AYAT-AYAT TENTANG ALLAH
Disusun Oleh: Kelompok 2 Imam Hidayat
1710202019
Putri Rahmadani
1710202033
Putri Rindiyani
1710202034
Dosen Pengampu: Dr. Baldi Anggara, M.Pd.I.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2018
KATA PENGANTAR Puji syukur kami curahkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Ayat-ayat Tentang Allah” dengan tepat waktu. Penulisan makalah ini kami gunakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah tafsir. Terima kasih Penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Baldi Anggara, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah tafsir. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, sehingga penulis selaku penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang nantinya akan penulis gunakan sebagai perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.
Palembang, September 2018
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI ........................................................................................................... i BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2 C. Tujuan ............................................................................................................. 2 BAB II AYAT-AYAT TENTANG ALLAH SWT.............................................. 2 A. Tafsir Ayat-ayat tentang Allah SWT ............................................................. 3 1. Surah Al-Ikhlas (112) ayat 1-4 .................................................................... 3 2. Surah Al-Baqarah (2) ayat 255 ................................................................... 4 3. Surah Al-Hasyr ayat 21-24.......................................................................... 5 B. Tafsir Ayat tentang Akhlak Terpuji terhadap Allah SWT ............................. 9 1. Surah Al-Baqarah ayat 152 ......................................................................... 9 2. Surah At-Talaq ayat 3 ............................................................................... 10 BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13 A.
Kesimpulan ............................................................................................. 13
B.
Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesungguhnya Allah menciptakan jin dan manusia dimuka bumi ini hanya untuk beribadah kepada-Nya dengan menjalankan semua perintah dan menjauhi segala larangannya. Terdapat berbagai macam bukti yang telah di perlihatkan oleh Allah atas kekuasaan-Nya, akan tetapi masih banyak umat manusia yang lalai atas perintahnya sebagai khalifah fil ardh, mereka cenderung memikirkan kehidupan yang bersifat duniawi semata atau lebih menuruti hawa nafsu untuk kepentingan dunia saja. Allah membekali makhluk-Nya dengan Al-Qur‟an, yang mana dalam hal ini, Al-Qur‟an haruslah mampu menjawab segala sesuatu persoalan yang timbul. Dengan dasar ini, banyak persoalan yang muncul tentang Allah itu sendiri, akan tetapi banyak yang hanya mampu menjawab secara rasio, bukan memakai AlQur‟an. Maka dari itu, demi memahami ayat-ayat yang ada kaitannya dengan Allah, perlulah dibahas pentafsiran ayat-ayat tersebut berdasarkan pendapat dan riwayat dari para sahabat maupun tabiin.1 Banyak penafsiran ayat-ayat yang menjelaskan tentang zat Allah serta akhlak terpuji terhadap Allah, yaitu: Surah Al-Ikhlas, Al-Baqarah, Al-Hasyr, AlBaqarah, dan At-Talaq. Di dalam ayat tersebut telah dijelaskan betapa agungnya Allah dengan segala kebesarannya yang telah menciptakan makhluk dengan penciptaan yang sempurna, memberikan rizki, maka tidaklah pantas ketika kita sebagai makhluk ciptaan-Nya berani menyekutukan-Nya dengan menyembah tuhan yang lain selain Dia. Dengan demikian, di dalam makalah ini kami akan membahas tafsir ayatayat tentang Allah yang menunjukkan bukti-bukti akan kebesaran-Nya yang dijelaskan di dalam QS. Al-Ikhlas ayat 1-4, QS. Al-Baqarah ayat 255, QS. Al1
Oktavia, 2015, Tafsir Ayat-ayat Tentang Allah, dalam https://oktaviakhatulistiwa. wordpress.com/2015/03/17/tafsir-ayat-ayat-tentang-allah/diakses pada tanggal 05 September 2018 pukul 17:32.
1
Hasyr ayat 21-24, dan ayat tentang akhlak terpuji terhadap Allah yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 152, dan At-Talaq ayat 3.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah tafsir ayat-ayat tentang Allah SWT? 2. Bagaimanakah tafsir ayat tentang akhlak terpuji terhadap Allah SWT?
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui tafsir ayat-ayat tentang Allah SWT. 2. Untuk mengetahui tafsir ayat tentang akhlak terpuji terhadap Allah SWT.
