KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Diagnosa Katarak Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT. Penyusunan makalah ini diajukan sebagai syarat untuk mengikuti mata kuliah teori keperawatan Medikal Bedah 3. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Kami sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan makalah ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan kami sendiri. Walaupun pada akhirnya karya ini dapat terselesaikan tentulah karena beberapa pihak yang telah membantu dalam penulisan karya tulis ilmiah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi kami penulis dan para pembaca. Selain itu, penulis mengharapkan kritik dan saran sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Kudus, 8 Oktober 2018
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Mata dapat dikatakan sebgai bagian dari panca indra yang paling penting, dari mata kita dapat melihat, belajar dan melakukan semua kegiatan dengan optimal. Mata merupakan jendela otak karena 90% informasi yang diperoleh otak berasal dari mata. Jika pada sistem penglihatan mengalami gangguan maka dapat berdampak besar dalam kehidupan sehari-hari. ( Guiton, artur, 2013 ) Katarak merupakan penyakit pada usia lanjut akibat proses penuaan saat kelahiran (katarak kongengital) dan dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid dalam jangka panjang, adanya penyakit diabetes. Pembentukan katarak ditandai adanya sembab lensa, perubahan protein dan terganggunya keseimbangan normal serabut lensa. Kekeruhan lensa ini juga mengakibatkan lensa transparan sehingga pupil akan berwarna putih atau abuabu, yang mana dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi dilensa seprti korteks dan nukleus. ( Diah Mutiarasari, Fitriah Handayani, 2011 ) WHO memperkirakan 12 orang menjadi buta setiap menit didunia, dan 4 orang diantaranya berasal dari asia tenggara. Bila dibandingkan degan angka kebutaan negara-negara diregional dia sia tenggara, angka kebutaan diindonesia (1,5%) adalah yang tertinggi (Banglades 1%, India 0,7%, Thailand 0,3%).Menurut badan penelitian dan pengembangan kesehatan departemen kesehatan republik indonesia (2008), provinsi penduduk 30 tahun keatas dengan katarak menurut kabupaten atau provinsi jawa tengah adalah 5,2% dari total penduduk jawa tengah penderita katarak baik yang didiagnosa oleh tenaga lesehatan atau yang baru ditemukan tanda-tanda katarak. Sedangkan dikabupaten di boyolali ditemukan total 16,9% dari jumlah penduduk yang menderita katarak. ( Guiton, artur, 2013 )
B. Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud katarak? 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak? 3. Apa saja faktor –faktor resiko pada katarak? 4. Sebutkan manifestasi klinis terjadinya katarak? 5. Sebutkan jenis-jenis katarak? 6. Ada berapa stadium katarak? 7. Bagaimana proses Patofisiologi katarak? 8. Apa saja komplikasi yang terjadi akibat katarak? 9. Penatalaksanaan apa yang harus diberikan pada penyakit katarak 10. Pemeriksaan penunjang apa saja yang digunakan untuk penyakit katarak?
