Rilo Wahyudi-feb.pdf

  • Uploaded by: Rohanah Achmad
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rilo Wahyudi-feb.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 28,861
  • Pages: 170
PENGARUH ROA, DPK, INFLASI DAN BI RATE TERHADAP MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

SKRIPSI DiajukankepadaFakultasEkonomidanBisnis UntukMemenuhiPersyaratanMeraihGelarSarjana Ekonomi

Disusun Oleh : Rilo Wahyudi NIM:1113085000049

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2017

1

i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PRIBADI Nama

: Rilo Wahyudi

Alamat

:Jl. H. Ilyas RT 004/03 No.39, Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia.

Telepon

: 08978336924

Email

: [email protected]

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Oktober 1995 Agama

: Islam

Kebangsaan

: Indonesia

B. PENDIDIKAN FORMAL Pendidikan SD

Nama Lembaga SDN Cempaka Putih

Kota Tangerang Selatan

Tahun

Tahun

Masuk

Keluar

2002

2007

SMP

SMP Muhammadiyah 8

Jakarta

2007

2010

SMA

SMA Negeri 108

Jakarta

2010

2013

2013

2017

Perguruan Tinggi

UIN Syarif Hidayatullah Tangerang Jakarta

Selatan

v

C. PENGALAMAN ORGANISASI Lembaga/ Institusi Wakil Ketua Rukun Remaja RT 004 RW 03 Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2012-2017 2014-2015

Koordinator Biro Project Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

2015-2016

Jakarta

D. KEMAMPUAN 

Mampu bekerja secara tim maupun individu



Mampu mengoperasikan Microsoft Office (Wors, Excel dan Powerpoint)



Mampu berkomunikasi dengan baik

E. LATAR BELAKANG KELUARGA Ayah

: Basirin

Tempat, Tanggal Lahir : Purbalingga, 25 Mei 1968 Pendidikan Terakhir

: SMA

Ibu

: Surani

Tempat, Tanggal Lahir : Wonogiri, 5 November 1971 Pendidikan Terakhir

: SD

vi

ABSTRACT

The purpose of this study is to examine the effects of Return On Assets (ROA), third party funds, inflation and BI rate on margin rate of murabaha. This study took sample from five of the sharia banking in Indonesia in a span of January 2012 until December 2015. The study is using the method of analysis on the regression panel data by using program Eviews 9.0.This study using panel data regression methods to test the hyphothesis. With the Fixed Effect Model (FEM) method. The result show that according parcial third parti fundspositive significant influence to margin murabaha wtih the sig. 0.0170<0.005. BI rate positive significant influence to margin murabaha wtih the sig. 0.0099<0.005. Return On Asset (ROA) not influence to margin murabaha wtih the sig. 0.2499>0.005. Inflationnot influence to margin murabaha wtih the sig. 0.0821>0.005. The result show that according simultan ROA, third parti funds, inflation and BI rate significant influence to margin murabaha wtih the sig. 0.00000<0.005.

Key words : FEM, Return On Asset (ROA), third parti funds, inflation, BI rate, margin of murabaha.

vii

ABSTRAK

Skripsi ini membahas berbagai variabel yang memiliki pengaruh terhadap margin pembiayaan murabahah perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini mengambil sampel penelitian lima bank umum syariah di Indonesia dalam rentang waktu penelitian mulai dari Januari 2012 sampai dengan Desember 2015. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel dengan menggunakan program komputer Eviews (Software) versi 9.0. Margin Murabahah sebagai variabel dependen, sedangkan ROA, DPK, Inflasi dan BI rate sebagai variabel independen. Penelitian ini menggunakan analisis regresi panel data dengan pendekatan fixed effect. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial variabel DPKberpengaruh secara positif signifikan terhadap margin murabahah dengan nilai sig. 0.0170<0.005. BI rate berpengaruh positif signifikan terhadap margin murabahah dengan nilai sig.0.0099<0.005. Return On Asset (ROA) tidak memiliki pengaruh terhadap margin murabahah dengan nilai sig. 0.2499>0.005. Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap margin murabahah dengan nilai sig. 0.0821>0.005. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel ROA, DPK, Inflasi dan BI rate berpengaruh terhadap margin murabahah dengan nilai sig. 0.00000. Kata kunci : FEM, Return On Asset (ROA), Dana Pihak Ketiga (DPK), inflasi, BI rate, margin murabahah.

viii

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan segala nikmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh ROA, DPK, Inflasi dan BI rateTerhadap Margin Pembiayaan Murababah Perbankan Syariah di Indonesia” dengan baik. Shalawat serta salah penulis haturkan kepada Nabi Muhammad salllallahu alaihi wassalam yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selesainya skripsi ini tentu dengan dukungan, bimbinagan dan bantuan serta semangat dan doa dari semua orang disekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karenanya izinkanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Orang tua penulis, Bapak Basirin dan Ibu Surani yang selalu memberikan dukungan, motivasi kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yng sangat berharga selama perkuliahan 3. Dr. Indoyama Nasaruddin, SE., MAB. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam proses penyelesaian penulisan skripsi hingga skripsi ini selesai. 4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA. selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah yang telah memberikan arahan serta bimbingan yang sangat berarti dalam penyelesaian perkuliahan strata satu ini. 5. Ibu Erika Amelia, SEI., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik. 6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi penulis selama perkuliahan serta jajaran karyawan dan staff UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan membantu penulis selama perkuliahan.

ix

7. Teman-teman Perbankan Syariah 2013 yang sudah menenami dan selalu memberikan motivasi selama kuliah, especially for my beloved Ajeng Kurnia Rahmawatiningrum yang selalu menemani dikala letih dan lara. 8. Teman-teman HMJ Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 9. Teman-teman BEM FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 10. Sahabat-sahabati KOMFEIS yang selalu memberikan banyak pembelajaran berorganisasi sekaligus berkeluarga.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun untuk pencapaian yang lebih baik. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Jakarta, Mei 2017

Rilo Wahyudi

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJIAN SKRIPSI ........................................ iii LEMBAR PENGESAHAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..............................................................................v ABSTRACT ......................................................................................................... vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR GRAFIK ..............................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 A. Latar Belakang Penelitian .......................................................................1 B. Rumusan Masalah .................................................................................13 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................14 D. Manfaat Penelitian.................................................................................14

BAB II LANDASAN TEORI ..............................................................................16 A. Struktur Modal ......................................................................................16 B. Pembiayaan............................................................................................17 C. Pembiayaan Murabahah ........................................................................21 D. Return On Asset (ROA) ........................................................................42 E. Dana Pihak Ketiga (DPK) .....................................................................44 F. Inflasi .....................................................................................................46

xi

G. BI rate ...................................................................................................50 H. Penelitian Sebelumnya ..........................................................................52 I. Kerangka Pemikiran ...............................................................................61 J. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ...........................62 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................67 A. Ruang Lingkup Penelitian .....................................................................67 B. Metode Penentuan Sampel ....................................................................67 C. Metode Pengumpulan Data ...................................................................70 D. Metode Analisis Data ............................................................................71 E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................86

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................................88 A.Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................88 B. Deskripsi Data .......................................................................................98 C. Analisis Dan Pembahasan ...................................................................112 D. Analisis Hasil Estimasi Regresi ..........................................................116 E. Analisis Model Regresi Data Panel .....................................................120 F. Persamaan Model Regresi Setiap Bank ...............................................122 G. Interpretasi ...........................................................................................124 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................131 A. Kesimpulan .........................................................................................131 B. Saran ....................................................................................................133

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................135 LAMPIRAN ........................................................................................................140

xii

DAFTAR TABEL

1.1 Persentase Margin Murabahah Bank Umum Syariah .......................................6 2.1 Margin Keuntungan Annuitas ..........................................................................39 2.2 Margin Keuntungan Rata-rata ..........................................................................40 2.3 Margin Keuntungan Menurun ..........................................................................41 2.4 Margin Keuntungan Flat ..................................................................................42 2.5 Klasifikasi Tingkat ROA Menurut BI ..............................................................43 2.6 Tingkat Inflasi ..................................................................................................50 2.7 Ringkasan Penelitian Terdahulu ......................................................................56 3.1 Bank Umum Syariah di Indonesia ...................................................................69 3.2 Daftar Sampel Penelitian..................................................................................70 4.1 Pendapatan Margin Murabahah Objek Penelitian............................................99 4.2 Return On Asset (ROA) Objek Penelitian ......................................................102 4.3 Dana Pihak Ketiga (DPK) Objek Penelitian ..................................................105 4.4 Tingkat Inflasi Indonesia................................................................................107 4.5 Tingkat BI rate ...............................................................................................109 4.6 Statistik Deskriptif Antar Variabel ................................................................111 4.7 Statistik Deskriptif Antar Variabel Objek Penelitian .....................................111 4.8 Regresi Data Panel: Pooled Least Square (PLS) ...........................................113 4.9 Regresi Data Panel: Fixed Effect Model (FEM) ............................................114 4.10 Uji Chow ......................................................................................................114 4.11 Regresi Data Panel: Random Effect Model (REM) ......................................115 4.12 Uji Hausman ................................................................................................115 4.13 Hasil Estimasi Model Fixed Effect Model (FEM)........................................117 4.14 Hasil Estimasi Model Fixed Effect Model (FEM)........................................120 4.15 Model Regresi Setiap Bank ..........................................................................122

xiii

DAFTAR GAMBAR

2.1 Murabahah dengan Pesanan .............................................................................33 2.2 Murabahah Tanpa Pesanan ..............................................................................33 2.3 Pembayaran Cicilan .........................................................................................34 2.4 Pembayaran Tunai ............................................................................................34 2.5 Skema Murabahah ............................................................................................35 2.6 Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................................61

xiv

DAFTAR GRAFIK

1.1 Total Aset Perbankan Syariah ............................................................................3 1.2 Pembiayaan Perbankan Syariah .........................................................................4 1.3 Pergerakan ROA dan Margin Murabahah Bank Umum Syariah ......................7 1.4 Pergerakan Margin Murabahah, Inflasi dan BI rate ........................................11 4.1 Rata-rata Pendapatan Margin Murabahah Objek Penelitian ..........................100 4.2 Rata-rata ROA Objek Penelitian ....................................................................103 4.3 Rata-rata DPK Objek Penelitian ...................................................................106 4.4 Tingkat Inflasi Indonesia................................................................................108 4.5 Tingkat BI rate ...............................................................................................110

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Model Pooled Least Square (PLS) ..................................................140 Lampiran 2: Model Fixed Effect Model (FEM) ...................................................142 Lampiran 3: Uji Chow .........................................................................................144 Lampiran 4: Model Random Effect Model (REM) ..............................................146 Lampiran 5: Uji Hausman ....................................................................................148 Lampiran 6: Data Variabel Penelitian ..................................................................150

xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian Pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah Saw. Praktik-praktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah Saw. Ada sahabat yang melaksanakan fungsi pinjam-meminjam uang, ada yang melaksanakan fungsi pengiriman uang dan ada pula yang memberikan modal kerja (Karim, 2013). Fungsi-fungsi

utama

perbankan

modern,

yaitu

menerima

deposit,

menyalurkan dana dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam. Jelas di zaman Rasulullahh Saw. fungsi perbankan telah dilakukan, meskipun tidak sepenuhnya melaksanakan seluruh fungsi perbankan yang ada seperti saat ini (Karim, 2013). Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang beroperasi tidak ubahnya sama seperti perusahaan lainnya, yaitu tujuannya mencari keuntungan. Dalam perjalanannya, bank telah berkembang dan dapat dikategorikan menjadi 2 golongan besar, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional merupakan bank yang menjalankan usahanya atau operasionalnya dengan sistim bunga, sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan usahanya atau operasionalnya berdasarkan syariat Islam yang tidak mengenal adanya istilah riba

1

atau bunga (Supriyono, 2010). Sedangkan menurut Karim (2004) bank syariah merupakan suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima pinjaman, memberikan pinjaman dan memberikan pelayanan jasa yang berlandaskan pada prinsip syariah Islam. Di Indonesia sendiri perbankan syariah mulai diperkenalkan pada tahun 1992, pemerintah mulai memperkenalkan sistim pebankan ganda dimana bank dapat beroperasi dengan prinsip bagi hasil atau menggunakan prinsip bunga secara berdampingan, hal tersebut tertuang pada Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992, tentang dual banking system. Penerapan sistem keuangan dan perbankan ganda mulai lebih terarah semenjak dikeluarkannya Undang-Undang Perbankan baru No. 10 Tahun 1998. Semenjak itu, bermunculan lembaga-lembaga keuangan syariah yang beroperasi berdampingan dengan lembaga keuangan konvensional. Seperti halnya di Malaysia, lembaga keuangan syariah di Indonesia tumbuh menjadi lembaga keuangan alternatif bagi masyarakat yang menginginkan pelayanan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah, sekaligus menjadi pesaing langsung lembaga keuangan konvensional dalam produk dan jasa yang ditawarkan (Ascarya, 2006). Perkembangan bank syariah di Indonesia kini telah menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak dilikuidasi karena kegagalan sistem bunganya, sementara perbankan yang menerapkan sistem syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan. Tidak hanya itu, ditengah-tengah krisis keuangan global yang melanda dunia pada ujung akhir tahun 2008, lembaga

2

keuangan syariah kembali membuktikan daya tahannya dari terpaan krisis (Hasan, 2014). Perkembangan perbankan syariah di Indonesia juga dapat dilihat dari total aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang terus mngalami peningkatan setiap tahunnya, hal tersebut dapat dilihat pada grafik 1.1 yang menunjukkan perkembangan total aset gabungan dari Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah pada tahun 2008-2016. Menurut Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai dengan Juli 2016 total aset perbankan syariah telah mencapai 305,5 triliun rupiah. Grafik 1.1 Total Aset Perbankan Syariah Tahun 2008 – Juli 2016 (dalam triliun rupiah) 296.2

305.5

2015

Jul-16

272.3 242.2 195 145.4 97.5 49.5

2008

66.1

2009

2010

2011

2012

2013

2104

Total Aset

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), data diolah Mencermati perkembangan perbankan syariah di Indonesia sekilas memang cukup membanggakan. Namun, jika dibandingkan dengan bank konvensional, perkembangan bank syariah hingga saat ini masih kurang menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan. Disamping itu, praktek perbankan syriah saat ini masih sangat didominasi oleh pembiayaan murabahah.

3

Produk penyaluran dana (Pembiayaan) pada bank syariah dapat dikategorikan menjadi tiga prinsip, yaitu prinsip jual-beli dengan akad murabahah, salam dan istishna, prinsip bagi-hasil dengan akad mudharabah dan musyarakahdan prinsip sewa dengan akad ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik (IMBT) (Karim, 2013). Beragamnya

pembiayaan

yang ditawarkan

tidak

menjadikan

setiap

pembiayaan tersebut laku di pasaran, realitanya hanya tiga jenis pembiayaan yang paling sering dilakukan oleh bank syariah, yaitu pembiayaan murabahah, musyarakah dan mudharabah. Namun, dari ketiga pembiayaan tersebut pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang paling populer. Murabahah selalu mendominasi portofolio dari setiap laporan keuangan Bank Umum Syariah setiap tahunnya, hal tersebut dapat dilihat pada grafik 1.2 yang menunjukkan mendominasinya pembiayaan murabahah dalam 3 tahun terakhir. Grafik 1.2 Pembiayaan Perbankan Syariah Tahun 2014 - 2016 Mudharabah 7%

pembiayaan lain 7%

Musyarakah 28%

Murabahah 58%

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), data diolah Volume pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah dalam rentan waktu 3 tahun terakhir mencapai 632 triliun rupiah, dengan porsi 365.1 triliun disalurkan pada murabahah, 175.7 triliun pada musyarakah dan 43,9 triliun pada mudharabah, sementara 47.3 triliun pada pembiayaan lain.

4

Transaksi yang paling banyak dilakukan oleh bank syariah saat ini adalah murabahah, bahkan BPR Syariah hampir seluruh transaksinya adalah murabahah. Salah satu alasannya adalah dalam murabahah ini risiko bagi bank syariah lebih kecil (Wiroso, 2011). Hal tersebut membuat akad murabahah menjadi akad yang paling banyak dipilih bank syariah dalam pembiayaan dan dipilih nasabah dalam memakai

jasa

bank

syariah.Mendominasinya

pembiayaan

murabahah

dikarenakanproduk ini tergolong Natural Certainty Contract (NCC) dimana cash flow dan waktu pembiayaan sudah ditetapkan dan ditentukan sejak awal kontrak yang memungkinkan tidak banyak timbulnya risiko yang akan diderita oleh pihak bank dan nasabah selama pembiayaan berjalan (Karim, 2013). Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli (Karim, 2004). Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pendapatan yang diperoleh dari pembiayaan murabahah diambil oleh bank syariah

melalui

margin

pada

setiap

pembiayaan

murabahah

yang

dilakukan(Nurhayati dan Wasilah, 2013). Secara sederhana nilai margin dapat diketahui melalui biaya yang telah dikeluarkan (cost recovery), cost recovery bisa didekati dengan membagi proyeksi jumlah biaya operasional bank dengan target volume pembiayaan murabahah. Margin murabahah dalam konteks ini adalah cost recovery ditambah dengan keuntungan yang diinginkan bank. Keuntungan yang diinginkan bank inilah yang banyak menuai kritikan, karena dalam prakteknya keuntungan yang diinginkan

5

atas margin yang diberikan mengacu pada suku bunga pasar yang berlaku dalam hal ini adalah BI rate, sementara bank syariah merupakan bank yang dalam teorinya tidak mengenal adanya istilah bunga atau riba. Penetapan margin keuntungan pembiayaan ditetapkan atas rekomendasi dari tim ALCO (Asset Liabilities Committe) bank syariah (Karim, 2013). tabel 1.1 menyajikan

rata-rata margin yang diberikan kepada para nasabah pembiayaan murabahah oleh Bank Umum Syariah dalam enam tahun terakhir. Tabel 1.1 Persentase Margin Murabahah Bank Umum Syariah Tahun Persentase Margin Murabahah 2010 15.32% 2011 14.72% 2012 13.69% 2013 13.18% 2014 13.68% 2015 13.37% Juli 2016 12.92% Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), data diolah Rata-rata margin murabahah yang diberikan oleh bank syariah sangat fluktuatif dan tidak menentu, hal tersebut yang menjadikan margin pembiayaan murabahah ini menarik untuk diteliti. Belum adanya aturan syariah yang mengatur tentang penentuan margin murabahah menjadikan bank-bank syariah berlomba-lomba dalam memberikan margin murabahah yang ideal kepada para nasabah. Hal tersebut dilakukan karena telah terbukti bahwa pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang paling diandalkan oleh bank-bank syariah dalam mendapatkan keuntungan dari kegiatan usahanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu keputusan manajemen perusahaan perbankan adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat

6

dikaitkan dengan pengambilan kebijakan dan strategi operasional bank. Sementara faktor eksternal bank (faktor yang berasal dari luar perusahaan), meliputi kebijakan moneter, fluktuasi nilai tukar, tingkat inflasi, volatilitas tingkat bunga dan inovasi instrument keuangan (Siamat, 2005). Penelitian ini akan mencari faktor-faktor apa saja yang menentukan besar atau kecilnya margin murabahah yang diberikan oleh bank syariah kepada nasabah, faktor-faktor tersebut merupakan faktor internal dan eksternal bank. Faktor internal bank terdiri dari rasio Return On Asset (ROA) dan Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun. Serta faktor eksternal bank yang terdiri dari inflasi dan BI rate. Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur pengembalian (laba) setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Hasil pengembalian ini dapat dibandingkan dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran keefektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah perusahaan (Astuti, 2004). Grafik 1.3 Pergerakan ROA dan Margin BUS Tahun 2013 – Juli 2016 13.18%

13.68%

13.37%

12.92%

0.41%

0.49%

0.63%

2014

2015

2016

Margin ROA

1.43%

2013

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK), data diolah

7

Rasio ROA yang baik mencerminkan manajemen yang efektif dalam menggunakan aktiva yang dimiliki bank, dan untuk mewujudkannya pihak manajemen harus cermat dalam setiap kegiatan usaha bank, termasuk dalam menentukan margin untuk pembiayaan murabahah, laba yang diproduksi oleh bank-bank syariah mayoritas datang dari pembiayaan murabahah melalui marginnya.. ROA merupakan cerminan laba yang dicetak oleh bank, maka semakin tinggi ROA semakin tinggi pula margin murabahah yang dicetak. Akan tetapi dari grafik 1.3 tidak terlihat pergerakan yang sejalan antara ROA dengan margin murabahah, dimana setiap tahunnya pergerakan dua variabel tersebut selalu tidak sejalan. Penelitian yang dilakukan oleh Purwaningsih (2010), menemukan bahwa Return on Asset (ROA) secara signifikan mempengaruhi margin murabahah. Penelitian yang dilakukan oleh Ahcmad Nurdany menemukan bahwa besar kecilnya margin murabahah dipengaruhi oleh rasio Return On Asset (ROA) yang dimiliki bank, rasio

ROA yang baik akan membuat ekspektasi masyarakat

terhadap suatu bank menjadi tinggi, rasio ROA yang baik menyebabkan keinginan masyarakat untuk bertransaksi dengan bank semakin meningkat (Nurdany, 2012). Faktor internal lain yang dapat mempengaruhi margin murabahah adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), dalam perbankan syariah DPK dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito. Bank berkewajiban untuk menjaga kelikuiditasan dana ini dan berkewajiban untuk memberi insentif atau bonus kepada para pemilik dana. Semakin kompetitifnya dunia perbankan, insentif atau bonus dapat diberikan sesuai kebijakan dari bank syariah yang bersangkutan (Hasan, 2014).