2
BAB II AYAT-AYAT TENTANG ALLAH SWT A. Tafsir Ayat-ayat tentang Allah SWT Di dalam Al-Qur‟an kata Allah terulang sebanyak 2698 kali, dan mengetahuinya dengan penuh keyakinan termasuk salah-satu hal yang wajib dilakukan oleh setiap manusia.2 Banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang zat Allah diantaranya: 1. Surah Al-Ikhlas (112) ayat 1-4 ه١( َّللاُ أَ َح ٌذ قُمْ ْ َُٕ ه )َّللاُ ان ه )٤( ) َٔ َن ْى ٌَ ُك ٍْ نَُّ ُكفُ ًٕا أَ َح ٌذ٣( )نَ ْى ٌَهِ ْذ َٔنَ ْى ٌُٕنَ ْذ٢( ص ًَ ُذ Artinya: “Katakanlah: Dia-lah Allah, yang MahaEsa (1). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (2). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan (3), dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia(4)."3
Menurut H.M. Quraish Shihab menyatakan bahwa tujuan utama kehadiran Al-Qur‟an adalah untuk memperkenalkan Allah serta mengajak manusia untuk meng-Esakan-Nya
dan
patuh
kepada-Nya.
Maka
surah
ini
bertujuan
memperkenalkan Allah dengan memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan sekaligus menjawab sementara orang tentang Tuhan yang beliau sembah. Ayat ini menyatakan: Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada yang bertanya kepada kamu bahkan kepada siapa pun bahwa Dia yang wajib wujudNya dan berhak disembah adalah Allah Tuhan Yang Maha Esa. Kata qul/ katakanlah ini membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW menyampaikan segala sesuatu yang diterimanya dari ayat-ayat Al-Qur‟an yang disampaikan melalui malaikat Jibril as.4 Dari uraian di atas mengenai makna surah Al-Ikhlas ayat 1-4 dapat dianalisis bahwasanya sebagai umat Muslim wajib menyembah dan harus 2
Baldi, Anggara dan Zuhdiyah, Tafsir, (Palembang: NoerFikri, 2018), cet v, h. 17. Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), h. 1371. 4 Listiawati, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Palembang: Rafah Press, 2013), cet I, h. 27. 3
3
mematuhi setiap perintah dan menjauhi larangan-Nya. Dan hanya Allah lah yang berhak disembah, karena Allah itu Esa, yakni satu untuk selamanya bagi umat Muslim. Serta mentauladani Nabi Muhammad SAW sebagai Habib Allah (kekasih Allah) SWT.
2. Surah Al-Baqarah (2) ayat 255 ه ض ۗ َي ٍْ َرا انه ِزي ٌَ ْشفَ ُع ِ َّللاُ ََل إِ َٰنََّ إِ هَل ُْ َٕ ا ْن َح ًُّ ا ْنقٍَُّٕ ُو ۚ ََل تَأْ ُخ ُزُِ ِسَُتٌ َٔ ََل ََْٕ ٌو ۚ نَُّ َيب فًِ ان هس ًَب َٔا ِ ْث َٔ َيب فًِ ْاْلَس ٍُُِّّع ُْ َذُِ إِ هَل بِئ ِ ْرَِ ِّ ۚ ٌَ ْعهَ ُى َيب بٍٍََْ أَ ٌْ ِذٌ ِٓ ْى َٔ َيب َخ ْهفَُٓ ْى ۖ َٔ ََل ٌُ ِحٍطٌَُٕ بِ َش ًْ ٍء ِي ٍْ ِع ْه ًِ ِّ إِ هَل بِ ًَب ََب َء ۚ َٔ ِس َع ُكشْ ِس ض ۖ َٔ ََل ٌَئُٕ ُدُِ ِح ْفظُٓ ُ ًَب ۚ َُْٔ َٕ ا ْن َعهِ ًُّ ا ْن َع ِظٍ ُى َ ْث َٔ ْاْلَس ِ ان هس ًَب َٔا Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apaapa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”5
Dalam menerangkan ayat ini adalah ayat yang sangat agung. Lafaz: Allahu laa ilaaha illa huwaa: Yang mengkhabarkan tentang ketauhidan yang tunggal kepada Allah bagi semua makhluk. Sedangkan lafaz haiyul qayyuum yakni hidup bagi diri-Nya dan tidak mati selamanya ini menunjukkan bahwa Allah berbeda dengan makhluk lainnya.6 Sedangkan, ayat al-kursiy ini adalah ayat yang paling agung di antara seluruh ayat-ayat Al-Qur‟an. Karena dalam ayat ini, tidak kurang enam belas kali, bahkan tujuh belas kali, kata yang menunjuk kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. 7
5
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op.Cit., h. 80. Listiawati, Op.Cit., h. 30. 7 Ibid., h. 31. 6
4
Dari uraian di atas dapat dianalisis bahwa makna surah Al-Baqarah ayat 255 menerangkan Allah adalah zat yang sangat agung dengan semua keistimewaan diri-Nya. Tidak ada satupun keraguan terhadap Allah SWT. Hanya Allah lah Yang Maha Esa, maha sempurna, dan tidak akan mati selamanya. Tidak ada satu pun mahkluk yang menyamai-Nya.