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui desinisi katarak 2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak 3. Untuk mengetahui faktor –faktor resiko pada katarak 4. Untuk mengetahui manifestasi klinis terjadinya katarak 5. Untuk mengetahui jenis-jenis katarak 6. Untuk mengetahui stadium katarak 7. Untuk mengetahui patofisiologi katarak 8. Untuk mengetahui komplikasi yang terjadi akibat katarak 9. Untuk mengetahui penatalaksanaan katarak 10. Untuk mengetahui emeriksaan penunjang katarak
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya bening, transparan menjadi keruh, sehingga dapat menurunkan tajam atau visus penglihatan dan mengurangi luaslapang pandang. ( Taufan nugroho, 2011 ) Katarak adalah abnormalitas lensa yang lazim timbul terutama pada orangtua. Katarak merupakan area keruh atau suram didalam lensa pada stadium dini pembentukan
katarak, protein di dalam serat lensa tepat dibawah kapsula
terdenaturasi. Kemudian protein yang sama berkoagulasi untuk membentuk area keruh di tempat serat protein lensa yang normalnya transparan. Akhirnya, dalam stadium lebih lanjut, sering kalsium diendapkan di dalam protein yang terkoagulasi, jadi meningkatkan kekeruhan lebih lanjut. ( Guiton, artur ,2013 ) Jadi kesimpulannaya katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. B. Etiologi Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak (Sugeng jutowiyono,2010): 1. Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak senilis. 2. Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/ umpul, terpapar oleh sinar X atau benda-benda radioaktif. 3. Penyakit mata seperti uveitis. 4. Penyakit sistemis seperti DM 5. Defek kongenital
C. Faktor resiko Faktor resiko terjadinya katarak antara lain: 1. Faktor Demografi (Usia dan Jenis kelamin) Proses terbentuknya katarak merupakan bagian dari proses penuaan, kontribusi dalam terakumulasinya kerusakan yang disebaban oleh lingkugan, sehingga kemampuan regenerasi yang sudah menurun karena bertambahnya usia akan semakin memberat (rim et.al 2015). 2. Faktor sosial Ekonomi (Penghasilan dan pendidikan) Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berhubungan dengan penurunan resiko katarak akan lebih rendah resiko terkena cortical catarac. 3. Faktor kebiasaan merokok Merokok berhubungan dengan peningkatan terjadinya katarak senilis, namun katarak senilis tidak sepenuhnya diketahui, tapi ada beberapa kemungkinan mekanisme biologis. Pertama merokok menyebabkan adanya proses oksidatif melalui aktifitas radikal bebas dalam tubuh yang berlebihan sehingga menyebabkan oksidasi dan perioksidasi dari lipit. Kedua, tembakau mengandung logam berat seperti atmium dan tembaga yang akan terakumulasi dan menyebabkan toksisitas langsung. Ketiga, level sianida dan aldehid akan meningkat didalam darah rokok, sehingga terjadi perubahan pada protein lensa yang menyebabkan opasitas lensa secara infitro (Y et.al,2012) 4. Faktor riwayat penyakit diabetus mellitus Diabetes memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena kortikal dan posterior subkapula katarak. 5. Faktor konsumsi sayur atau buah Mengkonsumsi sayur dan buah antioksidan seperti ascorbat, karotinoid, vitamin E dan enzim antioksidan dapat memproteksi protein dan unsur lain yang dapat melawan stress oksidatif (weikel et.al., 2013).
D. Manifestasi klinis Gejala-gejala katarak (Hani’ah,2010): 1. Penglihatan tak jelas atau kabur 2. Daya penglihata kurang 3.
Lensa mata berubah menjadi buram
4. Adanya selaput tipis pada mata 5. Mata lebih sensitif terhadap lensa 6. Mata tidak terasa sakit dan berwarna merah 7. Sering berganti kaca mata lensa karena keduanya sudah tidak biasa menanggulangi kelainan mata. E. Jenis-jenis katarak Jenis-jenis katarak (Irianto, 2014) : 1. Katarak konginetal Katarak konginetal adalah katarak yang di derita oleh bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh infeksi virus pada ibu hamil muda. 2. Katarak senilis Katarak senilis adalah katarak yang disebabkan oleh adanya trauma atau kecelakaan pada mata 3. Katarak traumatik Katarak traumatik adalah katarak yangdisebabkan karea adanya trauma atau kecelakaan pada mata 4. Katarak komlikata Katarak yang disebabkan oleh infeksi atau penyakit lainnya pada mata F. Stadium katarak Stadium katarak dibagi dalam 4 stadium (Irianto, 2014): 1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju arak imatur, korteks anterior posterior(katarak kortikal) 2.
Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihatdi anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif pada katarak insipien
3. Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan cembung dan daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopiasi
4. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung dampat menimbulkan hambatan pupil,sehingga terjadi glaukoma sekunder. G. Patofisiologi Patofisiologi terjadinya katarak Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi, ditandai dengan adanya perubahan pada serabut halus multiple ( zunula ) yang memanjang daribadan silier ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya dapat menyebakan penglihatan mengalami distorsi. ( Diah Mutiarasari, Fitriah Handayani, 2011 ) Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi. Sehingga terjadinya pengkabutan pandangan / kekeruhan lensa sehingga dapat menghambat jalannya cahaya ke retina. Hal ini diakibatkan karena protein pada lensa menjadi water insolube dan membentuk partikel yang lebih besar. Dimana diketahui dalam strukstur lensa terdapat 2 jenis protein yaitu yang larut dalam lemak ( soluble ) dan tidak larut dalam lemak ( insolube ) dan pada keadaan normal protein yang larut dalam lemak lebih tinggi pada lemak daripada yang larut dalam lemak. (Diah Mutiarasari, Fitriah Handayani, 2011 ) Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi karena disertai adanya influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak. (Diah Mutiarasari, Fitriah Handayani, 2011 ) Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi padat. Adapun lensa akan menjadi padat dibagian tebgahnya, sehingga kemampuan fokus untuk melihat benda dekat berkurang. (Diah Mutiarasari, Fitriah Handayani, 2011 ) Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan kortikal yang baru pada lensa yang mengakibatkan nukleus lensa terbesar dan mengeras. Pada saat ini terjadi perubahan protein lensa yang tinggi dan mengakibatkan perubahan indeks refraksi lensa sehingga memantulkan sibar masuk dan mengurangi transparasi lensa. Perubahan kimia ini juga diikuti dengan pembentukan pigmen pada nuklear lensa.
Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan ( pandangan kabur atau buram ) pada seseorang. (Diah Mutiarasari, Fitriah Handayani, 2011 ) Adapun patofisioligi katarak adalah kompleks da perlu untuk dipahami. Pada semua kemugkinan, patogenesisnya adalah multifaktorial yang melibatkan interaksi kompleks antara proses fisiologis yang bermacam-macam. Sebagaimana lensa berkembang seiring usia, berat dan ketebalan terus meningkat sedangkan daya akomodasi terus menurun. (Diah Mutiarasari, Fitriah Handayani, 2011 ) Bermacam mekanisme memberikan kontribusi pada hilangnya kejernihan lensa. Epitelium lensa dipercaya mengalami perubahan seiring dengan pertambahan usia, secara khusus melaluipenurunan densitas epitelia dan diferensiasi abberan dari sel-sel serat lensa. Sekalipun epitel dari lensa katarak mengalami kematian apoptotik yang rendah dimana menyebabkan penurunan secara nyata dan densitas sel, akumulasi dari serpihan-serpihan kecil epitelial dapat menyebabkan gangguan serat lensa dan homeostatis dan akhirnya mengakibatkan hilangnya kejernihan lensa. Lebih jauh lagi, dengan bertambahnya usia lensa, penurunan ratio air dan mungkin metabolik air dnegan berat molekul dapat memasuki sel pada nukleus lensa melalui epitelium dan korteks yang terjadi dengan penurunan transpot air, nutrien dan antioksidan. (Diah Mutiarasari, Fitriah Handayani, 2011 ) Kemudian, kerusakan oksidatif pada lensa pada pertambahan usia terjadi yang mengarahkan pada katarak senilis. Berbagai macam studi menunjukan peningkatkan produk oksidasi (contohnya glutationteroksidasi) dan penurunan vitamin antioksidan serta enzim superoksida dismutase yang menggaris bawahi peranan yang penting dari proses oksodatif pada kataraktogenesis. (Diah Mutiarasari, Fitriah Handayani, 2011) Mekanisme lainnya yang terlihat adalah konversi sitoplasmik lensa dengan berat molekul rendah yang larut air menjadi agregat berat molekul tinggi larut air, fase tak larut air dan matriks protein membran tak larut air. Hasil perubahan protein menyebabkan fluktuasi yang tiba-tiba pada indeks reflaksi lensa, menyebarkan jaras cahaya dan menurunkan kejernihan. Area lain yang sedang diteliti meliputi peran nutrisi pada perkembagan katarak secara khusus keterlibatan dari glukosa dan mineral serta vitamin. (Diah Mutiarasari, Fitriah Handayani, 2011)
