Revisi Laporan Akhir Pjbl.docx

  • Uploaded by: Nrlfadhilahihzn
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Revisi Laporan Akhir Pjbl.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,271
  • Pages: 38
LAPORAN AKHIR PJBL (PROJECT BASED LEARNING) DENGAN TEMA “SAY NO TO DRUGS”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

1. NURMIATI

70300117002

2. FINA EKAWATI

70300117009

3. GITA LESTARI AMIN

70300117015

4. NOFIANTI RAHMAN

70300117021

5. NURUL FADHILAH IHZANUDDIN

70300117028

6. MARWANI

70300117035

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2018/2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan rahmatNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas akhir PJBL (Project Based Learning) yang bertemakan “Say No to Drugs”. Selawat serta salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad Saw., kepada keluarganya, sahabatnya dan kepada kita semua selaku umatnya. Adapun tujuan penyusunan laporan akhir PJBL ini yaitu untuk memenuhi tugas, memperoleh pembelajaran dan pengalaman. Kami Sadar akan keterbatasan dan kemampuan yang kami miliki, maka kami mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam penyusunan laporan ini. Saran dan kritik kami harapkan untuk meningkatkan kualitas laporan ini. Kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat baik untuk kelompok kami maupun orang lain.

Samata, 14 Maret 2019 Tim Penyusun Kelompok 2

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...................................................................................................... 2 DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 9 BAB III METODE......................................................................................................... 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................ 29 BAB V KESIMPULAN................................................................................................. 33 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 35

BAB I

PENDAHULUAN

Narkoba adalah zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang.

Menurut WHO, jika ada satu kasus Penyalahgunaan narkoba maka sesungguhnya ada 10 kasus di tempat tersebut (Ahmadi Sofyan, 2007: 2).

Berdasarkan data dari United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC) (Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, 2012) menunjukkan lebih 200 juta orang di seluruh dunia menyalahgunakan narkoba. Indonesia merupakan salah satu negara pengguna narkoba terbanyak di dunia Lebih kurang 15,000 jiwa setiap tahun meninggal dunia akibat dari penyalahgunaan narkoba. Indonesia kini berhadapan dengan kenyataan bahwa banyak kalangan pelajarnya berhadapan dengan masalah pengguna

narkoba.

Oleh

itu

Indonesia

telah

menetapkan

bahwa

perilaku

penyalahgunaan narkoba sebagai ancaman negara yang sangat serius.

Berbagai sumber data menunjukkan bahwa perkembangan kasus narkoba mengalami perkembangan sangat cepat dari data United Control Drug Program (UNCDP) saat ini tidak kurang dari 200 juta orang di seluruh dunia telah menggunakan barang berbahaya ini (Margaretha Retno, 2008).

Beberapa kasus penyalahgunaan narkoba saat ini, penyalahgunanya tidak hanya dari kalangan dewasa saja, tetapi sudah merambah ke kalangan remaja. Hal ini terbukti dari hasil survey Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2009 mendapatkan data bahwa prevalensi penyalahgunaan narkoba dikalangan pelajar dan mahasiswa sebanyak 4,7% atau sekitar 921.695 orang. Sedangkan menurut data dari BNNP Riau tahun 2011, jumlah temuan kasus narkoba pada remaja sebanyak 38 kasus (4,5%). 34 kasus (89,5%) diantaranya berumur 16-19 tahun.

Tahun 2015, Masih dari hasil penelitian BNN dan Puslitkes UI disebutkan, angka penyalahgunaan narkotika di tahun 2015 akan meningkat, yakni mencapai 4,33 juta orang. Dari pengguna juga memperlihatkan peningkatan, yakni laki-laki dari 3 juta orang di ahun 2014 naik menjadi 3,2 juta orang dan perempuan dari 1 juta orang, naik menjadi 1,1juta orang di tahun 2015. Dan pada tahun 2017, pemakai narkoba sudah mencapai 46.537 orang.

Penyalahgunaan NAPZA di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan, terlihat dengan makin banyaknya pengguna NAPZA dari semua kalangan. Namun yang lebih memprihatinkan penyalahgunaan NAPZA saat ini justru banyak dilakukan oleh kalangan remaja (BNN, 2011). Padahal mereka adalah generasi penerus bangsa di masa depan. Para pecandu NAPZA itu pada umumnya berusia 11 sampai 24 tahun artinya usia tersebut tergolongkan usia produktif atau usia pelajar.

Pemakai narkoba dapat mengalami kerusakan organ tubuh dan menjadi sakit sebagai akibat langsung adanya narkoba di dalam darah, misalnya kerusakan paru-paru,

ginjal, hati, otak, jantung, usus, dan sebagainya.

Selain itu, narkoba juga dapat

memberikan dampak negatif terhadap mental dan moral. Pemakai narkoba akan berubah menjadi pribadi yang pemalu, rendah diri dan sering merasa sebagai pecundang, tidak berguna dan menjadi sampah masyarakat, gangguan jiwa berat, depresi, tindak kekerasan, dan pengrusakan serta percobaan bunuh diri. Depresi timbul sebagai akibat dari rasa bersalah dan putus asa karena gagal berhenti dari penyalahgunaan narkoba, ditambah kurangnya dukungan dan tuduhan bersalah oleh lingkungan keluarga dan masyarakat.