8

Pembiayaan murabahah merupakan produk yang ideal bagi bank syariah dalam menyalurkan DPK, disamping risiko yang kecil, bank syariah juga harus menjaga kelikuiditasan dana ini, karena dana ini dapat diambil kapan saja oleh pemilik dana. Semakin banyak Dana Pihak Ketiga yang terhimpun, semakin besar pula kewajiban bank dalam memberi nisbah bagi hasil. Nisbah bagi hasil yang dibagikan kepada pemilik dana diperoleh dari laba daari setiap kegiatan usaha, termasuk pembiayaan murabahah melalui marginnya. Oleh karena itu, dalam menetapkan margin yang diberikan, manajemen bank harus memperhatikan DPK yang telah terhimpun. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, DPK yang disalurkan ke dalam bentuk pembiayaan hampir 57% disalurkan dalam bentuk pembiayaan murabahah, untuk menjaga kelikuiditasan dana dan jatuh tempo maka margin yang ditetapkan harus memperhatikan jumlah DPK yang ada. (Rahma, 2016) dalam penelitian yang dilakukannya menemukan bahwa Dana Pihak Ketiga berpengaruh secara parsial terhadap margin murabahah. Selain faktor internal bank faktor eksternal bank juga dapat mempengaruhi margin murabahah yang diinginkan, faktor eksternal tersebut yaitu inflasi dan BI rate. Semakin tinggi inflasi semakin mahal juga komoditas yang diperjualbelikan. Dalam pembiayaan murabahah, komoditas yang mahal menyebabkan harga beli atas komoditas tersebut menjadi mahal dan bank syariah juga akan menjual komoditas tersebut dengan harga jual yang tinggi pula kepada nasabah. Inflasi adalah naiknya harga-harga komoditi yang secara umum disebabkan oleh tidak singkronnya antara program pengadaan komoditi (produksi, penentuan harga, pencetakan uang dan sebagainya) dengan tingkat pendapatan yang dimiliki

9

oleh masyarakat (Putong, 2003). Pendapatan masyarakat yang rendah serta harga barang-barang yang tinngi akan mengurangi margin yang didapatkan oleh bank melalui murabahah, karena inflasi yang tinngi menyebabkan daya beli masyarakat berkurang. Lingkungan ekonomi makro akan mempengaruhi operasional perusahaan yang dalam hal ini keputusan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja

keuangan

perbankan

termasuk

margin

murabahah

yang

diberikan.Penelitian yang dilakukan oleh (Satya, 2013), menemukan signifikansi antara inflasi terhadap margin murabahah. Tidak adanya aturan dalam menentukan margin murabahah, membuat bank syariah di Indonesia menjadikan BI rate menjadi rujukan dalam menentukan margin murabahah(Arumdhani, 2011). Alasan utamanya adalah demi persaingan usaha dengan bank-bank lain. Karena dalam pembiayaan murabahah pembayaran angsuran bersifat fixed sampai akad berakhir, jika dalam periode akad ternyata BI rate melonjak naik maka bank akan mengalami kerugian usaha. Jadi bank-bank syariah di Indonesia menjadikan BI rate sebagai rujukan dalam menetapkan margin, meskipun hal tersebut tidak sesuai dengan teori bahwa bank syariah tidak dipengaruhi oleh tingkat suku bunga (BI rate). Hal ini didukung oleh penelitian (Fakhrina, 2015) yang menemukan signifikasi antara BI rate dengan margin murabahah. BI rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal atau stance kebijakan moneter (Puspopranoto, 2004). Sedangkan

10

menurut kamus bank Indonesia, BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Pergerakan margin murabahah, inflasi dan BI rate dapat dilihat pada Grafik 1.4 yang akan menunjukkan pergerakan antara tingkat margin murabahah, inflasi dan BI rate di waktu yang sama. Grafik 1.4 Pergerakan Margin Murabahah, Inflasi dan BI rate 15.43% 13.36%

12.98%

8.36%

7.50%

6.50%

7.50%

7.75%

3.35%

13.18% 8.38%

1.74%

2013

2014

2015

Jul-16

Margin

13.18%

15.43%

13.36%

12.98%

Inflasi

8.38%

8.36%

3.35%

1.74%

BI rate

7.50%

7.75%

7.50%

6.50%

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia, data diolah Grafik 1.4 menunjukkan betapa fluktuatifnya ketiga variabel tersebut, namun yang perlu dicermati adalah pergerakan yang sama antara margin murabahah dan BI rate di setiap tahunnya, sementara inflasi tidak selalu sejalan pergerakannya dengan margin murabahah karena hanya pada tahun 2015 dimana margin dan inflasi mengalami pergerakan menurun secara bersama. Telah banyak studi yang meneliti tentang faktor apa saja yang mempengaruhi margin pembiayaan murabahah, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh (Rahma, 2016) dimana ia menggunakan ROA, biaya overhead, volume pembiayaan dan bagi hasil DPK sebagai variabel, ia menemukan hanya variabel bagi hasil DPK yang berpengaruh terhadap margin murabahah. Hal ini sejalan 11

dengan (Zaenuri, 2012) dimana ia menemukan signifikansi antara DPK terhadap margin murabahah. Namun hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian (Izzuddin, 2013) dimana ia tidak menemukan signifikansi antara DPK terhadap margin murabahah. Penelitian yang dilakukan (Pisol dkk, 2012) pada bank syariah di Malaysia menemukan bahwa dalam menentukan margin keuntungan bank akan memperhatikan dana yang terhimpun. Di sisi lain (Nurdany, 2012) mencoba menggunakan variabel rasio keuangan seperti ROA, ROE, Net Core Operatinal Margin (NCOM), Operational Efficiency Ratio (OER) untuk mencari pengaruh terhadap pendapatan margin murabahah, ia menemukan ROA, ROE dan NCOM berpengaruh secara parsial namun variabel OER tidak berpengaruh. Hal ini sejalan dengan penelitian (Purwaningsih, 2010) yang menemukan signifikansi antara ROA terhadap margin murabahah. Namun tidak sejalan dengan (Rahma, 2016). Lin Purwaningsih dalam penelitiannya selain menggunakan variabel ROA ia juga menggunakan variabel Biaya operasional, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan suku bungapinjaman bank konvensional dan target laba. Secara keseluruhan hanya variabel target laba yang tidak berpengaruhh terhadap margin murabahah. Kenda Satya dalam penelitiannya menggunakan variabel lain seperti FDR, BOPO, Inflasi dan tingkat suku bunga (Satya, 2013). Ia menemukan hanya variabel inflasi dan FDR yang berpengaruh terhadap margin murabahah, hal ini tidak sejalan dengan penelitian (Zaenuri, 2012) yang menemukan signifikansi antara BI rate terhadap margin murabahah dan tidak menemukan signifikansi antara inflasi dengan margin murabahah. Hal tersebut juga tidak sejalan dengan

12

(Fakhrina, 2015) dan (Sari, 2012) yang menemukan pengaruh antara BI rate dengan margin murabahah. Penelitian yang dilakukan pada bank syariah di Iran dan Malaysia oleh (Zandi dan Arriffin, 2012) menemukan bahwa dalam menentukan tingkat margin keuntungan bank syariah di Iran dan Malaysia masih merujuk pada tingkat suku bunga yang berlaku. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan meneliti lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh ROA, DPK, Inflasi dan BI Rate Terhadap Margin Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah di Indonesia.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah penelitian, diantaranya adalah: 1.

Bagaimana ROA secara parsial berpengaruh terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia?

2.

Bagaimana DPK secara parsial berpengaruh terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia?

3.

Bagaimana Inflasi secara parsial berpengaruh terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia?

4.

Bagaimana BI rate secara parsial berpengaruh terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia?

5.

Apakah ROA, DPK, Inflasi dan BI rate secara simultan berpengaruh terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia?

13

6.

Variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1.

Untuk menjelaskan dan mengetahui seberapa besar ROA berpengaruh secara parsial terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia.

2.

Untuk menjelaskan dan mengetahui seberapa besarDPK berpengaruh secara parsial terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia.

3.

Untuk menjelaskan dan mengetahui seberapa besarInflasi berpengaruh secara parsial terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia.

4.

Untuk menjelaskan dan mengetahui seberapa besar BI rate berpengaruh secara parsial terhadap margin murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia.

5.

Untuk menjelaskan dan mengetahui seberapa besar ROA, DPK, Inflasi dan BI rate berpengaruh secara simultan terrhadap margin pembiayaan murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia.

6.

Untuk mengetahui variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi margin muranahah Bank Umum Syariah di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian 1.

Bagi penulis

14

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mendapatkan pengalaman serta wawasan yang lebih mengenai perbankan syariah terutama pembiayaan murabahah. Penelitian ini juga bermanfaat untuk menginterpretasikan pengetahuan-pengetahuan serta teori-teori yang telah di pelajari dari bangku kuliah dan prakteknya untuk bisa diimplementasikan di kehidupan. Penelitian ini juga diperuntukkan untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1). 2.

Bagi Dunia Akademik Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peserta didik di

bangku kuliah untuk kepentingan kegiatan belajar mengajar dan juga bagi peneliti selanjutnya dengan tema yang sama. 3.

Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini juga sangat berguna untuk dijadikan bahan pertimbangan

Bank Umum Syariah di Indonesia dalam melakukan pembiayaan murabahah. Penelitian ini juga berguna bagi bank syariah untuk dijadikan sarana informasi sebagai pengambilan keputusan investasi melalui pembiayaan murabahah. 4.

Bagi Nasabah Penelitian ini dapat dijadikan sarana informasi bagi para nasabah bank

syariah dalam melakukan pembiayaan murabahah. Dengan informasi yang ada para nasabah dapat memilih pembiayaan murabahah yang ideal dan kapan waktu yang tepat dalam melakukan pembiayaan tersebut.

15

BAB II LANDASAN TEORI

A. Struktur Modal Capital structure atau struktur modal menurut (Brigham dan Gapenski), merupakan proporsi atau perbandingan dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, apakah dengan cara menggunakan utang, ekuitas, atau dengan menerbitkan saham (Rodoni dan Ali, 2014). Weston dan Copeland (2005) mengatakan bahwa struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (1992) struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri (Rodoni dan Ali, 2014). Struktur modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yaitu berasal dari internal dan eksternal perusahaan (Rodoni dan Ali, 2014). Struktur modal terbagi pada dua bagian penting, Capital structure (struktur modal) terdiri dari debt dan equity. Nilai perusahaan didefinisikan sebagai penjumlahan nilai dari utang dan ekuitas perusahaan (Rodoni dan Ali, 2014). Untuk mencari nilai perusahaan kita dapat mencarinya dengan rumus sebagai berikut:

16

V=B+S Di mana: V = nilai perusahaan B = nilai pasar bond (obligasi) S = nilai pasar stock (saham) Menurut (Rodoni dan Ali, 2014), permasalahan dalam struktur modal adalah bagaimana agar perusahaan dapat memadukan komposisi dana permanen yang digunakan dengan mencari paduan dana yang dapat meminimumkan biaya modal perusahaan dan dapat memaksimalkan harga saham. Jika perpaduan tersebut dapat dilakukan maka komposisi sumber pembiayaan yang optimal akan terbentuk.

B. Pembiayaan Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit (Antonio, 2009). Sementara menurut (Muhammad, 2011), secara luas pembiayaan dapat diartikan sebagai pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Menurut (Sumiyanto, 2008), pembiayaan adalah aktivitas menyalurkan dana yang terkumpul kepada anggota pengguna dana, memilih jenis usaha yang akan dibiayai agar diperoleh jenis usaha yang produktif, menguntungkan dan dikelola oleh anggota yang jujur dan bertanggung jawab. Sementara menurut (Wiroso, 2011) pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

17

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Rivai dan Veithzal mengatakan bahwa pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam meminjam antara lembaga keuangan dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu (Rivai dan Veithzal, 2008). Kredit dalam sistem perbankan Islam lebih diartikan dengan pembiayaan. Dalam sistem pembiayaan ini terdapat beberapa konsep yang diterapkan oleh bank syariah dalam memberikan modal ataupun kredit bagi nasabah perbankan, antara lain dengan menggunakan sistem kerjasama atau bagi hasil, sistem pemberian barang modal dan sistem pemberian barang konsumtif. Kesemuanya itu menggunakan akad yang disesuaikan dengan akad yang ada dalam hukum fiqh Islam (Hasan, 2014). Menururt (Karim, 2013) ,dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: 1.

Prinsip Jual Beli (Ba’i) Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan

kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual-beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan barangnya, yakni sebagai berikut:

18

a. Pembiayaan Murabahah Murabahah (al-bai’bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai murabahah saja. Murabahah, yang berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jualbeli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin). b. Pembiayaan Salam Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. c. Pembiayaan Istishna’ Produk istishna’ menyerupai produk salam, tapi dalam istishna’ pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Skim istishna’ dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi. 2.

Prinsip Sewa (Ijarah) Transaksi Ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya

prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual-beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual-beli objek transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.

19

Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang pada nasabah, karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah muntahhiya bittamlik (sewa yang diikuti dengan perpindahannya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian. 3.

Prinsip Bagi-Hasil (Syirkah) Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi-hasil adalah

sebagai berikut: a. Pembiayaan Musyarakah Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersamasama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. b. Pembiayaan Mudharabah Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua belah pihak atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian mudharib. 4.

Akad Pelengkap Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan juga

akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan.

20

a. Hiwalah (Alih Utang-Piutang) Tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. b. Rahn (Gadai) Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. c. Qardh Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya dalam empat hal, yaitu: sebagai pinjaman talangan haji, sebagai pinjaman tunai dari produk kartu kredit, sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil dan sebagai pinjaman kepada pengurus bank. d. Wakalah (Perwakilan) Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan tertentu, seperti pembukuan L/C, inkaso dan transfer uang. e. Kafalah (Garansi Bank) Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran.

C. Pembiayaan Murabahah Menurut (Antonio, 2001), murabahah adalah suatu pembiayaan dengan akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dimana penjual harus member tahu harga produk yang ia beli dan menentukan

21

suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Sementara menurut (Djuwaini, 2010), murabahah merupakan salah satu jual beli amanan (atas dasar kepercayaan), sehingga harga pokok pembelian dan tingkat keuntungan harus diketahui secara jelas. Menurut (Karim, 2013) murabahah adalah transaksi jual-beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin). Menurut (Siamat, 2004), pembiayaan murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dan nasabah dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin / keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Hal yang membedakan murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual secara jelas member tahu kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginkannya. Pembeli dan penjual dapat melakukan tawar-menawar atas besaran margin keuntungan sehingga akhirnya diperoleh kesepakatan (Nurhayati dan Wasilah, 2013). Murabahah menurut (Wiroso, 2005) adalah kegiatan terpenting dari jual beli dan prinsip dengan akad ini mendominasi pendapatan bank di bank syariah. atas penerimaan angsuran murabahah yang dillakukan secara tunai, maka terdapat

22

aliran kas masuk atas pendapatan margin. Sehingga pendapatan margin murabahah tersebut merupakan unsur pendapatan operasional bank syariah. Selanjutnya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah juga memberikan definisi tentang murabahah dalam Penjelasan Pasal 19 ayat (1) huruf D. Menurut Penjelasan Pasal 19 ayat (1) huruf D tersebut, yang dimaksud dengan akad murabahah adalah Akad Pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati. Sudarsono mengatakan dalam jual beli murabahah penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu (Sudarsono, 2003). Murabahah merupakan suatu bentuk jual beli yang harus tunduk pada kaidah hukum umum jual beli yang berlaku dalam Muamalah Islam (Muhammad, 2000). Bank syariah memiliki peranan intermediasi dimana salah satu kegiatan yang dilakukannya adalah menyalurkan dana pihak ketiga yang ada kepada para nasabah yang memerlukan pembiayaan (Karim, 2006). Kesimpulannya, Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati yang oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contract (yakni memberikan kepastian pembiayaan baik dari segi jumlah maupun waktu, cash flownya bisa diprediksi dengan relatif pasti, karena sudah disepakati oleh kedua belah pihak yang bertransaksi di awal akad). Dikategorikan sebagai natural

23

certainty contract karena dalam Murabahah ditentukan berapa requaired rate of profitnya (besarnya keuntungan yang disepakati) (Karim, 2003). Menurut Abdullah Saeed, murabahah sebagaimana yang diterapkan dalam perbankan syariah, pada prinsipnya didasarkan pada dua elemen pokok, yaitu harga beli serta biaya yang terkait dan kesepakatan atas mark-up. Ciri dasar kontrak pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut (Saeed, 1996): 1.

Pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan harga pokok barang dan batas mark-up harus ditetapkan dalam bentuk persentase dari total harga plus biaya-biayanya.

2.

Apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar dengan uang.

3.

Apa yang diperjualbelikan harus ada dan dimiliki oleh penjual dan penjual harus mampu menyerahkan barang itu kepada pembeli.

4.

Pembayaran ditangguhkan. Abdullah Saeed juga mengatakan bank-bank syariah pada umumnya

mengadopsi murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada para nasabah guna pembelian barang meskipun mungkin nasabah tidak memiliki uang untuk membayar. Sejumlah alasan diajukan untuk menjelaskan popularitas murabahah dalam operasi investasi perbankan syariah, antara lain (Saeed, 1996): 1.

Murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek, dan dibandingkan dengan sistim Profit Loss Sharing (PLS), cukup memudahkan.

2.

Mark-up dalam murabahah dapat diterapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding

24

dengan keuntungan bank-bank berbasis bunga yang menjaadi saingan bankbank Islam. 3.

Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari bisnis-bisnis dengan sistim PLS.

4.

Murabahah tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk mencammpuri manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra si nasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur. Alasan-alasan tersebutlah yang membuat pembiayaan murabahah hingga kini

menjadi

pembiayaan

yang

paling

populer

dibandingkan

pembiayaan-

pembiayaan lain pada bank Islam. 1.

Sumber Hukum Akad Murabahah Al-Quran dan Al-hadits telah mengatur tentang bagaimana cara jual-beli

dengan benar, dimana telah dijelaskan bahwa jual-beli dengan cara hutang piutang harus ada pencatatannya dan dilarang ada unsur riba di dalamnya. Barang yang diperjual-belikan juga harus barang yang diperbolehkan dalam Islam. a. Al-Quran 1) Q.S. An-Nisa (29) “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”(QS 4:29) 2) Q.S. Al-Ma‟idah (1)

25

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya” (QS. 5:1). 3) Q.S. Al-Baqarah (275) “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”(QS. 2:275) 4) Q.S. Al-Baqarah (280) “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. 2:280) 5) Q.S. Al-Ma‟idah (2)

26

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi´ar-syi´ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaaid, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena

mereka

menghalang-halangi

kamu

dari

Masjidilharam,

mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. 5:2) 6) Q.S. Al-Baqarah (282) “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak secara

tunai

untuk

waktu

yang

ditentukan,

hendaklah

kamu

menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya

dengan

benar.

Dan

janganlah

penulis

enggan

menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya

27

mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu

ridhai,

supaya

jika

seorang

lupa

maka

yang

seorang

mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih

dekat

kepada

tidak

(menimbulkan)

keraguanmu.

(Tulislah

mu´amalahmu itu), kecuali jika mu´amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan

pada

dirimu.

Dan

bertakwalah

kepada

Allah;

Allah

mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. 2:282) b. Al-Hadits Dari

Abu

Sa‟id

Al-Khudri

bahwa

Rasulullah

SAW

bersabda:

“Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka” (HR. AlBaihaqi, dan shahih menurut Ibnu Hibban). Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur

28

gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib). “Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahahn bila ia menjual dan membeli serta di dalam menagih haknya.” (Dari Abu Hurairah). “Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senentiasa menolong hamba Nua selama ia (suka) menolong saudaranya.” (HR. Muslim). “Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga diri dan pemberian sangsi kepadanya.” (HR. Abu Dawud, Ibn Majah dan Ahmad). “Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman.” (HR. Bukhari & Muslim). “Sumpah itu melariskan barang dagangan, akan tetapi menghapus keberkahannya.” (HR. Al Bukhari). 2.

Fatwa DSN MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Ketentuan hukum dalam FATWA DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000

Tentang Murabahah ini adalah sebagai berikut : a. Pertama : Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari‟ah: 1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. 2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari‟ah Islam. 3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

29

4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. 5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. 6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. 8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. 9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank. b. Kedua : Ketentuan Murabahah kepada Nasabah: 1) Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barang atau aset kepada bank. 2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang. 3) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan janji yang telah

30

disepakatinya, karena secara hukum janji tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli. 4) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan. 5) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut. 6) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah. 7) Jika uang muka memakai kontrak „urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka a) jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga. b) jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya. c. Ketiga : Jaminan dalam Murabahah: 1) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. 2) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang. d. Keempat : Utang dalam Murabahah:

31

Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan utangnya kepada bank. 1) Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya. 2) Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan. e. Kelima : Penundaan Pembayaran dalam Murabahah: 1) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian utangnya. 2) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah

satu

pihak

tidak

menunaikan

kewajibannya,

maka

penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari‟ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. f. Keenam : Bangkrut dalam Murabahah: 1) Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan utangnya, bank harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.

32

3.

Skema Murabahah Menurut (Nurhayati dan Wasilah, 2013), ada dua jenis akad murabahah,

yaitu: a. Murabahah dengan pesanan (murabaha to the purchase order) Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Jika bersifat mengikat, berarti pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual, dalam murabahah pesanan mengikat, mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi bebean penjual dan akan mengurangi nilai akad. Gambar 2.1 Murabahah Dengan Pesanan

33

b. Murabahah tanpa pesanan; murabahah jenis ini tidak bersifat mengikat Gambar 2.2 Murabahah Tanpa Pesanan

Menurut (Karim, 2013) pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Pembayaran Murabahah secara tunai atau cicilan: a. Pembayaran Secara Cicilan Gambar 2.3 Pembayaran Cicilan

b. Pembayaran Secara Tunai Gambar 2.4 Pembayaran Tunai 34

c. Skema Murabahah Gambar 2.5 Skema Murabahah

4.

Penetapan Margin Keuntungan Menentukan margin keuntungan dan nisbah bagi hasil pada bank syariah

harus berlandaskan prinsip-prinsip amanah, sidiq, fathanah dan tabligh (Karim, 2013). Margin keuntungan ditetapkan oleh bank syariah terhadap produk-produk pembiayaan yang berbasis Natural Certainty Contracts (NCC), yakni akad bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah (amount) maupun

35

waktu (timing), seperti pembiayaan ijarah, ijarah muntahia bit tamlik, salam, istishna dan termasuk murabahah (Karim, 2013). Margin keuntungan adalah presentase tertentu yang ditetapkan per tahun perhitungan margin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360 hari, perhitungan margin keuntungan secara bulanan, maka setahun ditetapkan 12 bulan (Karim, 2013). a. Referensi Margin Keuntungan Referensi margin keuntungan adalah margin keuntungan yang ditetapkan dalam rapat ALCO bank syariah. penetapan margin keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi, usul dan saran dari tim ALCO bank syariah, dengan mempertimbankan hal berikut: (Karim, 2013) 1) Direct Competitor’s Market Rate (DCMR) DCMR adalah tingkat margin keuntungan rata-rata perbankan syariah atau tingkat rata-rata margin dari beberapa bank syariah sebagai kompetitor langsung. 2) Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR) ICMR adalah tingkat suku bunga rata-rata perbankan konvensional atau tingkat rata-rata suku bunga beberapa bank konvensional yang menjadi kompetitor langsung. 3) Expeected Competitive Return for Investors (ECRI) ECRI adalah target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada dana pihak ketiga. 4) Acquiring Cost

36

Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan bank yang langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga. 5) Overhead Cost Overhead Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang tidak langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga. b. Penetapan Harga Jual Selanjutnya Adiwarman Karim menyebutkan setelah memperoleh referensi margin keuntungan, bank melakukan penetapan harga jual. Harga jual adalah penjumlahan harga beli/harga pokok/harga perolehan bank dan margin keuntungan (Karim, 2013). ( Harga Jual = Referensi Margin + Harga Beli ) c. Pengakuan Angsuran Harga Jual Menurut (Karim, 2013) angsuran harga jual terdiri dari angsuran harga pokok dan angsuran margin keuntungan. Pengakuan angsuran dapat dihitung dengan menggunakan empat metode, yaitu: 1) Margin Keuntungan Menurun Perhitungan margin ini akan semakin menurun sesuai dengan menurunnya harga pokok sebagai akibat adanya cicilan/angsuran harga pokok, jumlah angsuran yang dibayar nasabah setiap bulan semakin menurun. 2) Margin Keuntungan Rata-rata Margin keuntungan dalam metode ini akan menurun perhitungannya secara tetap dan jumlah angsuran dibayar nasabah tetap setiap bulan.

37

3) Margin Keuntungan Flat Margin keuntungan flat adalah margin keuntungan terhadap nilai harga pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode lainnya. 4) Margin Keuntungan Annuitas Metode ini mengasumsikan margin keuntungan yang diperoleh dari perhitungan secara anuitas. Perhitungan anuitas adalah suatu cara pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan margin keuntungan secara tetap. d. Persyaratan Untuk Perhitungan Margin Keuntungan Menurut karim dalam menghitung margin keuntungan diperlukan komponen-komponen yang harus tersedia, yaitu: jenis perhitungan margin keuntungan, plafond pembiayaan sesuai jenis, jangka waktu pembiayaan, tingkat margin keuntungan pembiayaan dan pola tagihan atau jatuh tempo tagihan (Karim, 2013). 5.

Perhitungan Margin Keuntungan Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa dalam menghitung angsuran dapat

dihitung dengan menggunakan metode menurun, rata-rata, flat dan annuitas, berikut adalah ilustrasi dari keempat metode tersebut: (Karim, 2013).

38

a. Margin Keuntungan Annuitas Tabel 2.1 Margin Keuntungan Annuitas Contoh: -

Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp.100,000,000.00 Jangka waktu pembiayaan dalam bulan, JWK = 12, atau 1 tahun Margin keuntungan setahun, MRG = 16% k = angsuran ke 1,2,3,…,… dan seterusnya.

Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut -

Pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp.100,000,000.00

No.