3. Surah Al-Hasyr ayat 21-24 (21). بط نَ َعههُٓ ْى َ َّللا ۚ َٔتِ ْه َ َنَْٕ أَ َْ َض ْنَُب ََْٰ َزا ا ْنقُشْ آٌَ َعهَ َٰى َجبَ ٍم نَ َشأَ ٌْتَُّ َخب َِعًب ُيت ِ ص ِّذعًب ِي ٍْ َخ ْشٍَ ِت ه ِ ك ْاْلَ ْيثَب ُل ََضْ ِشبَُٓب نِهُه ٌٌََُٔتَفَ هكش ُْ َٕ ه (22). ب َٔان هشَٓب َد ِة ُْۖ َٕ ان هشحْ َٰ ًٍَُ ان هش ِحٍ ُى ِ ٍْ َّللاُ انه ِزي ََل إِ َٰنََّ إِ هَل ُْ َٕ ۖعَبنِ ُى ا ْن َغ ُْ َٕ ه ُ َّللاُ انه ِزي ََل إِ َٰنَ َّ إِ هَل ُْ َٕ ا ْن ًَ ِه (23). َّللا ِ ك ا ْنقُ ُّذٔطُ انس َهَل ُو ا ْن ًُ ْؤ ِيٍُ ا ْن ًُ ٍَْٓ ًٍُِ ا ْن َع ِضٌ ُض ا ْن َجبهب ُس ا ْن ًُتَ َكبِّ ُش ۚ ُس ْبحَبٌَ ه ٌََٕع هًبٌ ُ ْش ِش ُك ُْ َٕ ه ُ َِّللاُ ا ْن َخبن (24). ض ۖ َُْٔ َٕ ا ْن َع ِضٌ ُض ُ بس َ ًُ ا ا ْن ِ ص ِّٕ ُس ۖنَُّ ْاْلَ ْس ًَب ُء ا ْن ُح ْسَُىَٰ ٌُۚ َسبِّ ُح نَُّ َيب فًِ ان هس ًَب َٔا ِ َق ا ْنب ِ ْث َٔ ْاْلَس ا ْن َح ِكٍ ُى Artinya: “Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir (21). Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi MahaPenyayang (22). Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan (23). Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (24).”8
8
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op.Cit., h. 1180.
5
Dalam QS. Al-Hasyr Ayat 21 menjelaskan kepada umat manusia tentang kebesaran Al-Qur‟an. Andaikan Al-Qur‟an itu ditugaskan kepada gunung, pasti gunung akan tunduk, patuh mengikuti perintah Allah. Bahkan gunung tersebut akan retak karena ketakutannya kepada-Nya. Oleh karena itu, di serukan kepada manusia agar mewarisi, mempelajari, memperhatikan dan melaksanakan semua ajaran Al-Qur‟an. Baik yang berkenaan dengan akidah maupun yang berkaitan dengan mu‟amalah dan syari‟ah.9 Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang membaca di waktu pagi, Audzubillahi sami’i aliim minasyaithonirrajim sebanyak tiga kali kemudian juga ayat terakhir dalam surat Al-Hasyr, maka Allah menyerahkan padanya 70.000 malaikat membacakan doa baginya hingga sore, dan jika mati pada hari itu ditulis mati syahid, dan jika dibaca di waktu sore, maka ia mendapat kedudukan seperti itu yakni hingga pagi.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad).10 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui surah Al-Hasyr ayat 21, Allah SWT memberikan suatu pengajaran kepada umat Muslim. Dalam ayat itu dijelaskan bahwa gunung saja tunduk, dan patuh kepada Allah. Ayat ini merupakan suatu pelajaran bagi umat manusia agar bisa berfikir terhadap ayat tersebut sehingga mau melaksanakan semua ajaran dalam Al-Qur‟an.
