Revisi Proposal Ta.docx

  • Uploaded by: Dina'cupmo RiSna NAris
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Revisi Proposal Ta.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,410
  • Pages: 45
ANALISIS POLA-POLA SESAR (FOCAL MECHANISM) GEMPA BUMI PALU 28 SEPTEMBER 2018 DI SULAWESI TENGAH

Oleh : Ardwina Khoirun Nisak 155090700111013

PROGRAM STUDI : S1 TEKNIK GEOFISIKA

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2019

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI Analisis Pola-Pola Sesar (Focal Mechanism) Gempa Bumi Palu 28 September 2018 di Sulawesi Tengah Oleh : Ardwina Khoirun Nisak 155090700111013 PROGRAM STUDI : S1 TEKNIK GEOFISIKA

Malang, Januari 2019 Pembimbing I

Pembimbing II

Sukir Maryanto, S.Si.,M.Si., Ph.D NIP. 197106211998021001

(………………………………) NIP……………………………

Mengetahui, Ketua Program Studi S1 Teknik Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UB

Drs. Alamsyah Mohammad Juwono, M.Sc.,Ph.D NIP. 196004211988021001

i

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah Subhanahu wata’ala yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah -Nya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian tugas akhir dengan judul “Analisis Pola-Pola Sesar (Focal Mechanism) Gempa Bumi Palu 28 September 2018 di Sulawesi Tengah”. Dengan disusunnya proposal ini yang mana terdapat rancangan penelitian yang akan dilaksankan oleh penulis untuk menyelesaikan tugas akhir S1 Program Studi Teknik Geofisika. Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing tugas akhir yang telah memeberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan proposal penelitian, kedua orang tua yang senantiasa memberikan semangat dan doanya demi kelanacaran dalam pembuatan proposal penelitian ini, serta teman-teman yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam penyusunan proposal penelitian ini. Dalam penyusunan proposal penelitian tugas akhir ini tentunya tidak luput dari kesalahan ataupun jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya berharap adanya kritik dan dsaran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan penulisan proposal penelitian tugas akhir di waktu yang akan datang. Semoga dengan adanya proposal penelitian tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, pembaca, dan masyarakat luas terutama dalam penambahan pengetahuan mengenai geofisika di Indonesia. Malang, Januari 2019

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................. v BAB I ...................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1.

Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2.

Rumusan Masalah ................................................................. 2

1.3.

Batasan Masalah .................................................................... 2

1.4.

Tujuan Penelitian .................................................................. 3

1.5.

Manfaat Penelitian ................................................................ 3

BAB II ..................................................................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4 2.1.

Sumber dan Jenis Gelombang Seismik ............................... 4

2.2.

Gempa bumi ........................................................................... 8

2.3.

Lempeng Tektonik............................................................... 11

2.4.

Focal Mechanism ................................................................. 21

2.5.

Parameter Bidang Sesar dan Jenis Sesar ......................... 22

2.6.

Pulau Sulawesi ..................................................................... 25

BAB III ................................................................................................. 29 METODE PENELITIAN ................................................................... 29 iii

iv 3.1.

Waktu dan Tempat.............................................................. 29

3.2.

Prosedur Penelitian ............................................................. 29

3.3.

Studi Literatur ..................................................................... 31

BAB IV ................................................................................................. 32 JADWAL PENELITIAN .................................................................... 32 4.1.

Jadwal Pelakasanaan Tugas Akhir .................................... 32

4.2.

Mahasiswa Pelaksana .......................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 33 LAMPIRAN ......................................................................................... 33

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gelombang P (Elnashai dan Sarno, 2008) ........................... 6 Gambar 2.2 Gelombang S (Elnashai dan Sarno, 2008) .......................... 6 Gambar 2.3 Gelombang Reyleigh (Elnashai dan Sarno, 2008) ............... 7 Gambar 2.4 Gelombang Love (Elnashai dan Sarno, 2008) ..................... 8 Gambar 2.5 Peta Persebaran Titik Rawan Gempa di Dunia (Pusgen, 2017) ...................................................................................................... 11 Gambar 2.6 Distribusi lempeng-lempeng utama. Sumbu tepi samudra ( batas akresi lempeng), zona subduksi ( batas lempeng konvergen) dan patahan transform yang membuat batas-batas lempeng terlihat ............ 12 Gambar 2.7 Akresi dari lempeng litosfer pada suatu ocean ridge dan subduksinya pada ocean trench (palung laut). Astenosfer yang terletak di bawah litosfer ditunjukkan bersama dengan garis dari pusat vulkanik terkait dengan subduksi (turcot) ............................................................ 13 Gambar 2.8 Gerak relatif lempeng sesuai dengan proses pembalikan medan magnet bumi yang membuktikan adanya perubahan evolusi bumi di daerah Mid‐ Oceanic Ridge (Sunarjo dkk., 2012) ............................. 15 Gambar 2.9 Peta tektonik wilayah Indonesia dari data geodetik hingga tahun 2016, vektor kecepatan pada referensi sistem ITRF 2008 (Pusgen, 2017) ...................................................................................................... 16 Gambar 2.10 Batas-batas lempeng : Konvergen (atas), Divergen (tengah) .................................................................................................. 18 Gambar 2.11 Jenis Batas Konvergen: Obduction/Obduksi (atas) dan Subduction/Subduksi (bawah) (Noor, 2009) ......................................... 18 Gambar 2.12 Komponen zona konvergen subduksi, antara lain: palung, struktur ketinggian atau prisma akresi, cekungan forearc, back‐arc, volcanic arc (Sunarjo dkk., 2012).......................................................... 19 Gambar 2.13 Prinsip Prinsip Pergerakan Lempeng (Noor, 2009). ........ 21 Gambar 2.14 Interpretatif dari tipe patahan dalam daigram mekanisme (Sulastri dkk., 2016) ............................................................................. 22 v