Tanggal

Pokok

1 2 3 12

05-04-2000 05-05-2000 05-06-2000 05-04-2001

APPB (1) APPB (2) APPB (3) APPB (12)

Margin Keuntungan APPB (12) AMPB (2) AMPB (3) AMPB (12)

Dimana angsuran (k) = APPB (k) = Harga pokok (k) = [

(1+(𝑀𝑅𝐺/12))𝐾−1 (1+(𝑀𝑅𝐺/12))𝐽𝐾𝑊−1

AMPB (k) =Margin keuntungan(k)=[

] x PLFN x (MRG/12)

(1+(𝑀𝑅𝐺/12))𝐽𝑊𝐾−1 (1+(𝑀𝑅𝐺/12))𝑊−1

]–1 x Harga Pokok (k)

Misalkan kita ingin mengetahui angsuran ke-3:

39

Angsuran harga pokok (3) = [

1+0.0133 3−1 1+0.0133 12 − 1

] x 100,000,000 x 0.0133

Angsuran margin keuntungan (3) = [

1+0.0133 12 1+0.0133 3−1

= Rp.7,948,478.09 Harga pokok + Margin keuntungan

-1 ] x 7,948,478.09

= Rp.1,122,447.72

Total angsuran ke (3)

= Rp.9,070,925.81

b. Margin Keuntungan Rata-rata Tabel 2.2 Margin Keuntungan Rata-rata Contoh: 1. Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp.100,000,000.00 2. Jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun 3. Tingkat margin keuntungan setahun, MRG = 16% Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut: - Pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp.100,000,000.00 - APPB = PLFN/12 (1 tahun – 12 Bulan) - Margin keuntungan = ((JWK + 1) / 2*JWK)) *PLFN* (MRG/12)

No. 1

Tanggal 05-04-2000

Pokok APPB

2

05-05-2000

APPB

3

05-06-2000

APPB

12

05-04-2001

APPB

Margin Keuntungan ((JWK+1)/(2*JWK)) *PLFN* (MRG/12) ((JWK+1)/(2*JWK)) *PLFN* (MRG/12) ((JWK+1)/(2*JWK)) *PLFN* (MRG/12) ((JWK+1)/(2*JWK)) *PLFN* (MRG/12)

Maka rumusnya adalah: Angsuran (i) = harga pokok (i) + Margin keuntungan (i), untuk I = 1 s/d JWK

40

Harga Pokok APPB = 100,000,000/12

= Rp.8,333,333.33

Margin Keuntungan ((JWK+1)/(2*JWK)) *PLFN* (MRG/12) ((12+1)/(2*12)) *100,000,000* (0,16/12)

= Rp.720,000.00

Total

= Rp.9,053,333.33

c. Margin Keuntungan Menurun Tabel 2.3 Margin Keuntungan Menurun Contoh: 1. Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp.100,000,000.00 2. Jangka waktu pembiayaan 1 tahun 3. Tingkat margin keuntungan setahun, MRG = 16% Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut: -

Angsuran harga pokok per bulan, APBN = (PLFN/12) = Rp.8,333,333.33 Pencairan 05-03-2000 No. 1 2 3 12

Tanggal 05-04-2000 05-05-2000 05-06-2000 05-04-2001

Pokok APPB APPB APPB APPB

Margin Keuntungan ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRG/12 ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRG/12 ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRG/12 ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRG/12

Jadi untuk menghitung angsuran ke 2 maka: APPB = Pokok = 8,333,333.33 ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRG/12 = Margin Keuntungan ((100,000,000-((2-1)*8,333,333.33))*0.16/12 = Rp.1,222,222.22 Angsuran (2) Angsuran Harga Pokok + Angsuran Margin Keuntungan Rp.8,333,333.33 + Rp.1,222,222.22 =Rp.9,555,555.55 Dan seterusnya sampai angsuran selesai

41

d. Margin Keuntungan Angsuran Flat Tabel 2.4 Margin Keuntungan Flat Contoh: Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp.100,000,000.00 Jangka waktu pembiayaan dalam bulan, JWK = 12, atau 1 tahun Tingkat margin keuntungan setahun, MRG = 16% k = angsuran ke 1,2,3…,… dan seterusnya. Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut: pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp.100,000,000.00 APPB(k) = Harga pokok(k) = PLFN/JWK APMB(k) = Margin keuntungan(k) = (PLFN/JWK) * (MRG/12) Maka angsuran ke 5: Angsuran harga = (100,000,000/12) = Rp.8,333,333.33 pokok(5) Angsuran margin =(100,000,000/12)*(0.16/12) = Rp.444,444.44 keuntungan (5) Total Rp.8,777,777.77

D. Return on Asset (ROA) Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur pengembalian (laba) setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Hasil pengembalian ini dapat dibandingkan

42

dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran keefektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah perusahaan (Astuti, 2004). ROA adalah perbandingan antara pendapatan bersih (Net Income) dengan rata-rata aktiva (Average Assets). Keuntungan bagi paara pemilik bank merupakan hasil dari tinggkat keuntungan (Profitability) dan tingkat laverage yang dapat dipakai. Menurut (Arifin, 2006) terdapat 2 (dua) rasio yang biasanya dipakai untuk mengukur kinerja bank. Salah satunya yaitu rasio Return on Assets (ROA). ROA adalah perbandingan antara pendapatan bersih (net income) dengan rata-rata (average assets). Keuntungan (profitability) dan tingkat laverage yang dapat dipakai. Semakin tinggi nilai rasio Return On Asset (ROA) maka diasumsikan semakin baik kinerja bank dalam mengelola ekuitasnya. Secara umum belum ada batasan minimal ROA ini dianggap baik, namun untuk melihat Return On Asset suatu bank dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:

𝑅𝑂𝐴 =

Laba Sebelum Pajak Rata −rata Total aset

x 100%

Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.14/18/PBI/2012 klasifikasi tingkat ROA adalah sebagai berikut: Tabel 2.5 Klasifikasi Tingkat ROA Menurut BI Tingkat ROA Predikat Diatas 1,22% Sehat 0,99% - 1,22% Cukup Sehat 0,77% - 0,99% Kurang Sehat Dibawah 0,77% Tidak Sehat

43

Sumber: www.bi.go.id Berdasarkan tabel 2.5, semakin besar ROA suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula penggunaan aset yang dimiliki untuk mencetak laba.

E. Dana Pihak Ketiga (DPK) Penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan oleh bank yang biasa disebut Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional bank. Dana pihak ketiga ini relative lebih mudah dan dominan asalkan dapat memberikan bunga dan fasilitas yang menarik bagi masyarakat (Kasmir, 2002). Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh perusahaan yang berasal dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan dan lain-lain (Rodoni, 2009). Bahwasanya bank umum kegiatan usahanya menghimpun dana masyarakat dapat menyelenggarakan rekening giro (demand deposit). Artinya, fungsi setoran dari bank timbul jika nasabah bank menyetorkan uang tunai atau cek-cek ke bank. Dengan demikian, semakin banyak nasabah bank melakukan setoran, semakin besar persediaan uang tersebut dalam jumlah tertentu dapat digunakan oleh bank untuk

memberikan

pinjaman

kepada

nasabah

atau

masyarakat

yang

membutuhkannya (Aziz, 2010).

44

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses pertumbuhan ekonomi adalah pembentukan modal, dimana sumber pengarahan modal dalam negeri yang dapat digunakan untuk pembiayaan pebangunan, salah satunya berasal dari tabungan masyarakat. Tabungan sukarela berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi dimana tabungan dianggap bagian yang tidak terpisahkan dengan berlangsungnya revolusi industri. Menurut (Ismail, 2010) Dana Pihak Ketiga biasanya lebih dikenal dengan dana masyarakat, merupakan dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari masyarakat meliputi masyarakat individu, maupun usaha, antara lain: 1.

Giro Giro adalah bentuk simpanan nasabah yang tidak diberikan bagi hasil, dan

pengambilan dananya menggunakan cek, biasanya digunakan oleh perusahaan atau yayasan dan atau bentuk badan hukum lainnya dalam proses keuangan mereka. Dalam giro meskipun pihak bank tidak memberikan bagi hasil, namun pihak bank berhak memberikan bonus kepada nasabah yang besarnya tidak ditentukan di awal tergantung kepada kebijakan bank. 2.

Tabungan Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008,

tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana berdasarkan mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

45

Tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang bersifat likuid, hal ini memberikan arti produk ini dapat diambil sewaktu-waktu apabila nasabah membutuhkan, namun bagi hasil yang ditawarkan kepada nasabah penabung kecil. Akan tetapi jenis penghimpunan dana tabungan merupakan produk penghimpunan yang lebih minimal biaya bagi pihak bank karena bagi hasil yang ditawarkannya pun kecil namun biasanya jumlah nasabah yang menggunakan tabunga lebih banyak daripada produk penghimpunan yang lain. 3.

Deposito Deposito adalah bentuk simpanan nasabah yang mempunyai jumlah minimal

tertentu, jangka waktu tertentu dan bagi hasilnya lebih tinggi daripada tabungan. Nasabah membuka deposito dengan jumlah minimal tertentu dengan jangka waktu yang telah disepakati, sehingga nasabah tidak dapat mencairkan dananya sebelum jatuh tempo yang telah disepakati, akan tetapi bagi hasil yang ditawarkan jau lebih tinggi daripada tabungan biasa maupun tabungan berencana (Al-Arif, 2012).

F. Inflasi Secara teori inflasi berpengaruh terhadap dunia perbankan sebagai salah satu institusi keuangan. Sebagai lembaga yang fungsi utamanya sebagai mediasi, bank sangat renntan dengan resiko inflasi terkait dengan mobilitas dananya (Rivai,dan Andria 2009). Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode tertentu (Karim, 2008.). 1.

Karakteristik Inflasi

46

Menurut (Rahardja dan Manurung, 2005), iInflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi: a. Kenaikan harga Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daaripada harga periode sebelumnya. Misalnya, harga sabun mandi 80 gram per unit kemarin adalah Rp 1.000,00. Hari ini menajadi Rp 1.100,00. Berarti harga sabun per unit hari ini Rp 100,00 lebih mahal dibanding harga kemarin. Dapat dikatakan telah terjadi kenaikan harga sabun. Perbandingan tingkat harga bisa dilakukan dengan jaarak waktu yang lebih panjang: seminggu, sebulan, triwulan dan setahun. Perbandingan harga juga bisa dilakukan berdasarkan patokan musim. Misalnya, pada musim paceklik harga beras bisa mencapai Rp 3000,00 per kilogram. Sebab harga gabah telah naik. Tetapi di musim panen, harganya dapat lebih murah, karena harga gabah juga biasanya lebih murah. Dengan demikian, dapat dikatakan pada musim paceklik selalu terjadi kenaikan harga beras. b. Bersifat Umum Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik. Harga buah mangga harum manis di Jakarta, jika belum musimnya dapat mencapai Rp 10.000,00 per kilogram. Tetapi jika sudah musimnya, sekitar akhir tahun, dapat dibeli hanya dengan harga Rp 4.000,00 – 5.000,00 per kilogram. Jadi

47

harga mangga pada periode-priode tertentu akan mengalami kenaikan dua sampai tiga kali lipat. Tetapi kenaikan harga mangga yang sangat tajam tersebut tidak menimbulkan inflasi, karena harga-harga komoditas lain tidak naik. Mangga harum manis bukanlah komoditas pokok, sehingga tidak memiliki dampak besar terhadap stabilitas harga. Ceritanya akan lain jika yang naik adalah harga bahan bakar minyak (BBM). Pengalaman Indonesia menunjukan setiap pemerintah menaikan harga BBM, harga-harga komoditas lain turut naik. Karena BBM merupakan komoditas strategis, maka kenaikan harga BBM akan merambat kepada kenaikan harga komoditas yang lain. Jika harga mangga harum manis naik, harga BBM belum tentu naik. Tetapi jika harga BBM naik, harga mangga harum manis di Jakarta pasti naik. Sebab, biaya transportasinya naik. Kenaikan harga BBM juga membuat harga jual produk-produk industri, khususnya kebutuhan pokok, merambat naik. Sebab biaya operasional untuk menjalankan mesin-mesin pabrik menjadi lebih mahal. Bahkan, kenaikan harga BBM akan mengundang kaum buruh menuntut kenaikan upah harian, untuk memelihara daya daya beli mereka. c. Berlangsung Terus-Menerus Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakahh kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus. Rentang waktu yang lebih panjang adalah triwulan dan tahunan. Jika pemerintah melaporkan

48

bahwa inflasi tahun ini adalah 10%, berarti akumulasi inflasi adalah 10% per tahun. Inflasi triwulan rata-rata 2,5% (10%:4), sedangkan inflasi bulanan sekitar 0,83% (10%:12). Sementara menurut (Putong, 2003) inflasi adalah naiknya harga-harga komoditi secara umum yang disebabkan oleh tidak singkronnya antara program pengadaan komoditi (produksi, penentuan harga, pencetakan uang dan sebagainya) dengan tingkat pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat. 2.

Efek Inflasi Terhadap Investasi Inflasi merupakan presentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam suatu

tahun tertentu. Atau dengan kata lain, adanya penurunan dari nilai mata uang yang berlaku. (Sukirno, 2000) menyatakan ada 3 akibat penting dari inflasi yang terkait dengan investasi, yaitu: a. Inflasi menimbulkan penanaman modal secara spekulatif Dalam hal ini pemilik modal cenderung menggunakan uangnya untuk investasi yang bersifat spekulatif. Mereka menganggap membeli rumah atau menyimpan barang berharga lebih menguntungkan daripada investasi pada sektor produktif. b. Tingkat bunga meningkat sehingga mengurangi investasi Untuk menghindari penurunan dari nilai modal yang dipinjamkan. Makin tinggi tingkat inflasi maka makin tinggi pula tingkat bunganya. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi kemauan pemilik modal untuk mengembangkan sektor-sektor produktif. Apabila dikaitkan dengan profitabilitas bank, maka

49

dengan rendahnya investasi maka investor juga akan mengurangi hutang di bank sehingga menurunkan profitabilitas bank. c. Menimbulkan ketidakpastian ekonomi suatu Negara di masa yang akan datang Rentannya ekonomi suatu Negara akan berakibat minimnya investor yang akan masuk dan investasi di Negara tersebut. Para investor akan berfikir lagi untuk berinvestasi di Negara yang bersangkutan. Terdapat macam-macam ukuran tingkat inflasi, macam-macam ukuran inflasi, menurut (Atmadja, 1999), yaitu: Tabel 2.6 Tingkat Inflasi No Nama Inflasi Tingkat Inflasi dibawah 10% (single digit) 1 Inflasi ringan 10% - 30% 2 Inflasi sedang 30% - 100% 3 Inflasi tinggi lebih dari 100% 4 Hyperinflation

Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak dapat mengindikasikan parah tidaknya dampak inflasi bagi perekonomian di suatu wilayah tertentu, sebab hal itu sangat bergantung pada berapa bagian dan golongan masyarakat manakah yang terkena imbas (yang menderita) dari inflasi yang sedang terjadi.

G. BI Rate Menurut McConell Brue, yang dimaksud dengan suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk penggunaan uang. Ini merupakan harga yang harus peminjam bayar kepada pemberi pinjaman untuk mentransfer daya beli di masa

50

depan (McConnell, 2008). Long mengartikan suku bunga sebagai harga dimana daya beli dapat bergeser dari masa depan ke masa kini dipinjam hari ini dengan janji untuk membayar kembali dengan bunga di masa depan (Long, 2002). Colander mengungkapkan bahwa suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk pemakaian atau penggunaan aset keuangan. Ketika deposan menyetorkan sejummlah dana ke dalam account atau tabungan, bank membayarkan bunga kepada deposan untuk menggunakan atau menyalurkan dana deposan tersebut (Colander, 2004). Sedangkan Judisseno mengungkapkan bahwa suku bunga adalah penghasilan yang diperoleh orang-orang yang memberikan kelebihan uangnya untuk digunakan sementara waktu oleh orang-orang yang membutuhkan dan mmenggunakan uang tersebut untuk menutupi kekurangannya (Judisseno, 2005). Di Indonesia, suku bunga ditetapkan oleh Bank Sentral yaitu Bank Indonesia yang lebih dikenal dengan istilah BI rate. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh BI dan diumumkan kepada publik. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (www.bi.go.id).

51

(Muhammad, 2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya mark-up adalah kebutuhan bank syariah untuk memperoleh keuntungan riil, inflasi, suku bunga berjalan, kebijakan moneter dan marketabilitas barangbarang murabahah serta tingkat laba yang diharapkan dari

barang-barang

tersebut. Menurut (Puspopranoto, 2004) BI rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal atau stance kebijakan moneter. Sedangkan menurut kamus bank Indonesia, BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.

Dengan

mempertimbangkan

pula

faktor-faktor

lain

dalam

perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan (www.bi.go.id).

52

H. Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan oleh (Rahma, 2016) dengan judul penelitian FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Margin Murabahah Bank Syariah Di Indonesia dengan menggunakan 11 sampel bank syariah, menemukan bahwa variabel ROA, biaya overhead dan pembiayaan tidak beroengaruh terhadap margin murabahah secara parsial, namun variabel bagi hasil DPK berpengaruh terhadap margin murabahah secara parsial. Fakhrina (2015) mencoba meneliti pengaruh dari suku bunga konvensional dan deposito bank konvensional terhadap margin murabahah bank syariah, ia menemukan bahwa margin murabahah di Indonesia dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bank syariah belum bisa melepaskan diri dari pengaruh sistem bunga yang memang mendominasi dunia perbankan di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh satya (2013) dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Margin Murabahah Pembiayaan Konsumtif di Bank Kaltim Syariah menunjukan hasil penelitian bahwa Variabel FDR, BOPO, Inflasi dan tingkat suku bunga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap margin murabahah. Variabel FDR dan inflasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap margin murabahah, sementara BOPO dan suku bunga tidak berpengaruh secara parsial. Variabel yang paling dominan dalam penelitian ini adalah inflasi kerena beta Inflasi > dari nilai beta FDR, BOPO, dan tingkat suku bunga

53

Penelitian (Izzuddin, 2013) dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Margin Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Pada BRI Syariah dan Bank Mega Syariah) menunjukan bahwa DPK, biaya overhead, NPF, BI rate dan inflasi berpengaruh secara simultan terhadap margin pembiayaan murabahah.Dari pengujian secara parsial variabel DPK berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap margin pendapatan murabahah dengan tingkat sig. t sebesar 0.378. Variabel biaya overhead berpengaruh positif signifikan terhadap margin murabahah dengan tingkat sig. t sebesar 0.000. Variabel NPF berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap margin pendapatan murabahah dengan tingkat sig. t sebesar 0.415. Variabel BI rate berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap margin pendapatan murabahah dengan tingkat sig. t sebesar 0.643. Variabel inflasi berpengaruh negatif tidak siginifikan terhadap margin pendapatan murabahah dengan tingkat sig. t sebesar 0.563.. Penelitian yang dilakukan (Sari, 2012) dengan judul Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia terhadap Pendapatan Margin Murabahah pada PT Bank Syariah Mandiri, menemukan bahwa R Square sebesar 85,4% dan secara simultan variabel pembiayaan murabahah dan suku bunga BI berpengaruh signifkan. Secara parsial pembiayaan murabahah berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan margin murabahah dengan tingkat signifikasi sebesar 0,000, sementara tingkat suku bunga Bank Indonesia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan margin murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri dengan tingkat signifikasi sebesar 0,827.

54

Penelitian (Zaenuri, 2012) dengan judul Analisis Pengaruh Variabel Biaya Operasional, Volume Pembiayaan Murabahah, Bagi Hasil DPK, Inflasi dan BI Rate terhadap Margin Murabahah (Studi Kasus pada PT Bank BRISyariah) menemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara biaya operasional dan bagi hasil DPK dengan margin murabahah. Selain itu variabel lainnya yaitu volume pembiayaan murabahah dan BI rate (suku bunga) juga memiliki signifikasi meskipun berhubungan negatif dengan margin murabahah. Adapun inflasi regional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap margin murabahah. Penelitian yang dilakukan (Purwaningsih, 2010) dengan judul Analisis Faktor Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.), menunjukkan biaya operasional, Return on Assets (ROA), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), suku bunga pinjaman bank konvensional/Basel Lending Rate secara signifikan mempengaruhi margin murabahah. Sedangkan profit target tidak berpengaruh signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah. Penelitian yang dilakukan di luar Indonesia tentang murabahah juga telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. (Pisol dkk, 2012) menemukan bahwa bank syariah di Malaysia dalam menentukan tingkat margin keuntungan pembiayaan murabahah mempertimbangkan dana yang terhimpun oleh bank (cos of fund), biaya overhead serta risk premium. Sementara (Zandi dan Ariffin) menemukan bank syariah di Iran dan Malaysia masih menggunakan suku bunga dalam menentukan tingkat margin yang diinginkan bank dalam pembiayaan murabahah.

55

56

No

Peneliti

1

Yusro Rahma, (2016)

2

Agus Fakhrina, (2015)

Tabel 2.7 Ringkasan Penelitian Terdahulu Judul Variabel Persamaan Perbedaan Penelitian FaktorROA, biaya  Sampel  Menggunak Faktor overhead, yang an regresi Yang pembiayaan digunakan berganda Mempengar dan bagi BUS  Periode uhi Margin hasil DPK  Variabel 2011 – Murabahah yang 2013 Bank digunakan  Variabel Syariah Di ROA dan yang Indonesia DPK digunakan biaya overhead dan pembiayaan

Pengaruh Suku Bunga Kredit Dan Deposito Bank Konvension al Terhadap Margin Pembiayaan Murabahah Bank Syariah Di Indonesia

Suku bunga  Sampel kredit (BI yang rate), Suku digunakan bunga BUS deposito  Variabel dan margin yang murabahah digunakan BI rate

 Menggunak an regresi berganda  Periode 2011 – 2014  Variabel yang digunakan suku bunga deposito

Hasil Penelitian Secara simultan variabel ROA, biaya overhead, pembiayaan dan bagi hasil DPK berpengaruh terhadap margin murabahah. Secara parsial hanya variabel DPK yang mempengaruhi terhadap margin murabahah, sementara ROA, biaya overhead dan pembiayaan tidak berpengaruh secara parsial terhadap margin murabahah. Secara simultan suku bunga bank konvensional dan depposito bank konvensional berpengaruh terhadap margin murabahah. Secara parsial BI rate dan Deposito bank konvensional berpengaruh secara signifikan terhadap margin murabahah bank syariah di Indonesia.

57

No

Peneliti

3

Kenda Satya, (2013)

4

Muham mad Izzuddin Kurnia, (2013)

Tabel 2.7 Ringkasan Penelitian Terdahulu (lanjutan) Judul Variabel Persamaan Perbedaan Penelitian FaktorFDR,  Variabel  Menggunak Faktor yang BOPO, yang an regresi Mempengar Inflasi dan digunakan berganda uhi tingkat suku inflasi dan  Periode Penetapan bunga BI rate 2009 – Margin 2012 Murabahah  Sampel Pembiayaan yang Konsumtif digunakan di Bank UUS Kaltim  Variabel Syariah yang digunakan FDR dan BOPO

FaktorDPK, biaya  Sampel Faktor yang overhead, yang Mempengar NPF, BI digunakan uhi rate ,inflasi BUS Pendapatan dan margin  Variabel Margin pembiayaan yang Pembiayaan murabahah. digunakan Murabahah DPK, (Studi inflasi dan Kasus Pada BI rate BRI Syariah dan Bank Mega Syariah)

 Menggunak an regresi berganda  Periode 2009 – 2012  Variabel yang digunakan biaya overhead dan NPF

Hasil Penelitian Penelitian menemukan pengaruh yang signifikan secara simultan antara FDR, BOPO, inflasi dan BI rate terhadap margin murabahah, sementara secara parsial hanya inflasi dan FDR yang berpengaruh secara signifikan. Variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi margin murabahah adalah variabel inflasi. DPK, NPF, BI rate dan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap margin pendapatan murabahah. Biaya overhead berpengaruh signifikan terhadap margin murabahah. Secara simultan variabel DPK, biaya overhead, NPF, BI rate

58

No

Peneliti

Tabel 2.7 Ringkasan Penelitian Terdahulu (lanjutan) Judul Variabel Persamaan Perbedaan Penelitian

5

Liana Purnama Sari, (2012)

Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Tingkat Suku Bunga BI terhadap Pendapatan Margin Murabahah pada PT Bank Syariah Mandiri

6

Fikri Zaenuri, (2012)

Pengaruh Variabel Biaya Operasional , Volume Pembiayaan Murabahah , Bagi Hasil DPK, Inflasi dan BI Rate terhadap

Hasil Penelitian

dan inflasi berpengaruh terhadap margin murabahah. Pembiayaan  Sampel  Menggunak Secara simultan Murabahah, yang variabel an regresi Tingkat pembiayaan digunakan linier Suku Bunga BUS murabahah dan berganda Bank suku bunga BI  Variabel  Periode Indonesia berpengaruh yang 2009 – dan signifkan. digunakan 2012 pendapatan BI rate Secara parsial  Variabel margin pembiayaan yang murabahah murabahah digunakan pembiayaan berpengaruh murabahah secara signifikan terhadap pendapatan margin murabahah, sementara tingkat suku bunga Bank Indonesia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan margin murabahah. Margin Biaya  Sampel  Periode Murabahah, yang operasional dan 2009 – biaya bagi hasil DPK digunakan 2011 Operasional BUS mempengaruhi  Variabel , Volume  Menggunak yang margin Pembiayaan an regresi murabahah digunakan Murabahah, data panel secara biaya Bagi Hasil  Variabel operasional signifikan dan. DPK, dan volume Volume yang Inflasi dan digunakan pembiayaan pembiayaan BI Rate murabahah. murabahah dan DPK, BI rate Inflasi dan 59

No

Peneliti

Tabel 2.7 Ringkasan Penelitian Terdahulu (lanjutan) Judul Variabel Persamaan Perbedaan Penelitian Margin Murabahah (BRI Syariah)

7

Achmad Nurdany (2012)

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Rentabilitas Terhadap Pendapatan Margin Murabahah Bank Syariah (Studi Kasus Pada Pt. Bank Mega Syariah Periode 2005-2012)

ROA, ROE,  Sampel Net Core yang Operatinal digunakan Margin BUS (NCOM),  Variabel Operational yang Efficiency digunakan Ratio ROA (OER)

 Menggunak an regresi linier berganda  Periode 2005 – 2012  Variabel yang digunakan ROE, NCOM dan OER

8

Gholamr eza Zandi & Noraini Mohd. Ariffin

Some Issues Pembiayaan  Sampel on Murabahah yang Murabahah digunakan Practices in BUS Iran and Malaysian Islamic Banks

 Menggunak an metode penelitian deskriptif

Hasil Penelitian mempengaruhi margin murabahah secara signifikan. Inflasi tidak memiliki signifikansi terhadap margin murabahah. Secara simultan semua variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen, secara parsial ROA, ROE, NCOM berpengaruh terhadap pendapatan margin murabahah. Sementara OER tidak berpengaruh secara parsial. Praktek murabahah pada bank Islam di Iran dan Malaysia masih menggunakan suku bunga pasar dalam menentukan tingkat kauntungan yang diinginkan dari murabahah

60

No

Peneliti

9

M. Pisol dkk. (2012)

10

Lin Purwani ngsih, (2010)

Tabel 2.7 Ringkasan Penelitian Terdahulu (lanjutan) Judul Variabel Persamaan Perbedaan Penelitian Sharia Cost of  Sampel  Menggunak Views on fund, yang an metode the overhead digunakan penelitian Component cost, banks BUS komparatif s of Profit profit Rate in Al- margin dan Murabahah risk Asset premium Financing cost in Malaysian Islamic Bank

Analisis Biaya  Sampel Faktor operasional, yang Eksternal (ROA), digunakan dan Faktor (SBI), suku BUS Internal bunga  Variabel yang pinjaman yang Mempengar bank digunakan uhi Margin konvension ROA dan Pembiayaan al, profit BI rate Murabahah target dan (PT. Bank margin Muamalat murabahah Tbk.)