Pengaruh fisik yang diakibatkan oleh penyalahgunaan narkoba menurut Kusmiran (2012) adalah: 1) Gangguan pada sistem saraf pusat, seperti: kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, dan kerusakan saraf perifer; 2) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah, seperti: infeksi akut pada jantung dan gangguan peredaran darah; 3) Gangguan pada paru-paru, seperti: penekanan fungsi saluran pernapasan, kesulitan bernapas, pengerasan jaringan paru-paru, serta pengumpulan benda asing yang terisap; 4) Gangguan pada hemopoetik, seperti: gangguan pada pembentukan sel darah; 5) Gangguan pada saluran pencernaan, seperti: diare, radang lambung, hepatitis, perlemakan hati, pengerasan, dan atropi hati; 6) Gangguan pada sistem endokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), penurunan kadar gula darah yang menyebabkan gangguan sakit kepala dan badan gemetar; 7) Gangguan pada saluran perkemihan, seperti: infeksi, gangguan fungsi seksual, gangguan fungsi reproduksi, dan kecacatan; 8) Gangguan pada otot dan tulang,

seperti: peradangan otot akut, penurunan fungsi otot akibat alkohol, ataupun patah tulang; 9) Risiko terinfeksi penyakit menular seksual dan HIV/ AIDS.

Berdasarkan hasil survei BNNP angka prevalensi penyalahguna di Sulsel tahun 2016 sudah mencapai 130.400 orang. Tidak menutup kemungkinan tahun 2017 dan tahun selanjutnya mengalami peningkatan. Menurut Kepala Bidang pencegahan BNNP Sulsel, Jamal bahwa angka penyalahgunaan narkotika itu di wilayah hukumnya masuk urutan sembilan tertinggi di Indonesia. Tingginya penyalahgunaan narkoba di Sulsel menunjukkan

peredaran

obat-obat

terlarang

di

daerah

ini

semakin

bebas

diperjualbelikan.

Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi Selatan menilai pengguna narkoba di Sulsel, terutama makassar masih sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan jumlah pengguna atau pemkai narkoba yang mendapatkan pengobatan atau perawatan di panti rehabilitasi. Menurut Kepala Bidang Rehabilitasi BNN Sulsel paling banyak adalah kalangan remaja usia 15 sampai 25 tahun. Jumlah itu dibuktikan dengan data pengguna yang mengikuti program rehabilitasi. Pada tahun 2016, yaitu terbanyak pada kelompok umur remaja akhir (umur 17-25 tahun) sebanyak 44,27%. Dewasa awal (umur 26-35 tahun) sebesar 25,74%. Kemudian disusul dewasa akhir (umur 36-45) sebanyak 14,07%. Sementara remaja awal (umur 12-16 tahun) sebanyak 12,87%; lansia awal (usia 46-55tahun) sebanyak 2,18%; lansia akhir (usia 56-65 tahun) sebanyak 0,54%; serta anak-anak (usia 5-11 tahun) sebanyak 0,33%.

SMPN 3 PolongBangkeng Utara (POLUT), merupakan sekolah yang terletak jauh dari kota sehingga bisa dikatakan sekolah tersebut kurang mendapatkan informasi tentang narkoba. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Kepala Sekolah SMPN tersebut, bahwa kami adalah mahasiswa pertama yang mengadakan Promosi Kesehatan di Sekolah tersebut. Maka pentingnya melakukan pencegahan secara dini melalui upaya promotif.

Informasi tentang NAPZA dan dampak penyalahgunaannya dapat diberikan untuk menambah pengetahuan remaja, dampak positif bila seseorang atau kelompok diberikan pendidikan tentang bahaya NAPZA, maka akan mempengaruhi sikap mereka untuk berperilaku sesuai nilai-nilai kesehatan. Sedangkan dampak negatif bila kurang atau tidak mendapatkan pendidikan tentang bahaya NAPZA, maka dikhawatirkan akan terjadi perubahan sikap yang dapat membahayakan diri sendiri maupun lingkungan. Perawat memiliki peran yang penting untuk membantu menghadapi permasalahan NAPZA di sekolah, yaitu dengan cara preventif dan promotif.

Peran perawat dari segi preventif sendiri adalah berupa pemberian pendidikan kesehatan mengenai NAPZA bagi remaja di masyarakat untuk memperingati dan mengurangi penyalahgunaan NAPZA sedini mungkin. Sedangkan peran perawat dari segi promotif dengan meningkatkan dukungan kepada masyarakat dalam melawan penyalahgunaan NAPZA terutama dikalangan muda. Selain itu perawat juga dapat bekerja sama dengan pihak keluarga dengan menganjurkan orang tua menciptakan kehidupan rumah tangga yang lebih harmonis dan beragama serta selalu memperhatikan keadaan anakanaknya termasuk pergaulannya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Narkoba dan Jenis Narkoba 1. Pengertian Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan berbahaya. Akhirakhir ini sering dikenal dengan sebutan “NAPZA”, yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum seperti polisi (termasuk didalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim dan petugas Pemasyarakatan. Selain narkoba, sebutan lain yang menunjuk pada ketiga zat tersebut adalah Napza yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Istilah napza biasanya lebih banyak dipakai oleh para praktisi kesehatan dan rehabilitasi.

