MAKALAH PENYAKIT ANEMIA PADA ANAK Mata Kuliah : Keperawatan Anak Dosen Pengampu : Budi Punjastuti S.Kep.Ns.MPH
Kelompok : 1. 2. 3. 4. 5.
Destasia Eka Pratiwi (161394) Dwi Anatarini (161397) Farisza Agitamasi (161403) Fauzia Safilla Amin (161405) Henrika Kusuma Wardani (161410)
Kelas : 3A Keperawatan
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN AKADEMI KESEHATAN KARYA HUSADA YOGYAKARTA TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb Puji syukur Kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Anak ini dengan judul “Penyakit Anemia pada Anak” Makalah ini kami susun dalam rangka melengkapi tugas yang diberikan oleh Ibu Budi Punjastuti S.Kep.Ns.MPH selaku Dosen Keperawatan Anak dan kami ajukan sebagai laporan tugas mahasiswa.Makalah ini tersusun dengan sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan.Untuk itu mohon masukan atau kritik yang membangun demi kebaikan laporan ini. Wassalamualaikum Wr.Wb
Yogyakarta, 10 September 2018
(Penyusun)
1
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 1 DAFTAR ISI......................................................................................... Error! Bookmark not defined. BAB I ...................................................................................................................................................... 3 PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 3 A.
Latar Belakang ............................................................................................................................ 3
B.
Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 3
C.
Tujuan ......................................................................................................................................... 4
BAB II..................................................................................................................................................... 5 PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5 A.
Pengertian Anemia ...................................................................................................................... 5
B.
Etiologi Defisiensi Besi Menurut Usia ....................................................................................... 5
C.
Penyebab Anemia pada Anak ..................................................................................................... 6
D.
Patofisiologi Anemia .................................................................................................................. 7
E.
Klasifikasi Anemia...................................................................................................................... 8
F.
Tanda dan Gejala Anemia Pada Anak ........................................................................................ 9
G.
Cara Mencegah Anemia Pada Anak ......................................................................................... 11
H.
Komplikasi ................................................................................................................................ 12
I.
Penatalaksanaan pada penderita Anemia .................................................................................. 12
ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA.............................................................................................. 14 1.
Pengkajian ................................................................................................................................. 14
2.
Diagnosa Keperawatan ............................................................. Error! Bookmark not defined.
3.
Intervensi................................................................................... Error! Bookmark not defined.
4.
Implementasi ............................................................................................................................. 17
5.
Evaluasi ..................................................................................................................................... 17
BAB III ................................................................................................................................................. 19 PENUTUP ............................................................................................................................................ 19 A.
Kesimpulan ............................................................................................................................... 19
B.
Saran ......................................................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 20
2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKSRT) 2001, prevalensi anemia pada balita 0-5 tahun sekitar 47%, anak usia sekolah dan remaja sekitar 26,5%. Sementara survei di DKI Jakarta 2004 menunjukkan angka prevalensi anemia pada balita sebesar 26,5%, 35 juta remaja menderita anemia gizi besi, usia 6 bulan cadangan besi itu akan menipis, sehingga diperlukan asupan besi tambahan untuk mencegah kekurangan besi. Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Nelson,1999). Kebanyakan anemia pada anak adalah anemia kekurangan zat besi atau iron deficiency anemia. Penyebabnya umumnya adalah pola makan yang kurang tepat. Anemia lainnya adalah anemia karena pendarahan, anemia karena pabriknya mengalami gangguan (sumsum tulang tidak memproduksi sel-sel darah dengan baik dan penyebabnya bermacam-macam), bisa juga anemia karena yang bersangkutan menderita suatu penyakit keganasan seperti kangker, leukemia dll, tapi biasanya dokter akan tahu karena hati dan limpanya membesar Anemia bisa menyebabkan kerusakan sel otak secara permanen lebih berbahaya dari kerusakan sel-sel kulit. Sekali sel-sel otak mengalami kerusakan tidak mungkin dikembalikan seperti semula. Karena itu, pada masa emas dan kritis perlu mendapat perhatian. B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari penyakit anemia? 2. Apa saja etiologi dari penyakit anemia? 3. Bagaimana patofisologi dari penyakit anemia? 4. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit anemia? 5. Apa saja macam-macam penyakit anemia? 6. Bagaimana cara mencegah anemia pada anak? 7. Bagaimana penatalaksanaan pada penyakit anemia?
