Rhinosinusitis Akut & Tonsilitis Kronik: Priangga Ibrahim A S 1765050313 Dr.lina Marlina, Sp. Tht-kl

  • Uploaded by: Prianggi Sptr
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rhinosinusitis Akut & Tonsilitis Kronik: Priangga Ibrahim A S 1765050313 Dr.lina Marlina, Sp. Tht-kl as PDF for free.

More details

  • Words: 1,879
  • Pages: 46
Case Report

Rhinosinusitis Akut & Tonsilitis Kronik Disusun Oleh: Priangga Ibrahim A S 1765050313 Pembimbing: Dr.Lina Marlina, Sp. THT-KL Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok Periode 25 Februari 2019 – 30 Maret 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia 2019

Laporan Kasus

Identitas • Nama : Ny. S • Umur : 32 tahun • Jenis Kelamin : Perempuan • Alamat : Jl. SMA 14 No. 57 RT 009/009 Cawang, Jakarta Timur • Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga • Pendidikan : SMA • Agama : Kristen • Status : Menikah

Anamnesis

Keluhan Utama • Hidung tersumbat sejak 1 bulan yang lalu

Keluhan Tambahan • Keluhan hidung berair dan bersin-bersin, Nyeri dahi , Nyeri menelan, Nyeri pada daerah mata,

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke poliklinik THT RSU UKI, dengan keluhan hidung tersumbat sejak ±1 bulan yang lalu. Hidung tersumbat dirasakan setiap hari dan sangat mengganggu aktivitas keseharian Pasien. Pasien juga mengatakan terdapat nyeri pada dahi dan daerah sekitar bawah mata ketika sedang menunduk, mengambil barang. Pasien juga mengeluhkan hidung berair dan bersin-bersin. Keluhan tersebut disertai dengan keluarnya cairan kental tidak berbau. Pasien pernah mengalami keluhan hidung tersumbat seperti ini sebelumnya, 1 tahun terakhir ini pasien sering mengalami bersin-bersin ketika terpajan dengan debu, ketika gejala datang pasien hanya mengkonsumsi CDR saja dan tidak pergi ke dokter.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG • Keluhan pasien disertai dengan nyeri menelan, dan membuat nafsu makan berkurang. Nyeri menelan ini pasien rasakan sejak 10 hari yang lalu. Pasien mengaku nyeri menelan ini pernah dialaminya 2 bulan yang lalu dan hilang dengan sendirinya. Pasien sering malas dan telat makan semenjak nyeri menelan ini datang. Pasien menyangkal adanya rasa mengganjal di bagian tenggorokan. Riwayat muntah, gangguan pendengaran, vertigo dan demam disangkal oleh pasien. Riwayat alergi disangkal oleh pasien, pasien tidak pernah pernah melakukan pemeriksaan alergi ke dokter, Pasien juga menyangkal bahwa adanya keluarga yang terdapat alergi

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Riwayat DM, kolestrol dan hipertensi disangkal oleh pasien. Pasien mengatakan mempunyai riwayat maag yang dirasakan pertama kali sewaktu SMA. Pasien tidak pernah dirawat dirumah sakit Pasien dalam 1 tahun terakhir ini, sering mengalami bersin-bersin ketika terpajan dengan debu, pasien juga mengalami keluhan nyeri menelan sebelumnya dialaminya 2 bulan yang lalu dan membaik dengan sendirinya.

 Pasien menyangkal bahwa adanya keluarga yang terdapat alergi

RIWAYAT KEBIASAAN PRIBADI Riwayat minum alkohol dan merokok disangkal oleh pasien.

PEMERIKSAAN FISIK STATUS GENERALIS • Keadaan umum : Tampak sakit ringan. • Kesadaran : Komposmentis • Tanda Vital • • • •

Tekanan darah Frekuensi nadi Frekuensi Napas Suhu

: tidak diukur : 70 x/menit : 18 x/menit : 36,50C

PEMERIKSAAN FISIK STATUS LOKALIS TELINGA Telinga Luar

Kanan

Kiri

Daun telinga

Normotia

Normotia

Prearikuler

Normal, fistel (-), sikatrik (-)

Normal, fistel (-), sikatrik (-)

Infraaurikuler

Normal, nyeri tekan (-)

Normal, nyeri tekan (-)

Retroaurikuler

Normal, pembengkakan (-)

Normal, pembengkakan (-)

Uji Pendengaran

Kanan

Kiri

Rinne

Positif

Positif

Weber

Tidak ada lateralisasi

Swabach

Sama dengan pemeriksa

Liang Telinga

Kanan

Kiri

Lapang/sempit

Lapang

Lapang

Warna epidermis

Merah muda

Merah muda

Sekret

Tidak ada

Tidak ada

Serumen

Tidak ada

Tidak ada

Kelainan lain

Tidak ditemukan

Tidak ditemukan

Membran Timpani

Kanan

Kiri

Intak

(+)

(+)

Warna

Putih seperti mutiara

Putih seperti mutiara

Refleks cahaya

(+)