QS. Al-Hasyr Ayat 22 menjelaskan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah SWT. Segala sesuatu yang disembah selain Dia, baik itu pohon, batu, berhala, maupun raja maka itu adalah bathil. Allah mengetahui segala makhluk yang nyata maupun yang ghaib. Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagiNya, baik di langit maupun di bumi.11 Allah memiliki rahmat yang amat luas yang menjangkau seluruh ciptaan-Nya. Allah Maha Pengasih baik di dunia maupun di akhirat serta di keduanya.12 Menurut para ulama ahli tafsir, bahwa pada ayat ini paling kurang berisi tiga penegasan. Yaitu pertama, tentang Allah sebagai Tuhan
9
Baldi Anggara dan Zuhdiyah, Op. Cit., h. 19 M. Yusuf Hamiri, dkk., Tafsir, (Palembang: Noer Fikri Offset, 2013), cet. I, h. 43-44. 11 A. Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Thoha Putra, 1993), 10
h. 92. 12
Listiawati, Op. Cit., h. 37.
6
dalam Islam; kedua, tentang sifat Ar-Rahman; dan yang ketiga, tentang sifat ArRahim bagi Allah swt. Mengenai kata Ar-Rahman dan Ar-Rahim adalah dua nama Allah yang sangat dominan dalam Al-Qur‟an. Dalam Al-Qur‟an disebutkan kata Ar-Rahman sebanyak 57 kali, sedangkan Ar-Rahim di ulang sebanyak 95 kali.13 Ayat ini yang menjelaskan bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah merupakan konsep aqidah shahihah (aqidah yang benar) dalam Islam.14 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa makna surah Al-Hasyr ayat 22 yakni membahas tentang kekuasaan Allah atas seluruh alam semesta, dan menjelaskan sifat-sifat Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang bagi seluruh makhluk-Nya. Dalam ayat ini membahas tentang masalah ketauhidan bahwasanya tiada Tuhan selain Allah dengan kata lain Allah itu Esa. Yang merupakan konsep aqidah Islam. Dan hanya Allah-lah yang maha mengetahui segala sesuatu, baik itu perkara yang ghaib maupun yang nyata, dan menunjukkan betapa luasnya kekuasaan Allah SWT di seluruh alam semesta, serta menjelaskan sifat-sifat Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang bagi seluruh makhluk-Nya.
QS. Al-Hasyr Ayat 23 menjelaskan bahwa Allah adalah satu-satunya penguasa terhadap segala apa pun juga. Dia-lah yang menggerakkan segala sesuatu tanpa ada yang mampu menghalangi atau menolaknya. Dia terhindar dari segala sesuatu yang tercela, dan hal-hal yang menunjukkan kekurangan. Dia pula yang memuliakan terhadap sesuatu yang nilai rendah, yang mampu mengalahkan sesuatu melalui keagungan dan daya paksa-Nya. Dalam ayat ini para ulama juga mencatat sifat-sifat Allah yang tergolong dalam Asma‟ul Husna. Yaitu sifat al-Malik, al-Quddus, as-Salam, al-Mu‟min, alMuhaimin, al-Aziz, al-Jabbar, dan al-Mutakabbir. Kata al-Malik dalam al-Qur‟an terulang sebanyak lima kali, al-Quddus sebanyak dua kali adalah kata yang mengandung makna kesucian, as-Salam yang dalam al-Qur‟an hanya disebut satu kali yang diambil dari kata Salima yang maknanya keselamatan dan keterhindaran dari segala yang tercela. Selanjutnya al-Mukmin terambil dari kata Amina yang 13 14
Baldi Anggara dan Zuhdiyah, Op. Cit., h. 21. Akhmad Alim, Tafsir Pendidikan Islam, (Jakarta: AMP Press, 2014), h. 183.
7
mengandung arti “Pembenaran” dan “Ketenangan Hati”. Mengenai kata al-Aziz yang terulang sebanyak 99 kali dalam al-Qur‟an, antara lain bermakna angkuh, tidak terbendung, keras, kasar, dan semangat membangkang. 15 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa makna surah Al-Hasyr ayat 23 menerangkan tentang ke Esa-an Allah SWT (ketauhidan). Ayat ini masih lanjutan dari surah Al-Hasyr ayat 22. Dan membantah orang-orang musyrik yang menyekutukan-Nya.