Narkoba adalah zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis Menurut pengaruh penggunaannya ( effect ), akibat kelebihan dosis (overdosis) dan gejala bebas pengaruhnya ( With drawal Syndrome ) dan kalangan medis, obat-obatan yang sering disalahgunakan. Zat atau obat sintesis juga dipakai oleh para dokter untuk terapi bagi para pecandu narkoba itu dibagi ke dalam 2 (dua) kelompok yaitu:

a. Kelompok Narkotika, pengaruhnya menimbulkan euphoria , rasa ngantuk berat, penciutan pupil mata, dan sesak napas. Kelebihan dosis akan mengakibatkan kejangkejang, koma, napas lambat dan pendekpendek. Gejala bebas pengaruhnya adalah gambang marah, gemetaran, panik serta berkeringat, obatnya seperti: metadon, kodein, dan hidrimorfon.

b. Kelompok Depresent, adalah jenis obat yang berfungsi mengurangi aktivitas fungsional tubuh. Obat ini dapat membuat si pemakai merasa tenang dan bahkan membuatnya tertidur atau tidak sadarkan diri. Sesuai dengan Undang-Undang Narkoba Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Narkoba dibagi 18 dalam 3 jenis yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya.

1) Narkotika

Menurut Soerdjono Dirjosisworo (1986) bahwa pengertian

narkotika adalah “Zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya dengan memasukkan kedalam tubuh.” Pengaruh tersebut bisa berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut yang diketahui dan ditemukan dalam dunia medis bertujuan dimanfaatkan bagi pengobatan

dan

kepentingan

manusia

di

bidang

pembedahan,

menghilangkan rasa sakit dan lain-lain 2) Psikotropika Psikotopika (Soerdjono Dirjosisworo: 1986) adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada 19 aktivitas normal dan perilaku

3) Zat adiktif lainnya Zat adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah: (a) Rokok (b) Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan (c) Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin yang bila dihirup akan dapat memabukkan (Alifia, 2008)

Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, dan bahan berbahaya lainnya merupakan suatu kajian yang menjadi masalah dalam lingkup nasional maupun secara internasional. Pada kenyataanya, kejahatan narkotika memang telah menjadi sebuah kejahatan transnasional yang dilakukan oleh kelompok kejahatan terorganisir (organized crime). Masalah ini melibatkan sebuah sistem kompleks yang berpengaruh secara global dan akan berkaitan erat dengan Ketahanan Nasional sebuah bangsa. Baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam perkembangannya hingga saat ini penyalahgunaan penggunaan narkotika tersebar secara luas pada berbagai jenjang usia dan berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari jenjang usia muda hingga tua, kelas ekonomi bawah sampai dengan menengah ke atas. Namun yang patut mendapat perhatian lebih adalah adanya kecenderungan peningkatan angka yang signifikan pada lapis usia produktif.

2. Jenis-jenis Narkoba

Yang merupakan Jenis-jenis Narkoba ialah : a. Opiatatau Opium (candu) : Merupakan golongan Narkotika alami yang sering digunakan dengan cara dihisap (inhalasi). b.Morfin : Merupakan zat aktif (narkotika) yang diperoleh dari candu melalui pengolahan secara kimia. Umumnya candu mengandung 10% morfin. Cara pemakaiannya disuntik di bawah kulit, ke dalam otot atau pembuluh darah (intravena) c. Heroin : Merupakan golongan narkotika semisintetis yang dihasilkan atas pengolahan morfin secara kimiawi melalui 4 tahapan sehingga diperoleh heroin paling murni berkadar 80% hingga 99%. Heroin murni berbentuk bubuk putih sedangkan heroin tidak murni berwarna putih keabuan (street heroin).Zat ini sangat mudah menembus otak sehingga bereaksi lebih kuat dari pada morfin itu sendiri. Umumnya digunakan dengan cara disuntik atau dihisap. Timbul rasa kesibukan yang sangat cepat/rushing sensastion (± 30-60 detik) diikuti rasa menyenangkan seperti mimpi yang penuh kedamaian dan kepuasan atau ketenangan hati (euforia).Ingin selalu menyendiri untuk menikmatinya. d. Ganja : Berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica. Pada tanaman ini terkandung 3 zat utama yaitu tetrahidrokanabinol, kanabinol dan kanabidiol. Cara penggunaannya dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok. e. LSD atau lysergic acid atau acid, trips, tabs : Termasuk sebagai golongan halusinogen (membuat khayalan) yang biasa diperoleh dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar ¼ perangko dalam banyak warna dan gambar.

Ada juga yang berbentuk pil atau kapsul. Cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan bereaksi setelah 30-60 menit kemudian dan berakhir setelah 8-12 jam. f. Kokain : Mempunyai 2 bentuk yakni bentuk asam (kokain hidroklorida) dan bentuk basa (free base). Kokain asam berupa kristal putih, rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut dibanding bentuk basa bebas yang tidak berbau dan rasanya pahit. Nama jalanan kadang disebut koka, coke, happy dust, snow, charlie, srepet, salju, putih. Disalahgunakan dengan cara menghirup yaitu membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus di atas permukaan kaca dan benda yang mempunyai permukaan datar. Kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot atau gulungan kertas. Cara lain adalah dibakar bersama tembakau yang sering disebut cocopuff. Menghirup kokain berisiko luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam. B. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja

Menurut Freud (dalam Hurlock, 2005), berpendapat bahwa masa remaja adalah fase dimana mulai terjadinya proses perkembangan meliputi perubahanperubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan. Menurut Yusuf (2007) remaja dibagi menjadi tiga yaitu: remaja awal (13-15 tahun), remaja madya (15-18 tahun), remaja akhir (19-22 tahun).

