Review Jurnal Nasional

  • Uploaded by: RISMA
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Review Jurnal Nasional as PDF for free.

More details

  • Words: 3,731
  • Pages: 16
Review Jurnal Nasional

1. 173402-ID –none.pdf Judul : Implementasi Digital-Age Literacy Dalam Pendidikan Abad 21 Di Indonesia  Disini saya mengambil referensi mengenai penerapan kurikulum abad 21. -

Mempelajari penerbitan dokumen BNSP tahun 2010 tentang paradigma pendidikan abad 21, kejelasan mengenai pelaksanaan dokumen tersebut. “ Pendidikan nasional abad XXI bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa , yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya.”

-

Berdasarkan (Soh, Arsyad & Osman,2010) didalam jurnal (Afandi, Tulus Junanto & Rachmi Afriani, 2016) menyatakan bahwa abad 21 dapat dikatakan sebagai abad pengetahuan – sebuah abad yang ditandai dengan terjadinya transformasi besar-besaran dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri dan berlanjut ke masyarakat berpengetahuan.

 Jadi saya mengambil referensi mengenai ketrampilan abad 21  Daftar pustaka : -

Arsad, N., Osman, K& Soh, T. (2011). Instrumen development for 21st century skills in Biology. Procedia Sosial and Behavioral Sciences 15; 14701474

-

Badan Nasional Standar Pendidikan. (2010). Paradigma pendidikan nasional abad XXI. Badan Standar Nasional Pendidikan Versi 1.0. Retrieved November

21,

2018,

from

http://www.bsnp-indonesia.org/id/wp-

content/uploads/2012/04/Laporan-BSNP-2010.pdf

2. 177-330-1-SM.pdf Isi Abstrak

 Tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan komunikasi matematis siswa setelah menerapkan model pembelajaran penemuan terbimbing.  Penelitian kuasi eksperimen : Kuasi eksperimen (populasi seluruh siswa SMP jumlah 350 siswa)  Sampel dua kelas jumlah 100 siswa (teknik random sampling)  Kesimpulan hasil penelitian : -

Terdapat peningkatan kemampuan pemahaman hasil pembelajaran dengan penemuan terbimbing dibanding pembelajaran langsung

-

Kemampuan komunikasi

-

Tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal siswa dan model pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemahaman

 Menurut Tran (2014) “In the 21st century, the creation is one of crucial factors of the process of teaching and learning. In order to create in the process of teaching and learning, teacher usually uses a familiar method being discovery learning. This method proves the activity of students.” Ketika siswa aktif dalam proses pembelajaran dan mampu mengkonstruksi pengetahuannya, maka siswa akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi terhadap pelajaran matematika. (Tran, T. (2014). Discovery Learning with the Help of the GeoGebra Dynamic Geometry Software. Internasional Journal of

Learning, Teaching and

Educational Research Vol. 7, No.1, pp.44-57, August.2014.)  Penemuan terbimbing merupakan proses untuk didorong untuk menemukan kembali, mencoba untuk memberikan pengetahauan melalui penemuan dan penemuan orang lain.

Buku 3. 173402-ID-none.pdf-Foxit Reader 

Menurut dokumen Badan Nasional Standar Pendidikan tahun 2010 yang menyatakan bahwa “ Pendidikan Nasional abad XXI bertujuan untuk mewujudkan cita cita bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang

mandiri ,berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya” 

Dengan era pasar bebas tersebut, setiap orang dituntut agar dapat menghadapi persaingan bebas. Untuk dapat bersaing di era globalisasi seperti ini, seorang ekonomi Alan Bidder (dalam Levy & Murnane, 2004), mengungkapkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi, kemampuan membuat keputusan dan kemampuan untuk berkomunikasi menjadi kunci agar kebal terhadap berkembangnya otomatis dan globalisasi.