Dalam QS. Al-Hasyr Ayat 24 Al-Maraghy menyatakan bahwa Dia-lah Allah yang menciptakan segala sesuatu dan menampakkannnya di alam jagat raya ini berdasarkan sifat yang dikehendaki-Nya. Dia-lah Allah yang memiliki Asma‟ al-Husna, dan tidak ada satupun yang dapat menyamai-Nya. Dengan sifat-sifatNya yang demikian itulah maka segala apa yang ada di langit dan di bumi memuji-Nya.16 Berdasarkan uraian di atas tentang makna surah Al-Hasyr Ayat 24 maka dapat disimpulkan, yakni ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT. Memiliki sifat-sifat yang agung, dan sempurna. Maka dengan sifat-sifat yang demikian itu Allah SWT menciptakan serta melindungi seluruh ciptaan-Nya. Dalam hal ini manusia diperintahkan untuk mengimani Allah serta mempelajari sifat-sifat-Nya bukan semata-mata untuk Allah SWT. Melainkan untuk diri manusia itu sendiri. Dari penjabaran surah Al-Hasyr ayat 21-24 di atas dapat dianalisis bahwa ayat-ayat tersebut intinya menjelaskan tentang Allah SWT bahwa Allah itu Esa, dan memiliki sifat-sifat agung dan sempurna. Dari sifat itulah Allah dapat melindungi dan memelihara seluruh ciptaan-Nya dengan penuh kasih dan sayang. Allah sangat membantah orang-orang yang musyrik yang telah menyekutukanNya dan mendustakan ayat-ayat-Nya. Allah menyuruh manusia untuk mengimani dan mempelajari sifat-sifat-Nya bukan untuk Dia melainkan untuk makhluk-Nya sendiri.
15 16
Baldi Anggara dan Zuhdiyah, Op. Cit., h. 22-23. Listiawati, Op. Cit., h. 45.
8
B. Tafsir Ayat tentang Akhlak Terpuji terhadap Allah SWT 1. Surah Al-Baqarah ayat 152 Dalam Al-Qur‟an, disebutkan beberapa akhlak (budi pekerti) yang terpuji terhadap Allah. Salah-satu yang paling utama adalah syukur. Masalah syukur ini disebut di dalam Al-Qur‟an pada ayat: ٌِ ُٔفَب ْر ُكشُٔ ًَِ أَ ْر ُكشْ ُك ْى َٔا َْ ُكشُٔا ِنً َٔ ََل تَ ْكفُش Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku.”17 Dalam menerangkan konsep syukur bagi ayat ini, Imam Ibn Katsîr menerangkan di dalam tafsirnya bahwa ayat { ٌِ ُٔ } َٔا َْ ُكشُٔا نًِ َٔ ََل تَ ْكفُشitu adalah sebuah perintah Allah untuk bersyukur kepada-Nya, dan syukur tersebut dilaksanakan dengan menambahkan kebaikan. Dari ini Allah berfirman { ٌََٔإِ ْر تَأ َ هر } َسبُّ ُك ْى نَئِ ٍْ ََكَشْ تُ ْى َْلَ ِصٌ َذَه ُك ْى َٔنَئِ ٍْ َكفَشْ تُ ْى إِ هٌ َع َزا ِبً نَ َش ِذٌ ٌذ. Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan sebuah hadis yang datang dari Abû Rajâ` al-„Uthâridî yang menceritakan bahwa “„Imrân keluar menemuiku, dan „Imrân membawa sepotong kain dari sutera ( )يطشف يٍ خضyang belum pernah aku melihat sebelum ini dan setelahnya, lalu „Imrân berkata: sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang Allah memberi nikmat kepadanya dengan sebuah nikmat, maka Allah itu menyukai untuk diperlihatkan efek dari nikmat tersebut dari makhluk-Nya”.18 Menurut Imam al-Thabarî menyatakan bahwa ayat ini menyuruh orangorang mukmin agar bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan Allah kepada mereka, yaitu berupa Islam, atau hidayah berupa agama yang telah disyariatkan bagi nabi-nabi Allah serta kekasih-Nya. Lalu Allah memerintahkan untuk tidak melakukan kekufuran (tidak bersyukur) terhadap kebaikan Allah kepada mereka (mukmin), niscaya Allah akan merampas nikmat yang telah diberikan kepada mereka. Sebaliknya kalau mereka bersyukur, maka 17 18
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op.Cit., h. 44. Baldi Anggara dan Zuhdiyah, Op.Cit., h. 28-29.