Periode remaja sering dikatakan sebagai usia yang menakutkan dan banyak masalah, hal ini terjadi karena masa remaja merupakan masa pembuktian diri kepada

orang lain, maka remaja akan melakukan apapun agar dirinya diakui walaupun apa yang mereka lakukan sebenarnya salah (Santrock, 2007).

Penyebab terjerumusnya seseorang dalam penyalahgunaan narkoba menurut Libertus Jehani dan Antoro (2006) disebabkan oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal.

1. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari diri seseorang yang terdiri dari: a. Kepribadian Apabila kepribadian seseorang labil, kurang baik, dan mudah dipengaruhi orang lain maka lebih mudah terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. b. Keluarga Jika hubungan dengan keluarga kurang harmonis ( brokenhome ) maka seseorang akan mudah merasa putus asa dan frustasi. c. Ekonomi Kesulitan mencari pekerjaan menimbulkan keinginan untuk bekerja menjadi pengedar narkoba. Seseorang yang ekonomi cukup mampu, tetapi kurang perhatian yang cukup dari keluarga atau masuk dalam lingkungan yang salah lebih mudah terjerumus jadi pengguna narkoba. 2. Faktor Eksternal, yaitu faktor penyebab yang berasal dari luar seseorang yang mempengaruhi dalam melakukan suatu tindakan, dalam hal ini penyalahgunaan narkoba. Faktor eksternal itu sendiri antara lain:

a. Pergaulan Teman sebaya mempunyai pengaruh cukup kuat terjadinya penyalahgunaan narkoba, biasanya berawal dari ikutikutan teman terutama bagi remaja yang memiliki mental dan kepribadian cukup lemah. b. Sosial /Masyarakat Lingkungan masyarakat yang baik terkontrol dan memiliki

organisasi

yang

baik

akan

mencegah

terjadinya

penyalahgunaan narkoba, begitu sebaliknya apabila lingkungan sosial yang cenderung apatis dan tidak mempedulikan keadaan lingkungan sekitar dapat menyebabkan maraknya penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja.

Penyebab seseorang pertama kali menyalahgunakan narkoba hampir dipastikan karena rasa ingin tahu yang sangat besar, penjelajahan, petualangan, ingin menunjukkan keberanian, ingin ambil risiko, nekat. Masa remaja juga dikenal dengan masa labil, mudah terpengaruh, mudah meniru, tanpa memikirkan akibat di masa datang, BNN (2013). Menurut Landau (dalam Afiatin, 20014b) penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba pada remaja yaitu: gaya hidup keluarga, predisposisi pada alkohol, tekanan kelompok teman sebaya, kekacauan remaja, dan masalah-masalah psikologis dan emosional yang serius

Tidak semua remaja menyalahgunakan atau mencoba narkoba. Menurut Martono dan Joewana (2006), beberapa ciri perkembangan remaja yang rentan terhadap gangguan penggunaan narkotika, psikotropika, alkohol dan zat adiktif lain adalah seperti berikut:

a. Perasaan galau. Masa peralihan dari kanakkanak ke dewasa dapat menimbulkan rasa tertekan, tegang, resah, bingung, rasa tidak aman, sedih dan depresi. Zat adiktif sering dipakai untuk menghilangkan perasaan tersebut. Perasaan demikian dapat berkurang atau hilang untuk sementara.

b. Tekanan kawan (“gang”). Seorang remaja membutuhkan pergaulan dengan teman sebaya dan berharap dapat diterima dalam kelompoknya. Zat adiktif dapat meningkatkan atau mempermudah interaksi sosial di dalam kelompok tersebut.

c. Pemberontakan. Gangguan penggunaan zat dapat dipandang sebagai suatu penyimpangan perilaku yang bersifat menentang nilai-nilai yang diakui oleh masyarakat orang dewasa. Proses perkembangan jiwa remaja yang normal menuntut pemisahan dari otoritas orang tua dan mengembangkan otoritas dan identitas diri sendiri. Pada saat itu ada dorongan untuk memberontak atau melawan apa saja yang berbau otoritas orang tua, lebih-lebih jika orang tuanya memang bersifat otoriter. Peraturan dan tata tertib yang semula dipatuhi, ditinggalkan dan ditentang dengan keras. Pola hidup orang tua ditinggalkan diganti dengan pola hidup kelompok sebaya. Gangguan penggunaan zat sering dianggap sebagai pola hidup baru para remaja.

d. Keingintahuan. Masa remaja, dapat menimbulkan dorongan yang kuat untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya, untuk mencoba hal baru dan dorongan mencari pengalaman hidup baru termasuk mencoba zat adiktif.

e. Jiwa petualang. Gangguan penggunaan zat dapat dipandang sebagai suatu penyaluran dorongan ilmiah untuk melakukan perbuatan yang mengundang risiko besar (risktaking behaviour).

f. Meniru orang dewasa. Gangguan penggunaan zat dapat dipandang sebagai simbol kedewasaan. Para remaja ingin agar dianggap sudah dewasa, terutama bila orang tua masih selalu menganggap dirinya sebagai anak kecil.

g. Obat mujarab. Gangguan penggunaan zat dapat pula terjadi akibat usaha remaja dalam mengatasi kecemasan, ketakutan atau perasaan bersalah akibat eksplorasi seksualnya. Kadang-kadang zat adiktif dipakai untuk meningkatkan sensasi dalam hubungan seksualnya, menghilangkan hambatan psikologik, mempermudah timbulnya fantasi, dan meningkatkan empati dalam hubungan interpersonal.

h. Keyakinan yang salah. Keyakinan yang khas dan unik pada remaja berusia 15-16 tahun, bahwa apa yang terjadi pada orang lain tidak akan terjadi pada dirinya. Ia yakin bahwa zat adiktif dapat merugikan atau membahayakan orang lain tetapi tidak akan membahayakan dirinya walaupun kenyataan di sekitarnya membuktikan sebaliknya (personal fable).