Gambar 2.15 Ukuran sesar digambarkan dalam suatu bidang (Sunarjo dkk., 2012) ............................................................................................. 23 Gambar 2.16 Jenis‐jenis pergerakan sesar digambarkan dalam bola mekanisme fokus (Sunarjo et al., 2012) ................................................ 24 Gambar 2.17 Struktur geologi regional Pulau Sulawesi ........................ 25 Gambar 2.18 Peta Geologi dari Sulawesi .............................................. 28 Gambar 2. 19 Diagram alir penelitian ................................................... 29

vi

DAFTAR TABEL Tabel 1 Sumber primer dari gelombang seismik ..................................... 4 Tabel 2 Sesar – sesar di Wilayah Sulawesi dan sekitarnya oleh Tim Revisi Peta Gempa Indonesia pada tahun 2010..................................... 26 Tabel 3 Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian tugas akhir ................. 32

vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sulawesi merupakan salah satu pulau yang memiliki potensi terjadinya bencana alam seperti gempa bumi. Hal tersebut terjadi karena Pulau Sulawesi memiliki dua sesar utama, yaitu Sesar Palu-Koro dan Sesar Walane. Terbentuknya sesar-sesar di Sulawesi disebabkan oleh pengaruh pergerakan gabungan mikrokontinen Benua Australia dan mikro-kontinen Sunda yang telah terjadi pada masa Miosin dan pergerakan pecahan lempeng Benua Australia tersebut realtif ke arah barat. Kedua sesar utama tersebut dapat memicu terbentuknya sesarsesar kecil yang ada di Sulawesi. Dengan adanya sesar-sesar di Pulau Sulawesi memungkinkan dapat menyebabkan terjadi gempabumi karena aktifitas pergerakan dari sesarsesar tersebut. Di Sulawesi Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki intensitas kegempaan yang cukup aktif, terutama di Kota Palu. Hal tersebut dikarenakan oleh adanya pergerakan dari salah satu sesar aktif, yaitu sesar Palu-Koro yang melewati daerah Kota Palu. Misalnya, tahun lalu telah terjadi gempa bumi pada 28 September 2018 di Palu dengan magnitudo 7,5 SR dan kedalaman 10 km, yang diakibatkan oleh pergerakan sesar Palu-Koro. Selain itu, beberapa tahun sebelumnya juga pernah terjadi gempa bumi merusak di Kota Palu dan sekitarnya, antara lain pada tahun 1927 (gempa bumi Donggala), tahun 2005 (gempa bumi Bora) dan tahun 2012 (gempa bumi Lindu). Penelitian sebelumnya tentang analisis kegempaan di sekitar sesar Palu-Koro diindikasikan terdapat tiga segmen dari sesar Palu-Koro, yaitu sesar turun yang berada di segmen Balaroa, sesar geser berada di segmen Lindu yang memiliki arah relatif ke barat daya – timur laut, dan jugasesar naik yang berada di segmen Toro. Selain ketiga segmen tersebut, juga terdapat beberapa sesar kecil atau minor di sebelah timur 1

2 ataupun barat yang nampak sejajar dengan sesar Palu-Koro (Pakpahan dkk., 2015) Gempabumi merupakan salah satu bencana alam yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi oleh manusia yang pada umumnya diakibatkan oleh pergerakan lempeng-lempeng tektonik aktif serta dapat disebabkan oleh adanya aktifitas vulkanik. Kita tahu bahwa wilayah Indonesia ini dikelilingi oleh pertemuan tiga lempeng besar yang relatif aktif, yaitu lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Eurasia serta hampir seluruh wilayah Indonesia termasuk dalam “Ring of Fire” yang mana menyebabkan tingkat aktifitas gempa yang cukup tinggi, kecuali Pulau Kalimantan yang memiliki intensitas kegempaan yang rendah. Dengan adanya intensitas kegempaan yang cukup tinggi di Pulau Sulawesi terutama di daerah Kota Palu yang disebabkan oleh aktifitas pergerakan lempeng di sesar Palu-Koro, pada tugas akhir ini penulis ingin menganalisis pola - pola sesar di sesar Palu-Koro yang dapat mengakibatkan gempabumi terutama pada tanggal 28 September 2018 melalui data gempa bumi yang telah terekam pada setiap stasiun dengan menggunakan software tertentu. Dan mungkin dengan mengetahui polapola sesar yang berada di Kota Palu ini dapat digunakan dalam membuat startegi sebagai upaya dalam mensiasati atau mengantisipasi efek bencana alam yang mungkin dapat terjadi diwaktu mendatang. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah pola-pola sesar berdasarkan focal mechanism dengan menggunakan data gempa bumi Palu di Sulawesi Tengah? 2. Di mana saja daerah di Palu Sulawesi Tengah yang rawan bencana ? 1.3. Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian tugas akhir ini, yaitu membatasi luas wilayah penelitian, data gempa yang digunakan berupa

3 data gempa pada kedalaman < 60 km dengan magnitude < 4 SR yang kemudian dilakukan pengolahan untuk mengetahui pola-pola sesar yang terjadi di daerah penelitian, serta memetakan daerah rawan bencana di wilayah Pulau Jawa. 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir ini, antara lain :

1. Untuk menentukan adanya pola-pola sesar berdasarkan focal mechanism dengan menggunakan data gempa bumi Palu di Sulawesi Tengah. 2. Untuk memetakan daerah rawan bencana di wilayah Palu Sulawesi Tengah. 1.5. Manfaat Penelitian Untuk manfaat dari penelitian tugas akhir ini, antara lain :

1. Dapat memahami proses pengolahan untuk menentukan polapola sesar dengan menggunakan data gempa bumi Palu di Sulawesi Tengah. 2. Dapat memetakan daerah yang rawan bencana di wilayah Palu Sulawesi Tengah. 3. Dapat menentukan terjadinya pola-pola sesar berdasarkan focal mechanism di Palu Sulawesi Tengah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber dan Jenis Gelombang Seismik Gelombang elastis terbentuk ketika setiap terjadi ketidakseimbangan dari tegangan transien (tidak tetap) yang dihasilkan di dalam atau di permukaan medium elastis. Selain itu, hampir semua peristiwa deformasi atau pergerakan secara tiba-tiba dari suatu medium dapat menghasilkan sumber seismik. Berbagai macam fenomena fisik yang ada di bumi melibatkan gerakan cepat yang dapat membangkitkan adanya gelombang seismik yang dapat terdeteksi oleh suatu alat perekam. Sumber - sumber tersebut dapat dikelompokkan menjadi sumber-sumber eksternal dan sumbersumber internal yang mana dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini : Tabel 1 Sumber primer dari gelombang seismik Internal Earthquake faulting Buried explosions Hydrological circulation Magma movements Abrupt phase changes

Eksternal Mix Wind, atmospheric Volcanic pressurec eruptions Waves and tides Landslides Cultural noise (traffic, railways) Meteorite impacts Rocket launches, jet planes

Mine bursts, rock spallation Sumber eksternal biasanya lebih mudah untuk direpresentasikan secara matematis daripada sumber interenal. Pada umumnya, sumber eksternal dapat dianggap sebagai traksi variasi waktu yang diterapkan pada permukaan bumi (traksi adalah vektor tegangan yang dihasilkan dari gaya yang diterpkan pada elemen area permukaan). Sebagai traksi yang bervariasi terhadap waktu, ketidakseimbangan tegangan di dekat sumber akan terbentuk. 4