9
Allah akan menambah lalu menyempurnakan nikmat-Nya terhadap mereka, dan Allah akan memberi mereka hidayah seperti hidayah yang diberikan kepada hamba-Nya yang diridhai-Nya. Selanjutnya, Imam al-Thabarî menjelaskan bahwa makna syukur di sini adalah memuji. Menurut Wahbah al-Zuhailî, Allah memerintahkan untuk bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah kepada orang mukmin dengan cara hati, lisan, dan mengunakan segala anggota pada apa yang dijadikan Allah bagi anggota tersebut untuk melakukan kebaikan dan kemanfaatan. Orang mukmin dilarang mengkafiri nikmat ini dengan cara memalingkan penggunaan anggota tersebut menuju apa yang dilarang syariat. Akal sehat juga tidak dapat menerima kekufuran tersebut. Sesungguhnya kalau perbuatan itu bagus, maka baguslah balasannya, dan kalau perbuatan itu tercela, maka tercelalah balasannya. Ini seperti ayat: {}ٔإِ ْر تَأ َ هرٌَ َسبُّ ُك ْى نَئِ ٍْ ََكَشْ تُ ْى َْلَ ِصٌ َذَه ُك ْى َٔنَئِ ٍْ َكفَشْ تُ ْى إِ هٌ َع َزابًِ نَ َش ِذٌ ٌذ. َ Tafsiran ayat ini menurut tafsir Jalâlain, al-Khâzin, dan al-Nawawî, menyatakan bahwasanya mensyukuri nikmat Allah itu adalah dengan cara melakukan ketaatan kepada Allah. Sedangkan Imam Zamakhsyari cuma menafsiri dengan bersyukur atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada mukmin.19
2. Surah At-Talaq ayat 3 Selain dari syukur, salah satu akhlak yang terpuji terhadap Allah adalah tawakal. yakni dalam firman Allah SWT, sebagai berikut: َّللا َبب ِن ُغ أَ ْي ِش ِِ ۚ قَ ْذ َج َع َم ه ُ ٍَٔ ٌَشْ ُص ْقُّ ِي ٍْ َح ُ َّللا ِ ْث ََل ٌَحْ تَ ِسبُ ۚ َٔ َي ٍْ ٌَتَ َٕ هكمْ َعهَى ه َ َّللا فَٓ ُ َٕ َح ْسبُُّ ۚ إِ هٌ ه نِ ُك ِّم ََ ًْ ٍء قَ ْذ ًسا Artinya: “Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan
19
Ibid., h. 30.
10
yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”20 Kata {ِأيش ِ }ببن ُغadalah bacaaan Imam Hafsh. Bagi bacaan imam selainnya adalah {ِ}ببن ٌغ أي َش.Ibn Mardawaih dan al-Khathîb meriwayatkan dari Ibn „Abbâs menyatakan bahwa “Sesungguhnya ayat ini turun pada seorang anak dari Auf bin Mâlik yang ditawan musuh, lalu dia dan istrinya memperbanyak membaca kalimat []َل حٕل َٔل قٕة إَل ببهلل. Lalu musuh yang menawan anaknya lengah dalam menjaganya, sehingga anak itu berhasil melarikan diri dengan membawa kambing-kambing musuh dan diserahkannya kepada ayahnya. Lalu turunlah ayat ini”.21 Imam al-Khâzin menafsiri kata {ّ }ٔيٍ ٌتٕكم عهى َّللا فٕٓ حسبdengan mengatakan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah pada apa yang diwakilkan kepadanya (dipinjamkan Allah kepadanya), maka Allah akan mencukupkan apa yang lebih penting bagi orang tersebut. al-Khâzin juga menambahkan dengan dukungan Hadis: Rasulullah SAW bersabda: “Andaikan kamu bertawakal (menyerah) kepada Allah dengan sungguh-sungguh niscaya Allah akan memberi rezeki kepadamu sebagaimana burung yang keluar pagi dengan perut kosong (lapar) dan kembali senja hari sudah kenyang”.22 Dalam kitab Tanwîr al-Miqbâs lafaz {ّ }ٔيٍ ٌتٕكم عهى َّللا فٕٓ حسبitu bermakna “barangsiapa yang percaya dengan Allah dalam masalah rezeki, maka Allah akan mencukupinya”. Wahbah al-Zuhailî menambah dari pendapat kitab Tanwîr al-Miqbâs dengan qayyid setelah orang tersebut melakukan usaha untuk mencari rezeki. Setelah wujudnya usaha ini barulah Allah akan mencukupkan apa yang paling penting bagi orang tersebut dalam semua hal. Ini dikarenakan Allah adalah Zat yang Maha mampu pada segala sesuatu ()انقبدس عهى كم ًَء, yang Maha kaya. Apabila datangnya rezeki dan selain-Nya itu dari perkara yang tidak akan ada kecuali dengan takdir Allah, maka seseorang tidak akan disebut sebagai orang yang memiliki akal kecuali apabila ia percaya kepada takdir Allah. Ini didasari 20