C. Bahaya Narkoba 1. Bahaya yang ditimbulkan akibat memakai Narkoba Menurut Efeknya:

a. Halusinogen, efek dari narkoba ini bisa mengakibatkan bila dikonsumsi dalam sekian dosis tertentu dapat mengakibatkan seseorang

menjadi

berhalusinasi

dengan

melihat

suatu

hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata contohnya kokain & LSD b. Stimulan, efek dari narkoba ini bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti jantung dan otak bekerja lebih cepat dari kerja biasanya sehingga mengakibatkan seseorang lebih bertenaga untuk sementara waktu , dan cenderung membuat seorang pengguna lebih senang dan gembira untuk sementara waktu. c. Depresan, efek dari narkoba ini bisa menekan sistem syaraf pusat dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya putaw. 2. Bahaya yang ditimbulkan akibat memakai narkoba menurut jenisnya: a. Opiat atau Opium (candu) : Menimbulkan rasa kesibukan (rushing sensation), menimbulkan semangat, merasa waktu berjalan lambat, pusing, kehilangan keseimbangan/mabuk, merasa rangsang birahi meningkat (hambatan seksual hilang), timbul masalah kulit di sekitar mulut dan hidung. b. Morfin : menimbulkan euforia, mual, muntah, sulit buang hajat besar (konstipasi), kebingungan (konfusi), berkeringat, dapat

menyebabkan pingsan, jantung berdebar-debar, gelisah dan perubahan suasana hati, mulut kering dan warna muka berubah. c. Heroin : denyut nadi melambat, tekanan darah menurun, otototot menjadi lemas/relaks, diafragma mata (pupil) mengecil (pin point), mengurangi bahkan menghilangkan kepercayaan diri, membentuk dunia sendiri (dissosial), penyimpangan perilaku

(berbohong,

menipu,

mencuri,

kriminal),

ketergantungan dapat terjadi dalam beberapa hari, efek samping timbul kesulitan dorongan seksual, kesulitan membuang hajat besar, jantung berdebar-debar, kemerahan dan gatal di sekitar hidung, timbul gangguan kebiasaan tidur, jika sudah toleransi, semakin mudah depresi dan marah sedangkan efek euforia semakin ringan atau singkat. d. Ganja : denyut jantung atau nadi lebih cepat, mulut dan tenggorokan kering, merasa lebih santai, banyak bicara dan bergembira sulit mengingat sesuatu kejadian, kesulitan kinerja yang membutuhkan konsentrasi, reaksi yang cepat dan koordinasi, kadang-kadang menjadi agresif bahkan kekerasan, bilamana pemakaian dihentikan dapat diikuti dengan sakit kepala, mual yang berkepanjangan, rasa letih/capek, gangguan kebiasaan tidur, sensitif dan gelisah, berkeringat, berfantasi, selera makan bertambah.

e. LSD atau lysergic acid atau acid, trips, tabs : timbul rasa yang disebut Tripping yaitu seperti halusinasi tempat, warna dan waktu, biasanya halusinasi ini digabung menjadi satu hingga timbul obsesi terhadap yang dirasakan dan ingin hanyut di dalamnya, menjadi sangat indah atau bahkan menyeramkan dan lama kelamaan membuat perasaan khawatir yang berlebihan (paranoid), denyut jantung dan tekanan darah meningkat, diafragma mata melebar dan demam, disorientasi, depresi, pusing, panik dan rasa takut berlebihan, flashback (mengingat masa lalu) selama beberapa minggu atau bulan kemudian, gangguan persepsi seperti merasa kurus atau kehilangan berat badan. f. Kokain

:

berlebihan

Menimbulkan (ecstasy),

keriangan, hasutan

kegembiraan

(agitasi),

yang

kegelisahan,

kewaspadaan dan dorongan seks, penggunaan jangka panjang mengurangi berat badan, timbul masalah kulit, kejang-kejang, kesulitan bernafas, sering mengeluarkan dahak atau lendir, merokok kokain merusak paru (emfisema), memperlambat pencernaan dan menutupi selera makan, paranoid, merasa seperti ada kutu yang merambat di atas kulit (cocaine bugs), gangguan penglihatan (snow light), kebingungan (konfusi), bicara seperti menelan (slurred speech).

Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja bisa juga di lihat dari sikap dan prilakunya sebagai berikut: Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian, sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran, menjadi mudah tersinggung dan cepat marah, sering menguap, mengantuk, dan malas, tidak memedulikan kesehatan diri, suka mencuri untuk membeli narkoba.