3
C. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah diharapkan mahasiswa mampu : 1. Mengetahui pengertian penyakit anemia 2. Mengetahui etiologi penyakit anemia 3. Mengetahui patofisologi penyakit anemia 4. Mengetahui manifestasi klinis anemia 5. Mengetahui macam-macam anemia 6. Mengetahui bagaimana caranya mencegah anemia pada anak 7. Mengetahui penatalaksanaan penyakit anemia
4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Anemia Bahaya Anemia kini terutama sekali dirasakan pada anak-anak. Dampaknya bagi anak bisa membahayakan karena dapat mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan organ tubuh lain, hingga menyebabkan kematian. Karena itu sangat penting bagi kita untuk tanggap dan penting mengetahui gejala-gejala Anemia. Secara umum anemia pada anak terjadi akibat infeksi cacing tambang, malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah. Anemia berarti kekurangan sel darah merah, yang dapat di sebabkan oleh hilangnya darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel darah merah. (Guyton,1997). Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong,2003). Anemia adalah penurunan dibawah normal jumlah eritrosit, banyaknya hemoglobin, atau volume sel darah merah, sistem berbagai jenis penyakit dan kelainan (Dorlan, 1998). Fungsi zat besi yang paling penting adalah dalam perkembangan system saraf yaitu diperlukan dalam proses mielinisasi, neurotransmitter, dendritogenesis dan metabolism saraf. Kekurangan zat besi sangat mempengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku dan pertumbuhan seorang bayi. Besi juga merupakan sumber energy bagi otot sehingga mempengaruhi ketahanan fisik dan kemampuan bekerja terutama pada remaja. Bila kekurangan zat besi terjadi pada masa kehamilan maka akan meningkatkan risiko perinatal serta mortalitas bayi. B. Etiologi Defisiensi Besi Menurut Usia 1. Bayi kurang dari 1 tahun a) Cadangan besi kurang, karena bayi berat lahir rendah, prematuritas, lahir kembar, ASI ekslusif tanpa suplementasi besi, susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat dan anemia selama kehamilan. b) Alergi protein susu sapi 2. Anak umur 1-2 tahun a) Asupan besi kurang akibat tidak mendapat makanan tambahan atau minum susu murni berlebih. b) Obesitas c) Malabsobsi 5
d) Kebutuhan zat besi berlebih karena infeksi berulang/kronis 3. Anak umur 2-5 tahun a) Asupan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe atau minum susu berlebihan. b) Obesitas c) Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/kronis baik bakteri, virus ataupun parasit). d) Kehilangan berlebihan akibat perdarahan (divertikulum Meckel/poliposis dsb). 4. Anak umur 5 tahun – remaja a) Kehilangan berlebihan akibat perdarahan (infeksi cacing tambang) b) Menstruasi berlebihan pada remaja puteri C. Penyebab Anemia pada Anak Kekurangan zat besi pada anak yang berakibat kepada terjadinya anemia, berasal dari beberapa faktor yang dapat menjadi penyebabnya, antara lain: 1. Pertumbuhan anak yang pesat Pada tahun-tahun pertama, biasanya anak akan mengalami fase dimana ia bertumbuh dengan cepat sekali atau juga bisa disebut dengan Growth Spurt. Hal ini sangat wajar terjadi dan justru menjadi indikasi bahwa tumbuh kembang anak berada pada tahap yang sangat baik. Namun, pertumbuhan anak yang pesat juga memerlukan asupan zat gizi dalam jumlah banyak untuk mengimbanginya. Selain itu, Anda juga perlu mengenali berbagai masalah yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak seperti apa saja ciri