Dalam kerangka pendidikan abad 21st Century Skills, ketrampilan digital age literacy merupakan salah satu domain utama yang perlu mendapatkan perhatian di dunia pendidikan saat ini. Domain ini mencakup 8 aspek, yakni : basic, scientific, information, visual, technological, multicultural, dan global awarness .

4. 273-1427-1-PB.pdf 

Dalam PP Nomor 19 tahun 2005, diisyaratkan bahwa pendidik diharapkan mengembangkanmateri

pembelajaran.

Kemudian,

Peraturan

Menteri

Pendidikan Nasional (Pemendiknas) Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses pembelajaran juga mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu komponen RPP adalah bahan ajar 5. Abstrak Judul :Bahan Ajar Berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siwa SMA 

Hasil studi TIMSS tahun 2011 hasil belajar siswa dalam bidang matematika sains terutama masih rendah.



Pembelajaran berbasis STEM dapat meningkatkan hasil belajar (penguasaan konsep)



Hanya diujicobakan terbatas yaitu satu kelas saja, lalu bagaimana dengan kelas kontrol dan eksperimennya? Cari diperpus !!!!



Indikator berpikir kritis yang dikembangkan adalah menghipotesis, menginterprestasi data, menganalisis, menyimpulkan dan mengevaluasi (Mencari di perpus skirpsinya Ika Kurnia Pangesti 2017) !



Prosedur penelitian ini dibagi 4 tahap : Pendahuluan, perencanaan, pengembangan dan uji coba bahan ajar



Desain uji coba menggunakan One Group Pretest-Posttest Design



Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes tertulis yang meliputi tes rumpang dan uraian. o Tes rumpang = menguji tingkat keterbacaan bahan ajar o Tes uraian = menguji penguasaan konsep o Angket = mengukur kelayakan bahan ajar o Tingkat kelayakan, keterbacaan dan peningkatan penguasaan konsep siswa dihitung dengan mencari presentase skor yang diperoleh dibandingkan dengan skor maksiamal



Hasil dan pembahasan : Menurut Prastowo (2015: 217), ukuran kertas untuk mencetak bahan ajar sebaiknya dapat mengkomodasi kebutuhan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tipografi penulisan bahan ajar menggunakan huruf Times New Roman ukuran 12 pt. Menurut Mudzakir (2009; 34-46) salah satu komponen penyempurna bahan ajar cetak adalah ukuran huruf 12-14 untuk jenis Times New Roman

6. Pengaruh Discovery Learning Terhadap Motivasi Belajar 

Pembelajaran fisika merupakan suatu proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam mempelajar alam dan gejala-gejalnya melalui proses ilmiah. Dalam suatu proses pembelajaran fisika dibutuhkan suatu ketrampilan berpikir dalam pemecahan masalah. Menurut (Hartono dkk., 2013) merupakan produk dan proses yang dapat diartikan bahwa dalam pembelajaran fisika subjek belajar (siswa) harus dilibatkan secara fisik maupun mental dalam pemecahan masalah-masalah.

7. 248-679-1-pb.pdf

Judul : Analisis Proses Ketrampilan Proses Sains Mahasiswa Berdasarkan Gaya Berpikir dan Kecerdasan Jamak Pada Praktikum Fisika Modern Di Universitas Muhammadiyah Makassar 

Ketrampilan proses sains sangat diperlukan agar siswa mampu memecahkan masalah



Salah satu esensi dari kurikulum 2013 adalah mengajarkan peserta didik dengan menggunakan pendekatan scientific. Pada pendekatan ini, proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep

8. 1064-1980-2-PB.pdf 

9. Jurnal bahan ajar stem bu dwi 

Sesuai penelitian Becker & Park (2011 : 23-37), integrasi aspek-aspek STEM dapat memberikan dampak positif terhadap pembelajaran siswa terutama dalam hal peningkatan pencapaian belajar sains dan teknologi (BACA JURNALNYA!!!)

