut karena pasti investor akan banyak yang ingin berinvestasi di perusahaan tersebut. Maka dari itu Return On Asset dan Price to Book Value yang tinggi mrencerminkan keadaan perusahaan yang baik. 2. Pihak manajemen perlu meningkatkan faktor Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM) dan Price to Book Value (PBV). Hal ini

dapat dilakukan dengan cara seperti selalu

memperhatikan posisi aset lancar dan hutang lancar sehingga likuiditas perusahaan yang diukur dengan Current Ratio selalu dalam keadaan yang baik, mengatur proporsi hutang sehingga beban bunganya tidak terlalu memberatkan, melakukan kegiatan. 3. Penelitian selanjutnya juga bisa menambah variabel bebas lain yang mempengaruhi harga saham seperti faktor Return on Equity (ROE), Earning per Share (EPS)

75

serta Return Saham. Menambah jumlah sampel atau populasi yang diteliti, tidak hanya terbatas pada sektor telekomunikasi.

Related Documents

Skripsi
December 2019 83
Skripsi
May 2020 46
Skripsi
June 2020 43
Skripsi
May 2020 41
Skripsi
November 2019 97

More Documents from ""