H. Komplikasi Terdapat banyak komplikasi yang bisa terjadi dari operasi katarak ( Diah Mutiarasari, Fitriah Handayani 2011 ) : 1. Intraoperation : Selama ECCE atau phacoemulsification, ruangan anterior mungkin akan menjadi dangkal karena pemasukan yang tidak adekuat dari keseimbangan solution garam ke dalam ruangan anterior, kebocoran akibat insisi yang terlalu lebar, tekanan luar bola mata, tekanan positif pada pitreus, perdarahan pada suprachoroidal. 2. Postoperation Komplikasi selama postroperative di bagi dalam Early Complication Post Operation dan Late Complication Post Operation. a. Hilangnya vitreous. Jikakapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi mata gel vitreous dapat masuk kedalam bilik anterior, yang merupakan resiko terjadinya glaucoma atau retraksi retina. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan. b. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode paska operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami distraksi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan. c. Endoftalmitis. Komplikasi infektif etraksi katarak yang serius namun jarang terjadi. d. Astigmatisme pasca operasi. Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan kornea untuk mengurangi astigtisme kornea. Ini dilakukan sebelum pengukuran kacamata baru namun setelah luka insisi sembuh. e. Ablasio retina. Teknik-teknik modern dalam etraksi katarak dihubungkan dengan bendanya tingkat komplikasi ini. Tingkat komplikasi ini bertambah bila terdapat kehilangan vitreous. f. Edema macular sistoid. macular menjadi edema setelah pembedahan, terutama bila disertai hilangnya vitreous. Dapat sembuh seiring waktu namun dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang berat. g. Opasifikasi kapsul posterior. Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul posterior berkurang pada beberapa bulan setelah pembedahan ketika sel epitel residu bermigrasi melalui permukaannya. Penglihatan menjadi kabur dan mungkin didapatkan rasa silau
I. Penatalaksanaan Penatalaksanaan dalam katarak meliputi medis dan keperawtan (Vaugan,2009): 1. Penataksanaan medis Penataksanaan medis katarak yaitu dengan pembedahan dengan cara membersihkan lensa maat yang keruh. Pembedahan yang dilakukan yaitu dengan operasi. Ada 2 jenis operasi katarak yaitu a. Ekstraksi Katarak Intakapsuler (EKIK) adalah pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. b. Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler (EKEK) adalah
tindakan pembedahan
pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah ata merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan kortek lensa dapat keluarmelalui robekan tersebut 2.Penatalaksanaan keperawatan Penatalaksanaan keperawatan terhadap pasien katarak, tindakan keperawatan yang harus dilakukan adalah ( Taufan nugroho 2011): 1. Pemeriksaan visus Visus 5/6 – 6/60 atau1/300 : tergantung jenis katarak dan stadiumnya. 2. Pemeriksaan lapang pandang : Lapang pandang biasanya berkurang 3. Uji pencatatan signal Untuk melihat adanya gelombang listrik dalam otak. J. Pathway Terlampir
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS: Ny.S umur 56 tahun datang kerumah sakit pada tanggal 13 maret 2010, dengan keluhan penurunan ketajaman penglihatan dan silau, pandangan kabur atau redup, susah melihat pada malam hari, serta pengembunan seperti mutiara keabuan pada kedua pupil mata, pasien tampak gelisah dan mengatakan 1 tahun yang lalu pernah mengalami konjungtivis, di RS pasien diperiksa dan di diagnosa menderita katarak, pasien mengungkapkan tidak tahu banyak mengenai penyakitnya dan pasien tampak kurang mengetahui tentang penyakitnya. A. PENGKAJIAN ANAMNESA 1. Identitas pasien Nama
: Ny. S
Alamat
:Ds. Mejobo
Umur
: 56 tahun
Jenis kelamin : Perempuan Agama
: Islam
Suku bangsa : Jawa Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasata
Tanggal masuk RS : 13 Maret 2010 Ruang
: Ruang edelweys
No. RM
: 3560112
2. Identitas penangjawab Nama
: Ny.Z
Alamat
: Ds. Mejobo
Umur
: 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan Pendidikan
: SMP
Agama
: Islam
Pekerjaan
: ibu rumah tangga.