10. 664-1257-1-PB.pdf 

Saat ini berbagai negara termasuk didalamnya kanada dan amerika serikat sedang mempersiapkan generasi muda mereka dengan pembelajaran berbasis pendekatan STEM. Bahkan di Amerika Serikat berbagai lembaga didirikan untuk memfokuskan diri terhadap pengembangan STEM. Pendidikan STEM pada saat ini menjadi salah satu isu penting dalam perkembangan dunia pendidikan (Syukri, Halim, & Meerah, 2013:1).



Villavicencio, (2011) mengungkapkan bahwa ketika siswa terlibat dalam berpikir kritis, prestasinya dapat meningkat dalam pengembangan STEM menuntut siswa dalam pembelajarannya menggunakan pola berpikir kritis, terkait dengan dengan pemikiran kritis. Johnson (2002) mendefinisikan bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil

keputusan, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah.berpikir kritis adalah metode berpikir yang digunakan untuk memeriksa, menilai dan merevisi pengetahuan sebelumnya untuk memecahkan suatu masalah. 

Mustafa (2016) mendifinisikan pendidikan STEM terintegrasi sebagai pendekatan pembelajaran yang menggabungkan teori dan praktik dari ilmu pengetahuan dan matematika ke dalam teknologi dan rekayasa.



Tessmer mengungkapkan tahapan evaluasi formatif suatu produk yakni dimulai dari self-evaluation atau evaluasi mandiri, dimana peneliti menemukan

sendiri

kesalahan-kesalahan

dari

produk

yang

dikembangkannya kemudian direvisi. Tahap selanjutnya yaitu expert review atau validasi pakar dalam bidang content atau isi, desain, dan kualitas teknik. Dari validasi pakar, tahap selanjutnya adalah uji pemakaian atau kepraktisan One-to-One atau perorangan dan Small Group atau 10 kelompok kecil. Pada uji one-to-one, prototipe dari produk yang dikembangkan biasanya diujikan kepada 2-4 siswa yang mewakili karakter subjek penelitian. Pada uji small group, banyaknya subjek/siswa yang digunakan dalam tahap ini menurut Nethenson dan Henderson dalam (Tessmer, 1998) adalah sekurang-kurangnya 4 sampai 5 orang, dan sebanyak-banyaknya 40 sampai 50 orang. Banyaknya subjek untuk uji small group ditentukan dari keseimbangan antara para perwakilan dan seluruh subjek penelitian, dimana diperlukan jumlah yang cukup sehingga tiap karakter dari subjek penelitian dapat terwakilkan. Tahap terakhir adalah uji lapangan atau Field Test yang dilakukan terhadap subjek penelitian untuk menguji efektivitas dari produk yang dikembangkan (Tessmer, 1998).

11. 1099-1971-1-SM 

(folder pendekatan STEM) Menurut Nenny Soemawinata, “Sekitar 47% SDM Indonesia didominasi mereka yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar, kondisi ini sangat rawan mengingat Indonesia telah tergabung dalam pasar bebas ASEAN (SINDO, 2014). Merujuk data Badan Pusat Statistik 2010, sumber daya manusia Indonesia masih didominasi tenaga kerja kurang terampil (sebanyak 88 juta), dan diprediksi 2020 akan ada 50% kekurangan tenaga kerja untuk mengisi lowongan jabatan di struktur

lapangan kerja (Kompas, 2015). Memperhatikan keadaan tersebut, diperlukan reformasi di bidang pendidikan yang dapat meningkatkan SDM (SumberDaya Manusia) di era teknologi dan informasi ini, salah satunya dengan memberlakukan pembelajaran STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) (Roberts, 2012). 