 Menggunak an regresi linier berganda  Periode 2000 – 2009  Variabel yang digunakan biaya operasional dan SBI

Hasil Penelitian Di Malaysia, dalam menentukan tingkat margin keuntungan pada murabahah mempertimbang kan beberapa faktor yaitu Cost of fund (dana yang terhimpun), overhead cost (biaya operasional), keuntungan margin yang diinginkan bank dan risk premium cost. Biaya operasional, Return on Assets (ROA), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), suku bunga pinjaman bank konvensional/Ba sel Lending Rate secara signifikan mempengaruhi margin murabahah. Sedangkan profit target tidak berpengaruh signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah.

61

I.

Kerangka Pemikiran Penelitian ini menganalisis pengaruh dari internal bank seperti rasio keuangan

bank ROAdan DPK yang terhimpun serta pengaruh dari eksternal bank yaitu kondisi ekonomi makro yaitu inflasi dan BI rate terhadap margin murabahah. Maka kerangka dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.6 sebagai berikut: Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran Penelitian Objek Penelitian

Margin Murabahah

ROA, DPK, Inflasi dan BIrate Metode Estimasi Data Panel

Common Effect

Fixed Effect

Random Effect

Pemilihan Model Regresi Panel

Uji Chow

Uji Lagrange Multiplier

Uji Hausman

Uji Signifikasi

Uji F

Uji t

Adjusted R2

Interpretasi 62

J.

Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis Good dan Scates (1954) dalam (Suharyadi dan Purwanto, 2008) menyatakan

bahwa hipotesis adalah sebuah dugaan atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk dalam pengambilan keputusan. Sedangkan Kerlinger (1973) dalam (Suharyadi dan Purwanto, 2008) mendefinisikan hipotesis sebagai pernyataan yang bersifat dugaan dari hubungan antara kedua variabel atau lebih variabel. Sesuai dengan kerangka pemikiran dan untuk memberi arah pada proses penelitian ini, maka hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: 1. Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur pengembalian (laba) setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Hasil pengembalian ini dapat dibandingkan dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran keefektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah perusahaan (Astuti, 2004). Investasi Bank Syariah mayoritas untuk pembiayaan murabahah untuk mendapatkan laba yang maksimal demi membuat ROA yang sehat maka margin murabahah yang diberikan oleh pihak manajemen akan memperhatikan ROA bank tersebut di waktu yang sama.

63

Penelitian yang dilakukan (Purwaningsih, 2010) menemukan signifikasi antara ROA dan margin murabahah, sementara penelitian yang dilakukan (Rahma, 2016) tidak menemukan signifikasi diantara variabel tersebut. Berdasarkan pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah dilakukan dengan penilitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ROA terhadap margin murabahah Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara ROA terhadap margin murabahah 2. Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh perusahaan yang berasal dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan dan lain-lain (Rodoni, 2009). Dana Pihak Ketiga (DPK) bank syariah dihimpun melalui tabungan, giro dan deposito. Menurut (Nurfiani, 2007) semakin banyak dana yang dihimpun maka semakin banyak pula biaya yang diperlukan bank untuk memberi timbal balik atas dana yang dihimpun oleh nasabah. Untuk itu margin yang diinginkan bank harus memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun, agar likuiditas dana dapat terjaga. Murabahah dapat dikatakan akad yang ideal untuk menyalurkan dana yang terhimpun karena pembiayaan murabahah merupkan pembiayaan yang risikonya tidak sebesar pembiayaan lain karena pembiayaan ini bersifat fixed dari segi angsuran dan jangka waktu pembiayaan.

64

Penelitian yang dilakukan oleh (Rahma, 2016), (Zaenuri (2012) dan (Nurfiani, 2007) menemukan signifikasi antara DPK dan margin murabahah, sementara (Izzuddin, 2013) tidak menemukan signifikasi diantara dua variabel tersebut. Berdasarkan pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah dilakukan dengan penilitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H0 :Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara DPK terhadap margin murabahah Ha :Terdapat pengaruh yang signifikan antara DPK terhadap margin murabahah 3. Menurut (Rahardja dan Manurung, 2005), iInflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Kenaikan harga barang akan mempengaruhi komoditas yang diperjual-belikan dalam pembiayaan murabahah. Semakin tinggi harga barang semakin tinggi pula harga jual yang diberikan bank kepada nasabah. Sudah pasti inflasi mempengaruhi komoditas murabahah, namun apakah inflasi juga mempengaruhi pihak manajemen dalam memberikan margin murabahah kepada para nasabah. Penelitian yang dilakukan (Satya, 2013) menemukan pengaruh inflasi terhadap margin murabahah, sementara (Izzuddin, 2013) dan (Zaenuri, 2012) tidak menemukan pengaruh antara inflasi dan margin murabahah. Berdasarkan pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah

65

dilakukan dengan penilitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H0 :Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap margin murabahah Ha :Terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap margin murabahah 4. Di Indonesia, suku bunga ditetapkan oleh Bank Sentral yaitu Bank Indonesia yang lebih dikenal dengan istilah BI rate. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sekap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh BI dan diumumkan kepada public. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan

kepada

public

(www.bi.go.id).(Muhammad,

2005)

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya mark-up adalah kebutuhan bank syariah untuk memperoleh keuntungan riil, inflasi, suku bunga berjalan, kebijakan moneter dan marketabilitas barang-barang murabahah serta tingkat laba yang diharapkan dari

barang-barang

tersebut. BI rate yang mempengaruhi disini maksudnya BI rate dijadikan rujukan dalam penetapan nisbah, bonus, ujrah dan termasuk margin

66

murabahah pada bank syariah. Penelitian yang dilakukan oleh (Fahkrina, 2015), (Zaenuri, 2012), (Purwaningsih, 2010) dan (Nurfiani, 2007) menemukan pengaruh yang signifikan antara BI rate terhadap maargin murabahah. Sementara (Satya, 2013), (Izzuddin, 2013) dan (Sari, 2012) tidak menemukan pengaruh antara dua variabel tersebut. H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara BI rate terhadap margin murabahah Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara BI rate terhadap margin murabahah 5. H0: Tidak terdapat pengaruh secara simultan variabel Return On Asset (ROA), Dana Pihak Ketiga (DPK), Inflasi dan BI rate terhadap margin murabahah. Ha: Terdapat pengaruh secara simultan variabel Return On Asset (ROA), Dana Pihak Ketiga (DPK), Inflasi dan BI rate terhadap margin murabahah.

67

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah menganilisis rasio Return On Assets (ROA) dan juga jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah serta kondisi makro ekonomi Indonesia yaitu inflasi dan BI rate, terhadap pendapatan margin murabahah perbankan syariah di Indonesia periode 2012- 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan masing-masing bank syariah yang dijadikan sampel, Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Data juga berasal dari informasi lainnya seperti dari brosur perusahaan (Koran, buku), website perusahaan dan dari internet. Penelitian ini berkaitan dengan banyak variabel, namun penulis membatasi variabel penelitian menjadi variabel Return On Assets (ROA), Dana Pihak Ketiga (DPK), inflasi dan BI rate sebagai variabel independen dan margin murabahah sebagai variabel dependen. Jenis data yang digunakan penelitian ini adalah data runtun waktu (time series) dan data silang (cross section) selama.

B. Metode Penentuan Sampel Sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian (Suharyadi dan Purwanto, 2008). Sampel yang baik pada umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut (Kuncoro, 2009):

131

1.

Sampel yang baik memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan besarnya sampel untuk memperoleh jawaban yang dikehendaki.

2.

Sampel yang baik mengidentifikasi probabilitas dari setiap unit analisis untuk menjadi sampel.

3.

Sampel yang baik dengan menghitung akurasi dan pengarih (misalnya kesalahan) dalam pemilihan sampel.

4.

Sampel yang baik dengan menghitung derajat kepercayaan yang diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel statistika.. Penarikan Sampel pada penelitian ini menggunakan metode. Purposive

(Purposive Sampling). Penarikan sampel purposive adalah penarikan sampel dengan

pertimbangan

tertentu.

Pertimbangan

tersebut

didasarkan

pada

kepentingan atau tujuan penelitian. Penarikan dengan sampel purposive dibagi menjadi dua cara, yaitu (a) convenience sampling, yaitu penarikan sampel berdasarkan keinginan peneliti sesuai dengan tujuan penelitian, dan (b) judgment sampling, yaitu penarikan sampel berdasarkan penilaian terhadap karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian (Suharyadi dan Purwanto, 2008). Jumlah Bank Umum Syariah di Indonesia sampai saat ini, menurut laporan Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juli 2016, berjumlah 12. Bank-bank tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut.

68

Tabel 3.1 Bank Umum Syariah di Indonesia No. Nama Bank Umum Syariah 1 PT. Bank Muamalat Indonesia 2 PT. Bank Victoria Syariah 3 PT. Bank BRI Syariah 4 PT. Bank Jabar Banten Syariah 5 PT. Bank BNI Syariah 6 PT. Bank Syariah Mandiri 7 PT. Bank Mega Syariah 8 PT. Bank Panin Syariah 9 PT. Bank Syariah Bukopin 10 PT. BCA Syariah 11 PT. Maybank Syariah Indonesia 12 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah 13 PT. Bank Aceh Syariah Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, data diolah Dengan metode Purposive Sampling yang dipilih dalam pemilihan sampel penelitian ini, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 5 Bank Umum Syariah (BUS). Bank-bank syariah tersebut adalah Bank Bukopin Syariah, Bank Mega Syariah, BCA Syariah, BNI Syariah dan BRI Syariah. Adapun kriteria-kriteria dipilihnya Bank Umum Syariah yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah: 1.

Bank Umum Syariah (BUS) tersebut terdaftar di Bank Indonesia (BI) dan di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

2.

Bank Umum Syariah (BUS) tersebut memiliki data yang lengkap yang dibutuhkan terkait variabel-variabel yang digunakan untuk penelitian selama periode 2012 – 2015 yang tersaji dalam laporan keuangan masing-masing sampel.

69

3.

Laporan Keuangan Bank Umum Syariah (BUS) yang menjadi sampel telah di audit, sehingga data yang diambil kemungikinan tidak akan mengalami perubahan. Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian No Nama Bank Umum Syariah 1 PT. Bank Syariah Bukopin 2 PT. Bank Mega Syariah 3 PT. BCA Syariah 4 PT. Bank BNI Syariah 5 PT. Bank BRISyariah Sumber: Olahan Peneliti

C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan penelitian ini merupakan data sekunder, data tersebut diperoleh langsung dari laporan keuangan bank syariah masing-masing sampel yang didapat dari website dan Bank Indonesia (BI). Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

Field Research Peneliti menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu (time series)

dan data silang (cross section) yang diambil dari laporan keuangan bank syariah dengan sekala triwulan (per tiga bulan) selama periode 2012 triwulan 1 – 2015 triwulan 4. 2.

Library Research Library Research merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi

dengan membaca, mempelajari dan menganalisis literatur yang bersumber dari

70

buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini untuk mendapatkan konsep yang tersusun dan memperoleh data yang valid. 4.

Internet Research Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam dari

perpustakaan merupakan literatur lama, karena ilmu selalu berkembang seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan menggunakan teknologi yang juga berkembang yaitu internet, sehingga data yang diperoleh merupakan data sesuai dengan perkembangan zaman.

D. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi data panel, analisis data panel dipilih karena data dari penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu data runtun waktu (time series) dan data silang (cross section). 1.

Metode Analisis Regresi Data Panel Data panel adalah gabungan antara data runtut waktu (time series) dengan

data silang (cross section). Data panel diperkenalkan oleh Howles pada tahun 1950. Data runtut waktu biasanya meliputi satu objek (misalnya harga saham, kurs mata uang atau tingkat inflasi), tetapi meliputi beberapa periode (harian, bulanan, kuartalan, tahunan dan sebagainya) (Baltagi, 2005). Data silang terdiri atas beberapa atau banyak objek, sering disebut responden, (misalnya perusahaan) dengan beberapa jenis data (misalnya laba, biaya iklan,

71

laba ditahan dan tingkat investasi) (Winarno, 2007). Banyak alasan mengapa data panel lebih baik digunakan dalam model-model regresi dibandingkan data time series ataupun cross section, diantaranya menurut (Baltagi, 2005) adalah: a. Bila data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, Negara, daerah dan lain-lain pada waktu tertentu, maka data tersebut adalah heterogen. Teknik penaksiran data panel yang heterogen secara eksplisit dapat dipertimbangan dalam perhitungan. b. Kombinasi data time series dan data cross section akan memberikan informasi yang lebih lengkap, lebih beragam, kurang berkorelasi antara variabel, derajat bebas lebih besar dan lebih efisien. c. Studi pada data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis dibandingkan studi berulang-ulang dari cross section. d. Data panel lebih baik mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diukur oleh data time series dan cross section, misalnya efek dari upah minimum regional. e. Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih kompleks, misalnya fenomena skala ekonomi dan perubahan teknologi. f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi individu atau perusahaan karena unit data lebih banyak. Diantara sekian banyak kegunaan dari data panel, salah satu manfaat yang paling dirasakan oleh para ahli ekonomi adalah penggunaan data panel mengatasi masalah kekurangan data yang tidak dapat dipenuhi oleh data time series.

72

Penyelesaian

model-model

panel

data

bila

dilihat

dari

kesalahan

pengganggunya dapat dipecahkan dengan Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect Model (REM). Kedua metode ini menghasilkan koefisien yang sangat berbeda antara satu sama lainnya. Perbedaan itu disebabkan karena asumsi yang digunakan diantara kedua metode tersebut tidak sama. Pada FEM, varians error dari observasi satu dengan observasi lainnya dianggap konstan. Sementara dalam REM, varians error diasumsikan tidak sama. Akibat ketidaksamaan dua asumsi tersebut bisa saja terjadi perbedaan keputusan dalam melihat signifikansi dari variabel-variabel independen yang disertakan dalam model. Salah satu metode ekonometrik yang lazim digunakan untuk menganalisis apakah lebih tepat FEM atau REM untuk memecahkan sistem persamaan panel data adalah dengan Hausman-test. Selain itu berdasarkan beberapa keunggulan dari masing-masing kedua model tersebut, sebagaimana yang dijelaskan oleh (Gujarati, 2003), dapat juga dilihat secara apriori model manakah yang lebih tepat. Keunggulan yang dimaksud adalah sebagai berikut (Dariyanto dan Hafizrianda, 2010). a. Jika jumlah data time series (T) besar dan jumlah unit cross section (N) kecil, maka ada sedikit perbedaan nilai parameter hasil estimasi dengan FEM dan REM. Berarti pilihan berdasarkan pada layaknya pergitungan mungkin FEM lebih dipilih.

73

b. Bila T kecil dan N besar, estimasi yang diperoleh dari kedua model tersebut sangat berbeda sekali. Jika individu atau unit-unit cross section bersifat tidak random, maka FEM yang tepat. Namun, bila unit analisis bersifat random maka REM lebih cepat. c. Jika error component individu dan satu atau lebih variabel independent berkorelasi, maka estimasi dengan REM akan bias, sementara hasil dari estimasi FEM unbiased. d. Jika T kecil dan N besar, dan asumsi yang digunakan adalah REM, maka estimasi REM lebih efisien dibanding FEM. 2.

Estimasi Model Data Panel Untuk mengestimasi parameter model dengan data panel, terdapat beberapa

teknik yang ditawarkan, menurut (Nachrowi, 2006) untuk mengestimasi parameter model dengan data panel, terdapat beberapa teknik yang dapat ditawarkan, yaitu Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM). a. Pooled Least Square Teknik ini tidak ubahnya dengan membuat regresi dengan data cross section atau time series sebagaimana telah dipelajari sebelumnya. Akan tetapi, untuk data panel, sebelum membuat regresi kita harus menggabungkan data cross-section dengan time-series (pool data). Kemudian data gabungan ini diperlakukan sebagai satu kesatuan pengamatan yang digunakan untuk mengestimasi model dengan metode PLS.

74

Bila kita punya asumsi bahwa α dan β akan sama (konstan) untuk setiap data time series dan cross section, maka α dan β dapat diestimasi dengan model berikut dengan menggunakan NxT pengamatan. Yit = α + βXit + εit;i=1,2,….N; t = 1,2,….,T Pertanyaannya apakah asumsi bahwa α dan β konstan realistis? Dalam penelitian ini penulis mengamati pengaruh ekonomi makro dan rasio keuangan bank terhadap margin murabahah perbankan syariah. Apakah realistis jika dibuat suatu model, dimana Return On Assets (ROA) dan Dana Pihak Ketiga (DPK)mempunyai intercept yang sama dengan Inflasi dan BI rate? Untuk mengatasi permasalahan tersebut, ada dua buah teknik yang biasanya digunakan untuk membuat model dari data panel, yaitu Metode Efek Tetap (Fixed Effect Model) dan Metode Efek Random (Random Effect Model). b. Model Efek Tetap (Fixed Effect) Adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan model memungkinkan adanya intercept ini mungkin berubah untuk setiap individu dan waktu. Pemikiran inilah yang menjadi dasar pemikiran pembentukan model tersebut. Asumsi pembuatan model yang menghasilkan α konstan untuk setiap individu (i) dan waktu (t) kurang realistis. Dalam efek tetap (Fixed Effect Model) atau disingkat (FEM) kita dapat mengatasi hal tersebut, karena metode ini memungkinkan adanya perubahan α pada setiap i dan t.

75

Secara matematis model FEM dinyatakan sebagai berikut: 𝑌𝑖𝑡 = 𝛼 + β𝑋𝑖𝑡 + 𝑦2 𝑊2𝑡 + 𝑦3 𝑊3𝑡 + … + 𝑦𝑁 𝑊𝑁𝑡 + 𝛿2 𝑍𝑖2 + … + 𝛿𝑇 𝑍𝑖𝑇 + εit Dimana: 𝑌𝑖𝑡 = Variabel terikat untuk individu ke-I dan waktu ke-t 𝑋𝑖𝑡 = Variabel bebas untuk individu ke-I dan waktu ke-t 𝑊𝑖𝑡 dan 𝑍𝑖𝑡 variabel dummy yang didefinisikan sebagai berikut: 𝑊𝑖𝑡 = 1; untuk individu I;I = 1,2,…, N = 0 ; lainnya. 𝑍𝑖𝑡 = 1; untuk periode t; t=1,2…,T = 0 ; lainnya Dari model diatas terlihat bahwa sesungguhnya FEM adalah sama dengan regresi yang menggunakan dummy variabel sebagai variabel bebas, sehingga dapat diestimasi dengan Ordinary Least Square (OLS). Dengan diestimasinya tersebut menggunakan OLS, maka akan memperoleh estimator yang tidak bias dan konsisten. c. Model Efek Random (Random Effect) Bila pada Model Efek Tetap, perbedaan antar individu dan atau waktu dicerminkan lewat intercept, maka pada Model Efek Random, perbedaan tersebut diakomodasi lewat error. Teknik ini juga memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time series dan cross section.

76

Pada FEM perbedaan karakteristik individu dan waktu diakommodasikan pada intercept-nya berubah antar individu dan antar waktu. Sementara Model Efek Random atau Random Effect Model (REM) perbedaan karakteristik individu dan waktu diakomodasikan pada eror dari model. Mengingat ada dua komponen yang mempunyai kontribusi pada pembentukan error, yaitu individu dan waktu, maka random error untuk komponen individu, error komponen waktu dan error gabungan. Dengan demikian, persamaan REM diformulasikan sebagai berikut: 𝑌𝑖𝑡 = 𝛼 + β𝑋𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡 ; 𝜀𝑖𝑡 = 𝑢𝑖 + 𝑉𝑡 + 𝑊𝑖𝑡 Dimana: 𝑢𝑖

: komponen error cross-section

𝑉𝑖

: komponen error time-series

𝑊𝑖𝑡 : komponen error gabungan Adapun asumsi yang digunakan untuk komponen error tersebut adalah: 𝑢𝑖 ~N 0, 𝜎𝑢2 ; 𝑉𝑡 ~N 0, 𝜎𝑢2 ; 𝑊𝑖𝑡 ~N 0, 𝜎𝑢2 ; Melihat persamaan diatas, maka dapat dinyatakan bahwa REM menganggap efek rata-rata dari data cross section dan time series direpresentasikan dalam intercept. Sedangkan deviasi efek secara random untuk data time series direpresentasikan dalam 𝑉𝑡 dan deviasi untuk data cross section dinyatakan dalam 𝑢𝑖 . Kita telah mengetahui bahwa:

77

𝜀𝑖𝑡 = 𝑢𝑖 + 𝑉𝑡 + 𝑤𝑖𝑡 Dengan demikian varians dari error tersebut dapat dituliskan dengan: 𝑉𝑎𝑟 𝜖𝑖𝑡 = 𝜎𝑢 2 + 𝜎𝑣 2 + 𝜎𝑤 2 3.

Pemilihan Metode Estimasi dalam Data Panel Menurut (Nachrowi dan Usman, 2006) untuk menentukan model data panel

yang dipilih, diperlukan pengujian beberapa tahap, yaitu a. Chow Test, untuk memilih antara PLS dan FEM b. Hausmann Test, untuk memilih antara FEM dan REM Keunggulan pendekatan FEM dapat membedakan efek individual dan efek waktu, FEM tidak perlu mengasumsikan bahwa komponen eror tidak memiliki korelasi dengan variabel bebas yang memungkinkan sulit dipenuhi. Sedangkan keunggulan pendekatan REM mempunyai parameter lebih sedikit sehingga derajat kebebasannya lebih besar dibandingkan dengan FEM (Nachrowi dan Usman, 2006). Ada 2 tahapan dalam memilih metode estimasi data panel. Pertama-tama kita akan membandingkan PLS dengan FEM terlebih dahulu. Kemudian dilakukan uji Chow. Jika hasil menunjukkan model PLS yang diterima, maka model PLS-lah yang akan dianalisa. Tapi jika model FEM yang diterima, maka tahap kedua yang dijalankan yakni melakukan perbandingan lagi dengan model REM. Setelah itu dilakukan pengujian dengan Hausman test untuk menentukan model mana yang akan dipakai, apakah FEM atau REM. a. Uji Chow

78

Uji Chow (F statistik) adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui model mana yang lebih baik di antara Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang lebih tepat digunakan dalam penelitian (Juanda dan Junaidi, 2012). Rumus yang digunakan dalam uji ini adalah: N−1

𝐶𝐻𝑂𝑊 = NT −N−K Dimana: N

: jumlah data cross section

T

: jumlah data time series

K

: jumlah variabel penjelas

Pengujian Uji Chow memiliki hipotesis, hipotesis dari uji chow adalah sebagai berikut: H0

: model menggunakan pendekatan Pooled Least Square (PLS)

H1

: model menggunakan pendekatan Fixed Effect Model (FEM)

Pengujian ini mengikuti distribusi F statistik, jika F statistik lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak. Nilai Chow menunjukkan nilai F statistik. Jika nilai Chow yang kita dapat lebih besar dari nilai F tabel, maka kita menggunakan Fixed Effect Model (Juanda dan Junaidi, 2012). Atau kita dapat melihat kepada nilai probabilitas cross section F dan Chi Square, dengan ketentuan: Jika probabilitas < 0,05 berarti H0 ditolak Jika probabilitas > 0,05 berarti H0 diterima

79

b. Uji Hausmann Uji Hausmann digunakan untuk menentukan model Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect Model (REM) yang paling tepat digunakan (Juanda dan Junaidi, 2012). Pengujian uji Hausmann dilakukan dengan hipotesis berikut: H0

: model menggunakan pendekatan Random Effect Model (REM)

H1

: model menggunakan pendekatan Fixed Effect Model (FEM)

Statistik uji Hausmann ini mengikuti distribusi Chi Square dengan degree of freedom sebanyak k, dimana k adalah jumlah variabel independen. H=(βRE - βFE)1 (ΣFE – ΣRE)-1 (βRE – βFE) keterangan: βRE

: Random Effect Estimator

βFE

: Fixed Effect Estimator

ΣFE

: Matriks Kovarians Fixed Effect

ΣRE

: Matriks Kovarians Random Effect

Menurut (Juanda dan Junaidi, 2012) jika nilai statistik Hausmann lebih besar dari nilai kritisnya maka H0 ditolak dan model yang tepat adalah model fixed effect, sedangkan sebaliknya bila nilai nilai statistik Hausmann lebih kecil dari nilai kritisnya maka model yang tepat adalah random effect, dengan ketentuan: Jika probabilitas < 0,05 maka ditolak H0

80

Jika probabilitas > 0,05 maka terima H0

c.