ciri anak hiperaktif, bagaimana karakteristik seorang anak kidal, dan bagaimana cara jitu mengatasi cadel pada anak. 2. Kesalahan pola makan anak Kebutuhan zat besi yang ada di tubuh bayi hanya bisa dicukupi oleh ASI selama enam bulan saja. Itulah sebabnya mengapa pada usia enam bulan bayi mulai dianjurkan untuk memasuki tahap MPASI atau makanan pendamping ASI. Kebutuhan zat besi bayi akan dicukupi melalui asupan makanan mulai usia enam bulan, sehingga tidak hanya bergantung kepada ASI saja. Bila tahapan makan anak tidak dijalankan sebagaimana mestinya, bisa saja anak akan mengalami kekurangan zat besi yang serius. Karena itulah usahakan selalu untuk memberikan makanan sehat bagi tumbuh kembang anak yang penuh gizi dan nutrisi, seperti makanan – makanan yang banyak mengandung zat besi tersebut. 6
3. Anak mengalami infeksi Ketika anak menderita suatu infeksi, kuman penyakit yang ada di tubuhnya menggunakan zat besi sebagai alat untuk tumbuh dan berkembang biak. Itulah sebabnya mudah bagi anak untuk mengalami anemia saat ia sedang menderita suatu penyakit infeksi. Infeksi ini juga dapat terjadi pada usus dan mengganggu penyerapan zat besi. Penyebab infeksi ini biasanya adalah cacing tambang atau bakteri dan kuman yang masuk ke tubuh anak saat anak bermain di tempat kotor. Salah satu gejala infeksi usus adalah apabila anak mengeluarkan darah ketika buang air besar. Agar anak tidak mudah terkena anemia, Anda juga perlu mengetahui pentingnya manfaat tidur siang untuk tumbuh kembang anak dan manfaat pentingnya sarapan untuk anak yang penuh gizi. 4. Gangguan Fisiologis Penyebab anak mengalami anemia juga bisa disebabkan karena ada gangguan pada proses penyerapan zat besi di tubuhnya. Usus adalah organ tubuh yang menjadi tempat terjadinya proses penyerapan zat besi. Gangguan tersebut bisa jadi karena ada penyakit di selaput lendir usus yang dapat menimbulkan diare atau juga karena ada zat tertentu yang mengganggu proses penyerapan zat besi tersebut. D. Patofisiologi Anemia Anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia 7
Anemia ↓ viskositas darah menurun ↓ resistensi aliran darah perifer ↓ penurunan transport O2 ke jaringan ↓ hipoksia, pucat, lemah ↓ beban jantung meningkat ↓ kerja jantung meningkat ↓ payah jantung
E. Klasifikasi Anemia Anemia bisa juga dideskripsikan sebagai penurunan kemampuan sel darah untuk mengantarkan oksigen ke seluruh bagian tubuh. Anemia dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan penyebabnya yaitu: 1. Anemia Karena Kekurangan Asam Folat Kekurangan asam folat atau vitamin B9 dalam darah adalah penyebab anemia ini. Asupan asam folat yang tidak cukup adalah sumber dari anemia jenis ini. Sayuran banyak mengandung asam folat, namun kandungan asam folatnya bisa hilang apabila sayuran dimasak terlalu matang. Orang yang banyak mengonsumsi alkohol atau minuman keras bisa menderita kekurangan asam folat. Selain itu, wanita hamil juga rentan mengalami kekurangan asam folat karena banyaknya jatah asam folat yang didistribusikan ke kandungannya. Gejala yang timbul apabila mengalami anemia jenis ini adalah lemas, letih, mudah lupa dan juga mudah marah atau tersinggung. Untuk mengatasinya, bisa menambahkan makanan yang mengandung asam folat ke dalam menu harian Anda seperti hati sapi, asparagus dan kacang merah. 