5 Ketidakseimbangan ini akan diseimbangakan oleh gerakan medium, yang pada saatnya akan merambat ke luar sebagai gelombang seismik. Gelombang badan (body waves) dan gelombang permukaan (surface waves) dipengaruhi oleh perubahan sifat material terhadap kedalaman, seperti adanya batas-batas internal di bumi yang dapat memantulkan energi. Gelombang seismik dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu body wave (gelombang seismik yang menjalar melalui interior bumi) dan surface wave (gelombang seismik yang merambat melalui permukaan bumi). a. Body Wave (Gelombang Badan) Body wave/ gelombang badan merupakan gelombang yang dapat merambat pada suatu medium dan memiliki arah perambatan keseluruh bagian yang ada di dalam. Terdapat dua jenis dasar dari gelombang badan (body waves) yang merambat melalui interior padatan yang homogen, yaitu gelombang P (gelombang kompresional) dan gelombang S (gelombang geser). Gelombang P dapat disebut juga sebagai gelombang longitudinal atau gelombang kompresi. Gelombang P ini melibatkan adanya gangguan volumetrik dan secara langsung dapat dianalogikan dengan gelomban bunyi di fluida (dapat merambat di medium fluida). Gelombang P dalam perambatannya pada suatu medium memiliki kecepatan yang lebih besar dibandingkan dengan gelombang seismik lainnya dan gelombang ini dapat merambat pada medium padat, gas dan cair. Berikut ini adalah persamaan untuk kecepatan gelombang P : 𝜆+2𝜇 𝜌

𝑉𝑝 = √ Keterangan : 𝜌 = densitas

𝜆 = konstanta lame

(4)

6 𝜇 = rigiditas

Gambar 2.1 Gelombang P (Elnashai dan Sarno, 2008)

Selanjutnya gelombang S/ gelombang sekunder biasanya dapat diartikan sebagai gelombang transversal atau shear wave. Gelombang S mempunyai cepat rambat gelombang yang lebih lambat daripada gelombang P dan gelombang ini dapat merambat hanya pada medium padat. Gelombang S ini hanya dengan deformasi geser dan tidak ada perubahan volume oleh karenanya gelombang S ini tidak dapat merambat dalam fluida. Shear wave ini memiliki arah gerak partikel yang tegak lurus dengan arah perambatan gelombang. Berikut ini adalah persamaan kecepatan gelombang S : 𝜇

𝑉𝑠 = √𝜌

Gambar 2.2 Gelombang S (Elnashai dan Sarno, 2008)

(5)

7 b. Gelombang Permukaan Gelombang permukaan biasanya berada pada batas permukaan suatu medium. Gelombang permukaan ini juga dapat didefinisikan sebagi suatu gelombang kompleks yang mempunyai frekuensi relatif rendah dan amplitudo besar yang mana dalam penjalarannya diakibatkan karena efek free surface di mana adanya sifat elastik yang berbeda (Susilawati, 2008). Gelombang permukaan atau surface waveini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gelombang Reyleigh dan gelombang Love. Gelombang Reyleigh adalah salah satu dari gelombang permukaan dengan memiliki arah gerakan partikelnya elips tegak lurus dengan permukaan dan arah penjalarannya. Gelombang Reyleigh ini terjadi karena adanya akibat dari interfensi antara gelombang P dan gelombang S secara konstruktif. Berikut ini adalah persamaan dari kecepatan gelombang Reyleigh : 𝑉𝑅 = 0,92 √𝑉𝑠

(6)

Gambar 2.3 Gelombang Reyleigh (Elnashai dan Sarno, 2008)

Gelombang Love adalah gelombang transversal atau gelombang S horisontal yang arah pernjalarannya pararel dengan permukaan.

8

Gambar 2.4 Gelombang Love (Elnashai dan Sarno, 2008)

2.2. Gempa bumi 2.2.1. Pengertian Gempa Bumi Wilayah Indonesia sangat rawan terkajadi bencana alam, misalnya adalah gempa bumi. Gempa bumi itu sendiri merupakan suatu getaran yang terjadi di bawah permukaan bumi seacara alamiah, berada pada lokasi tertentu, dan dapat terjadi secara berkelanjutan. Gempa bumi ini dapat dirasakan oleh manusia dan hanya dapat diamati pada alat tertentu saja (Santoso, 2002). Earthquake atau gempa bumi merupakan peristiwa bergetarnya bumi secara tiba-tiba yang disebabkan oleh bergeraknya atau bergesernya lapisan batuan pada kulit bumi yang merupakan sebagai akibat dari lempeng-lempeng tektonik yang bergerak. Gempabumi yang disebabkan oleh aktivitas pergerakan lempeng tektonik disebut gempabumi tektonik. Namun selain itu, gempabumi bisa saja terjadi akibat aktifitas gunung berapi yang disebut sebagai gempabumi vulkanik (Sunarjo dkk., 2012). 2.2.2. Parameter Gempa Bumi a. Waktu Asal (Origin Time) merupakan waktu pertama kali terjadinya gempa bumi yang tercatat atau terekam oleh seismograf pada kedalaman tertentu di sumber (hiposenter) di bawah permukaan bumi. Biasanya origin time ini dinyatakan dalam satuan UTC (Universal Time

9 Coordinate) berupa hari, tanggal, bulan, tahun, ja, menit, dan detik. b. Magnitudo Magnitudo merupakan ukuran besar kecilnya kekuatan gempa bumi yang berupa energi yang terlepas di seumbernya saat terjadi gempa bumi di suatu daerah yang teramati oleh seismograf. Secara umum kekuatan gempa bumi atau magnitudo dinyatakan dalam satuan skala Ritcher. Berikut ini adalah rumus dalam menentukan magnitudo yang umumnya dipakai : 𝐴

𝑀 = log (𝑇 ) + 𝑓 (∆, ℎ) + 𝐶𝑠 + 𝐶𝑟

(7)

Dimana : 𝑀 = magnitudo gempa 𝐴 = amplitudo getaran tanah 𝑇 = perioda ∆ = jarak episenter ℎ = kedalaman gempa 𝑓 = koreksi untuk jarak episenter dan kedalaman 𝐶𝑠 = koreksi stasiun oleh struktur lokal 𝐶𝑟 = koreksi regional c. Energi Gempa Ketika gempa bumi terjadi maka di sumber gempa akan melepaskan energi gempa dalam bentuk energi deformasi gelombang. Energi deformasi tersebut dapat mengakibatkan berubahnya bentuk volume dari geologi bumi setelah terjadinya gempa seperti tanah menjadi turun dan atau naik, terjadinya pergeseran batuan dan lain-lain. Di sekitar medium elastis yang dilewati oleh energi gelombang akan bergetar dan energi tersebut merambat ke segala arah.