Uji Asumsi Klasik Kelebihan penelitian menggunakan data panel adalah data yang

digunakann menjadi lebih informatif, variabilitasnya lebih besar, kolineariti yang lebih rendah diantara variabel dan banyak derajat bebas (degree of freedom) dan lebih efisien. Panel data dapat mendeteksi dan mengukur dampak dengan lebih baik dimana hal ini tidak bisa dilakukan dengan metode cross section maupun time series. Pengujian asumsi kalsik tidak dilakukan dalam penelitian ini, karena penelitian ini menggunakan jenis data panel yang membolehkan identifikasi parameter tertentu tanpa perlu membuat asumsi yang tertata atau tidak mengharuskan terpenuhinya semua asumsi klasik (Verbeek, 2004). Panel data memungkinkan mempelajari lebih kompleks mengenai perilaku yang ada dalam model sehingga pengujian data panel tidak memerlukan uji asumsi klasik (Gujarati, 1992). 4.

Uji Statistik Selanjutnya untuk mengetahui keakuratan data maka perlu dilakukan

beberapa pengujian (Gujarati, 2003): a. Uji t-Statistik (Parsial) Uji statistik T digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang dimasukan dalam model regresi secara individual terhadap variabel dependen (Ghazali, 2013). Uji t-statistik parsial dapat diselesaikan dengan menggunakan rumus: 81

ti

bj Sbj

keterangan: ti

: Nilai t hitung

bj

: Koefisien

Sbj

: Kesalahan baku koefisien regresi

regresi

Dimana:

Sbj =

𝑆𝑒 2 𝐷𝑒𝑡 {𝐴}

(𝐾𝑖𝑖)

keterangan: Sbj

: Kesalahan

baku koefisien regresi

Se

: Kesalahan baku estimasi

Det [A]

: Determinasi Maktriks A

Kii

: Kofaktor Matriks A

Dimana:

Se

Σ Y−Ỹ ² n−k

keterangan: Se

: Kesalahan baku estimasi

(Y - Ỹ)2

: Kuadrat selisih nilai Y riil dnegan nilai Y prediksi

n

: ukuran sampel

k

: Jumlah variabel yang diamati

82

Hipotesis: H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. H1 : terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan adalah: Jika probabilitas < 0,05 maka tolak H0 Jika probabilitas > 0,05 maka terima H0 Jika t-hitung ≤ T-tabel : H0 diterima dan H1 ditolak Jika t-hitung ≥ T-tabel : H0 ditolak dan H1 diterima b. Uji F-Statistik (Simultan) Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghazali, 2013). Hipotesis: H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. H1 : terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Uji F-Statistik dapat diselesaikan dengan rumus:

83

Keterangan: F

: Nilai F hitung

R2

: koefisien determinasi

n

: jumlah cross section

T

: jumlah time series

K

: jumlah variabel independen

Dasar pengambilan keputusan adalah: Jika probabilitas < 0,05 maka tolak H0 Jika probabilitas > 0,05 maka terima H0 Jika f-hitung ≤ F-tabel : H0 diterima dan H1 ditolak Jika f-hitung > F-tabel : H0 ditolak dan H1 diterima c. 𝑅2 Adjusted Uji koefisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependennya yang dapat dilihat melalui adjusted R square karena variabel dalam penelitian ini lebih dari dua (Winarno, 2007). Pengujian koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa besar garis regresi sesuai dengan data akrualnya. Koefisien determinasi ini mengukur persentase total varian variabel dependen Y yang dijelaskan oleh variabel independen dalam garis regresi. Nilai 𝑅2 selalu terletak di antara 0 dan 1 (0 <𝑅2 < 1). Semakin besar 𝑅2 , semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen.

84

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap penambahan satu variabel independen, maka 𝑅2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Uji Adjusted R square dapat diselesaikan dengan menggunakan rumus: 𝑅2 =

𝐸𝑆𝑆 𝑇𝑆𝑆

keterangan: R2 : koefisien determinasi ESS : Explained Sum of Square TSS : Total Sum of Square Untuk mengatasi permasalah tersebut, suatu pengukuran kelayakan yang sesuai lainnya telah dikembangkan. Ukuran yang merupakan modifikasi dari 𝑅2 ini memberikan penalty bagi penambahan variabel penjelas yang tidak menurunkan residual secara signifikan. Ukuran ini disebut Adjusted 𝑅2 (Ariefianto, 2012). 5.

Model Empiris Untuk mengetahui pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen,

maka digunakan model regresi data panel dengan persamaan sebagai berikut: 𝑌𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1 𝑋1𝑖𝑡 + 𝛽2 𝑋2𝑖𝑡 + 𝛽3 𝑋3𝑖𝑡 + 𝛽4 𝑋4 + 𝜀𝑖𝑡 Keterangan: Y

= Margin Murabahah ,

t

= 1,2,…N (untuk waktu)

i = 1,2,…N (untuk individu)

85

X1

= ROA terhadap Margin Murabahah

X2

= DPK terhadap Margin Murabahah

X3

= Inflasi terhadap Margin Murabahah

X4

= BI rate terhadap Margin Murabahah Perhitungan dan pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan alat bantu

melalui software statistik dan ekonometrik dalam PC yang sesuai, yaitu program E-views versi 9.0.

E. Operasional Variabel Penelitian 1.

Margin Murabahah (Y) Margin murabahah adalah selisih antara harga jual dan harga beli yang telah

disepakati bersama antara pihak bank dengan debitur pada pembiayaan murabahah. 2.

Return On Asset (ROA) (X1) Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur pengembalian (laba)

setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. 3.

Dana Pihak Ketiga (DPK) (X2) DPK adalah dana yang dihimpun oleh bank dari masyarakat yang kemudian

disalurkan kedalam pembiayaan kepada nasabah peminjam yang membutuhkan dengan menggunakan dana yang diperoleh tersebut. Bank berkewajiban

86

memberikan nisbah atau bonus kepada pemilik dana, nisbah atau bonus tersebut diperoleh bank melalui kegiatan investasi yang dananya diperoleh dari DPK. 4.

Inflasi (X3) Inflasi adalah tingkat inflasi regional per bulan yang menjadi sebuah indikator

untuk melihat tingkat perubahan dandianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi. 5.

BI rate (X4) BI rate, adalah suku bunga bank Indonesia yang digunakan sebagai salah satu

rujukan dalam menetapkan tingkat suku bunga pada bank konvensional ataupun margin pembiayaan murabahah pada banksyariah. Tidak adanya acuan dalam menetapkan margin, membuat BI rate dijadikan rujukan dalam menentukan margin oleh bank syariah.

87

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian Bank syariah merupakan suatu lembaga yang melaksanankan tiga fungsi utama yaitu menerima pinjaman, memberikan pinjaman dan memberikan pelayanan jasa yang berlandaskan pada prinsip syariah Islam. Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli atau lainnya) berlandaskan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat keadilan, maslahah, sistem zakat, bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar) (Karim, 2013). Sedangkan menurut (Siamat, 2004) bank syariah adalah bank yang menjalankan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam yaitu mengacu kepada Al-Qur‟an dan Hadits, berusaha sesuai dengan prinsip syariat Islam yang dimaksud disini adalah beroperasi mengikuti ketentuan-ketentuan syariat Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam antara lain misalnya menjauhi praktek-praktek yang mengandung unsur-unsur riba dan melakukan kegiatan investasi atas dasar bagi hasil pembiayaan perdagangan.

131

Jika dalam konsep konvensional memaksimumkan profit merupakan tujuan utama dari sebuah bank komersil, sebaliknya bank Islam yang selain mencari keuntungan juga mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan nilai-nilai Islam dengan bertransaksi secara adil, bisnis yang halal, tidak menerapkan sistem bunga, tidak monopoli dan mengeluarkan zakat (Haron, 1997). Pembentukan bank syariah semula memang banyak diragukan, karena banyak yang menganggap bahwa sistem perbankan bebas bunga (interest free) adalah suatu yang tidak lazim dan tidak mungkin dilakukan serta adanya pertanyaan tentang bagaimana bank akan membiayai operasinya. Tetapi dilain pihak, bank Islam adalah satu alternatif sistem ekonomi Islam, yang dapat menentramkan para penganut agama Islam, karena dapat menjalankan kebutuhan mereka di dunia tanpa melanggar aturan (syariat) yang ada dalam AlQur‟an dan Hadits (Hamidi, 2003). Sistem ekonomi berbasis syariah, memiliki karakteristik positif yang menonjol juga memiliki aspek keadilan dan kejujuran dalam bertransaksi. Dimana dalam ekonomi syariah melakukan suatu sistem untuk

menawarkan investasi yang ber-etika, mengedepankan nilai-nilai

kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi serta menghindari adanya suatu kegiatan yang bersifat spekulatif dalam bertransaksi keuangan (Rivai, 2010). Perbankan syariah di Indonesia telah tumbuh dan berkembang, dari pertama berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992 sampai saat ini berdasarkan Statistik Perbankan Syariah (SPS) per Juli 2016 yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah Bank Umum Syariah berjumlah 12 BUS, dengan jumlah 456 Kantor Cabang, 1.161 Kantor Cabang Pembantu dan

89

182 Kantor Kas. Tidak hanya Bank Umum Syariah, perkembangan tersebut juga diikuti oleh jumlah Unit Usaha Syariah yang hingga saat ini tercatat sudah mencapai 22 Unit Usaha Syariah dengan 149 Kantor Cabang, 135 Kantor Cabang Pembantu dan 44 Kantor Kas yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Setelah mendeskripsikan Bank Syariah secara umum, selanjutnya penulis akan sedikit membahas 5 Bank Umum Syariah yang menjadi objek dari penelitian ini, bank-bank tersebut yaitu: 1.

PT Bank Syariah Bukopin PT Bank Syariah Bukopin (selanjutnya disebut Perseroan) sebagai bank yang

beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula masuknya konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk. PT Bank Persyarikatan Indonesia yang sebelumnya bernama PT Bank Swansarindo Internasional didirikan di Samarinda, Kalimantan Timur berdasarkan merupakan bank umum yang memperolah Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor 1.659/ KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990 tentang Pemberian Izin Peleburan Usaha 2 (dua) Bank Pasar dan Peningkatan Status Menjadi Bank Umum dengan nama PT Bank Swansarindo Internasional yang memperoleh kegiatan

operasi

berdasarkan

surat

Bank

Indonesia

(BI)

nomor

24/1/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin Usaha Bank Umum dan Pemindahan Kantor Bank. Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh Organisasi Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT Bank Swansarindo

90

Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia yang memperoleh persetujuan dari (BI) nomor 5/4/KEP. DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003 yang dituangkan ke dalam akta nomor 109 Tanggal 31 Januari 2003. Dalam perkembangannya kemudian PT Bank Persyarikatan Indonesia melalui tambahan modal dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, Tbk., maka pada tahun 2008 setelah memperolah izin kegiatan usaha bank umum yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008 tentang Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah, dan Perubahan Nama PT Bank Persyarikatan Indonesia Menjadi PT Bank Syariah Bukopin dimana secara resmi mulai efektif beroperasi tanggal 9 Desember 2008 Kegiatan operasional Perseroan secara resmi dibuka oleh Bapak M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004 -2009. Sampai dengan akhir Desember 2014 Perseroan memiliki jaringan kantor yaitu 1 Kantor Pusat dan Operasional, 11 Kantor Cabang, 7 Kantor Cabang Pembantu, 4 Kantor Kas, 1 unit mobil kas keliling, dan 76 Kantor Layanan Syariah, serta 27 mesin ATM BSB

dengan

jaringan

Prima

dan

ATM

Bank

Bukopin

(www.syariahbukopin.co.id). 2.

PT Bank Mega Syariah Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum yang didirikan

pada 14 Juli diakuisisi oleh CT Corpora (d/h Para Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan PT Para Rekan Investama pada 2001. Sejak

91

awal, para pemegang saham memang ingin mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank umum syariah. Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank Tugu dikonversi menjadi bank syariah melalui Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004 menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004, sesuai dengan Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No.6/11/KEP.DpG/2004. Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah perbankan Indonesia sebagai upaya pertama pengonversian bank umum konvensional menjadi bank umum syariah. Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga tahun kemudian, pada 7 November 2007, pemegang saham memutuskan perubahan bentuk logo BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional yang menjadi sister companynya, yakni PT Bank Mega, Tbk., tetapi berbeda warna. Sejak 2 November 2010 sampai dengan sekarang, melalui Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.12/75/KEP.GBI/DpG/2010, PT. Bank Syariah Mega Indonesia berganti nama menjadi PT Bank Mega Syariah. Untuk mewujudkan visi "Tumbuh dan Sejahtera Bersama Bangsa", CT Corpora sebagai pemegang saham mayoritas memiliki komitmen dan tanggung jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega Syariah sebagai bank umum syariah terbaik di industri perbankan syariah nasional. Komitmen tersebut dibuktikan dengan terus memperkuat modal bank. Dengan demikian, Bank Mega Syariah akan mampu memberikan pelayanan

92

terbaik dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan kompetitif di industri perbankan nasional. Misalnya, pada 2010, sejalan dengan perkembangan bisnis, melalui rapat umum pemegang saham (RUPS), pemegang saham meningkatkan modal dasar dari Rp400 miliar menjadi Rp1,2 triliun dan modal disetor bertambah dari Rp150,060 miliar menjadi Rp318,864 miliar. Saat ini, modal disetor telah mencapai Rp787,204 miliar. Di sisi lain, pemegang saham bersama seluruh jajaran manajemen Bank Mega Syariah senantiasa bekerja keras, memegang teguh prinsip kehati-hatian, serta menjunjung tinggi asas keterbukaan dan profesionalisme dalam melakukan kegiatan usahanya. Beragam produk juga terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta didukung infrastrukur layanan perbankan yang semakin lengkap dan luas, termasuk dukungan sejumlah kantor cabang di seluruh Indonesia. Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sekaligus mengukuhkan semboyan "Untuk Kita Semua", pada 2008, Bank Mega Syariah mulai memasuki pasar perbankan mikro dan gadai. Strategi tersebut ditempuh karena ingin berperan lebih besar dalam peningkatan perekonomian umat yang mayoritas memang berbisnis di sektor usaha mikro dan kecil. Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank devisa. Dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi devisa dan terlibat dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu juga telah memperluas jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya menjangkau ranah domestik,

93

tetapi juga ranah internasional. Strategi peluasan pasar dan status bank devisa itu akhirnya semakin memantapkan posisi Bank Mega Syariah sebagai salah satu bank umum syariah terbaik di Indonesia. Selain itu, pada 8 April 2009, Bank Mega Syariah memperoleh izin dari Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI) sebagai bank penerima setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH). Dengan demikian, bank ini menjadi bank umum kedelapan sebagai BPS BPIH yang tersambung secara online dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Depag RI. Izin itu tentu menjadi landasan baru bagi Bank Mega Syariah untuk semakin melengkapi kebutuhan perbankan syariah umat Indonesia (www.megasyariah.co.id). 3.

PT Bank BCA Syariah Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam beberapa

tahun terakhir menunjukkan minat masyarakat mengenai ekonomi syariah semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan layanan syariah, maka berdasarkan akta Akuisisi No. 72 tanggal 12 Juni 2009 yang dibuat dihadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi, .PT.Bank Central Asia, Tbk (BCA) mengakuisisi PT Bank Utama Internasional Bank (Bank UIB) yang nantinya menjadi PT. Bank BCA Syariah. Selanjutnya berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan di Luar Rapat Perseroan Terbatas PT Bank UIB No. 49 yang dibuat dihadapan Notaris Pudji Rezeki Irawati, S.H., tanggal 16 Desember 2009, tentang perubahan kegiatan usaha dan perubahan nama dari PT Bank UIB menjadi PT Bank BCA Syariah. Akta perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia

94

dalam Surat Keputusannya No. AHU-01929. AH.01.02 tanggal 14 Januari 2010. Pada tanggal yang sama telah dilakukan penjualan 1 lembar saham ke BCA Finance, sehingga kepemilikan saham sebesar 99,9997% dimiliki oleh PT Bank Central Asia Tbk, dan 0,0003% dimiliki oleh PT BCA Finance. Perubahan kegiatan usaha Bank dari bank konvensional menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui Keputusan Gubernur BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2010. Dengan memperoleh izin tersebut, pada tanggal 5 April 2010, BCA Syariah resmi beroperasi sebagai bank umum syariah (www.bcasyariah.co.id). 4.

BNI Syariah Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem

perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu. Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma‟ruf

95

Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah. Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat. Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan 20 Payment Point (www.bnisyariah.co.id). 5.

BRI Syariah Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., terhadap

Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semula

96

beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam. Dua tahun lebih PT. Bank BRISyariah hadir mempersembahkan sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip syariah. Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank BRISyariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRISyariah. Saat ini PT. Bank BRISyariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRISyariah menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan. Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRISyariah merintis sinergi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan

97

dana

masyarakat

dan

kegiatan

konsumer

berdasarkan

prinsip

Syariah

(www.brisyariah.co.id).

B. Deskripsi Data Data yang akan dideskripsikan pada penelitian ini terdiri dari satu data dependen yaitu margin murabahah dan data independen yang berjumlah empat, yaitu Return On Asset (ROA), Dana Pihak Ketiga (DPK), inflasi dan BI rate. 1.

Deskripsi Variabel Margin Murabahah Biaya yang telah dikeluarkan (cost recovery) bisa didekati dengan membagi

proyeksi jumlah biaya operasional bank dengan target volume pembiayaan murabahah. Margin murabahah dalam konteks ini adalah cost recovery ditambah dengan keuntungan yang diinginkan bank. Jadi dapat disimpulkan bahwa harga jual pada skema murabahah merupakan jumlah dari harga beli bank ditambah dengan cost recovery dan ditambah dengan keuntungan yang diinginkan. Sedangkan margin merupakan selisih dari harga jual dikurangi dengan harga beli (Zaenuri, 2012). Semakin murah harga jual yang ditawarkan bank syariah dapat dijadikan petunjuk bahwa bank syariah tersebut beroperasi dengan efisien. Harga jual pembiayaan murabahah yang relatif murah, maka akan mendorong sektor riil untuk lebih berkembang lagi (Perwataatmadja, 2004). Berikut adalah pendapatan margin murabahah yang diperoleh oleh lima bank syariah yang menjadi objek penelitian dari tahun 2012 triwulan I sampai dengan 2015 triwulan IV.

98

Tabel 4.1 Pendapatan Margin MurabahahObjek Penelitian Periode 2012 – 2015 (dalam Jutaan Rupiah) Pendapatan Margin Murabahah

Bukopin Syariah

Mega Syariah

BCASyariah

2012

2013

2014

2015

36999

51461

63517

68954

80344

105729

126904

134852

T 3 129239 T 4 183716

166471

195807

199356

229291

262719

262893

T 1 223697 T 2 455875

287115

303167

215095

591245

592761

412734

T 3 707460 895827 856897 T 4 980869 1213053 1115128 T 1 10047 13125 19297 T 2 19475 25698 40169

588587

T3

T1 T2

BRI Syariah

31376 69350

29988

38521

51565

109753

41809 T 1 111050 T 2 236166

54142

89607

155220

173699

285613

417637

369196

604306

849185

T 3 370559 T 4 527024

595205

955343

1297748

854003

1450260

1741998

T 1 201361 T 2 416414

250714

340296

378358

525497

669754

739359

T 3 645033 824143 1020236 T 4 887848 1133476 1335164

1098634

T4

BNI Syariah

742151

1458382

Rata-rata 314749 419881 518925 548581 Sumber : Laporan Keuangan Bank Umum Syariah, data diolah Berdasarkan tabel 4.1, dari ke lima Bank Umum Syariah pada tahun 2012 pendapatan margin murabahah tertinggi dicapai oleh Bank Mega Syariah sebesar Rp980.869.000 pada triwulan IV, dan terendah oleh BCA Syariah sebesar

99

Rp10.047.000 pada triwulan I, rata-rata pendapatan margin murabahah dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2012 sebesar Rp 314.748.650. Pada tahun 2013 pendapatan margin murabahah tertinggi dicapai oleh Bank Mega Syariah pada triwulan IV sebesar Rp 1.213.053.000 dan terendah oleh BCA Syariah sebesar Rp 13.125.000 pada triwulan I, rata-rata pendapatan margin murabahah dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2013 sebesar Rp 419.880.550. Pada tahun 2014 pendapatan margin murabahah tertinggi dicapai oleh BNI Syariah sebesar Rp 1.450.260.000 pada triwulan IV dan terendah oleh Bank BCA Syariah sebesar Rp 19.297.000 pada triwulan I, rata-rata pendapatan margin murabahah dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2014 sebesar Rp 518.925.500. Pada tahun 2015 pendapatan margin murabahah tertinggi dicapai oleh BNI Syariah sebesar Rp 1.741.998.000 pada triwulan IV dan terendah oleh BCA Syariah sebesar Rp 31.376.000 pada triwulan I, rata-rata pendapatan margin murabahah dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2015 sebesar Rp 548.581.100. Grafik 4.1 Rata-rata Pendapatan Margin MurabahahObjek Penelitian 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0

2012 2013 2014 2015 Bukopin Syariah

Mega Syariah

BCA Syariah BNI Syariah BRI Syariah

Sumber : Hasil Olahan Peneliti

100

Berdasarkan grafik 4.1, pendapatan margin murabahah diantara ke lima bank syariah sangat fluktuatif setiap tahunnya dan tidak ada satu bank syariah yang selalu mendominasi pendapatan margin murabahah. Pendapatan margin bank Bukopin Syariah selalu di bawah rata-rata setiap tahunnya, sementara pendapatan margin bank Mega Syariah selalu di atas ratarata. BNI Syariah dan BRI Syariah selalu mengalami peningkatan dalam pendapatan margin setiap tahunnya. Pada tahun 2012 – 2013 pendapatan margin BCA Syariah selalu di atas rata-rata, namun di tahun 2014 – 2015 pendapatan margin BCA Syariah di bawah rata-rata. 2.

Deskripsi Variabel Return On Asset (ROA) Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur pengembalian (laba)

setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Hasil pengembalian ini dapat dibandingkan dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran keefektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah perusahaan (Astuti, 2004). ROA adalah perbandingan antara pendapatan bersih (Net Income) dengan rata-rata aktiva (Average Assets). Keuntungan bagi paara pemilik bank merupakan hasil dari tingkat keuntungan (Profitability) dan tingkat laverage yang dapat dipakai. Laba yang dihasilkan oleh bank syariah mayoritas datang dari produk pembiayaan murabahah, maka semakin tinggi volume pembiayaan murabahah

101

maka semakin tinggi laba yang didapat dari margin murabahah dan semakin tinggi pula ROA dari bank syariah tersebut. Tabel 4.2 Return On Assets (ROA) Objek Penelitian (dalam persentase) Return On Assets (ROA)

Bukopin Syariah

Mega Syariah

BCA Syariah

BNI Syariah

BRI Syariah

2012

2013

2014

2015

Triwulan 1

0.54

1.08

0.22

0.35

Triwulan 2

0.52

1.04

0.27

0.49

Triwulan 3

0.61

0.79

0.23

0.66

Triwulan 4

0.55

0.69

0.27

0.79

Triwulan 1

3.52

3.57

1.18

-1.21

Triwulan 2

4.13

2.94

0.99

-0.73

Triwulan 3

4.11

2.57

0.24

-0.34

Triwulan 4

3.81

2.33

0.29

0.3

Triwulan 1

0.39

0.92

0.86

0.71

Triwulan 2

0.74

0.97

0.69

0.78

Triwulan 3

0.69

0.99

0.67

0.86

Triwulan 4

0.84

1.01

0.76

1.00

Triwulan 1

0.63

1.62

1.22

1.2

Triwulan 2

0.65

1.24

1.11

1.3

Triwulan 3

1.31

1.22

1.11

1.32

Triwulan 4

1.48

1.37

1.27

1.43

Triwulan 1

0.17

1.71

0.46

0.53

Triwulan 2

1.21

1.41

0.03

0.78

Triwulan 3

1.34

1.36

0.2

0.8

Triwulan 4

1.19

1.15

0.08

0.76

1.42 1.49 0.6 0.58 Rata-rata Sumber : Laporan Keuangan Bank Umum Syariah, data diolah Berdasarkan tabel 4.2, dari ke lima Bank Umum Syariah pada tahun 2012 ROA tertinggi dicapai oleh Bank Mega Syariah pada triwulan II sebesar 4.13%

102

dan terendah oleh BRI Syariah sebesar 0.17% pada triwulan I, rata-rata ROA dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2012 sebesar 1.42%. Pada tahun 2013 ROA tertinggi dicapai oleh Bank Mega Syariah sebesar 3.57% pada triwulan I dan terendah oleh Bank Bukopin Syariah sebesar 0.69% pada triwulan IV, rata-rata ROA dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2013 sebesar 1.49%. Pada tahun 2014 ROA tertinggi dicapai oleh Bank BNI Syariah sebesar 1.27% pada triwulan IV dan terendah oleh BRI Syariah sebesar 0.03% pada triwulan II, rata-rata ROA dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2014 sebesar 0.60%. Pada tahun 2015 ROA tertinggi dicapai oleh Bank BNI Syariah sebesar 1.43% pada triwulan I dan terendah oleh Bank Mega Syariah sebesar -1.21% pada triwulan I, rata-rata ROA dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2015 sebesar 0.58%. Grafik 4.2 Rata-rata ROAObjek Penelitian 5 4 3

2012

2

2013 2014

1

2015 0 -1

Bukopin Syariah

Mega Syariah

BCA Syariah BNI Syariah BRI Syariah

Sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah, diolah kembali

103

.ROA bank Mega Syariah berdasarkan grafik 4.2, pada tahun 2012 di atas rata-rata, sementara ke empat bank syariah lain berada di bawah rata-rata. Begitu pula di tahun 2013 di saat ROA bank syariah lain di bawah rata-rata, ROA bank Mega Syariah tetap di atas rata-rata. Pada tahun 2014 ROA dari semua bank syariah di atas menunjukkan di atas rata-rata, begitu pula di tahun selanjutnya. Namun, hanya bank Mega Syariah yang jauh di bawah rata-rata pada tahun 2015. 3.