2. Anemia Pernisiosa Ini adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan biasanya diderita oleh orang berusia antara 50-60 tahun. Walaupun biasanya penyebabnya berupa keturunan, namun pada beberapa kasus juga ditemukan penyebabnya dari penyakit autoimun. Penyakit autoimun adalah gangguan ketika sistem kekebalan tubuh justru menyerang jaringan tubuh yang sehat dan merusaknya. Gejalanya adalah sesak nafas, letih, jantung berdebar dan mati rasa atau kesemutan pada bagian kaki. 3. Anemia Aplastik Hilangnya atau berkurangnya sel darah merah adalah penyebab anemia aplastik. Karena cedera tertentu, darah yang berfungsi membentuk jaringan dalam sumsum tulang menjadi hancur. Hal ini menyebabkan penderita kesulitan untuk melawan 8
infeksi dan menjadi mudah mengalami perdarahan. Gejala anemia jenis ini adalah lesu, pucat, bercak keunguan pada bawah kulit, detak jantung yang cepat, mengalami infeksi, jantung tidak cukup kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Penyebab pastinya hingga sekarang belum diketahui, namun menurut dugaan sementara, anemia aplastik disebabkan oleh paparan dari racun tertentu dan virus hepatitis. 4. Anemia Sel Sabit Ini merupakan jenis anemia turunan dan penyebabnya adalah kondisi sel darah merah yang abnormal. Sel darah merah pada anemia ini berbentuk seperti sel bulan sabit. Penyakit ini tidak dapat dicegah dan dapat bersifat mengancam jiwa penderitanya. Gejala pada anemia jenis ini yaitu adanya serangan nyeri pada bagian lengan, kaki dan perut, bagian putih mata berwarna kuning, demam, rasa letih yang kronis, detak jantung cepat dan pucat. Anemia ini dapat berkembang menjadi borok, gangguan tulang, syok dan perdarahan pada otak. 5. Polisitemia Penyakit anemia ini umumnya diderita oleh pria paruh baya, ditandai dengan peningkatan jumlah sel darah merah (eritrosit) serta sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit) dalam tubuh. Proses reproduksi sel tubuh serta sel sumsum tulang dewasa terjadi sangat cepat, tidak seperti normalnya yang biasa. Sampai sekarang penyebabnya belum diketahui. Gejala yang timbul biasanya berupa warna keunguan pada kulit, mata yang merah, sakit kepala, pusing dan pembesaran limpa. 6. Anemia Kekurangan Zat Besi Jenis anemia ini adalah yang paling umum diderita oleh banyak orang. Zat besi di dalam darah yang terlalu sedikit, umum ditemukan pada wanita, anak – anak dan remaja. Gejala anemia jenis ini biasanya berupa perasaan lemas, letih, pucat, sakit kepala, mudah marah serta pada tingkat yang lebih parah bisa termasuk sesak napas, detak jantung cepat, rambut dan kuku yang menjadi rapuh.
F. Tanda dan Gejala Anemia Pada Anak Tanda dan gejala anak anemia sebenarnya bisa dideteksi oleh orang tua. Bagaimana orang tua bisa mengenali tanda anemia pada anak itulah adalah salah satu cara untuk bisa menangani semenjak awal anemia ini dan juga memberikan pengobatan anemia itu sendiri. Tanda anemia anak bisa berupa : 1. Anak terlihat lemah, letih, lesu, hal ini karena oksigen yang dibawa keseluruh tubuh berkurang karena media trasportnya berkurang (Hb) kurang sehingga tentunya yang membuat energy berkurang dan dampaknya adalah 3L, lemah, letih dan lesu 2. Mata berkunang-kunang. Hampir sama prosesnya dengan hal diatas, karena darah yang membawa oksigen berkurang, aliran darah serta oksigen ke otak berkurang pula dan berdampak pada indra penglihatan dengan pandangan mata yang berkunangkunang 3. Menurunnya daya pikir, akibatnya adalah sulit untuk berkonsentrasi 4. Daya tahan tubuh menurun yang ditandai dengan mudah terserang sakit 5. Pada tingkat lanjut atau anemia yang berat maka anak bisa menunjukkan tandatanda detak jantung cepat dan bengkak pada tangan dan kaki.