D. Cara Menanggulangi Narkoba

Ada tiga tingkat intervensi yang dapat dilakukan dalam menanggulangi masalah penyalahgunaan narkoba, yaitu:

1. Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, atau disebut sebagai fungsi preventif. Biasanya dalam bentuk pendidikan, penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui keluarga, dll. Instansi pemerintah, seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini. Dalam menjalankan fungsi ini, upaya yang harus di lakukan oleh pemerintah meliputi melakukan sosialisasi secara berkala, pendirian lembaga-lembaga pengawasan, membentuk aturan perundang-undangan dalam berbagai bentuk, dan bahkan menjalin kerjasama inernasional baik bilateral, regional, maupun multilateral. Selain itu, kegiatan yang dapat dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE).

2. Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan ( treatment ). Fase ini meliputi: 1) fase penerimaan awal antara 1

- 3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental; 2) fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medik, antara 1 - 3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap.

3. Tersier, yaitu upaya untuk merehabilitasi mereka yang sudah memakai dan dalam proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas: 1) fase stabilisasi, antara 3-12 bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat; 2) fase sosialiasi dalam masyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya berupa

kegiatan

konseling,

membuat

mengembangkan kegiatan alternatif, dll.

kelompokkelompok

dukungan,

BAB III METODE Metode yang digunakan dalam penyuluhan kami adalah pemutaran film pendek/video dan slide tentang narkoba, Ceramah Umum untuk meningkatkan pengetahuan siswa terhadap fakor-faktor yang dapat mempengaruhi dan menyebabkan kecanduan narkoba, serta Metode tanya jawab karena berusaha menanyakan kepada sasaran apakah telah mengetahui dampak yang terjadi apabila seseorang mendekati narkoba, mempersilahkan sasaran bertanya apabila ada hal-hal yang belum dimengerti. Selain itu, kami juga menerapkan metode observasi disertai penggunaan kuesioner untuk mengukur pengetahuan siswa-siswi selama kegiatan berlangsung. Dan diakhir kegiatan, melakukan kampanye say no to drugs dengan menggunakan media spanduk oleh sasaran beserta guru-guru sekolah dengan bertanda tangan di atas spanduk tersebut.

No

1

Tahap

Kegiatan penyuluhan

Persiapan

a. Persiapan diri

(Perencanaan)

b. Persiapan ruangan c. Persiapan

media

dan alat-alat yang akan digunakan d. Persiapan sasaran/siswa

Sasaran

(mengumpulkan sasaran)

2

Pendahuluan

(Pembukaan)

a. Membuka

acara

a.

Memperhatikan,

dengan

Mendengarkan

mengucapkan

penyuluh

salam

menyampaikan topic dan tujuan

b. Perkenalan

b.

Peserta menyetujui kesepakatan waktu

c. Menyampaikan

pelaksanaan

topik dan tujuan promkes

kepada

sasaran

d. Kontrak

waktu

untuk kesepakatan pelaksanaan dengan sasaran

3

Pelaksanaan

(penyajian)

a. Mengkaji

a. Menyampaikan

pengetahuan dasar

pengetahuannya

sasaran

materi penyuluhan

tentang

tentang

materi penyuluhan

b. Mendengarkan

penyuluh

menyampaikan materi b. Menjelaskan materi penyuluhan kepada sasaran

dengan

menggunakan pemutaran

video

menyelipkan

ilmu

ilmu-

agama

di

dalamnya.

c. Memberikan kesempatan kepada sasaran menanyakan hal

untuk hal-

yang

belum

dimengerti

dari

materi

yang

dijelaskan

oleh

pemateri

tidak

dimengerti

materi penyuluhan

dan slide dengan

pengajaran

c. Menanyakan hal-hal yang dari

4

Evaluasi

a. Memberikan

a. Peserta dapat menjawab

pertanyaan kepada

pertanyaan yang diajukan

sasaran

penyuluh

tentang

materi yang sudah b. Peserta

disampaikan

mendengarkan

penyampaian kesimpulan b. Menyimpulkan materi penyuluhan yang

telah

kepada sasaran

c. Menutup acara dan mengucapkan salam serta terimah kepada

sasaran dan guruguru

atas

kerja

samanya

5

Terminasi

a. Dokumentasi penyuluh

menutup

dan

penyuluh

acara

menjawab salam

disampaikan

kasih

c. Mendengarkan

dan

peserta

b. Memberikan apresiasi

kepada

peserta yang aktif dalam kegiatan

c. Mengajak

dan

melakukan kampanye bersama dengan sasaran dan guru-guru sekolah

di dengan

bertanda tangan di atas spanduk untuk menjauhi narkoba.

A. Evaluasi 1. Evaluasi struktur a. Lebih dari 85% peserta menghadiri promosi kesehatan sampai

akhir

acara.

Hanya

ada

meninggalkan ruangan tanpa minta izin

beberapa

yang

b. Tempat, media dan alat penyuluhan kurang lebih sesuai rencana. Hanya tempat yang rencananya di kelas dialihkan ke perpustakaan c. Setting kurang sesuai dengan perencanaan, dimana tidak semua berbentuk shaft tetapi ada beberapa yang duduk bergerombol karena kurangnya kursi d. Suasana agak kurang tenang karena ada beberapa siswa yang berdiskusi sendiri dan tidak mendengarkan 2. Evaluasi proses a. Peran dan tugas pemateri sesuai rencana b. Waktu

yang

direncanakan

sesuai

dengan

yang

direncanakan yaitu pada jam istirahat c. 50% peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan d. 85%