Deskripsi Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat diterapkan

dalam empat akad utama, yaitu al-musyarakah, al-mudharabah, al-muzara’ah dan al-musaqah. Namun prinsip yang paling banyak digunakan adalah almusyarakah, al-mudharabah. Bagi hasil ini juga akan diberikan kepada pemilik Dana Pihak Ketiga (DPK) yaitu pemilik dana tabungan maupun pemilik dana deposito sebagai imbal hasil karena mereka menginvestasikan dananya di perbankan syariah (Rahma, 2016). Dalam penyaluran dana yang bersumber dari dana pihak ketiga bank harus cermat, penyaluran dana yang disalurkan ke dalam pembiayaan murabahah menjadi pilihan utama pada umumnya bagi bank-bank syariah di Indonesia, karena pembiayaan ini merupakan pembiayaan dengan risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis pembiayaan lain. Disamping harus menyalurkan dananya, bank harus menjaga kelikuiditasan dana tersebut. Berikut adalah data DPK bank syariah yang menjadi sampel penelitian:

104

Tabel 4.3 Dana Pihak Ketiga(DPK) Objek Penelitian (Jutaan Rupiah)

Bukopin Syariah

Mega Syariah

BCA Syariah

BNI Syariah

BRI Syariah

2012

2013

2014

2015

Triwulan 1

2240430

3079920

3428774

3915239

Triwulan 2

2476161

3204602

3372243

4061048

Triwulan 3

2609448

3352211

3449246

4337818

Triwulan 4

2850784

3272262

3994957

4756303

Triwulan 1

5124808

7251018

7073389

5075152

Triwulan 2

5019289

7046031

6898350

4429784

Triwulan 3

6531083

7107187

6755362

4008673

Triwulan 4

7090422

7730738

5821319

4268834

Triwulan 1

938446

1200456

1680808

2379674

Triwulan 2

925413

1283684

1861348

2713701

Triwulan 3

951829

1418684

1886345

2605729

Triwulan 4

1261824

1703049

2338709

3255154

Triwulan 1

6921122

10683235 12613835 17422874

Triwulan 2

7247944

10386112 13509005 17321427

Triwulan 3

7721027

10960565 14932565 18930222

Triwulan 4

8980035

11488209 16246405 19322756

Triwulan 1

8899482

13011182 13990979 17562001

Triwulan 2

9410923

13832170 15116585 17310457

Triwulan 3

10153407 13924879 15496505 18863643

Triwulan 4 11948889 14349712 16947388 20123658 Rata-rata 5465138 7314295 8370706 9633207 Sumber : Laporan Keuangan Bank Umum Syariah, data diolah

Berdasarkan tabel 4.3, dari ke lima Bank Umum Syariah pada tahun 2012 DPK tertinggi dicapai oleh BRI Syariah pada triwulan IV sebesar Rp 11.948.889.000 dan terendah oleh BCA Syariah sebesar Rp 925.413.000 pada triwulan II, rata-rata DPK dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2012 sebesar Rp 5.465.138.300. 105

Pada tahun 2013 DPK tertinggi dicapai oleh BRI Syariah sebesar Rp 14.349.712.000 pada triwulan IV dan terendah oleh Bank BCA Syariah sebesar Rp 1.200.456.000 pada triwulan I, rata-rata DPK dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2013 sebesar Rp 7.314.295.300. Pada tahun 2014 DPK tertinggi dicapai oleh BRI Syariah sebesar Rp 16.947.388.000 pada triwulan IV dan terendah oleh BCA Syariah sebesar Rp 1.680.808.000 pada triwulan I, rata-rata DPK dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2014 sebesar Rp 8.370.705.850. Pada tahun 2015 DPK tertinggi dicapai oleh BRI Syariah sebesar Rp 20.123.658.000 pada triwulan IV dan terendah oleh BCA Syariah sebesar Rp 2.379.674.000 pada triwulan I, rata-rata DPK dari ke lima Bank Umum Syariah diatas pada tahun 2015 sebesar Rp 9.633.207.350. Grafik 4.3 Rata-rata DPKObjek Penelitian 20000000 15000000 2012 10000000

2013 2014

5000000

2015

0 Bukopin Syariah

Mega Syariah

BCA Syariah

BNI Syariah

BRI Syariah

Sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah, data diolah Berdasarkan grafik 4.3, DPK dari bank Bukopin Syariah, Mega Syariah dan BCA Syariah selama 2012 – 2015 selalu di bawah rata-rata, sementara BNI

106

Syariah dan BRI Syariah merupakan bank yang selalu di atas rata-rata atas DPK yang telah terhimpun selama periode 2012 - 2015. 4.

Deskripsi Variabel Inflasi Secara teori inflasi berpengaruh terhadap dunia perbankan sebagai salah satu

institusi keuangan. Sebagai lembaga yang fungsi utamanya sebagai mediasi, bank sangat rentan dengan resiko inflasi terkait dengan mobilitas dananya (Rivai,dan Andria 2009).Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode tertentu (Karim, 2008.). Harga beli komoditas dalam pembiayaan murabahah salah satunya ditentukan oleh tingkat inflasi yang ada, semakin tinggi infasi maka semakin tinggi pula harga beli yang dikeluarkan pihak bank dalam membeli barang pesanan murabahah, semakin tinggi harga beli yang dikeluarkan maka semakin tinggi pula harga jual yang diberi oleh pihak bank kepada nasabah pembiayaan murabahah. Tingginya harga jual yang ditetapkan bank akan menurunkan volume pembiayaan murabahah, yang menyebabkan menurunnya pendapatan bank dari margin murabahah yang dilakukan. Berikut adalah tabel dari data inflasi dari tahun 2012 – 2015. Tabel 4.4 Tingkat Inflasi Indonesia 2012 2013 2104

2105

Triwulan 1

3.97

5.90

7.32

6.38

Triwulan 2

4.53

5.90

6.70

7.26

Triwulan 3

4.31

8.40

4.53

6.83

Triwulan 4

4.30

8.38

8.36

3.35

4.27 7.14 6.72 Rata-rata Sumber : Bank Indonesia, data diolah

5.95

107

Berdasarkan tabel 4.4, pada tahun 2012 tingkat inflasi terendah berada pada triwulan I sebesar 3.97% dan tertinggi pada triwulan II sebesar 4.53%, rata-rata tingkat inflasi pada tahun 2012 sebesar 4.27%. Pada tahun 2013 tingkat inflasi terendah berada pada triwulan I dan II sebesar 5.90% dan tertinggi pada triwulan III sebesar 8.40%, rata-rata tingkat inflasi pada tahun 2013 sebesar 7.14%. Pada tahun 2014 tingkat inflasi terendah berada pada triwulan III sebesar 4.53% dan tertinggi berada pada triwulan IV sebesar 8.36%, rata-rata tingkat inflasi pada tahun 2014 sebesar 6.72%. Pada tahun 2015 tingkat inflasi terendah berada pada triwulan IV sebesar 3.35% dan tertinggi berada pada triwulan II sebesar 7.26%, rata-rata tingkat inflasi pada tahun 2015 sebesar 5.95%. Grafik 4.4 Tingkat Infasi Indonesia (dalam persentase) Triwulan 1

Triwulan 2 8.4 8.38

5.9 5.9 3.97 4.53 4.31 4.3

2012

Triwulan 3

Triwulan 4 8.36

7.32 6.7

6.38

7.26 6.83

4.53

2013

2014

3.35

2015

Sumber: Bank Indonesia, data diolah Berdasarkan grafik 4.4, terlihat bahwa tingkat inflasi tertinggi selama tahun 2012 - 2015 berada pada tahun 2013 triwulan 3 dan 4 dan terendah pada tahun 2015 triwulan ke empat. Dari grafik di atas terlihat bahwa tingkat inflasi Indonesia sangat fluktuatif baik dari segi tahun ke tahun maupun Triwulan. 108

5.

Deskripsi Variabel BI Rate BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap

atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada public (www.bi.go.id). (Muhammad, 2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya mark-up adalah kebutuhan bank syariah untuk memperoleh keuntungan riil, inflasi, suku bunga berjalan, kebijakan moneter dan marketabilitas barangbarang murabahah serta tingkat laba yang diharapkan dari

barang-barang

tersebut. Semakin tinggi bunga pasar yang berlaku, maka semakin tinggi pula nisbah bagi hasil maupun margin bank syariah. Hal tersebut selalu dilakukan oleh setiap bank syariah dalam rangka persaingan usaha dengan bank-bank syariah maupun konvensional. Tabel 4.5 Tingkat BI rate BI rate 2012

2013

2014

2015

Triwulan 1

5.75

5.75

7.50

7.50

Triwulan 2

5.75

6.00

7.50

7.50

Triwulan 3

5.75

7.25

7.50

7.50

Triwulan 4

5.75

7.50

7.75

7.50

5.75 6.62 7.56 Rata-rata Sumber : Bank Indonesia, data diolah

7.50

Berdasarkan tabel 4.5, pada tahun 2012 BI rate tidak mengalami perubahan dari triwulan I sampai IV yaitu sebesar 5.75%. Pada tahun 2013 BI rate terendah

109

berada pada triwulan I sebesar 5.75% dan tertinggi berada pada triwulan IV sebesar 7.50%, rata-rata BI rate pada tahun 2013 sebesar 6.62%. Pada tahun 2014 BI rate terendah berada pada triwulan I,II dan III sebesar 7.50% dan tertinggi berada pada triwulan IV sebesar 7.75%, rata-rata BI rate pada tahun 2014 sebesar 7.56%. Pada tahun 2015 BI rate tidak mengalami perubahan dari kuartal 1 sampai 4 yaitu sebesar 7.50%. Grafik 4.5 Tingkat BI rate Triwulan 1

Triwulan 2 7.25 7.5

5.75 5.75 5.75 5.75

Triwulan 3

Triwulan 4

7.5 7.5 7.5 7.75

7.5 7.5 7.5 7.5

2014

2015

5.75 6

2012

2013

.Sumber: Bank Indonesia, data diolah Berdasarkan grafik 4.5, untuk variabel BI rate terlihat bahwa laju BI rate selama hampir 6 tahun terakhir sangat setabil, tidak ada pergerakan secara menanjak dan menurun yang sangat signifikan. BI rate tertinggi berada pada tahun 2014 kuartal terakhir. 6.

Analisis Statistik Deskriptif Antar Variabel Menurut

(Mulyono, 2005), statistik deskriptif berhubungan dengan

peringkasan seperangkat data dan penyajiannya dalam bentuk yang dapat dipahami. Tabel di bawah merupakan tampilan output untuk statistik deskriptif dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Yang terdiri dari 5 Bank Umum syariah yang diobservasi, yaitu Bank Bukopin Syariah, Bank Mega 110

Syariah, BCA Syariah, BNI Syariah dan BRI Syariah serta kondisi makro ekonomi Indonesia.

Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis

Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Antar Variabel MARGIN ROA DPK INFLASI 450533.9 1.029250 7695837. 6.026250 286364.0 0.850000 6643223. 6.140000 1741998. 4.130000 20123658 8.400000 10047.00 -1.210000 925413.0 3.350000 423078.3 0.949046 5624128. 1.647160 1.019791 1.471114 0.670261 -0.010354 3.188633 6.151901 2.166935 1.694535

BI_RATE 6.859375 7.500000 7.750000 5.750000 0.838968 -0.495260 1.309016

13.98494 0.000919

61.97062 0.000000

8.303320 0.015738

5.682228 0.058361

12.80185 0.001660

36042716 Sum Sum Sq. Dev. 1.41E+13

82.34000 71.15435

6.16E+08 2.50E+15

482.1000 214.3379

548.7500 55.60547

80

80

Jarque-Bera Probability

80 80 80 Observations Sumber : Hasil Output E-Views diolah kembali

Berdasarkan tabel 4.6, kita bisa melihat bahwa nilai rata-rata ROA dari ke tujuh bank umum syariah yang diobservasi sebesar 1.208%, sedangkan NPF dari ke tujuh bank umum syariah yang diobservasi sebesar 2.762%. Rata-rata inflasi yang terjadi pada periode yang dijadikan penelitian adalah sebesar 5.67%, sedangkan BI rate selama periode penelitian adalah sebesar 6.78%. Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Antar Variabel Objek Penelitian Margin ROA DPK 0.56 3400090 Bukopin Syariah Mean 143640.8 Mean 636353.8 1.73 6076965 Mega Syariah Mean 49946.38 0.80 1775303 BCA Syariah Mean 677437.0 1.21 12792959 BNI Syariah Mean 745291.8 0.82 14433866 BRI Syariah Sumber: Hasil output E-views data diolah kembali

Inflasi 6.02 6.02 6.02 6.02 6.02

BI rate 6.85 6.85 6.85 6.85 6.85

111

Berdasarkan tabel 4.7, maka kita dapat melihat bahwa nilai mean terbesar untuk margin murabahah dimiliki oleh Bank BRI Syariah dengan angka sebesar Rp 745.291.800, lalu diikuti oleh BNI Syariah dengan Rp 677.437.000 dan Bank Mega Syariah dengan Rp 636.353.800. Sedangkan untuk ROA terbesar dimiliki oleh Bank Mega Syariah dengan rata-rata ROA sebesar 1.73%, lalu diikuti oleh Bank BNI Syariah sebesar 1.21% dan BRI Syariah dengan 0.82%. Dan untuk DPK terbesar dimiliki oleh BRI Syariah dengan rata-rata DPK sebesar Rp 14.433.866.000 , diikuti oleh BNI Syariah dengan rata-rata sebesar Rp 12.792.959.000 dan Bank Mega Syariah dengan rata-rata sebesar Rp 6.076.965.000. Meskipun BRI Syariah paling banyak dalam menghasilkan margin murabahah namun ROA dari bank tersebut masih kalah dengan Bank Mega Syariah yang pendapatan marginnya dibawah BRI Syariah dan BNI Syariah. Bank yang paling besar dalam menghimpun dana dari pihak ketiga adalah Bank BRI Syariah yang diikuti oleh BNI Syariah dan Bank Mega Syariah. Sementara BCA Syariah merupakan bank yang paling rendah dalam menghimpun dana pihak ketiga dibandingkan dengan ke empat bank syariah yang lain.

C. Analisis dan Pembahasan Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode regresi data panel, dalam regresi data panel terdapat 3 model estimasi, yaitu estimasi Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM).

112

Untuk memilih estimasi model mana yang terbaik digunakan Uji Chow untuk memilih antara PLS dan FEM, jika yang dipilih adalah FEM maka harus dibandingkan lagi dengan REM dengan Uji Hausman. Seperti yang telah di bahas di bab sebelumnya, bahwa penelitian ini tidak melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu, jadi estimasi model akan langsung dilakukan untuk menentukan model mana yang paling baik bagi penelitian ini. 1.

Estimasi Model Data Panel Dalam analisa model data panel dikenal 3 macam pendekatan estimasi, yaitu

pendekatan kuadrat terkecil Pooled Least Square (PLS), pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model) dan pendekatan efek acak (Random Effect Model). a. Pendekatan Pooled Least Square (PLS) Pertama-tama dilakukan pengolahan data dengan metode pendekatan Pooled Least Square,secara sederhana model ini menggabungkan (Pooled) seluruh data time-series dan cross-section dan kemudian mengestimasi model dengan metode Ordinary Least Square (OLS) sebagai salah satu syarat untuk melakukan Uji F-Restricted. Dari hasil pengolahan program E-Views 9.0 didapatkan hasil seperti tampilan sebagai berikut: Tabel 4.8 Regresi Data Panel Pooled Least Square (PLS) R-squared 0.806272 Adjusted R-squared 0.795357 Sumber: E Views 9.0, data diolah. Lampiran 1

b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)

113

Setelah itu dilakukan pengolahan data dengan metode pendekatan Fixed Effect Model untuk dibandingkan dengan Pooled Least Square. Dari hasil pengolahan program E-Views 9.0 didapatkan hasil seperti tampilan sebagai berikut: Tabel 4.9 Regresi Data Panel: Fixed Effect Model (FEM) R-squared 0.879397 Adjusted R-squared 0.864997 Sumber: E Views, data diolah. Lampiran 2 c. Uji Chow Untuk memilih model mana yang digunakan, perlu dilakukan Uji Chow untuk memilih antara Pooled Least Square atau Fixed Effect Model. Berikut adalah hasil Uji Chow: Tabel 4.10 Uji Chow Effect Test Prob. Cross-Section F 0.0000 Uji Hasil Metode yang Digunakan Chow FEM Fixed Effect Model Sumber: Hasil output E-Views diolah kembali. Lampiran 3. Nilai yang harus diperhatikan pada uji chow adalah nilai probabilitas dari F-Statistik. Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikasi α (5%), maka tolak H0. Nilai probabilitas F-statistik model pertama adalah 0.0000, dengan demikian metode data panel yang tepat antara Pooled Least Square (PLS) dengan Fixed Effect Model (FEM) adalah Fixed Effect Model (FEM).

114

Karena hasil uji chow menunjukkan tingkat signifikasi di bawah 0.05 sehingga kesimpulan yang diambil adalah tolak H0 dan model yang dipilih adalah Fixed Effect Model (FEM).

d. Random Effect Model (REM) Setelah itu dilakukan pengolahan data dengan metode pendekatan Random Effect Model untuk dibandingkan dengan Fixed Effect Model. Dari hasil pengolahan program E-Views 9.0 didapatkan hasil seperti tampilan sebagai berikut: Tabel 4.11 Regresi Data Panel: Random Effect Model (REM) R-squared 0.806272 Adjusted R-squared 0.795357 Sumber:Hasil Output E-views Data diolah. Lampiran 4 e. Uji Hausman Untuk memilih metode data panel yang digunakan, perlu dilakukan lagi Uji Hausman untuk memilih antara Fixed Effect Model atau Random Effect Model. Berikut adalah hasil Uji Hausman: Tabel 4.12 Uji Hausman Test Summary Prob. Cross-Section Random 0.0000 Uji Hasil Metode yang Digunakan Hausman FEM Fixed Effect Model Sumber: Hasil output E-Views diolah kembali. Lampiran 5 Nilai yang harus diperhatikan pada uji hausman adalah nilai probabilitas dari Cross-section random. Jika nilai probabilitas statistik hausman lebih besar dari tingkat signifikasi α (5%), maka terima H0. Nilai probabilitas

115

statistik hausman model pertama adalah 0.0000, dengan demikian metode data panel yang tepat antara Random Effect Model (REM) dan Fixed Effect Model (FEM) adalah Fixed Effect Model (FEM). Hasil uji hausman menunjukkan tingkat signifikasi di bawah 0.05 sehingga kesimpulan yang diambil adalah tolak H0 dan model yang dipilih adalah Fixed Effect Model (FEM).

D. Analisis Hasil Estimasi Regresi Setelah dilakukan uji chow dan uji hausman terhadap ketiga model estimasi (Pooled Least Square, Fixed Effect Model dan Random Effect Model), hasil yang diperoleh adalah menggunakan Fixed Effect Model (FEM) pada penelitian ini. Jadi Fixed Effect Model (FEM), merupakan model yang paling cocok untuk digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya Fixed Effect Model (FEM) akan di analisis untuk dilihat bagaimana hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Berikut ini adalah hasil estimasi model regresi menggunakan model Fixed Effect Model (FEM).

116

Tabel 4.13 Hasil Estimasi Model Fixed Effect Model (FEM) Dependent Variable: MARGIN? Method: Pooled Least Squares Date: 03/20/17 Time: 08:22 Sample: 2012Q1 2015Q4 Included observations: 16 Cross-sections included: 5 Total pool (unbalanced) observations: 80 Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE? Fixed Effects (Cross) _BUKOPIN_SYARIAH— C _MEGA_SYARIAH--C _BCA_SYARIAH--C _BNI_SYARIAH--C _BRI_SYARIAH--C

-4.804111 0.114327 0.855449 -0.439721 2.455532

4.268834 0.098504 0.349544 0.249088 0.925336

-1.125392 1.160642 2.447331 -1.765327 2.653666

0.2644 0.2499 0.0170 0.0821 0.0099

-0.174137 0.780727 -0.809814 0.067787 0.231211 Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)

0.879397 0.864997 0.481806 15.55321 -47.55361 61.06780 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat

12.40000 1.311296 1.488253 1.764261 1.598559 2.252460

Sumber: Hasil output E-Views Setelah menentukan model estimasi, selanjutnya akan dilakukan uji adjusted R square untuk melihat seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependen, serta uji statistik yang terdiri dari uji F (simultan) dan uji t (parsial). 1.

Uji Adjusted 𝐑𝟐 Uji ini ditujukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel

independen menjelaskan variabel dependen. Hal tersebut dapat dilihat dari

117

persentase Adjusted R2 , semakin besar Adjusted R2 square maka semakin baik hasil model regresi. Nilai Adjusted-R2 penelitian ini sebesar 0.864997, hal tersebut menunjukkan bahwa variabel-variabel independen dalam model regresi di atas mampu menjelaskan variabel margin murabahah sebesar 86.49% dan terdapat variabel lain di luar variabel penelitian ini yang mempengaruhi pendapatan margin murabahah dari ke lima bank umum syariah sebesar 13.51%. Artinya terdapat pengaruh sebesar 86.49% antara X1 (ROA), X2 (DPK), X3 (Inflasi) dan X4 (BI rate) terhadap variabel Y (Margin Murabahah). Hal ini mengindikasikan model regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini mampu menjelaskan keadaan yang sebenarnya dengan baik. 2.

Uji F-Statistik (Simultan) Uji ini akan menunjukkan apakah semua variabel independen (ROA, DPK,

Inflasi dan BI rate) yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Margin Murabahah). Nilai probabilitas F-statistik pada model Fixed Effect Model (FEM) menunjukkan angka sebesar 0.0000000. Nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikasi 𝛼 (5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa keseluruhan variabel bebas (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat (Margin Murabahah).

118

3.

Uji t-Statistik (Parsial) Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (ROA,

DPK, Inflasi dan BI rate) yang dimasukkan dalam model regresi secara individual terhadap variabel dependen (Margin Murabahah). a. Uji ROA terhadap Margin Murabahah Berdasarkan tabel 4.14, nilai t-statistik ROA sebesar 1.1606 dan nilai signifikasi sebesar 0.2499. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 𝛼 = 5%, berarti tidak ditemukan siginifikasi antara Return On Assets (ROA) terhadap Pendapatan Margin Murabahah, karena 0.2499 > 0.05. sehingga disimpulkan variabel ROA secara parsial tidak berpengaruh terhadap Margin Murabahah. b. Uji DPK terhadap Margin Murabahah Berdasarkan tabel 4.14, nilai t-statistik DPK sebesar 2.4473 dan nilai signifikasi sebesar 0.0170. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 𝛼 = 5%, berarti ditemukan siginifikasi antara Dana Pihak Ketiga(DPK) terhadap Pendapatan Margin Murabahah, karena 0.0170 < 0.05. sehingga disimpulkan variabel DPK secara parsial berpengaruh terhadap Margin Murabahah. c. Uji Inflasi terhadap Margin Murabahah Berdasarkan tabel 4.14, nilai t-statistik Inflasi sebesar -0.4397 dan nilai signifikasi sebesar 0.0821. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 𝛼 = 5%, berarti tidak ditemukan siginifikasi antara Inflasi terhadap Pendapatan Margin Murabahah, karena 0.0821 > 0.05. Sehingga dapat disimpulkan variabel Inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap Margin Murabahah.

119

d. Uji BI rate terhadap Margin Murabahah Berdasarkan tabel 4.14, nilai t-statistik BI rate sebesar 2.4555 dan nilai signifikasi sebesar 0.0099. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 𝛼 = 5%, berarti ditemukan siginifikasi antara BI rate terhadap Pendapatan Margin Murabahah, karena 0.0099 < 0.05. sehingga disimpulkan variabel BI rate secara parsial berpengaruh terhadap Margin Murabahah.