10 Besar kecilnya energi gempa bumi yang terpancar ketika gempa bumi terjadi bergantung pada besar kecilnya stress yang dimiliki oleh batuan dan karakteristik dari batuan di suatu daerah. Pada batuan yang memiliki karakteristik cenderuh rapuh (batuan yang heterogen), umumnya memiliki stress yang tidak terlalu besar sebab energi secara langsung dilepaskan melalui gempa bumi – gempa bumi kecil. Sebaliknya, pada batuan yang memiliki karakteristik yang lebih kuat dan padat (batuan yang homogen) , jarang terjadi gempa bumi yang relatif kecil sehingga memiliki stress yang besar dan ketika batuan tersebut sudah tidak mampu menahan stress, maka gempa bumi yang terjadi memiliki magnitudo yang besar pula. Hubungan atau relasi sederhana antara energi dan magnitudo gempa bumi dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : log 𝐸 = 5.8 + 2.4 𝑚𝑏 (8) log 𝐸 = 11.8 + 1.5 𝑀𝑠 (9) 2.2.3. Wilayah Rawan Gempa Dengan adanya teori tektonik lempeng, dapat dijelaskan proses dan jalur – jalur pusat gempa bumi tektonik yang berada di seluruh dunia. Adapun zona – zona memiliki lempeng tektonik paling aktif di jalur pusat gempa bumi berada di sepanjang busur kepulauan (island arc) serta continental margin atau tepi benua. Keberadaan zona subduksi tentunya berkaitan dengan keberadaan terjadinya gempa bumi pada suatu daerah. Gambar dibawah ini merupakan keterangan wilayah rawan gempa dan letak :

11

Gambar 2.5 Peta Persebaran Titik Rawan Gempa di Dunia (Pusgen, 2017)

2.3. Lempeng Tektonik Tektonik lempeng (plate tectonics) merupakan model dimana kulit terluar bumi terbagi menjadi sejumlah lempeng-lempeng yang tipis dan kaku dan lempeng-lempeng tersebut bergerak relatif dengan satu sama lain. Kecepatan relatif dari pergerakan lempenglempeng ini adalah sekitar beberapa puluh milimeter per tahun. Sebuah pecahan besar dari seluruh gempabumi, erupsi vulkanik dan pembentukan gunung atau pegunungan terjadi pada batas-batas lempeng. Distribusi dari permukaan lempeng utama dapat diilustrasikan pada gambar di bawah ini :

12

Gambar 2.6 Distribusi lempeng-lempeng utama. Sumbu tepi samudra ( batas akresi lempeng), zona subduksi ( batas lempeng konvergen) dan patahan transform yang membuat batas-batas lempeng terlihat

Lempeng terbentuk dari batuan-batuan beku secara relatif dan memiliki ketebalan rata-rata sekitar 100 km. Lempeng-lempeng tersebut secara kontinu akan terbentuk. Pada punggungan samudra atau tepi samudra (ocean ridges) lempeng-lempeng yang berdekatan akan saling menyimpang satu sama lain dalam suatu proses yang disebut sebagai seafloor spreading. Sebagai lempeng – lempeng yang berdekatan menyimpang, kerak batuan panas naik untuk mengisi daerah yang kosong. Ketika batuan mantel panas mulai mendingin dan membuatnya menjadi lebih kaku sehingga menambah ketebalan lempeng dan pada akhirnya menciptakan area atau luasan lempeng baru. Karena alasan tersebut punggungan samudra (ocean ridges) juga dikenal atau disebut sebagai bertambahnya perbatasan lempeng (accreting plate boundaries). Pada dasarnya luas permukaan bumi relatif konstan, maka setidaknya harus ada suatu proses yang melengkapi dalam pembentukan lempeng. Hal tersebut terjadi pada palung laut yang mana permukaan lempeng melengkung dan turun ke dalam interior bumi dan proses tersebut biasa dikenal sebagai subduksi. Pada

13 palung laut dua lempeng berdekatan menyimpang dan satu turun di bawah yang lain. Untuk alasan ini palung laut juga dikenal sebagai batas konvergen lempeng. Gambaran penampang melintang tentang pembentukan dari tipe lempeng dapat diilustrasikan pada gambar berikut ini :

Gambar 2.7 Akresi dari lempeng litosfer pada suatu ocean ridge dan subduksinya pada ocean trench (palung laut). Astenosfer yang terletak di bawah litosfer ditunjukkan bersama dengan garis dari pusat vulkanik terkait dengan subduksi (turcot)

Bagian interior bumi yang terdiri dari lempeng-lempeng tersebut disebut sebagai litosfer. Litosfer dibentuk oleh batuan yang relatif dingin dan kaku, akibatnya bagian interior lempeng tidak berubah bentuk secara signifikan ketika bergerak di sekitar permukaan bumi. Ketika pergerakan lempeng menjauhi punggung laut, maka lempeng tersebut akan mendingin dan menebal. Batuan padat yang berada di bawah litosfer yang cukup panas sehingga dapat berubah bentuk secara bebas, batuan ini terdiri dari astenosfer. Litosfer meluncur atau bergerak di atas astenosfer dengan resistensi yang relatif sedikit. ketika batuan litosfer menjadi lebih dingin, maka kepadatannya akan meningkat karena kontraksi termal. Sebagai akibatnya, secara gravitasi litosfer menjadi tidak stabil sehubungan dengan astenosfer panas yang berada di

14 bawahnya. Pada palung laut, litosfer melengkung dan tenggelam ke bagian dalam bumi karena adanya gaya apung (gaya bouyancy) negatif. Gaya gravitasi body ke bawah pada litosfer yang bergerak menurun memainkan peran penting dalam mengatur lempeng tektonik. Litosfer ini bertindak sebagai lempeng elastis yang menyalurkan atau mentransmisikan tegangan elastis yang besar tanpa deformasi yang signifikan. Benda yang terkena gaya gravitasi dapat ditransmisikan secara langsung ke permukaan lempeng dan gaya ini mendorong lempeng ke atas palung. Benda yang terkena gaya ini diketahui sebagai trench pull. Sesar utama memisahkan litosfer yang bergerak turun dari dari litosfer yang saling berdekatan. Sesar tersebut adalah bagian dari gempabumi paling kuat (Turcotte dan Schubert, 2014). Pada perbatasan lempeng-lempeng tektonik aktif maupun sesar – sesar aktif dapat menjadi sumber terjadinya gempa bumi, salah satunya adalah di Indonesia. Wilayah Indonesia memiliki intensitas kegempaan yang cukup aktif, karena Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng aktif, yaitu lempeng Eurasia, IndoAustralia dan Pasifik (Sunarjo dkk., 2012). Pergerakan lempeng tidak langsung dipengaruhi oleh rotasi bumi pada sumbunya. Sebagaimana diketahui bahwa kecepatan rotasi yang terjadi pada bola bumi akan akan semakin cepat ke arah ekuator. Di Indonesia, letak sumber gempabumi bermula dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian berbelok ke Utara di Sulawesi, selanjutnya dari Nusa Tenggara sebagian terus ke timur Irian dan Maluku. Untuk pulau Kalimantan saja yang merupakan salah atu pulau yang sumber gempanya reltif tidak ada, kecuali pada sebagian kecil daerah timur yang memiliki sumber gempa meskipun sedikit. Keberadaan letak sumber gempa bumi di Indonesia ini, karena adanya pengaruh oleh aktifitas pergerakan lempeng Indo-Australia yang menyusup atau menumbuk di bawah