peserta

tidak

meninggalkan

ruangan

selama

penyuluhan 3. Evaluasi Hasil Peserta memahami dan mengetahui serta mampu menjelaskan kembali pentingnya mengetahui bahaya dan dampak dari narkoba pada remaja.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Promosi kesehatan atau penyuluhan ini dilakukan pada siswa-siswi SMPN 5 Polongbangkeng utara tepatnya pada kelas VIII yang dilakukan pada hari Rabu, 13 Maret 2019. Waktu, tempat, dan proses pelaksanaan tidak berbeda jauh dengan rencana awal. Pemaparan materi Narkoba, jenis-jenis narkoba, faktor-faktor penyebab penyalahgunaan narkoba, bahaya ditimbulkan dan cara mengantisipasinya disambut baik oleh para siswa dan siswi di SMPN 3 POLUT tersebut. Mereka antusias menonton video yang disajikan dan mengikuti tiap slide yang di tampilkan oleh pemateri, sesekali pertanyaan singkatpun muncul dari mereka. Dan kegiatan diakhiri dengan foto bersama dan kampanye untuk menjauhi narkoba bersama-sama.

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam pelaksanaan Penyuluhan kesehatan ini masih banyak memiliki keterbatasan, yaitu penelitian ini dilakukan pada waktu dan situasi yang kurang kondusif, sehingga dapat mempengaruhi responden dalam pengisian kuesioner. Pengambilan data dengan kuesioner bersifat subyektif, kebenaran data sangat bergantung pada kejujuran responden, jika responden kurang jujur maka kebenaran juga kurang akurat. Kami telah membuat Kuesioner dengan bentuk pernyataan yang sesederhana mungkin sehingga mudah dipahami dan dimengerti namun kelemahan penggunaan kuesioner pada saat mengisi sangat kurang yang menyebabkan responden terburu-buru dalam pengisian kuesioner.

Berikut hasil yang kami peroleh dari penyuluhan kesehatan yang telah dilakukan:

A. Diagram Pre Test 12 10 8 6

STS

4

TS S

2

SS

0

16 14 12 10 8 6 4 2 0

STS

TS S SS

B. Diagram Post Test 14

12

12

10

10

8

8

STS

6

TS

4

S

2

SS

0

Pertanyaan 1,5,6,8,10

Bobot nilai : STS (1), TS (2), S (3), SS (4) 2.

4

Pertanyaan 2,3,4,7,9

STS TS S

2 0

Keterangan : 1.

6

SS

Bobot nilai : STS (4), TS (3), S (2), SS (1)

C. Grafik (diagram) Secara Keseluruhan (Berdasarkan Bobot Nilai) 600 500 400 Pertanyaan 2,3,4,7,9

300

Pertanyaan 1,5,6,8,10

200 100 0 Pre test

Post test

Keterangan : 1.

Jika siswa/sasaran menjawab seluruh pertanyaan yang berjumlah 10 dengan sempurna, maka akan diperoleh nilai sebanyak 600;

2.

Jika siswa/sasaran menjawab pertanyaan 1,5,6,8,10 dengan sempurna maka akan diperoleh nilai sebanyak 300. Pada tabel di atas, hasil percobaan kuesioner pre test diperoleh nilai sebanyak 245 dan hasil percobaan kuesioner post test diperoleh nilai sebanyak 286. Hal ini berarti terjadi peningkatan.

3.

Jika siswa/sasaran menjawab pertanyaan 2,3,4,7,9 dengan sempurna maka akan diperoleh nilai sebanyak 300 pula. Pada tabel di atas, hasil percobaan kuesioner pre test diperoleh nilai sebanyak 291 dan hasil percobaan kuesioner post test diperoleh nilai sebanyak 272. Hal ini berarti terjadi penurunan.

4.

Tetapi secara keseluruhan atau yang dapat kita lihat dari grafik di atas bahwa terjadi peningkatan pengetahuan antara sebelum dan setelah penyuluhan. Yaitu dari 536 menjadi sebanyak 558.

Berdasarkan data di atas, maka didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pengetahuan setelah diberikan penyuluhan kesehatan. Selain dari hasil kuuesioner di atas, dari data pengamatan dan Tanya jawab yang dilakukan meningkatnya pemahaman siswa tentang narkoba dari 13% menjadi 47 % dari 15 siswa. Sebelum pemaparan materi diberikan umpan balik berupa pertanyaan seputar narkoba kepada peserta dan hanya 2 orang yang mampu menjawab meskipun belum lengkap.

Setelah pemberian materi di lakukan lagi umpan balik terlihat hampir setengah dari peserta yang spontan menjawab dengan sempurna. Tingkat pengetahuan siswa pun berbeda-beda, sebagian awalnya telah mengetahui keseluruhan materi yang diberikan dan ada pula yang sama sekali belum mengetahui tentang materi atau informasi yang disampaikan. Kami berharap dengan setelah dilakukannya penyuluhan ini, sasaran bukan hanya mengetahui akan pentingnya menjauhi narkoba tetapi dapat mendorong mereka untuk senantiasa menerapkan perilaku pencegahan narkoba kedepannya. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Prisaria,7 variabel

pengetahuan siswa SMA tentang NAPZA dengan benar masih dimiliki oleh 65 siswa (69,1%) dan yang belum berpengetahuan NAPZA dengan benar sebesar 29 siswa. Ia menyimpulkan bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh yang signiikan terhadap perilaku pencegahan. Semakin tinggi pengetahuan remaja maka semakin tinggi pula pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan, terutama dari hasil indra penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam pembentukan tindakan seseorang (overt behavior). Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pendidikan, informasi, kondisi sosial budaya dan ekonomi, pengalaman, serta usia.