E. Analisis Model Regresi Panel Data Berikut ini persamaan model regresi panel data dengan Fixed Effect Model (FEM), yaitu: Tabel 4.14 Hasil Estimasi Model Fixed Effect Model (FEM) Dependent Variable: MARGIN? Method: Pooled Least Squares Date: 03/20/17 Time: 08:22 Sample: 2012Q1 2015Q4 Included observations: 16 Cross-sections included: 5 Total pool (unbalanced) observations: 80 Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE? Fixed Effects (Cross) _BUKOPIN_SYARIAH— C _MEGA_SYARIAH--C _BCA_SYARIAH--C _BNI_SYARIAH--C _BRI_SYARIAH--C

-4.804111 0.114327 0.855449 -0.439721 2.455532

4.268834 0.098504 0.349544 0.249088 0.925336

-1.125392 1.160642 2.447331 -1.765327 2.653666

0.2644 0.2499 0.0170 0.0821 0.0099

-0.174137 0.780727 -0.809814 0.067787 0.231211 Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared

0.879397 0.864997

Mean dependent var S.D. dependent var

12.40000 1.311296

120

S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)

0.481806 15.55321 -47.55361 61.06780 0.000000

Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat

1.488253 1.764261 1.598559 2.252460

Sumber: Hasil output E-Views Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh persamaan model reresi antara variabel dependen (Margin Murabahah) dan variabel independen (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) sebagai berikut: Marginit= -4.804111 + 0.114327ROAit + 0.855499DPKit - 0.439721INFit -+ 2.455532BIit Dari Persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa: 1. Konstanta

sebesar

-4.804111

menunjukkan

bahwa

jika

variable

independen (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) pada observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka margin murabahah sebesar -4.804111. 2. Koefisien regresi sebesar 0.114327 menunjukkan jika nilai ROA pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka akan menaikan margin murabahah pada observasi ke i dan periode ke t sebesar 0.114327. 3. Koefisien regresi sebesar 0.855499 menunjukkan jika nilai Dana Pihak Ketiga (DPK) pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka akan menaikan margin murabahah pada observasi ke i dan periode ke t sebesar 0.855499. 4. Koefisien regresi sebesar -0.439721 menunjukkan jika nilai Inflasi pada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka akan menurunkanmargin murabahah pada observasi ke i dan periode ke t sebesar -0.439721.

121

5. Koefisien regresi sebesar 2.455532 menunjukkan jika nilai BI ratepada observasi ke i dan periode ke t naik sebesar 1%, maka akan menaikan margin murabahah pada observasi ke i dan periode ke t sebesar 2.455532.

F. Persamaan Model Regresi Setiap Bank Tabel 4.15 Model Regresi Setiap Bank Fixed Effect (Cross) _BUKOPIN_SYARIAH—C _MEGA_SYARIAH--C _BCA_SYARIAH--C _BNI_SYARIAH--C _BRI_SYARIAH--C

-0.174137 0.780727 -0.809814 0.067787 0.231211

Sumber: Eviews 9.0 Berdasarkan tabel di atas, maka didapat persamaan model regresi tiap bank umum syariah sebagai berikut: 1. Persamaan Model Bank Bukopin Syariah Returnit = -0.174137 + 0.114327ROAit + 0.855499DPKit - 0.439721INFit + 2.455532BIit Konstanta

sebesar

-0.174137

menunjukkan

bahwa

jika

variabel

independen (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) pada observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka margin murabahah pada Bukopin Syariah menurun sebesar 0.174137. 2. Persamaan Model Regresi Bank Mega Syariah Returnit = 0.780727 + 0.114327ROAit + 0.855499DPKit - 0.439721INFit -+ 2.455532BIit Konstanta

sebesar

0.780727

menunjukkan

bahwa

jika

variabel

independen (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) pada observasi ke i dan

122

periode ke t adalah konstan, maka margin murabahah pada Mega Syariah meningkat sebesar 0.780727. 3. Persamaan Model Regresi BCA Syariah Returnit= -0.809814 + 0.114327ROAit + 0.855499DPKit - 0.439721INFit -+ 2.455532BIit Konstanta

sebesar

-0.809814

menunjukkan

bahwa

jika

variabel

independen (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) pada observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka margin murabahah pada BCA Syariah menurun sebesar 0.809814. 4. Persamaan Model Regresi BNI Syariah Returnit= 0.067787 + 0.114327ROAit + 0.855499DPKit - 0.439721INFit -+ 2.455532BIit Konstanta

sebesar

0.067787

menunjukkan

bahwa

jika

variabel

independen (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) pada observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka margin murabahah pada BNI Syariah meningkat sebesar 0.067787. 5.

Persamaan Model Regresi BRI Syarriah Returnit= 0.231211 + 0.114327ROAit + 0.855499DPKit - 0.439721INFit -+ 2.455532BIit Konstanta

sebesar

0.231211

menunjukkan

bahwa

jika

variabel

independen (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) pada observasi ke i dan periode ke t adalah konstan, maka margin murabahah pada BRI Syariah meningkat sebesar 0.231211.

123

G. Interpretasi 1.

Pengaruh Return On Assets (ROA) Terhadap Margin Murabahah Berdasarkan tabel 4.14, variabel ROA tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap variable margin murabahah. Artinya margin yang diharapkan melalui pembiayaan murabahah tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya ROA. Rasio ROA yang baik atau buruk bukan menjadi perhatian utama bank syariah dalam menentukan besar kecilnya margin murabahah yang diharapkan dalam pembiayaan murabahah. Menurut (Nurdany, 2012) rasio ROA yang baik akan membuat ekspektasi masyarakat terhadap suatu bank menjadi tinggi, rasio ROA yang baik menyebabkan keinginan masyarakat unntuk bertransaksi dengan bank semakin meningkat. Popularitas murabahah di mata masyarakat, membuat pembiayaan ini merupakan pilihan utama masyarakat dalam bertransaksi dengan bank syariah, semakin banyak transaksi murabahah semakin tinggi pula margin yang diperoleh bank. Namun, dalam penelitian ini tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara ROA dengan margin murabahah, hal tersebut dikarenakan ROA dari bank syariah yang menjadi sampel secara rata-rata dapat dikatakan kurang sehat karena menunjukkan angka dibawah 0.99% dan cenderung menurun setiap tahunnya. Selanjutnya nilai koefisien variabel ROA sebesar 0.114327 memiliki arah yang positif. Hal ini menunjukkan, jika ROA meningkat sebesar satu poin maka margin murabahah akan naik sebesar 0.11%. Rasio Return On Asset (ROA) diperoleh dari membandingkan antara pendapatan bersih (Net Income) dengan rata-rata aktiva (Average Assets). ROA

124

dari ke lima bank syariah yang dijadikan objek penelitian tidak mempengaruhi margin murabahah yang diperoleh. Namun, dengan hubungan yang positif antara ROA dan pendapatan margin murabahah, semakin besarnya pendapatan margin maka semakin baik pula ROA bank tersebut. Murabahah dengan marginnya merupakan pendapatan utama bank syariah sekarang ini. Murabahah menjadi populer dalam dunia perbankan syariah karena pembiayaan ini memiliki risiko yang rendah dibandingkan pembiayaan lainnya. Oleh karena itu banyak bank syariah di Indonesia cenderung menginvestasikan dana yang dihiimpun ke dalam pembiayaan ini. Selain bank syariah, nasabah juga ikut andil dalam membuat pembiayaan murabahah menjadi populer, hal itu dikarenakan sifat konsumtif masyarakat Indonesia yang membuat permintaan atas pembiayaan murabahah menjadi tinggi. Semakin tinggi permintaan semakin tinggi volume pembiayaan murabahah dan semakin tinggi pula margin yang diperoleh. Tingginya margin akan menyebabkan tingginya pendapatan yang diperoleh bank syariah. Besarnya pendapatan dan lebih kecilnya rata-rata aktiva bank tersebut akan membuat rasio Return On Asset (ROA) menjadi besar. Artinya semakin tinggi ROA maka semakin tinggi pula pendapatan margin murabahah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rahma, 2016) yang menemukan bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap margin murabahah. Tetapi hal ini bertolak belakang dengan temuan dari (Purwaningsih, 2010) yang menemukan pengaruh signifikan dan positif atas variabel ROA terhadap margin

125

murabahah, sementara temuan dari (Nurdany, 2012) menemukan signifikansi antara ROA dan pendapatan margin murabahah namun negatif. 2.

Pengaruh Dana Pihak Ketiga(DPK) Terhadap Margin Murabahah Berdasarkan tabel 4.14, variabel Dana Pihak Ketiga(DPK) berpengaruh

secara signifikan terhadap margin murabahah.Nilai koefisien variabel Dana Pihak Ketiga(DPK) diperoleh sebesar 0.855449 memiliki arah yang positif. Hal ini berarti setiap peningkatan satu poin pada Dana Pihak Ketiga(DPK) akan meningkatkan margin murabahah sebesar 0.85%. Artinya semakin banyak DPK yang terhimpun semakin banyak pula kewajiban bank dalam memenuhi nisbah atau bonus yang diperjanjikan kepada pemilik dana. Bonus atau nisbah yang diperjanjikan membuat bank meningkatkan volume dari pembiayaan murabahah demi mendapatkan margin yang akan dibagihasil dengan para pemilik dana sesuai kontrak. Melihat risiko yang rendah dibandingkan dengan produk pembiayaan yang lain, murabahah menjadi produk pembiayaan utama dalam menginvestasikan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun. Dimana dari pembiayaan ini, hasil usaha, akan dibagi-hasilkan sesuai dengan akad. Bagi hasil yang akan dibagikan kepada pihak ketiga diperoleh dari margin murabahah, jadi semakin tinggi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terhimpun maka semakin tinggi pula investasi yang dilakukan bank syariah pada pembiayaan murabahah yang secara otomatis akan meningkatkan pendapatan margin atas pembiayaan yang dilakukan.

126

Hal ini sejalan dengan temuan dari (Rahma, 2016) yang menemukan bahwa bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) mempunyai pengaruh terhadap margin murabahah dari 11 bank yang diteliti, dengan tingkat signifikasi sebesar 0.0000. Penelitian yang dilakukan oleh (Zaenuri, 2012) juga menemukan signifikasi antara DPK terhadap margin murabahah pada Bank BRI Syariah dengan tingkat signifikasi sebesar 0.0000.Penelitian yang dilakukan pada bank syariah di Malaysia oleh (Pisol dkk, 2012), menunjukkan bahwa dalam menetapkan margin keuntungan bank syariah akan meperhatikan dana yang terhimpun. Namun, hal ini tidak sejalan dengan temuan dari (Izzuddin, 2013) dimana ia tidak menemukan signifikasi variabel DPK terhadap margin murabahah pada Bank Mega Syariah dan BRI Syariah. 3.

Pengaruh Inflasi Terhadap Margin Murabahah Berdasarkan tabel 4.14, variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap margin

murabahah. Selanjutnya nilai koefisien variabel inflasi sebesar -0.439721 memiliki arah yang negatif. Berarti margin yang diberikan oleh bank syariah kepada nasabah pembiayaan murabahah tidak dipengaruhi oleh tingkat inflasi yang ada, dan dengan hubungan yang negatif berarti setiap kenaikan satu poin inflasi menyebabkan penurunan margin murabahah sebesar 0.43%. Semakin tinggi tingkat inflasi maka margin murabahah yang diperoleh akan semakin berkurang. Hal tersebut dikarenakan inflasi membuat daya beli masyarakat menurun dikarenakan kenaikan harga barang-barang, Murabahah sangat erat kaitannya dengan inflasi, karena inflasi akan membuat komoditas dari murabahah menjadi mahal dan ketika komoditas mahal masyarakat akan

127

mengurungkan niat untuk membeli barang tersebut sehingga margin yang didapat oleh bank anak menurun juga. Inflasi membuat komoditas dari pembiayaan murabahah menjadi tinggi nilai belinya, dengan nilai beli yang tinggi, maka akan menyebabkan nilai jual yang diberikan oleh bank syariah kepada nasabah menjadi tinggi juga. Nilai jual yang tinggi dapat menyebabkan margin yang tinggi dan angsuran yang tinggi pula. Tidak idealnya pembiayaan murabahah saat inflasi sedang tinggi akan menyebabkan para calon nasabah mengurunkan niat untuk membeli suatu komoditas melalui pembiayaan murabahah karena nilai komoditas tersebut akan menjadi sangat mahal karena efek inflasi. Secara teori kenaikan inflasi akan menyebabkan daya beli masyarakat menjadi menurun, dan hal tersebut menyebabkan pembiayaan murabahah menjadi menurun saat inflasi sedang tinggi-tingginya. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Satya, 2013) dimana ia menemukan signifikasi namun negatif antara variabel inflasi terhadap margin murabahah. Namun, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Zaenuri, 2012) yang menemukan variabel inflasi tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap margin murabahah dengan probabilitas t-statistik sebesar 0.418. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Izzuddin, 2013) dimana variabel inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap margin murabahah dengan tingkat probabilitas t-statistik sebesar 0.563.

128

4.

Pengaruh BI Rate Terhadap Margin Murabahah Berdasarkan tabel 4.14, variabel BI rate berpengaruh secara signifikan

terhadap margin murabahah. Selanjutnya nilai koefisien variabel BI rate sebesar 2.455532 memiliki arah yang positif. Artinya jika BI rate mengalami peningkatan sebesar satu poin maka akan mempengaruhi margin murabahah sebesar 2.45%. Hal ini menandakan dalam menetapkan margin murabahah bank syariah yang masih mengacu kepada BI rate dan sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya BI rate. Tidak adanya aturan dalam penentuan margin pembiayaan murabahah bagi bank syariah, menjadikan dunia perbankan syariah di Indonesia masih menjadikan BI rate sebagai salah satu rujukan dalam penetapan margin murabahah.Bank syariah yang secara teori tidak dipengaruhi oleh suku bunga pasar, ternyata masih dibayang-bayangi oleh suku bunga pasar dalam kegiatan usahanya. Persaingan usaha merupakan alasan utama mengapa BI rate masih dijadikan rujukan oleh bank syariah dalam menentukan margin. Karena jika margin lebih besar dibandingkan suku bunga yang berlaku maka nasabah akan berpaling dan mencari bank lain yang memberikan margin yang ideal bagi mereka. Sebaliknya, jika margin dibawah suku bunga pasar maka bank tersebut akan kalah dalam persaingannya dengan bank-bank lain. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fakhrina, 2015), (Zaenuri, 2012) dan (Purwaningsih, 2010) yang menemukan signifikasi antara BI rate terhadap margin murabahah. Penelitian yang dilakukan oleh (Zandi dan

129

Arriffin, 2012) juga menemukan bahwa suku bunga mempengaruhi margin keuntungan murabahah pada bank syariah di Iran dan Malaysia. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Satya, 2013),dimana iatidak menemukan signifikasi antara BI rate terhadap margin murabahah. Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sari, 2012) dimana ia tidak menemukan signifikasi antara BI rate terhadap margin murabahah, ia menemukan signifikasi sebesar 0.827 yang lebih besar dari 0.05 dan juga tidak sejalan dengan (Izzuddin, 2012). 5.

Pengaruh ROA, DPK, Inflasi dan BI rate Secara Simultan Terhadap Margin Murabahah Berdasarkan tabel 4.14, secara simultan variabel Return On Asset (ROA),

Dana Pihak Ketiga (DPK), Ifnlasi dan BI rate berpengaruh terhadap margin murabahah. Maka keputusan yang diambil adalah menolak H0 karena terdapat pengaruh yang signifikan antara ROA, DPK, Inflasi dan BI rate terhadap margin murabahah. Nilai probabilitas F-statistik pada model Fixed Effect Model (FEM) menunjukkan angka sebesar 0.0000000. Nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikasi 𝛼 (5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa keseluruhan variabel bebas (ROA, DPK, Inflasi dan BI rate) secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat (Margin Murabahah).

130

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan analisa dan pembahasan hasil olahan data yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.

Hasil uji regresi panel data menemukan bahwa variabel independen Return On Asset (ROA) dengan tingkat signifikasi 0,2499 secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap margin murabahah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rahma, 2016) yang menemukan bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap margin murabahah. Tetapi hal ini bertolak belakang dengan temuan dari (Purwaningsih, 2010) yang menemukan pengaruh signifikan dan positif atas variabel ROA terhadap margin murabahah, sementara temuan dari (Nurdany, 2012) menemukan signifikansi antara ROA dan pendapatan margin murabahah namun negatif.

2.

Hasil uji regresi panel data menemukan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan tingkat signifikasi 0,0170 secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap margin murabahah. Hal ini sejalan dengan temuan dari (Rahma, 2016) yang menemukan bahwa bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) mempunyai pengaruh terhadap margin murabahah dari 11 bank yang diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh (Zaenuri, 2012) juga menemukan signifikasi antara DPK terhadap margin murabahah pada Bank BRI Syariah dan penelitian ini sejalan dengan (Pisol dkk, 2012). Namun, hal ini tidak sejalan

131

dengan temuan dari (Izzuddin, 2013) dimana ia tidak menemukan signifikasi variabel DPK terhadap margin murabahah pada Bank Mega Syariah dan BRI Syariah. 3.

Hasil uji regresi panel data menemukan bahwa variabel inflasi dengan tingkat signifikasi 0.0821 secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap margin murabahah. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Satya, 2013) dimana ia menemukan signifikasi namun negatif antara variabel inflasi terhadap margin murabahah. Namun, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Zaenuri, 2012) yang menemukan variabel inflasi tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap margin murabahah. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Izzuddin, 2013) dimana variabel inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap margin murabahah.

4.

Hasil uji regresi panel data menemukan bahwa variabel BI rate dengan tingkat signifikasi 0.0099 secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap margin murabahah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fakhrina, 2015), (Zaenuri, 2012) dan (Purwaningsih, 2010) yang menemukan signifikasi antara BI rate terhadap margin murabahah. Penelitian yang dilakukan oleh (Zandi dan Arriffin, 2012) juga menemukan bahwa suku bunga mempengaruhi margin keuntungan murabahah pada bank syariah di Iran dan Malaysia. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Satya, 2013), dimana iatidak menemukan signifikasi antara BI rate terhadap margin murabahah. Penelitian ini juga

132

tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sari, 2012) dimana ia tidak menemukan signifikasi antara BI rate terhadap margin murabahah, ia menemukan signifikasi sebesar 0.827 yang lebih besar dari 0.05 dan juga tidak sejalan dengan (Izzuddin, 2012). 5.

Hasil uji regresi data panel menemukan bahwa variabel Return On Asset (ROA), Dana Pihak Ketiga (DPK), inflasi dan BI rate secara simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap margin murabahah dengan tingkat signifikasi sebesar 0,0000.

6.

Hasil uji regresi data panel menemukan bahwa variabel BI rate merupakan variabel yang paling dominan terhadap pendapatan margin murabahah dengan tingkat signifikasi sebesar 0.0170. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam menjalankan kegiatan usahanya ke lima bank syariah yang menjadi objek penelitian masih menjadikan BI rate sebagai rujukan atau acuan dalam menentukan margin murabahah. Belum adanya regulasi dalam menentukan margin menjadikan bank syariah di Indonesia masih menjadikan BI rate sebagai pertimbangan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Hal tersebut bertolak belakang dengan teori bahwa dalam kegiatan usahanya bank syariah terlepas dari bunga dalam hal ini adalah BI rate.

B. Saran Berdasarkan penelitian ini maka saran untuk penelitian selanjutnya 1.

Hendaknya penelitian selanjutnya menambahkan sampel penelitian baik dari jumlah bank dalam objek ataupun rentang waktu penelitian, sehingga

133

memiliki titik observasi yang lebih banyak dan mencerminkan keadaan sebenarnya. Serta memasukkan variabel lainnya guna mengetahui adakah variabel-variabel lain yang mempengaruhi besar kecilnya margin murabahah diluar variabel penelitian ini, dan bagaimana hubungan yang terjadi di antara variabel-variabel tersebut. 2.

Bagi pihak bank hendaknya memperhatikan BI rate dalam menentukan margin yang diinginkan dalam pembiayaan murabahah serta kewajiban dalam memberi bonus dan nisbah bagi hasil kepada para pemilik dana agar margin yang diinginkan menjadi ideal untuk nasabah dan khususnya bagi bank sendiri.

3.

Bagi masyarakat umum penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam memutuskan untuk melakukan pembiayaan murabahah, agar pembiayaan yang dilakukan tidak terlalu mahal bagi masyarakat sehingga masyarakat mampu menjalankan kewajibannya sebagai nasabah.

134

Daftar Pustaka Al-Qur‟an dan Al-Hadist Al Arif, Nur, Rianto, “Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah”, Alfabeta, Bandung, 2012 Antonio, Muhammad, Syafi‟I, “Bank Syariah dari Teori ke Praktek Cetakan 1”, Gemma Insani, Jakarta, 2001. Antonio, Muhammad, Syafi‟i, “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema Insani, Jakarta, 2009. Ariefianto, Moch. Doddy “Ekonometrika Esensi dan Aplikasi dengan Menggunakan Eviews”, PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2012. Arifin, Zainul, “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2006. Arumdhani, Astri, “Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Pendapatan Margin Murabahah pada PT Bank Syariah Mandiri”, Universitas Komputer Indonesia, 2011. Ascarya, “Akad dan Produk Bank Syariah: Konsep dan Praktek di Beberapa Negara”, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2006. Astuti, Dewi, “Manajemen Keuangan Perusahaan”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004. Atmadja, Adwin S. “Inflasi di Indonesia: Sumber-Sumber Penyebab dan Pengendaliannya”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, 1999. Aziz, Abdul, “Manajemen Investasi Syariah”, Alfabeta, Bandung, 2010. Baltagi, B. H. “Econometrics Analysis of Panel Data”, Chichester, Wiley, 2005. Colander, D. C, “Macroeconomics”, McGraw-Hill, New York, 2004. Daryanto, Arief dan Hafizrianda, Yundi, “Model-Model Kuantitatif: Untuk Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah”, PT. Penerbit IPB Press, Bogor, 2010. Djuwaini, Dimyauddin, “Pengantar Yogyakarta, 2010.

Fiqh

135

Muamalah”, Pustaka Pelajar,

Fakhrina, Agus, “Pengaruh Suku Bunga Kredit dan Deposito Bank Konvensional Terhadap Margin Pembiayaan Murabahah Bank Syariah di Indonesia”, STAIN Pekalongan, 2015. Fatwa DSN MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000. Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20 Edisi 7”, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013. Gujarati, Damodar N. “Essentials of Econometrics”. New York: McGraw-Hill, 1992. Gujarati, Damodar, “Basic Econometrics” (4th ed.), The Mcgraw-Hill Companies, 2003. Hamidi, Luthfi, “Jejak-Jejak Ekonomi Syariah”, Senayan Abadi Publishing, Jakarta, 2003. Haron, Sudin, “Islamic Banking, Rules & Regulations”, Pelanuk Publication, Malaysia, 1997. Hasan, Ihsan N. “Perbankan Syariah: Sebuah Pengantar”, Referensi, GP Press Group, Jakarta, 2014. Ismail, “Manajemen Perbankan”, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2010. Izzudin, Muhammad, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Margin Murabahah (Studi kasus pada BRI Syariah dan Bank Mega Syariah)”, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013. Judisseno, R, “Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005. Juanda, Bambang dan Junaidi, “Ekonometrika Deret Waktu: Teori dan Aplikasi”, IPB Press, Bogor, 2012. Karim, Adiwarman, “Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan Edisi Pertama”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004. Karim, Adiwarman, “Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan Edisi Kedua”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006. Karim, Adiwarman, “Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan Edisi Ketiga”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Karim, Adiwarman, “Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan Edisi kelima”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013.