15 lempeng Eurasia, dan hal tersebut juga terjadi pada lempeng Pasifik yang pergerakannya menuju ke arah barat. Sumber gempa dangkal terjadi karena akibat bertemunya lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia yang terletak di laut, serta menumbuk dan menyusup ke arah utara. Hal tersebut membuat berturut-turut ke arah utara daerah di bagian darat sekitar Pulau Jawa dan Nusa Tenggara terjadi sumber gempa dalam dan menengah. Untuk mengetahui kecepatan pergerakan lempeng, dilakukan pengukuran menggunakan sensor GPS (Sunarjo dkk., 2012).

Gambar 2.8 Gerak relatif lempeng sesuai dengan proses pembalikan medan magnet bumi yang membuktikan adanya perubahan evolusi bumi di daerah Mid ‐ Oceanic Ridge (Sunarjo dkk., 2012)

16 Kondisi tektonik di Indonesia terus berkembang karena adanya pengaruh dari tumbukan antara lempeng Malaya Timur-Indo China dan Sibumasu (Singapura, Burma, Malaysia, dan Sumatra) yang terjadi jutaan tahun yang lau pada masa Triassic.

Gambar 2.9 Peta tektonik wilayah Indonesia dari data geodetik hingga tahun 2016, vektor kecepatan pada referensi sistem ITRF 2008 (Pusgen, 2017)

Terdapat banyak sifat atau ciri-ciri dari cekungan laut dan benua yang dapat dijelaskan oleh sistem lempeng tektonik. Perbedaan jenis dari batas-batas lempeng, sebenarnya merupakan subsistem dari sistem tektonik. Setiap pembentukan fenomena geologi yang sesifik. 2.3.1. Batas Divergen Lempeng bergerak terpisah atau menjauh pada batas lempeng divergen, yang mana berdekatan atau berhimpitan dengan midoceanic ridges. Material cair yang panas dari mantel terdalam beregerak naik untuk mengisi rongga-rongga. Beberapa material ini akan mengalami erupsi di dasar laut sebagai lava. Batuan cair yang membeku atau memadat dan membentuk listosfer baru. Midoceanic ridges berada di atas

17 karena memiliki material panas dan sehingga kurang padat daripada kerak samudra yang berdekatan dan lebih dingin. Vulkanisme pada bumi yang paling sering terjadi pada bata lempeng divergen, tetapi ini sebagian besar tersembunyi di bawah permukaan laut. Ketika lokasi gempa laut diplotkan pada sebuah peta, akan diuraikan secara garis besar dengan batasbatas lempeng divergen yang cukup jelas (gambar 2.11). Sebagian besar adalah juga terjadi gempabumi dangkal. Sebagian besar batas-batas divergen terjadi pada dasar laut, tetapi continental rift juga berkembang dimana batas-batas divergen terbentuk pada benua. Seperti continental rift nantinya membentuk sebuah cekungan laut yang baru. Contoh batas lempeng konvergen dengan tipe subduksi adalah Kepulauan Indonesia sebagai bagian dari lempeng benua Asia Tenggara dengan lempeng samudra Hindia.Australia di sebelah selatan Sumatra-Jawa-NTB dan NTT. Batas kedua lempeng ini berupa suatu zona subduksi yang terletak di laut yang berbentuk palung (trench) yang memanjang dari Sumatra, Jawa, hingga ke Nusa Tenggara Timur. Contoh lainnya adalah kepulauan Philipina, sebagai hasil subduksi antara lempeng samudra Philipina dengan lempeng samudra Pasifik. Obduksi (Obduction) adalah batas lempeng yang merupakan hasil tumbukan lempeng benua dengan benua yang membentuk suatu rangkaian. Contoh batas lempeng tipe obduksi adalah pegunungan Himalaya yang merupakan hasil tumbukan lempeng benua India dengan lempeng benua Eurasia (Noor, 2009).

18

Gambar 2.10 Batas-batas lempeng : Konvergen (atas), Divergen (tengah) dan Transforms (bawah )(Noor, 2009)

Gambar 2.11 Jenis Batas Konvergen: Obduction/Obduksi (atas) dan Subduction/Subduksi (bawah) (Noor, 2009)

19 2.3.2. Batas Konvergen

Gambar 2.12 Komponen zona konvergen subduksi, antara lain: palung, struktur ketinggian atau prisma akresi, cekungan forearc, back‐arc, volcanic arc (Sunarjo dkk., 2012)

Lempeng bergerak menuju lempeng satu sama lain di sepanjang batas konvergen. Di sepanjang batas lempeng, aktifitas geologi akan jauh berfariasi dan mungkin bisa dikatakan rumit daripada di batas lempeng transform. Apabila terjadi kompresi cukup besar dan terjadi secara terus menerus (intense) maka litosfer akan mengalami tekanan yang cukup besar atau litosfer akan “mengkerut/ kusut” dari keadaan semula dan akan membentuk lajur gunung yang memiliki lipatan tinggi. Batuan-batuan yang sudah ada sebelumnya menjadi teralterasi oleh panas dan tekanan. Sehingga hasil akhirya adalah terjadi pertumbuhan benua. Dimana terdapat dua lempeng bertemu, salah satu ujung akan bergerak ke bawah dan menggeser yang lain dalam proses yang dikenal sebagai subduksi. Tempat di mana lempeng bergerak saling bertemu atau saling bertumbukan, batuan pada kerak mungkin juga menjadi terdeformasi. Lapisan kerak di busur benua dan di busur pulau itu lebih ringan (kurang padat jika dibandikan dengan kerak samudra) dan menahan subduksi kembali lagi ke mantel yang padat. Akibatnya kerak jenis ini akan menjadi