BAB V KESIMPULAN Peyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan atau menguatkan pemahaman siswa-siswi tentang narkoba dan jenis-jenisnya, fakto penyebab penyalahgunaan narkoba dan dampak yang ditimbulkannya serta upaya mengantisipasinya. Mengingat narkoba saat ini beredar dengan bebas dan dalam berbagai jenis dan bentuknya untuk memanipulasi para aparat yang terkait.

Kegiatan ini sangat penting dilakukan di SMKN 3 POLUT, mengingat bahwa tempat tersebut jauh dari kota sehingga kurang mendapatkan informasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Dengan kata lain, mereka bisa saja memakai tanpa mengetahui dampak yang ditimbulkannya.

Informasi tentang NAPZA dan dampak penyalahgunaannya dapat diberikan untuk menambah pengetahuan remaja, dampak positif bila seseorang atau kelompok diberikan pendidikan tentang bahaya NAPZA, maka akan mempengaruhi sikap mereka untuk berperilaku sesuai nilai-nilai kesehatan. Sedangkan dampak negatif bila kurang atau tidak mendapatkan pendidikan tentang bahaya NAPZA, maka dikhawatirkan akan terjadi perubahan sikap yang dapat membahayakan diri sendiri maupun lingkungan. Perawat memiliki peran yang penting untuk membantu menghadapi permasalahan NAPZA di sekolah, yaitu dengan cara preventif dan promotif.

Peran perawat dari segi preventif sendiri adalah berupa pemberian pendidikan kesehatan mengenai NAPZA bagi remaja di masyarakat untuk memperingati dan mengurangi penyalahgunaan NAPZA sedini mungkin. Sedangkan peran perawat dari segi promotif dengan meningkatkan dukungan kepada masyarakat dalam melawan penyalahgunaan NAPZA terutama dikalangan muda. Selain itu perawat juga dapat bekerja sama dengan pihak keluarga dengan menganjurkan orang tua menciptakan kehidupan rumah tangga yang lebih harmonis dan beragama serta selalu memperhatikan keadaan anakanaknya termasuk pergaulannya.

Sedangkan kesimpulan pada Promosi Kesehatan yang kami lakukan, sebagian besar berjalan lancar. Banyak kendala yang kami hadapi namun itu semua dapat teratasi. Para guru-guru di sekolah yang kami tempati juga memberikan respon yang baik dan sangat membantu dalam pelaksanaan Promosi Kesehatan ini. Selain itu, kami juga mendapatkan hasil yang cukup memuaskan karena setelah kami melakukan Promosi Kesehatan ini, tingkat pengetahuan siswa/sasaran meningkat.

DAFTAR PUSTAKA Amanda, M., Humaedi, sahadi, & Santoso, M. (t.t.). PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA ( ADOLESCENT SUBSTANCE ABUSE ). 2017, 4 No.2. Sitorus, R. (t.t.). PENGGUNAAN NARKOTIKA MENDUKUNG PERILAKUPERILAKU BERISIKO. 2016, 7. Darwis, A., Dalimunthe, G., & Riadi, S. (t.t.). NARKOBA, BAHAYA DAN CARA MENGANTISIPASINYA. 2017, 1 No.1. Sofah, R., Harlina, & Putri, R. (t.t.). Pengembangan Perilaku Asertif untuk Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Melalui Layanan Bimbingan Kelompok. 2018, 4 No.1. Setiyawan, I. (t.t.). PENERAPAN KONSEP PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA BERBASIS KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DESA BERCIRIKAN ISLAMI. 2018. Carolina, P., & Tarigan, Y. (t.t.). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAFZA DI SMA KATOLIK ST. PETRUS KANISIUS PALANGKA RAYA. 2019, 4 No.2. Yuhandi, R. (t.t.). KOORDINASI PEMERINTAH KOTA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI KOTA PEKANBARU. 2017. Ismail, W. (t.t.). TEORI BIOLOGI TENTANG PERILAKU PENYALAHGUNAAN NARKOBA. 2017, 5 No.1. Pabokori, A., Sutrisno, A., & Fithrayani, A. (t.t.). Bersama Perangi Narkoba: Bahaya dan Dampaknya. 2018. Jumaidah, & Rindu. (t.t.). PERILAKU PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI WILAYAH KECAMATAN SUKMAJAYA, DEPOK. 2017. Akmal Hawi. (t.t.). REMAJA PECANDU NARKOBA: Studi tentang Rehabilitasi Integratif di Panti Rehabilitasi Narkoba Pondok Pesantren Ar-Rahman Palembang. 2018. Nurmaya, A. (t.t.). Penyalahgunaan napza di kalangan remaja (studi kasus pada 2 Siswa di MAN 2 Kota Bima). 2016.

www.tribun-timur.com

Dokumentasi Kegiatan 1. Tahap Persiapan (Perencanaan)

2. Tahap Pendahuluan (Pembukaan)

3. Tahap Pelaksanaan (Penyajian)

4. Tahap evaluasi

5. Tahap terminasi

Foto sekaligus kampanye (Say No to Drugs) bersama Kepala Sekolah, Guru-guru dan Siswa-siswi SMPN 3 POLUT

Related Documents


More Documents from "F X AGUS SISWANTO"