9
Sebagian besar gejala anemia pada anak sama dengan gejala anemia orang dewasa. Gejalanya terdiri dari beberapa tahap ringan dan sedang seperti lelah, lesu, pusing dan pucat. Pada tahap ini anak akan merasa cepat lelah dan tidak bisa beraktivitas seperti biasanya, mungkin saja dapat mengganggu pelajarannya di sekolah. Sedangkan anemia yang memasuki tahap berat dapat mengganggu fungsi jantung dan menimbulkan gejala seperti sesak nafas, jantung berdebar, kedua kaki bengkak, sampai mengalami gagal jantung. Bayi yang mengalami anemia biasanya akan lebih rewel, terlihat pucat, susah makan/minum ASI atau susu, suhu tubuh terkadang dingin dan mudah jatuh sakit dibandingkan anak sebayanya yang lain. Bila tidak segera diatasi, gejala anemia dalam jangka panjang bisa mengakibatkan berbagai gangguan pada organ dan sistem tubuh anak seperti berikut: 1. Anak akan terhambat pertumbuhannya, misalnya terlihat lebih kecil dan kurus dibandingkan anak lain seusianya dan menurut standar usia anak tertentu.Kita perlu mengetahui jenis mainan yang merangsang otak anak untuk mendukung perkembangan motorik halusnya. 2. Mengalami gangguan pada kulit dan selaput lendir di tubuh. 3. Gangguan sistem pencernaan, karena anemia juga mempengaruhi berkurangnya asam lambung. 4. Gangguan pada otot gerak anak dan sistem kekebalan tubuh. Akibat gangguan pada otot, bisa saja ada bahaya anak terjatuh telentang. 5. Berkurangnya kemampuan jantung untuk memompa darah. 6. Mengalami gangguan kognitif, seperti kurang kemampuan belajar dan mengganggu perkembangan intelektual anak. 7. Gangguan mental apabila anak sudah mengalami anemia sejak bayi dan tidak diatasi hingga usianya dua tahun lebih. 8. Mengalami gangguan konsentrasi, penurunan daya ingat, dan rendahnya kemampuan memecahkan masalah. Proses terjadinya anemia pada anak akan terjadi dalam tiga tahap, yaitu pertama ketika anak mengalami kekurangan zat besi, maka tubuh akan menggunakan cadangan zat besi yang ada. Hal ini lama kelamaan akan membuat cadangan zat besi di tubuh anak menipis dan akan habis, namun anak belum akan menunjukkan gejala pucat. Sebabnya karena di dalam darah masih ada juga cadangan zat besi berupa serum iron dan transferin. Cadangan zat besi yang di dalam darah ini menandakan terjadinya fase kedua. Kemudian ketika memasuki stadium tiga, kadar hemoglobin mulai menurun dan bila dilakukan pemeriksaan darah akan terlihat bahwa sel darah merah menjadi lebih kecil dan pucat daripada sel darah merah yang normal. Waktu berlangsungnya tahap – tahap dalam anemia tergantung kepada jumlah kekurangan zat besi yang ada di tubuh anak.
10
G. Cara Mencegah Anemia Pada Anak Sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis,mencegah penyakit ini.Dapat juga mengkonsumsi beberapa asupan penting yang mudah didapat diantaranya, zat besi juga dapat ditemukan pada kacang polong, serta kacangkacangan. Dilanjutkan dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Perlu kita perhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh dari pada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi. 1. Pemberian ASI eksklusif Pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi anak telah berulangkali ditekankan oleh para tenaga medis. Manfaat ASI eksklusif untuk bayi akan sangat berpengaruh kepada tumbuh kembang anak dan menjadi salah satu cara meningkatkan kekebalan tubuh anak, terutama jika anak mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan. Karena itulah bagi ibu yang mampu, seringkali ditekankan untuk memberikan ASI eksklusif bagi sang buah hati. 2. Waktu MPASI yang Tepat Aturan pemberian makanan pendamping ASI atau MPASI adalah ketika anak memasuki usia enam bulan. Penentuan usia yang tepat untuk anak memulai makanan padat tentunya ada penyebab yang jelas. Yaitu, ketika usia enam bulan usus anak sudah siap untuk menerima makanan padat. Serta, asupan zat besi yang didapat anak dari ASI tidak akan mencukupi lagi ketika anak memasuki usia tersebut. Karena itulah maka perlu diberikan makanan pendamping ASI yang bergizi berupa makanan terbaik untuk bayi. Bila anak tidak diberikan makanan yang tepat, tidak saja ada resiko terkena anemia tetapi bisa menjadi salah satu penyebab perut kembung pada bayi dan gangguan pencernaan pada anak. 3. Hindari Makanan Penghambat Zat Besi Anda juga perlu mengetahui bahwa ternyata ada juga makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi. Jenis makanan ini dapat menjadi jenis makanan yang berbahaya untuk anak jika dikonsumsi melewati batas. Makanan tersebut salah satunya yang dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk menyerap zat besi yaitu: Makanan yang termasuk ke dalam golongan Polifenol, seperti teh, paprika, kunyit. b. Golongan Asam Fitrat seperti kacang – kacangan, dan gandum. a.