(+)

Perforasi

(-)

(-)

Kelainan lain

Tidak ditemukan

Tidak ditemukan

PEMERIKSAAN FISIK STATUS LOKALIS HIDUNG Hidung

Kanan

Kiri

Bentuk hidung

Normal

Normal

Tidak ditemukan

Tidak ditemukan

ada

ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ditemukan

Tidak ditemukan

luar Deformitas Nyeri tekan

 Dahi  Pipi Krepitasi

Rinoskopi

Kanan

Kiri

Vestibulum nasi

Normal, furunkel (-)

Normal, furunkel (-)

Cavum nasi

lapang

lapang

Mukosa

livide

livide

Konka media

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Konka inferior

Hipertrofi

Hipertrofi

Meatus nasi

Sekret (+)

Sekret (+)

Deviasi septum

Tidak ada

Tidak ada

Sekret

Ada, bening, kental

Ada, bening, kental

Massa

Tidak ada

Tidak ada

Kelainan lain

Tidak ada

Tidak ada

Anterior

Rinoskopi Posterior: Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN FISIK STATUS LOKALIS TENGGOROKAN Faring

Hasil Pemeriksaan

Dinding faring

Permukaan tidak bergranul

Mukosa

Hiperemis

Uvula

Letak ditengah, warna merah muda

Arkus faring

Simetris, warna merah muda

Tonsil

Hasil Pemeriksaan

Pembesaran

T2-T3

Mukosa

Merah muda

Kripta

Lebar

Detritus,

ada

Diagnosa kerja: Rhinosinusitis akut dan Tonsilitis Kronik

Rhinitis alergi Rhinitis simpleks

Penatalaksanaan NON-FARMAKOLOGI

• Hindari asap rokok, • Penggunaan masker saat tepapar oleh debu • Berkumur menggunakan air hangat

• • • • •

FARMAKOLOGI Cuci hidung menggunakan NaCl dan spuit Steroid oral → Predisolone 5mg 2x1 Antihistamin → loratadine 1 x 10 mg Antibiotik → Amoxicilin 3 x 500 mg Dekongestan → Oksimetazolin HCl 0.05% 10 ml 2-3 spray 2x sehari

RHINOSINUSITIS AKUT

Definisi Rinosinusitis Akut yaitu suatu inflamasi pada (mukosa) hidung dan sinus paranasal, berlangsung selama 4 minggu

Sinus paranasal

Etiologi a. Virus Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya pilek).

b. Bakteri Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang

biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut. Bakteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut adalah Streptociccus pneumonia (30-50%), Hemophylus influenza (20-40%) dan Moraxella catarrhalis (4%). Pada anak, M. catarrhalis lebih banyak ditemukan (20%). Pada sinusitis kronik, bakteri yang ada lebih condong ke arah 1

c. Jamur • Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut. Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan system kekebalan. Pada orang-orang tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi alergi terhadap jamur. d. Peradangan menahun pada saluran hidung. • Pada penderita rinitis alergika bisa terjadi sinusitis akut. Demikian pula halnyapada penderita rinitis vasomotor. e. Penyakit tertentu. • Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan dan

penderita kelainan sekresi lendir (misalnya fibrosis kistik).

Klasifikasi :

Secara klinis sinusitis dibagi atas1: a. rhinosinusitis akut : batas waktu ≤ 4 minggu. b. rhinosinusitis subakut : antara 4 minggu sampai 3 bulan c. rhinosinusitis Kronis : ≥ 3 bulan.

a. Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis b. Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham atas (pre molar dan

molar).

Patofisiology

Diagnosis Kemungkinan terjadinya sinusitis

Kriteria Mayor

Kriteria Minor

a. Sekret nasal yang purulen

a. Edem periorbital

b. Drainase faring yang purulen b. Sakit kepala

jika terdapat gejala dan tanda 2 mayor, 1 minor dan ≥ 2 kriteria minor.

c. Purulent Post Nasaldrip

c. Nyeri di wajah

d. Batuk

d. Sakit gigi

e. Fotorontgen(Water’sradiogra e. Nyeri telinga

ph atau air fluid level) : f. Sakit tenggorok Penebalan lebih 50% dari g. Nafas berbau antrum

h. Bersin-bersin bertambah sering

f. Coronal CT Scan : Penebalan i. Demam

atau opaksifikasi dari mukosa j. Tes sitologi nasal (smear) : sinus

neutrofil dan bakteri k. Ultrasound

Pemeriksaan Fisik RINOSKOPI ANTERIOR

Untuk melihat kelainan rongga hidung yang berkaitan dengan rinosinusitis kronik seperti udem konka, hiperemi, sekret (nasal drip), krusta, deviasi septum, tumor atau polip.

RINOSKOPI POSTERIOR

bila diperlukan untuk melihat patologi di belakang rongga hidung.