20 sangat terkompresi dan terlipat (folded) pada beberapa batas lempeng konvergen. Misalnya adalah struktur dari Andes Mountains di Amaerika Selatan secara jelas menunjukkan jenis deformasi tersebut. Batas divergen adalah batas antar lempeng yang saling menjauh satu dan lainnya. Pemisahan ini disebabkan karena adanya gaya tarik (tensional force) yang mengakibatkan naiknya magma kepermukaan dan membentuk material baru berupa lava yang kemudian berdampak pada lempeng yang saling menjauh. Contoh yang paling terkenal dari batas lempeng jenis divergen adalah Punggung Tengah Samudra (Mid Oceanic Ridges) yang berada di dasar samudra Atlantik. 2.3.3. Batas Transform Batas lempeng transform terjadi ketika lempeng secara horisontal meluncur atau bergerak melewati satu sama lain atau bisa juga dikatakan bahwa lempeng bergerak saling menggeser satu sama lain. Gempa bumi dangkal umumnya terjadi disepanjang batas transform, sedangkan untuk letusan gunung berapi termasuk jarang terjadi pada batas transform. Sebagian besar batas-batas lempeng transform berada di dasar laut, tetapi contoh paling baik yang diketahui dari patahan jenis ini pada sebuah benua adalah sistem patahan San Andreas di California.

21

Gambar 2.13 Prinsip Prinsip Pergerakan Lempeng (Noor, 2009).

2.4. Focal Mechanism Peristiwa suatu gempa bumi yang terjadi di dalam perut bumi memiliki suatu mekanisme yang berkaitan dengan berbagai kombinasi gaya atau bisa dikatakan dengan adanya stress, dilatasi dan kompresi. Adanya kombinasi gaya (stress, kompresi, dan dilatasi) tersebut dapat mengakibatkan keberadaan gempa bumi dapat dimodelkan dengan cara mempelajari polarisasi gelombang gempa bumi yang terekam di komponen vertikal. Mekanisme fokus atau focal mechanism dapat disebut juga sebagai suatu model ideal dari mekanisme terjadinya suatu gempa bumi dalam seismologi (buku gempa bumi). Selain itu, focal mechanism merupakan hasil dari analisis gelombang dalam jumlah data yang terekam dari seismograf, yang mana focal mechanism dalam segmen utama dari NMSZ (Sulastri dkk., 2016). Pada diagram dari focal mechanism, bidang patahan digambarkan di dalam bentuk dari suatu bola dengan garis ortogonal bidang fokus (focal plane), dalam hal tersebut bahwa kita dapat menentukan diagram mekanisme fokus tipe patahan seperti gambar di bawah ini :

22

Gambar 2.14 Interpretatif dari tipe patahan dalam daigram mekanisme (Sulastri dkk., 2016)

2.5. Parameter Bidang Sesar dan Jenis Sesar 2.5.1. Parameter Bidang Sesar Parameter sesar terdiri dari ukuran sesar yang dinyatakan dalam km (kilometer) yaitu panjang dan lebar. Selain itu terdapat jarak pergeseran, momen seismik, stress drop, serta source process atau proses pecahnya batuan saat terjadi gempa atau rupture process. Strike adalah arah sesar yang diukur searah jarum jam dari titik utara. Kisaran derajatnya dari arah 0°‐360°. Dip adalah sudut kemiringan sesar dari blok yang tegak (foot‐wall block) diukur dari bidang mendatar horizontal. Ukuran sudut nilainya dari 0°‐90°. Sedangkan rake atau slip adalah arah pergerakan sesar tersebut diukur dari penampang muka sesar dengan arah diukur dari arah strike ke arah mana slip bergerak (berlawanan arah strike dan dip). Ukuran sudutnya dari arah ‐180°‐180°. Jarak pergeseran slip atau dislocation dinyatakan dalam satuan m (meter) (Sunarjo dkk., 2012)

23

Gambar 2.15 Ukuran sesar digambarkan dalam suatu bidang (Sunarjo dkk., 2012)

2.5.2. Jenis Sesar Dalam keadaan yang sebenarnya permukaan sesar (patahan) atau fault dapat mempunyai keadaan yang berbeda dan demikian pula dengan gerakannya dapat mempunyai arah yang berlainan sepanjang permukaannya. Dapat dibedakan atas tiga bentuk gerakan dasar dari sesar, yaitu: sesar mendatar, turun, dan naik. Gerakan sejajar jurus sesar disebut sesar mendatar atau strike slip fault. Stress yang terbesar adalah stress horizontal dan stress vertikal kecil sekali. Sesar relatif ke bawah terhadap blok dasar disebut sesar turun/sesar normal atau gravity fault. Gerakan relatif ke atas terhadap blok dasar disebut sesar naik atau thrust fault /reverse fault. Kenyataan di Indonesia memperlihatkan indikasi sesar mendatar terjadi di daratan Sumatera dengan Sesar Semangko yang membujur dari Ujung Semangko Lampung menerus sepanjang Bukit Barisan membelah Pulau Sumatera dan berakhir di Aceh. Di Jawa contoh sesar mendatar adalah Sesar Cimandiri. Sesar mendatar terpanjang di dunia dan masih aktif adalah Sesar San Andreas di California, Amerika Serikat.

24 Sesar naik terjadi di sepanjang daerah subduksi palung Jawa di sepanjang Pantai Luar Barat Pulau Sumatera menerus hingga ke Selatan Jawa dan Nusa Tenggara. Hal ini serupa dengan fenomena tektonik di wilayah Jepang, dari arah laut Pasifik. Sedangkan Sesar normal sering terjadi di Kepulauan Maluku dan Sulawesi atau umumnya di daerah slab atau intra‐ plate (Sunarjo dkk., 2012)

Gambar 2.16 Jenis‐jenis pergerakan sesar digambarkan dalam bola mekanisme fokus (Sunarjo et al., 2012)

25 2.6. Pulau Sulawesi Wilayah Sulawesi merupakan salah satu wilayah di mana tempat bertemunya tiga lempeng, antara lain Indo-Australia, Eurasia, dan Filipina. Dengan keadaan Pulau Sulawesi seperti di atas dapat mengakibatkan rawan akan terjadinya bencana alam terutama gempa bumi tektonik. Pergerakan lempeng Lautan IndoAustralia menuju ke arah utara dan bergerak di bawah palung laut dalam dari Sumatra – Jawa hingga ke barat Pulau Timor NTT dengan memiliki kecepatan sekitar 50 sampai 70 mm/ tahun. Sedangkan untuk pergerakan Lempeng Pasifik menumbuk bagian utara Pulau Irian dan pulau – pulau di sebelah utara Maluku yang mana pergerakan tersebut memiliki kecepatan dua kali lebih cepat dibandinkan dengan penunjaman lempeng di sisi selatan dan barat Indonesia, yaitu sekitar 120 mm/ tahun.