11
c.
Golongan Asam Oksalat: Makanan jenis ini sangat mudah mengikat zat besi sehingga membentuk senyawa kompleks yang akan sulit diserap oleh tubuh misalnya bayam, ubi manis, wortel, kacang tanah, teh hitam, kopi dan cokelat.
Sedangkan beberapa makanan yang dapat membantu penyerapan zat besi pada anak adalah golongan makanan yang mangandung vitamin C seperti brokoli, tomat, jeruk, strawberry dan lainnya juga golongan organik seperti asam laktat, tartart, asam sitrat dan malart. Manfaat menjemur bayi dan anak juga dapat meningkatkan kemampuan anak menyerap zat gizi ke dalam tubuhnya. H. Komplikasi Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga hematokrit mendadak menurun. Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung progresif. Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, seranganserangan priapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine. Kasus-kasus Hb S trait juga dapat mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal : 536)
I. Penatalaksanaan pada penderita Anemia Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang: 1. Anemia aplastik: a. Transplantasi sumsum tulang b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG) 2. Anemia pada penyakit ginjal a. Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan 3. Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat. 4. Anemia pada defisiensi besi a. Dicari penyebab defisiensi besi
12
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus. 5. Anemia megaloblastik a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensidisebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM. b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selamahidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi. c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
13
ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA
1. Pengkajian a. Usia anak: Fe ↓ biasanya pada usia 6-24 bulan b. Pucat 1) pasca perdarahan 2) pada difisiensi zat besi 3) anemia hemolistik 4) anemia aplastik c. Mudah lelah Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh d. Pusing kepala Pasokan atau aliran darah ke otak berkurang e. Napas pendek Rendahnya kadar Hb f. Nadi cepat Kompensasi dari refleks cardiovascular g. Eliminasi urine dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine Penurunan aliran darah keginjal sehingga hormaon renin angiotensin aktif untuk menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk memperbaiki perpusi dengan manefestasi penurunan produksi urine h. Gangguan pada sisten saraf Anemia difisiensi B 12 i. Gangguan cerna Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan penurunan nafsu makan j. Pika Suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang tidak bergizi, Anak yang memakan sesuatu apa saja yang merupakan bukan makanan seharusnya (PIKA) k. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung) l. Suhu tubuh meningkat Karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik m. Pola makan n. Pemeriksaan penunjang 1) Hb 2) Eritrosit 3) Hematokrit o. Program terapi, prinsipnya : 1) Tergantung berat ringannya anemia 2) Tidak selalu berupa transfusi darah 3) Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala
14
Nilai normal sel darah Jenis sel darah : 1. Eritrosit (juta/mikro lt) umur bbl 5,9 (4,1 – 7,5), 1 Tahun 4,6 (4,1 – 5,1), 5 Tahun 4,7 (4,2 -5,2), 8 – 12 Tahun 5 (4,5 -5,4). 2. Hb (gr/dl)Bayi baru lahir 19 (14 – 24), 1 Tahun 12 (11 – 15), 5 Tahun 13,5 (12,5 – 15), 8 – 12 Tahun 14 (13 – 15,5). 3. Leokosit (per mikro lt) Bayi baru lahir 17.000 (8-38), 1 Tahun 10.000 (5 – 15), 5 Tahun 8000 (5 – 13), 8 – 12 Tahun 8000 (5-12). Trombosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 200.000, 1 Tahun 260.000, 5 Tahun 260.000, 8 – 12 Tahun 260.000 4. Hemotokrit (%0)Bayi baru lahir 54, 1 Tahun 36, 5 Tahun 38, 8 – 12 Tahun 40.