Hubungan dengan klien: Saudara
B. RIWAYAT KESEHATAN 1. Alasan masuk RS: Klien masuk RS karena penurunan ketajaman penglihatan dan silau 2. Keluhan utama : Klien mengeluh penurunan ketajaman penglihatan 3. Riwayat kesehatan masa lalu : Sebelumnya klien pernah mengalami konjungtivitis, tetapi klien tidak punya riwayat penyakit yang lainnya seperti Diabetes militus. 4. Riwayat kesehatan keluarga : Anggota keluarga tidak ada yang mengalami masalah kesehatan yang sama dengan pasien. 5. Riwayat alergi : Klien tidak memiliki alergi makanan dan obat-obatan, cuacah dan lain-lain. C. PEMERIKSAAN FISIK 1. System persyarafan Keadaan umum
: klien tampak gelisah.
Tingkat kesadaran
: Compos Mentis
2. System penglihatan Konjungtiva
: tidak anemis
Bentuk mata : simetris pupil
: Tidak dapat merespon cahaya akibat adanya pengembunan seperti mutiara keabuan.
3. System pendengaran Telinga kanan dan kiri simetris, bersih (tidak ada penumpukan lumen) dan tidak ada gangguan pendengaran 4. System pernafasan RR 20x/menit, tidak ada cuping hidung selama pernafasan, tidak menggunakan alat bantu nafas Inspeksi: saat bernafas dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada hematom Palpasi : tidak ada nyeri tekan Auskultasi : terdengar suara vesikuler
5. System kardiovaskuler TD
: 110/90 mmHg
RR
: 24x/menit
N
: 80x/menit
S
:370C
Inspeksi
: Tidak ada lesi dan tidak terlihat ictus cordis
Palpasi
:Tidak teraba icus cordis di medial linea mid clavicula sinistra ICS 5 dan tidak ada pembesaran jantung.
Perkusi
: Terdengar suara pekak.
Auskultasi
: S1 dan S2 tidak ada suara tambahan.
6. Pemeriksaan abdomen Insfeksi
: Tidak ada lesi.
Auskultasi
: perilstastik 29x/menit (normal 5-35x/menit)
Perkusi
: normal (timpani pada lambung dan pekak pada hepar)
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan abdomen
7. System muskololektal a. Otot : normal (kekuatan otot ekstemitas kaki adalah 5, kontraksi normal) b. Tulang : tidak ada deformitas (kurva normal, tulang belakang : konveks pada bagian dada, konkaf sepanjang leher dan pinggang) tidak ada pembengkakan, tidak ada edema, tidak ada yeri tekan, tidak ada krepitasi c. Persendian : normal (sendi bergerak secara halus) tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada kekakuan sendi 8. System integumen Suhu tubuh
: 370C
Turgor kulit
: elastis
Personal haigine: bersih 9. Anus dan rektum normal tidak ada hemoroid
D. ANALISA DATA NO
Hari/Tanggal
Data fokus
Masalah
Etiologi
TTD
/Jam 1.
Sabtu/
13 DS:
Gangguan
Maret 2010/
-pasien
mengatakan persepsi
09.00 WIB
adanya
penurunan sensori
Perubahan
kelompok
penerimaan sensori
ketajaman penglihatan dan silau
atau
pandangan
kabur - pasien mengatakan susah melihat pada malam hari -
Pasien
mengatakan
matanya ada pengembunan seperti mutiara keabuan pada kedua pupil mata DO: -Mata
klien
terkadang
tidak
dapat
merespon
cahaya
2
Sabtu/
DS:
13
-pasien
mengatakan
Maret/2010/
adanya
penurunan
09.10 WIB
ketajaman penglihatan dan silau
Resiko cidera
atau
Disfungsi
kelompok
integrasi sensori
pandangan
kabur DO: -Pasien
susah
melihat
malam hari
3
Sabtu/
13 DS: pasein mengatakan Kurang
Maret 2010/ tidak 09.20 WIB
tahu
banyak pengetahuan
mengenai penyakitnya
Kurangnya informasi
kelompok
DO: pasien tampak kurang mengetahui
tentang
penyakitnya 4
Sabtu/
DS:
13Maret
-pasien
2010/
Ansietas tampak
Perubahan
gelisah
status
09.30 dengan penyakitya
WIB
-Pasien
kelompok
kesehatan
mengatakan
1
tahun yang lalu pernah mengalami konjungtivitis DO: pasien tampak cemas
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori 2. Resiko cidera berhubungan dengan disfungsi integrasi sensori 3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi 4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
F. INTERVENSI No. Hari/Tang gal/Jam 1.
No.