Gambar 2.17 Struktur geologi regional Pulau Sulawesi

26 Pulau Sulawesi memiliki empat buah lengan yang mana proses tektonik dari keempat lengan tersebut berbeda-beda namun menjadi satu membentuk mosaik geologi. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya proses tumbukan antara empat lempeng, antara lain lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik, lempeng Eurasia dan lempeng Filipina yang mana lebih kecil dibandingan ketiga lempeng lainnya. Di Pulau Sulawesi ini memiliki berbagai sesar baik sesar utama maupun sesar kecil yang dapat membuat wilayahnya rawan akan gempa bumi tektonik. Sesar – sesar di Sulawesi ini memiliki berbagai jenis batuan yang berbeda bedan dan bercampur satu sama lain sehingga membuat letak dari stratigrafi menjadi rumit. Di Pulau Sulawesi memiliki tatanan sesar yang rumit baik sesar aktif maupun yang sudah tidak aktif bergerak lagi. Berikut ini adalah sesar – sesar yang ada di Pulau Sulawesi : Tabel 2 Sesar – sesar di Wilayah Sulawesi dan sekitarnya oleh Tim Revisi Peta Gempa Indonesia pada tahun 2010

Apabila diklasifikasikan berdasarkan struktur litotektonik, Sulawesi dan sekitarnya dapat dibedakan menjadi empat, diantaranya

27 Mandala Timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) adalah segmen ofiolit yang berasal dari kerak samudra dan batuan sedimen dengan umur Trias – Miosen, kemudian Mandala barat (West and North Sulawesi Vulcano-Plutonic Arc) berada di bagian ujung timur dari Paparan Sunda dan sebagai salah satu adanya jalur magmatik, Mandala Tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) terdiri dari batuan bancuh yang merupakan bagian dari blok Australia yang menumpangi batuan malihan, dan yang terakhir adalah fragmen Benua Banggai-Sula, yang dapat dikatakan sebagai hasil dari pecahan benua dan berpindah ke arah barat yang disebabkan oleh patahan strike-slip dari New Guinea, yang mana fragmen ini berada di kepulauan paling timur dan tenggara dari Sulawesi. Pulau Sulawesi merupakan salah satu pulau yang memiliki tektonik yang cukup kompleks yang mana terletak di zona triple junction (zona pertemuan tiga lempeng besar). Keberadaan triple junction ini disebabkan oleh adanya pengaruh adanya rotasi dari microblock di sekitar ketiga lempeng tersebut yang terjadi cukup signifikan. Triple junction ini menyebabkan adanya pola deformasi yang kompleks baik dalam bentuk sesar naik maupun sesar turun. Pola naik atau thrust terjadi pada daerah sesar yang terletak berdekatan denfan zona subduksi, seperti Tolo, Makassar, dan Tomini. Sedangkan pola sesar geser mengiri (sinistral) terjadi pada daerah sesar yang terletak agak jauh dari zona subduksi, seperti PaluKoro serta Sesar Gorontalo yang merupakan pola menganan (dekstral).

28

Gambar 2.18 Peta Geologi dari Sulawesi

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat 3.1.1. Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan Tugas Akhir (TA) sekitar 2 bulan yaitu pada 4 Februari 2018 – 30 Maret 2019. 3.1.2. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) ini akan dilaksanakan di Kantor Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Klas II Tretes, Pasuruan 3.2. Prosedur Penelitian Mulai Studi literatur Pengumpulan Data Katalog BMKG Event Gempabumi >5 M Konfersi format .seed ke .SAC dan .RTJ

greenM

Obsdata

inversionM Mekanise fokus (beachball, strike, dip) Analisis Gambar 2. 19 Diagram alir penelitian

29

Selesai

30 Pengumpulan Data Pada tahap ini data berasal dari katalog BMKG yang dapat diperoleh dengan cara mendownload di WebDC3 at BMKG atau dengan link berikut http://202.90.198.100/webdc3/. Data yang didownload adalah event – event gempa dengan batasan magnitudo > 5 M beserta stasiun yang merekam sinyal berupa gelombang seismik.  Konfersi Format .Seed ke .SAC dan RTJ Data event gempa yang didownload sebelumnya dalam format .seed. Untuk melakukan proses pengolahan selanjutnya data .seed tersebut diubah ke dalam format .SAC menggunakan software Ubuntu Linux dan data . SAC diubah ke dalam format . RTJ. Data dengan format .SAC dan data .RTJ sebagai input pada pengolahan obsdata.  Obsdata Obsdata ini merupakan tahap pengolahan yang digunakan untuk observasi data dengan input file data .SAC. Pada tahap ini dilakukan proses filtering, re-sampling dan atau integration. Selanjutnya dari tahap obsdata ini akan menghasilkan WAVE.OBS.  greenM Pada tahap greenM ini dilakukan dengan menghitung dari fungsi Green. Yang mana untuk menghilangkan pengaruh sinyal gelombang seismik dari struktur lapisan bawah permukaan dan pada greenM ini dilakukan dengan input berupa lokasi dari hiposenter gempa dan juga lokasi stasiun yang merekam sinyal gelombang seismik. Lokasi hiposenter gempa dan stasiun ini berupa nilai longitude dan latitude serta kedalaman untuk hiposenter gempa. Pada tahap ini akan menghasilkan WAVE.GRN. 

31 inversionM Tahap inversionM dilakukan untuk menginversi momen tensor dengan input WAVE.OBS dan WAVE.GRN yang dihasilkan pada tahap sebelumnya. Pada inversi ini sinyal gelombang seismik sudah tidak ada pengaruh dari alat dan struktur lapisan bawah permukaan.Sinyal gelombang seismik yang sudah tidak ada pengaruh dari alat dan struktur ini akan digunakan untuk memodelkan mekanisme fokus gempabumi. Sehingga pada tahap inversi ini akan dihasilkan solution.dat dan plotwave.csh yang mana berupa model mekanisme fokus gempa di event tertentu beserta strik dan dip.



3.3. Studi Literatur Studi literatur ini dilakukan untuk mengumpulkan berbagai macam literatur atau informasi yang sesuai dengan judul penelitian, untuk membantu dalam analisis hasil yang diperoleh dari penelitian. Sehingga, hasil akhir dari penelitian ini diharapkan bisa sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan sesuai dengan yang diharapkan.