2. Diagnosa Keperawatan a.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot.
b.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan porsi makan tidak dihabiskan.
c.
Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
15
4) Intervensi Diagnose Keperawatan
NOC
NIC
1. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan berhubungan dengan keperawatan Daya tahan tercapai ketidakseimbangan dengan kriteria hasil : antara suplai dan kebutuhan aktivitas 1. Melakukan aktivitas secara rutin (3) 2. konsentrasi (3)
1. Manajemen berat badan 2. Manajemen nutrisi 3. Peningkatan tidur 4. Manajemen pengobatan
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Konseling nutrisi : nutrisi kurang dari Status nutrisi : asupan nutrisi 1. Bina hubungan kebutuhan tubuh tercapai dengan criteria hasil : teraupetik berhubungan dengan berdasarkan kurang asupan makanan 1. Asupan zatbesi (2) rasa percaya 2. Asupan protein (2) dan saling 3. Asupan vitamin (2) menghormati 2. Kaji asupan makanan dan Keterangan skala kebiasaan makan pasien 1. Tidak adekuat 3. Fasilitasi untuk 2. Sedikit adekuat mengidentifikas 3. Cukup adekuat i perilaku 4. Sebagian besar adekuat makan yang 5. Sepenuhnya adekuat harus di ubah 4. Tentukan lama konseling 3. Resiko infeksi Berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
Setelah
dilakukan
keperawatan
tindakan Kontrol Infeksi :
Kontrol
resiko
tercapai dengan criteria hasil : 1. Mencari
informasi
1. Anjurkan pasien mengenai
tentang resiko kesehatan
tehnik mencuci
(3)
tangan
2. Mengidentifikasi
factor
resiko (3)
yang sesuai
dengankebutuhan (3) 16
tepat 2. Promosikan
3. Menggunakanfasilitas kesehatan
dengan
persiapan
dan
pengawetan makanan
yang
4. Mengenali
perubahan
status kesehatan
3. Tingkatkan
Keterangan Skala : 1. Tidak
intake pernah
menunjukkan 2. Jarang menunjukkan 3. Kadang
aman
kadang
nutrisi
yang tepat 4. Dorong cairan
intake yang
sesuai
menunjukkan 4. Sering menunjukkan 5. Secara konsisten
menunjukkan
3. Implementasi Pelaksanaan adalah pengobatan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan menjalankan ketentuan dari rumah sakit. Sebelum pelaksanaan terlebih dahulu harus mengecek kembali data yang ada, karena kemungkinan ada perubahan data bila terjadi demikian kemungkinan rencana harus direvisi sesuai kebutuhan pasien. 4. Evaluasi Evaluasi adalah pengukuran dari keberhasilan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan proses perawatan. Hasil evaluasi yang diharapkan / kriteria : evaluasi pada klien dengan anemia sel sabit adalah sebagai berikut : a. Mengatakan pemahaman situasi / faktor resiko dan program pengobatan individu dengan kriteria b. Menunjukkan teknik / perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas. c. Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas. Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan dengan kriteria : d. Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala peyebab. e. Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan. Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi dengan kriteria : f. Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan. 17
g. Menyukai diri sebagai orang yang berguna. h. Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria : i. Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, masukan dan keluaran seimbang. j.
Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk mempertahankan berat badan yang sesuai dengan kriteria :
k. Menunjukkan peningkatan laboratorium normal.
berat
18
badan,
mencapai
meningkatkan
tujuan
dengan
/
nilai
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal yang dapat di sebabkan oleh hilangnya darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel darah merah. Penyebab Anemia pada Anak yaitu: pertumbuhan anak yang pesat,kesalahan pola makan anak,anak mengalami infeksi,gangguan fisiologis. Cara mencegah anemia pada anak yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi,pemberian ASI Eksklusif,waktu MPASI yang tepat,menghindari makanan yang dapat menghambat zat besi. Dilanjutkan dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://mediskus.com/penyakit/macam-macam-anemia-pengobatan https://dokteranak.org/anemia-pada-anak https://ekaputrimaharani.wordpress.com
20