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op.Cit., h. 1203. Baldi Anggara dan Zuhdiyah, Op.Cit., h. 31. 22 Ibid., h.31-32. 21
11
23 dengan firman Allah {َاس ٍ } َٔ ُكمُّ ََ ًْ ٍء ِع ُْ َذُِ بِ ًِ ْقذ. Hujah ini adalah sebagai dalil tentang
wajibnya bertawakal kepada Allah dan memasrahkan segala perkara kepada-Nya. Syaikh Ahmad al-Shâwî al-Mâlikî menjelaskan makna dari tawakal adalah memberi/memasrahkan masalah-masalah kepada Allah. Selanjutnya, al-Shâwî menjelaskan bahwa melakukan beberapa sebab (usaha) agar tercapai apa yang diingini, itu tidak bertentangan dengan tawakal, karena sesungguhnnya melakukan sebab (usaha) di sini adalah yang diperintah. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tidak muktamad bergantung pada sebab-sebab tadi.24 Berdasarkan penafsiran ayat di atas dapat dianalisis melalui surah AlBaqarah ayat 152 bahwasanya sebagai umat Muslim harus banyak bersyukur dengan apa yang telah diberi Allah swt baik itu berupa rezeki, umur, tahta, dan lainnya. Selanjutnya, dalam penafsiran surah At-Talaq dapat dianalisis bahwa Allah akan mencukupkan keperluan hamba-Nya jika ia bertawakal kepada Allah.
23 24
Ibid., h.32. Ibid., h.33.
12
BAB III PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan di atas mengenai tafsir ayat-ayat tentang Allah, dan juga tafsir ayat tentang akhlak terpuji terhadap Allah. Dapat disimpulkan bahwa Allah itu Esa, yakni satu tiada tuhan selain Allah. Allah mempunyai sifatsifat keagungan dan kesempurnaan. Allah membantah orang-orang yang musyrik yakni menyekutukan-Nya. Manusia mempelajari sifat-sifat Allah untuk manusia itu sendiri bukan untuk-Nya. Dengan segala pemberian Allah di alam semesta ini, kita sebagai hamba-Nya harus selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan-Nya dengan bersungguh-sungguh bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan apa yang dikehendaki makhluk-Nya.
B. Saran Sebagai pemakalah kami sadar bahwa apa yang kami tulis masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mohon kepada para pembaca agar dapat memberikan saran-sarannya demi terciptanya suatu karya yang lebih baik lagi.
13
DAFTAR PUSTAKA Alim, Akhmad. 2014. Tafsir Pendidikan Islam. Jakarta: AMP Press.
Al-Maraghi, A. Mustafa. 1993. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: PT. Karya Thoha Putra. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Anggara, Baldi dan Zuhdiyah. 2018. Tafsir. Palembang: NoerFikri.
Hamiri, M. Yusuf., dkk. 2013. Tafsir. Palembang: Noer Fikri Offset.
Listiawati. 2013. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Palembang: Rafah Press.
Oktavia. 2015. Tafsir Ayat-ayat Tentang Allah. Dalam https://oktaviakhatulistiwa.wordpress.com/2015/03/17/tafsir-ayat-ayattentang Allah/diakses pada tanggal 05 September 2018 pukul 17:32.
14