NOC
NIC
Tanda
Dx
tangan dilakukan -
Sabtu/ 13 1
Setelah
Maret
tindakan
2010/
selama
10.00
diharapkan
WIB
persepsi sensori teratasi
keperawatan
gangguan
dengan kriteria hasil: -
-
ketajaman
penglihatan klien
jam -
3x24
kaji
identifikasi untuk
alternatif optimalisasi
sumber rangsangan -
sesuaikan
Dapat mengidetifikasi
untuk
faktor-faktor
penglihatan
yang
lingkungan optimalisasi
mempengaruhi fungsi -
menganjurkan
penglihatan
pengguanaan alternatif
Dapat meningkatkan
ramsangan
penerimaan ransangan
yang dapat diterima
penglihatan
-
kolaborasika
lingkugan
dengan
kelompok
tim kesehatan lainnya 2
Sabtu/ 13 2
Setelah
dilakukan
Pencegahan
Maret
tindakan
2010/
selama
10.30
diharapkan resiko cidera
baik kognitif atau fisik
WIB
teratasi dengan kriteria
pasien yang mumgkin
hasil:
meningkatkan potensi
Kejadian jatuh (1912):
jatuh pada lingkungan
-Tidak jatuh saat berjalan
tertentu
-Tidak jatuh saat duduk
-ajarkan pasien bagaimana
-Tidak jatuh saatberdiri
jika jatuh,untuk
keperawatan 3x24
jatuh
kelompok
(6490):
jam
- identifikasi kekurangan
meminimalkan cedera -sediakan pencahayaan yang cukup dalam rangka meningkatkan ;pandangan 3
Sabtu/ 13 3
Setelah
dilakukan
Pegajaran
Maret
tindakan
2010/
selama
11.00
diharapkan
kurang
pasien terkait proses
WIB
pengetahuan
teratasi
penyakit
keperawatan
dengan kriteria hasil: a. Pengetahuan:
-
Proses
penyakit (1803) -
Proses
Tanda
terjadinya -
Faktor
Kenali
pengetahuan
pasien
mengenai
Jelaskan
tanda
gejala dan
gejala
komplikasi penyakit -
Kaji tingkat pegetahuan
kondisinya
penyakit -
proses
penyakit (5602)
jam -
1x24
:
dari
dan
penyakit
sesuai kebutuha -
resiko
Berikan
informasi
kepada
penyakit
pasien
mengenai kondisinya -
Beri informasi kepada keluarga yang pasien
atau
orang
penting
bagi
mengenai
kelompok
kondisi pasien -
Diskusikan perubahan gaya
hidup
yang
memugkinkan
untuk
mencegah kompliaksi 4.
dilakukan
kelompok
Sabtu/ 13 4
Setelah
Pengurangan
Maret
tindakan
2010/
selama
11.30
diharapkan
WIB
teratasi dengan kriteria
diagnosis, perawatan
hasil:
dan prognosis
keperawatan 1x24
a. Tingkat
jam
kecemasan (5820) -
ansietas
kecemasan
Perasaan
-
terkiat
Bantu
klien
mengidentifikasi yang gelisah
hilang -
informasi
faktual
(1211) -
Berikan
memicu kecemasan -
Dukung penggunaan
Wajah tampak lebih
mekanisme
rileks
yang sesuai -
koping
Instruksikan untuk
klien
menggunakan
teknik relaksasi
DAFTAR PUSTAKA Hani’ah. 2010. MENGENAL MATA.Yogyakarta:PT Pustaka Insan Madani. Irianto.2014.Epidimiologi penyakit menular dan dan tidak menular. Bandung:Alfabeta Jitowiyono,Sugeng.2010. Asuhan keperawatan post operasi.Yogyakarta:Nuha Medika Guiton, Artur .2013.Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Ed.3.Jakarta:EGC Vaugan.2009. Oftamologi umum. Jakarta:EGC