BAB IV JADWAL PENELITIAN 4.1. Jadwal Pelakasanaan Tugas Akhir Tabel 3 Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian tugas akhir No

1

2 3 4

Kegiatan

1

4 Februari – 30 Maret 2 3 4 1 2 3

Pengenalan profil Kantor Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika beserta software yang akan digunakan untuk pengolahan data Pelaksanaan Tugas Akhir Penyusunan laporan kegiatan Tugas Akhir Pengumpulan laporan akhir

4.2. Mahasiswa Pelaksana Nama

: Ardwina Khoirun Nisak

NIM

: 155090700111013

Jurusan /Program Studi

: Fisika/Teknik Geofisika

Fakultas

: MIPA

Perguruan Tinggi

: Universitas Brawijaya 32

4

DAFTAR PUSTAKA Asparini Dewi. 2011. Penerapan Metode Stacking dalam Pemrosesan Sinyal Seismik Laut di Perairan Barat Aceh. Bogor. IPB Elnashai, S.A. dan Sarno, D.L. 2008. Fundamental of Earthquake Engineering. Wiley. Hongkong Hutabarat, R.G. 2009. Integrasi Inversi Seismik dengan Atribut Amplitudo Seismik untuk Memetakan Distribusi Reservoar pada Lapangan Blackfoot. Jakarta. Universitas Indonesia Jamady Aris. 2011. Kuantifikasi Frekuensi dan Resolusi Menggunakan Seismik Refleksi di Perairan Maluku Utara. Bogor. IPB Noor, D. (2009). Teori Pembentukan Bumi dan Tektonik Lempeng. In Pengantar Geologi (pp. 20–52). Pakpahan, S., Ngadmanto, D., Masturyono, Rohadi, S., Rasmid, Widodo, H. S., & Susilanto, P. (2015). Analisis Kegempaan di Zona Sesar Palu Koro, Sulawesi Tengah. Journal of Environtment and Geological Hazard, 6(3), 253–264. Pusgen. (2017). Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Santoso, D. (2002). Pengantar Teknik Geofisika. Bandung: ITB. Sulastri, M., Soehami, A., & Muslim, D. (2016). Earthquake In Palu Areas As An Indication Of Active Faults In Palu-Koro , Central Sulawesi , Indonesia Earthquake In Palu Areas , As An Indication Of Active Faults In Palu-Koro , Central Sulawesi. Sunarjo, Gunawan, M. T., & Pribadi, S. (2012). Gempabumi edisi populer. Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Turcotte, D. L., & Schubert, G. (2014). Geodynamics (Third). New York: Cambridge University Press. LAMPIRAN

CURRICULLUM VITAE 33

INFORMASI PRIBADI Nama : Ardwina Khoirun Nisak NIM : 155090700111013 Program Studi, Jurusan : Teknik Geofisika, Fisika Tempat, Tanggal Lahir : Rembang, 17 Januari 1997 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Kewarganegaraan : Indonesia Status Pernikahan : Belum Menikah Alamat : Jalan Sunan Bonang gang 6 nomor 7 Dukuh Karangdowo RT 02 RW 02 Desa Ngemplak, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah HP : 082133358737 E-mail : [email protected]

34

35 LATAR BELAKANG PENDIDIKAN Formal No Nama Sekolah 1. Sekolah Dasar Negeri Ngemplak 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Lasem 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Rembang 4. Jurusan Fisika - Universitas Brawijaya

Waktu 2003 - 2009

Kota Rembang

2009 - 2012

Rembang

2012 - 2015

Rembang

2015 - sekarang

Malang

PENGALAMAN ORGANISASI - Ikatan Mahasiswa Rembang Brawijaya / Sekretaris / 2015-2016 - Ikatan Mahasiswa Geofisika / Anggota / 2016 – 2017 PENGALAMAN KEPANITIAAN - Gebyar Festival Tari (GFT) Nasional / Staf Acara / - Physcis Introductrion Project and Physics Camp and Outbond / Staf Kestari / 2016-2017 - Malam Keakraban Geofisika / Staf Kestari / 2016 - Brawijaya Geophysics Festival (BGF) / Koordinator Kestari / 2017 - Workshop Geofisika UB / Konsumsi/ 2018 PENGALAMAN KEIKUTSERTAAN Events AAPG UB SC Workshop, Basic Drilling Operation and Wellbore Data Analysis, by Mr. Ir. Sugeng Hartono from PetroChina EAGE UB SC Short Course, Overview of Mineral Exploration from Geological Prespectives, by Mr. Ian Wollff from Independent Director and Independent Consultant AAPG UB SC Workshop, Fullbore Formation Micro Imaginer (FMI) Log Concept and Analysis, by Mrs.

Tahun 2017

2017

2017

36 Leonora Ludwina Lilasari from Schlumberger AAPG UB SC Short Course, Introduction to Production Operation and Petroleum Economics, by Mrs. Sarah Sausan from HALLIBURTON SEG UB SC Short Course, Petrophysics and Wireline Log Interpretation in Oil and Gas Field, by Mr. Dr. Tavip Setiawan from PERTAMINA AAPG UB SC Short Course, Geological Modelling Concept and Application, by Mr. Wanasherpa Wirasasmita from REPSOL SM-IAGI UB SC Short Course, The Importance to Know Disaster Mitigation and Emergency Response, by Mr. Bagyo Setiono from BPBD Kab. Malang EAGE UB SC Short Course, An Overview of Borehole Logging Aplications in Geothermal, by Mr. Yuris Ramadhan from Proffesional Geologist in Geothermal SM-IAGI UB SC Short Course, Application 3G (Geology, Geochemistry, and Geophysics) for Geothermal Eksplorations and Developments, by Mr. Ir. Eben E. Siahaan, MM from Pertamina Geothermal Energy EAGE UB SC Short Course, Geothermal Exploration, by Mrs. Ratih Nurruhliati from Independent Geothermal Consultant PENGALAMAN FIELDTRIP Event Geological Structure Fieldtrip at Coban Rondo, East Java Geological Fieldtrip at Southern Malang, East Java

2017

2017

2017

2016

2016

2016

2016

Tahun 2016 2016

37

PENGALAMAN LAIN Pengalaman Akuisisi Metode Geolistrik Akuisisi Metode Panas dan Radioaktifitas Bumi Akuisisi Metode Gravity dan Magnetik Workhsop Metode Geofisika Asisten Praktikum Seismologi dan Mikroseismik Asisten Praktikum Metode Panas dan Radioaktivitas Bumi Asisten Praktikum Fisika Dasar I

Tahun 2017 2017 2017 2018 2018 2018 2018

Related Documents

Proposal Revisi
November 2019 38
Proposal Revisi
August 2019 50
Proposal Lina (revisi).docx
October 2019 31
Revisi Proposal Ta.docx
November 2019 21
Proposal Revisi Dayo.docx
November 2019 21

More Documents from "lisna wati"