136

Kasmir, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002. Long, J. B. “Macroeconomics”, McGraw-Hill, New York, 2002. McConnell, C. R. “Macroeconomics”, McGraw-Hill, New York, 2008. Muhammad, “Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer”, UII Press, Yogyakarta, 2000. Muhamad, “Manajemen Bank Syariah”, UUP AMPY KPN, Yogyakarta, 2005 Muhammad, “Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer”, UII Press, Yogyakarta, 2011. Pisol, dkk, “ Sharia Views on the Components of Profit Rate In Al-Murabahah Asset Financing in Malaysian Islamic Bank”, World Academy of Science, Engineering and Technology, 2012. Nachrowi, D, “Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta, 2006. Nachrowi, Djalal N dan Usman, Hardius, “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2006. Nurdany, Achmad, “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Rentabilitas Terhadap Pendapatan Margin Murabahah Bank”, Program Studi Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia (UII), 2013. Nurhayati, Siti dan Wasilah, ”Akuntansi Syariah di Indonesia” Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta, 2013. Perwataatmadja, Karnaen dan Antonio, Safi‟I, Muhammad, “Apa dan Bagaimana Bank Islam”, Cetakan Ketiga, Dana Bahkti Prima Yasa, Yogyakarta, 1992. Purwaningsih, Lin, “Analisis Faktor Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.”, Universitas Islam Negari Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Puspopranoto, Sawaldjo, “Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan”, Pustaka LP3ES, Jakarta, 2004. Putong, Iskandar, “Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro”, Edisi II, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003. Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala, “Teori Ekonomi Makro”, Lembaga Penerbit FE UI, Depok, 2005. 137

Rahma, Yusro, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Margin Murabahah Bank Syariah di Indonesia”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. Rivai dan Andria, “Bank and Financial Institution Management”, edisi keempat, BP FEUI, Jakarta. 2009. Rivai dan Veithzal, “Bank and Financial Institution Management: Conventional and Sharia System”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. Rivai dan Veithzal, “Islamic Banking Sistem Bank Islam Bukan Hanya Solusi Menghadapi KrisisNamun Solusi dalam Menghadapi Berbagai Persoalan Perbankan dan Ekonomi Global”, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010. Rodoni, Ahmad, “Investasi Syariah”, Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta, 2009. Rodoni, Ahmad dan Ali Herni, “Manajemen Keuangan Modern”, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2014. Saeed, Abdullah, “Islamic Banking and Interest, A Study of Prohibition of Riba and its Contemporary Interpretation”, E.J.Brill, Leiden, 1996. Sari, Purnama, Liana,”Pengaruh Pembiayaan Murabahah Dan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia Terhadap Pendapatan Margin Murabahah Pada PT Bank Syariah Mandiri”, Program Studi Akuntansi, STIE MDP, 2013. Satya, Kenda,”Faktor-Faktor yang Memprngaruhi Penetapan Margin Murabahah Pembiayaan Konsumtif di Bank Syariah”, Universitas Mulawarman Samarinda, 2013. Siamat, Dahlan, ”Manajemen Lembaga Keuangan” Edisi keempat, LP FE UI, Jakarta, 2005. Sudarsono, Heri, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”, Ekonisia, Yogyakarta, 2003. Suharyadi dan Purwanto, “Statistika: untuk Ekonomi dan Keuangan Modern” Edisi 2 Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2008. Sukirno, Sadono, “Makro Ekonomi Modern”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000. Sumiyanto, Ahmad, “BMT Menuju Koperasi Modern”, ISES Consulting Indonesia, Yogyakarta, 2008. Supriyono, Maryanto, “Buku Pintar Perbankan”, Andi, Yogyakarta, 2010.

138

Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Verbeek, Marno, “A Guide to Modern Econometrics 2nd edition”, John Wiley & Sons, Ltd, England, 2004. Winarno, Wing, Wahyu, “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2007. Wiroso, “Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah”, PT. Grasindo, Jakarta, 2005 Wiroso, “Produk Perbankan Syariah”, LPFE Usakti, Jakarta, 2011. Zaenuri, Fikri, “Analisis Pengaruh Variabel Biaya Operasional, Volume Pembiayaan Murabahah, Bagi Hasil DPK, Inflasi dan BI rate Terhadap Margin Murabahah (Studi Kasus pada PT Bank BRISyariah), Universitas Indonesia, 2012. Zandi, Gholamreza dan Ariffin, Mohd, Noraini, “Some Issues on Murabahah Practices in Iran and Malaysian Islamic Banks”, International Islamic University of Malaysia (IUM), Kuala Lumpur, Malaysia. www.bi.go.id diakses pada 25 November 2016 www.bcasyariah.co.id diakses pada 25 November 2016 www.bnisyariah.co.id diakses pada 25 November 2016 www.brisyariah.co.id diakses pada 25 November 2016 www.megasyariah.co.id diakses pada 25 November 2016 www.ojk.go.id diakses pada 25 November 2016 www.syariahbukopin.co.id diakses pada 25 November 2016

139

Lampiran 1: Model Pooled Least Square (PLS) 1. Hasil Model Dependent Variable: MARGIN? Method: Pooled Least Squares Date: 03/20/17 Time: 08:20 Sample: 2012Q1 2015Q4 Included observations: 16 Cross-sections included: 5 Total pool (unbalanced) observations: 80 Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE?

-9.977293 0.188226 1.258149 -0.570972 2.012809

1.467239 0.089705 0.082673 0.301094 0.756152

-6.800046 2.098274 15.21844 -1.896324 2.661910

0.0000 0.0394 0.0000 0.0620 0.0096

R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)

0.806272 0.795357 0.593197 24.98364 -65.56386 73.87313 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat

12.40000 1.311296 1.856944 2.010281 1.918225 1.463727

2. Representations Estimation Command: ===================== LS MARGIN? C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE? Estimation Equations: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = C(1) + C(2)*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + C(3)*DPK_BUKOPIN_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH MARGIN_MEGA_SYARIAH = C(1) + C(2)*ROA_MEGA_SYARIAH + C(3)*DPK_MEGA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_MEGA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = C(1) + C(2)*ROA_BCA_SYARIAH + C(3)*DPK_BCA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BCA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BCA_SYARIAH MARGIN_BNI_SYARIAH = C(1) + C(2)*ROA_BNI_SYARIAH + C(3)*DPK_BNI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BNI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = C(1) + C(2)*ROA_BRI_SYARIAH + C(3)*DPK_BRI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BRI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BRI_SYARIAH

Substituted Coefficients: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = -9.97729335522 + 0.188226283055*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BUKOPIN_SYARIAH - 0.570971967039*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH

140

MARGIN_MEGA_SYARIAH = -9.97729335522 + 0.188226283055*ROA_MEGA_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_MEGA_SYARIAH - 0.570971967039*INFLASI_MEGA_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = -9.97729335522 + 0.188226283055*ROA_BCA_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BCA_SYARIAH - 0.570971967039*INFLASI_BCA_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BCA_SYARIAH MARGIN_BNI_SYARIAH = -9.97729335522 + 0.188226283055*ROA_BNI_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BNI_SYARIAH - 0.570971967039*INFLASI_BNI_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = -9.97729335522 + 0.188226283055*ROA_BRI_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BRI_SYARIAH - 0.570971967039*INFLASI_BRI_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BRI_SYARIAH

3. Residual Tables _BUKOPIN_SYARIAH Residuals

_MEGA_SYARIAH Residuals

1.2

2.0 1.5

0.8

1.0 0.4 0.5 0.0 0.0 -0.4

-0.5

-0.8

-1.0 I

II III IV 2012

I

II III IV 2013

I

II III IV 2014

I

II III IV 2015

I

II III IV 2012

_BCA_SYARIAH Residuals

I

II III IV 2013

I

II III IV 2014

I

II III IV 2015

I

II III IV 2015

_BNI_SYARIAH Residuals

0.8

0.8

0.4

0.4

0.0

0.0

-0.4

-0.4

-0.8

-0.8

-1.2

-1.2 I

II III IV 2012

I

II III IV 2013

I

II III IV 2014

I

II III IV 2015

I

II III IV 2015

I

II III IV 2012

I

II III IV 2013

I

II III IV 2014

_BRI_SYARIAH Residuals 0.8 0.4 0.0 -0.4 -0.8 -1.2 I

II III IV 2012

I

II III IV 2013

I

II III IV 2014

141

Lampiran 2: Fixed Effect Model (FEM) 1. Hasil Model Dependent Variable: MARGIN? Method: Pooled Least Squares Date: 03/20/17 Time: 08:22 Sample: 2012Q1 2015Q4 Included observations: 16 Cross-sections included: 5 Total pool (unbalanced) observations: 80 Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE? Fixed Effects (Cross) _BUKOPIN_SYARIAH--C _MEGA_SYARIAH--C _BCA_SYARIAH--C _BNI_SYARIAH--C _BRI_SYARIAH--C

-4.804111 0.114327 0.855449 -0.439721 2.455532

4.268834 0.098504 0.349544 0.249088 0.925336

-1.125392 1.160642 2.447331 -1.765327 2.653666

0.2644 0.2499 0.0170 0.0821 0.0099

-0.174137 0.780727 -0.809814 0.067787 0.231211 Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)

0.879397 0.864997 0.481806 15.55321 -47.55361 61.06780 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat

12.40000 1.311296 1.488253 1.764261 1.598559 2.252460

2. Representations Estimation Command: ===================== LS(CX=F) MARGIN? C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE? Estimation Equations: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = C(6) + C(1) + C(2)*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + C(3)*DPK_BUKOPIN_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH MARGIN_MEGA_SYARIAH = C(7) + C(1) + C(2)*ROA_MEGA_SYARIAH + C(3)*DPK_MEGA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_MEGA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = C(8) + C(1) + C(2)*ROA_BCA_SYARIAH + C(3)*DPK_BCA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BCA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BCA_SYARIAH

142

MARGIN_BNI_SYARIAH = C(9) + C(1) + C(2)*ROA_BNI_SYARIAH + C(3)*DPK_BNI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BNI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = C(10) + C(1) + C(2)*ROA_BRI_SYARIAH + C(3)*DPK_BRI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BRI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BRI_SYARIAH

Substituted Coefficients: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = -0.174136912901 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BUKOPIN_SYARIAH 0.439721268571*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH MARGIN_MEGA_SYARIAH = 0.780726783002 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_MEGA_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_MEGA_SYARIAH 0.439721268571*INFLASI_MEGA_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = -0.809814298001 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_BCA_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BCA_SYARIAH 0.439721268571*INFLASI_BCA_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BCA_SYARIAH MARGIN_BNI_SYARIAH = 0.0677868046118 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_BNI_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BNI_SYARIAH 0.439721268571*INFLASI_BNI_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = 0.231210501476 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_BRI_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BRI_SYARIAH 0.439721268571*INFLASI_BRI_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BRI_SYARIAH

143

Lamipran 3: Uji Chow 1. Hasil Model Redundant Fixed Effects Tests Pool: RILO Test cross-section fixed effects Effects Test

Statistic

Cross-section F Cross-section Chi-square

d.f.

Prob.

10.156078 36.020501

(4,67) 4

0.0000 0.0000

Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: MARGIN? Method: Panel Least Squares Date: 03/20/17 Time: 08:24 Sample: 2012Q1 2015Q4 Included observations: 16 Cross-sections included: 5 Total pool (unbalanced) observations: 80 Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE?

-9.977293 0.188226 1.258149 -0.570972 2.012809

1.467239 0.089705 0.082673 0.301094 0.756152

-6.800046 2.098274 15.21844 -1.896324 2.661910

0.0000 0.0394 0.0000 0.0620 0.0096

R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)

0.806272 0.795357 0.593197 24.98364 -65.56386 73.87313 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat

12.40000 1.311296 1.856944 2.010281 1.918225 1.463727

2. Representations Estimation Command: ===================== LS(CX=F) MARGIN? C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE? Estimation Equations: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = C(6) + C(1) + C(2)*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + C(3)*DPK_BUKOPIN_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH MARGIN_MEGA_SYARIAH = C(7) + C(1) + C(2)*ROA_MEGA_SYARIAH + C(3)*DPK_MEGA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_MEGA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = C(8) + C(1) + C(2)*ROA_BCA_SYARIAH + C(3)*DPK_BCA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BCA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BCA_SYARIAH

144

MARGIN_BNI_SYARIAH = C(9) + C(1) + C(2)*ROA_BNI_SYARIAH + C(3)*DPK_BNI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BNI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = C(10) + C(1) + C(2)*ROA_BRI_SYARIAH + C(3)*DPK_BRI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BRI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BRI_SYARIAH

Substituted Coefficients: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = -0.174136912901 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BUKOPIN_SYARIAH 0.439721268571*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH MARGIN_MEGA_SYARIAH = 0.780726783002 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_MEGA_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_MEGA_SYARIAH 0.439721268571*INFLASI_MEGA_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = -0.809814298001 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_BCA_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BCA_SYARIAH 0.439721268571*INFLASI_BCA_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BCA_SYARIAH MARGIN_BNI_SYARIAH = 0.0677868046118 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_BNI_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BNI_SYARIAH 0.439721268571*INFLASI_BNI_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = 0.231210501476 - 4.80411061672 + 0.114327467967*ROA_BRI_SYARIAH + 0.855449119782*DPK_BRI_SYARIAH 0.439721268571*INFLASI_BRI_SYARIAH + 2.45553171293*BI_RATE_BRI_SYARIAH

145

Lampiran 4:Random Effect Model (REM) 1. Hasil Model Dependent Variable: MARGIN? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/20/17 Time: 08:25 Sample: 2012Q1 2015Q4 Included observations: 16 Cross-sections included: 5 Total pool (unbalanced) observations: 80 Swamy and Arora estimator of component variances Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE? Random Effects (Cross) _BUKOPIN_SYARIAH-C _MEGA_SYARIAH--C _BCA_SYARIAH--C _BNI_SYARIAH--C _BRI_SYARIAH--C

-9.977293 0.188226 1.258149 -0.570972 2.012809

1.191722 0.072860 0.067148 0.244555 0.614162

-8.372167 2.583380 18.73683 -2.334740 3.277325

0.0000 0.0118 0.0000 0.0224 0.0016

3.11E-12 2.14E-11 -1.04E-11 -1.02E-11 -3.94E-12 Effects Specification S.D.

Cross-section random Idiosyncratic random

7.52E-07 0.481806

Rho 0.0000 1.0000

Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)

0.806272 0.795357 0.593197 73.87313 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat

12.40000 1.311296 24.98364 1.463727

Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid

0.806272 24.98364

Mean dependent var Durbin-Watson stat

12.40000 1.463727

146

2. Representations Estimation Command: ===================== LS(CX=R) MARGIN? C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE? Estimation Equations: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = C(6) + C(1) + C(2)*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + C(3)*DPK_BUKOPIN_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH MARGIN_MEGA_SYARIAH = C(7) + C(1) + C(2)*ROA_MEGA_SYARIAH + C(3)*DPK_MEGA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_MEGA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = C(8) + C(1) + C(2)*ROA_BCA_SYARIAH + C(3)*DPK_BCA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BCA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BCA_SYARIAH MARGIN_BNI_SYARIAH = C(9) + C(1) + C(2)*ROA_BNI_SYARIAH + C(3)*DPK_BNI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BNI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = C(10) + C(1) + C(2)*ROA_BRI_SYARIAH + C(3)*DPK_BRI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BRI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BRI_SYARIAH

Substituted Coefficients: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = 3.11148280786e-12 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BUKOPIN_SYARIAH 0.570971967035*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH MARGIN_MEGA_SYARIAH = 2.14413080008e-11 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_MEGA_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_MEGA_SYARIAH 0.570971967035*INFLASI_MEGA_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = -1.03852430652e-11 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_BCA_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BCA_SYARIAH 0.570971967035*INFLASI_BCA_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BCA_SYARIAH MARGIN_BNI_SYARIAH = -1.02264633668e-11 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_BNI_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BNI_SYARIAH 0.570971967035*INFLASI_BNI_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = -3.94120543414e-12 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_BRI_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BRI_SYARIAH 0.570971967035*INFLASI_BRI_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BRI_SYARIAH

147

Lampiran 5: Uji Hausman 1. Hasil Model Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: RILO Test cross-section random effects Chi-Sq. Statistic

Chi-Sq. d.f.

Prob.

40.624314

4

0.0000

Random

Var(Diff.)

Prob.

0.188226 1.258149 -0.570972 2.012809

0.004394 0.117672 0.002238 0.479051

0.2649 0.2404 0.0055 0.5224

Test Summary Cross-section random

Cross-section random effects test comparisons: Variable ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE?

Fixed 0.114327 0.855449 -0.439721 2.455532

Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: MARGIN? Method: Panel Least Squares Date: 03/20/17 Time: 08:25 Sample: 2012Q1 2015Q4 Included observations: 16 Cross-sections included: 5 Total pool (unbalanced) observations: 80 Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE?

-4.804111 0.114327 0.855449 -0.439721 2.455532

4.268834 0.098504 0.349544 0.249088 0.925336

-1.125392 1.160642 2.447331 -1.765327 2.653666

0.2644 0.2499 0.0170 0.0821 0.0099

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)

0.879397 0.864997 0.481806 15.55321 -47.55361 61.06780 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat

12.40000 1.311296 1.488253 1.764261 1.598559 2.252460

148

2. Representations Estimation Command: ===================== LS(CX=R) MARGIN? C ROA? DPK? INFLASI? BI_RATE? Estimation Equations: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = C(6) + C(1) + C(2)*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + C(3)*DPK_BUKOPIN_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH MARGIN_MEGA_SYARIAH = C(7) + C(1) + C(2)*ROA_MEGA_SYARIAH + C(3)*DPK_MEGA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_MEGA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = C(8) + C(1) + C(2)*ROA_BCA_SYARIAH + C(3)*DPK_BCA_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BCA_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BCA_SYARIAH MARGIN_BNI_SYARIAH = C(9) + C(1) + C(2)*ROA_BNI_SYARIAH + C(3)*DPK_BNI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BNI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = C(10) + C(1) + C(2)*ROA_BRI_SYARIAH + C(3)*DPK_BRI_SYARIAH + C(4)*INFLASI_BRI_SYARIAH + C(5)*BI_RATE_BRI_SYARIAH

Substituted Coefficients: ===================== MARGIN_BUKOPIN_SYARIAH = 3.11148280786e-12 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_BUKOPIN_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BUKOPIN_SYARIAH 0.570971967035*INFLASI_BUKOPIN_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BUKOPIN_SYARIAH MARGIN_MEGA_SYARIAH = 2.14413080008e-11 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_MEGA_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_MEGA_SYARIAH 0.570971967035*INFLASI_MEGA_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_MEGA_SYARIAH MARGIN_BCA_SYARIAH = -1.03852430652e-11 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_BCA_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BCA_SYARIAH 0.570971967035*INFLASI_BCA_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BCA_SYARIAH MARGIN_BNI_SYARIAH = -1.02264633668e-11 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_BNI_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BNI_SYARIAH 0.570971967035*INFLASI_BNI_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BNI_SYARIAH MARGIN_BRI_SYARIAH = -3.94120543414e-12 - 9.97729335521 + 0.188226283052*ROA_BRI_SYARIAH + 1.25814884338*DPK_BRI_SYARIAH 0.570971967035*INFLASI_BRI_SYARIAH + 2.01280886355*BI_RATE_BRI_SYARIAH

149

Lampiran 6: Data Variabel Penelitian Nama Bank BUKOPIN_SYARIAH BUKOPIN_SYARIAH BUKOPIN_SYARIAH BUKOPIN_SYARIAH BUKOPIN_SYARIAH BUKOPIN_SYARIAH BUKOPIN_SYARIAH BUKOPIN_SYARIAH BUKOPIN_SYARIAH BUKOPIN_SYARIAH BUKOPIN_SYARIAH BUKOPIN_SYARIAH BUKOPIN_SYARIAH BUKOPIN_SYARIAH BUKOPIN_SYARIAH BUKOPIN_SYARIAH MEGA_SYARIAH MEGA_SYARIAH MEGA_SYARIAH MEGA_SYARIAH MEGA_SYARIAH MEGA_SYARIAH MEGA_SYARIAH MEGA_SYARIAH MEGA_SYARIAH MEGA_SYARIAH MEGA_SYARIAH MEGA_SYARIAH MEGA_SYARIAH MEGA_SYARIAH MEGA_SYARIAH MEGA_SYARIAH BCA_SYARIAH BCA_SYARIAH BCA_SYARIAH BCA_SYARIAH

Tahun 2012 T1 2012 T2 2012 T3 2012 T4 2013 T1 2013 T2 2013 T3 2013 T4 2014 T1 2014 T2 2014 T3 2014 T4 2015 T1 2015 T2 2015 T3 2015 T4 2012 T1 2012 T2 2012 T3 2012 T4 2013 T1 2013 T2 2013 T3 2013 T4 2014 T1 2014 T2 2014 T3 2014 T4 2015 T1 2015 T2 2015 T3 2015 T4 2012 T1 2012 T2 2012 T3 2012 T4

Margin 36999 80344 129239 183716 51461 105729 166471 229291 63517 126904 195807 262719 68954 134852 199356 262893 223697 455875 707460 980869 287115 591245 895827 1213053 303167 592761 856897 1115128 215095 412734 588587 742151 10047 19475 29988 41809

ROA 0.54 0.52 0.61 0.55 1.08 1.04 0.79 0.69 0.22 0.27 0.23 0.27 0.35 0.49 0.66 0.79 3.52 4.13 4.11 3.81 3.57 2.94 2.57 2.33 1.18 0.99 0.24 0.29 -1.21 -0.73 -0.34 0.3 0.39 0.74 0.69 0.84

DPK 2240430 2476161 2609448 2850784 3079920 3204602 3352211 3272262 3428774 3372243 3449246 3994957 3915239 4061048 4337818 4756303 5124808 5019289 6531083 7090422 7251018 7046031 7107187 7730738 7073389 6898350 6755362 5821319 5075152 4429784 4008673 4268834 938446 925413 951829 1261824

Inflasi BI rate 3.97 5.75 4.53 5.75 4.31 5.75 4.3 5.75 5.9 5.75 5.9 6 8.4 7.25 8.38 7.5 7.32 7.5 6.7 7.5 4.53 7.5 8.36 7.75 6.38 7.5 7.26 7.5 6.83 7.5 3.35 7.5 3.97 5.75 4.53 5.75 4.31 5.75 4.3 5.75 5.9 5.75 5.9 6 8.4 7.25 8.38 7.5 7.32 7.5 6.7 7.5 4.53 7.5 8.36 7.75 6.38 7.5 7.26 7.5 6.83 7.5 3.35 7.5 3.97 5.75 4.53 5.75 4.31 5.75 4.3 5.75

150

Nama Bank BCA_SYARIAH BCA_SYARIAH BCA_SYARIAH BCA_SYARIAH BCA_SYARIAH BCA_SYARIAH BCA_SYARIAH BCA_SYARIAH BCA_SYARIAH BCA_SYARIAH BCA_SYARIAH BCA_SYARIAH BNI_SYARIAH BNI_SYARIAH BNI_SYARIAH BNI_SYARIAH BNI_SYARIAH BNI_SYARIAH BNI_SYARIAH BNI_SYARIAH BNI_SYARIAH BNI_SYARIAH BNI_SYARIAH BNI_SYARIAH BNI_SYARIAH BNI_SYARIAH BNI_SYARIAH BNI_SYARIAH BRI_SYARIAH BRI_SYARIAH BRI_SYARIAH BRI_SYARIAH BRI_SYARIAH BRI_SYARIAH BRI_SYARIAH BRI_SYARIAH BRI_SYARIAH BRI_SYARIAH

Tahun 2013 T1 2013 T2 2013 T3 2013 T4 2014 T1 2014 T2 2014 T3 2014 T4 2015 T1 2015 T2 2015 T3 2015 T4 2012 T1 2012 T2 2012 T3 2012 T4 2013 T1 2013 T2 2013 T3 2013 T4 2014 T1 2014 T2 2014 T3 2014 T4 2015 T1 2015 T2 2015 T3 2015 T4 2012 T1 2012 T2 2012 T3 2012 T4 2013 T1 2013 T2 2013 T3 2013 T4 2014 T1 2014 T2

Margin ROA DPK Inflasi BI rate 13125 0.92 1200456 5.9 5.75 25698 0.97 1283684 5.9 6 38521 0.99 1418684 8.4 7.25 54142 1.01 1703049 8.38 7.5 19297 0.86 1680808 7.32 7.5 40169 0.69 1861348 6.7 7.5 51565 0.67 1886345 4.53 7.5 89607 0.76 2338709 8.36 7.75 31376 0.71 2379674 6.38 7.5 69350 0.78 2713701 7.26 7.5 109753 0.86 2605729 6.83 7.5 155220 1 3255154 3.35 7.5 111050 0.63 6921122 3.97 5.75 236166 0.65 7247944 4.53 5.75 370559 1.31 7721027 4.31 5.75 527024 1.48 8980035 4.3 5.75 173699 1.62 10683235 5.9 5.75 369196 1.24 10386112 5.9 6 595205 1.22 10960565 8.4 7.25 854003 1.37 11488209 8.38 7.5 285613 1.22 12613835 7.32 7.5 604306 1.11 13509005 6.7 7.5 955343 1.11 14932565 4.53 7.5 1450260 1.27 16246405 8.36 7.75 417637 1.2 17422874 6.38 7.5 849185 1.3 17321427 7.26 7.5 1297748 1.32 18930222 6.83 7.5 1741998 1.43 19322756 3.35 7.5 201361 0.17 8899482 3.97 5.75 416414 1.21 9410923 4.53 5.75 645033 1.34 10153407 4.31 5.75 887848 1.19 11948889 4.3 5.75 250714 1.71 13011182 5.9 5.75 525497 1.41 13832170 5.9 6 824143 1.36 13924879 8.4 7.25 1133476 1.15 14349712 8.38 7.5 340296 0.46 13990979 7.32 7.5 669754 0.03 15116585 6.7 7.5

151

Nama Bank BRI_SYARIAH BRI_SYARIAH BRI_SYARIAH BRI_SYARIAH BRI_SYARIAH BRI_SYARIAH

Tahun 2014 T3 2014 T4 2015 T1 2015 T2 2015 T3 2015 T4

Margin ROA DPK Inflasi BI rate 1020236 0.2 15496505 4.53 7.5 1335164 0.08 16947388 8.36 7.75 378358 0.53 17562001 6.38 7.5 739359 0.78 17310457 7.26 7.5 1098634 0.8 18863643 6.83 7.5 1458382 0.76 20123658 3.35 7.5

152

Related Documents

Rilo Wahyudi-feb.pdf
December 2019 19

More Documents from "Rohanah Achmad"