Laboratorium • Tes sedimentasi, leukosit, dan C-reaktif protein dapat membantu diagnosis sinusitis akut • Kultur merupakan pemeriksaan yang tidak rutin pada sinusitis akut,

tapi harus dilakukan pada pasien immunocompromise dengan perawatan intensif dan pada anak-anak yang tidak respon dengan

pengobatan yang tidak adekuat, dan pasien dengan komplikasi yang disebabkan sinusitis

Imaging • Posisi Caldwell • Posisi ini didapat dengan meletakkan hidung dan dahi diatas meja sedemikian rupa sehingga garis orbito-meatal (yang menghubungkan kantus lateralis mata dengan batas superior kanalis auditorius eksterna) tegak lurus terhadap film. Sudut sinar rontgen adalah 15°kraniokaudal dengan titik keluarnya nasion

Imaging • Posisi Waters • Posisi ini yang paling sering digunakan. Maksud dari posisi ini adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak dibawah antrum maksila. Hal ini didapatkan

dengan menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Bidang yang melalui kantus medial mata dan tragus membentuk sudut lebih kurang 37°dengan film proyeksi waters dengan mulut terbuka memberikan pandangan terhadap semua sinus paranasal.

Tata Laksana • Prinsip  membuka dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi sehingga ventilasi dan drainase sinus kembali normal Akut Bakterial

Kronik Bakterial

• Antibiotik : amoxicillin atau cephalosporin • Terapi simptomatik : dekongestan oral/topical , analgetik • Steroid oral/topical • Pencucian rongga hidung dengan NaCl

• Antibiotik : yang sesuai kuman gram negative dan anaerob • Tindakan operatif: - Pembedahan radikal: Sinus maksila  Caldwell-luc Sinus etmoid etmoidektomi - Pmbedahan tidak radikal Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF)

TONSILITIS KRONIK

• Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual

yang ketiga-ketiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer

FAKTOR PREDISPOSISI • Faktor predisposisi timbulnya tonsillitis kronik ialah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsillitis akut

yang tidak adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan tonsillitis akut tetapi kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan Gram-negatif

DIAGNOSIS

GEJALA • Tanda-tanda bermakna adalah nyeri tenggorokan yang berulang atau menetap dan obstruksi pada saluran cerna dan saluran napas. • Gejala-gejala konstitusi dapat ditemukan seperti demam, namun tidak mencolok.

• Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. • Terasa ada yang mengganjal di tenggorokan,

• tenggorokan terasa kering dan napas yang berbau. • Pada tonsillitis kronik juga sering disertai halitosis dan pembesaran nodul servikal.

• (a) pembesaran tonsil karena hipertrofi disertai perlekatan kejaringan sekitarnya, kripta melebar di atasnya tertutup oleh eksudat yang purulent. • (b) tonsil tetap kecil, bisanya mengeriput, kadang-kadang seperti terpendam dalam “tonsil bed” dengan bagian tepinya hiperemis, kripta melebar dan diatasnya tampak eksudat yang purulent

• Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi :13, • T0

: Tonsil masuk di dalam fossa

• T1

: <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

• T2

: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

• T3

: 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

• T4

: >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring

(A) Tonsillar hypertrophy grade-I tonsils. (B) Grade-II tonsils. (C) Grade-IIItonsils. (D) Grade-IV tonsils (“kissing tonsils”)

PEMERIKSAAN PENUNJANG • Mikrobiologi

• Gold standard pemeriksaan tonsil adalah kultur dari dalam tonsil. Berdasarkan penelitian Kurien di India terhadap 40 penderita Tonsilitis Kronis yang dilakukan tonsilektomi, didapatkan kesimpulan bahwa kultur yang dilakukan

dengan swab permukaan tonsil untuk menentukan diagnosis yang akurat terhadap flora bakteri Tonsilitis Kronis tidak dapat dipercaya dan juga valid. Kuman terbayak yang ditemukan yaitu Streptokokus beta hemolitikus diukuti Staflokokus aureus.14

PENATALAKSANAAN • Medikamentosa : 1. Terapi ini ditujukan pada hygiene mulut dengan cara berkumur atau obat isap, 2. pemberian antibiotic, pembersihan kripta tonsil dengan alat irigasi gigi atau oral. 3. Pemberian antibiotika sesuai kultur.

Operatif

Indikasi Absolut a) Hiperplasia tonsil yang menyebabkan gangguan tidur (sleep apneu) yang terkait dengan cor pulmonal. b) curiga keganasan (hipertropi tonsil yang unilateral). c) Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam (yang memerlukan tonsilektomi Quincy).

d) perdarahan tonsil yang persisten dan rekuren.

Indikasi Relatif a) Tonsillitis akut yang berulang (Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun). b) abses peritonsilar. c). tonsillitis kronik dengan sakit tenggorkan yang persisten, halitosis, atau adenitis cervical.

d). sulit menelan. e). tonsillolithiasis. f). gangguan pada orofacial atau gigi (mengakibatkan saluran bagian atas sempit). g). Carrier streptococcus tidak berespon terhadap terapi h). otitis media recuren atau kronik. Terapi lokal ditujukan pada hygiene mulut dengan berkumur atau obat isap.

Terima kasih

Related Documents


More Documents from ""