STEM merupakan pendekatan pembelajaran yang menghubungkan empat bidang yaitu sains, teknologi, engineering, dan matematika menjadi satu kesatuan yang holistik (Roberts, 2012; Bybee, 2013). Tujuan STEM dalam dunia pendidikan sejalan dengan tuntutan pendidikan abad 21, yaitu agar peserta didik memiliki literasi sains dan teknologi nampak dari membaca, menulis, mengamati, serta melakukan sains, serta mampu mengembangkan kompetensi yang telah dimilikinya untuk diterapkan dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang terkait bidang ilmu STEM (Bybee, 2013; National STEM Education Center, 2014)

12. 2388-5876-1-PB (folder pendekatan STEM) 

Hadirnya kurikulum 2013 merupakan upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia, mengingat persaingan di abad 21 yang menuntut sumber daya manusia yang kompeten dalam sains, teknologi, desain teknik dan matematika sehingga diharapkan pendidikan dapat mengintegrasikan empat disiplin ilmu (Milaturrahmah, Mardiyana, & Pramudya, 2017).



Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 adalah pendekatan STEM (Gustiani, Widodo, & Suwarma, 2017).



Melalui pendekatan STEM diharapkan peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi yang meliputi berpikir kritis, kreatif, inovatif, serta mampu berkomunikasi dan berkolaborasi (Winarni, Zubaidah, & Koes, 2016).



Penelitian yang dilakukan oleh (Becker & Park, 2011) menunjukan bahwa pendekatan STEM memiliki efek positif pada pembelajaran peserta didik.



Pendekatan STEM dalam pembelajaran mampu melatih peserta didik baik secara kognitif, keterampilan, maupun afektif, selain itu peserta didik tidak hanya diajarkan secara teori saja, tetapi juga praktik sehingga peserta didik mengalami langsung proses pembelajaran (Septiani,2016).



Becker, K., & Park, K. (2011). Effects of integrative approaches among science , technology , engineering , and mathematics ( STEM ) subjects on students ’ learning : A preliminary meta-analysis. Journal of STEM Education, 12(5), 23–37.



Gustiani, I., Widodo, A., & Suwarma, I. R. (2017). Development and validation of science, technology, engineering and mathematics (STEM) based instructional material. In AIP Conference Proceedings (pp. 1–7).



Milaturrahmah, N., Mardiyana, M., & Pramudya, I. (2017). Mathematics Learning Process with Science , Technology , Engineering , Mathematics ( STEM ) Approach in Indonesia. In International Conference on Mathematics and Science Education (ICMScE) (pp. 1–7).



Septiani, A. (2016). Penerapan Asesmen Kinerja Dalam Pendekatan STEM (Sains teknologi engiineering matematika) untuk Mengungkap keterampilan Proses Sains. Isu-Isu Kontemporer Sains, Lingkungan, dan Inovasi Pembelajarannya (pp. 654-659). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

13. 2470-5511-2-PB (JURNAL PENDUKUNG) 

Pendidikan merupakan salah satu aktivitas dan usaha untuk menciptakan potensi sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik dalam mengetahui berbagai ilmu pengetahuan (Masykur, Nofrizal, & Syazali, 2017).

14. 2484-6786-1-SM (jurnal pendukung) belum selesai 

Pemberlakuan kurikulum 2013 semakin mempertegas peran Pendidikan Nasional sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga proaktif dan mampu menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.



Pendidikan merupakan salah satu aktivitas dan usaha untuk menciptakan potensi sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan ditujukan untuk

mengembangkan potensi peserta didik dalam mengetahui berbagai ilmu pengetahuan (Masykur, Nofrizal, & Syazali, 2017).

15. Penerapan Pembelajaran berbasis STEM (Pendekatan STEM) 4956-Article Text-8552-1-10-20171205( dikit) 

Salah satu proses dalam pembelajaran berbasis STEM yaitu merencanakan dan melakukan investigasi/Penyelidikan (Bybee, 2011)[8].



Penyelidikan ilmiah merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran STEM (Bybee, 2011)[8]. Kelebihan dari pembelajaran STEM yaitu adanya proses engineering (Torlakson, 2014)[9]. Oleh karena itu dalam pembelajaran STEM selain siswa melakukan penyelidikan ilmiah, siswa juga melakukan penyelidikan engineering. Seperti ilmuan, engineers harus mengidentifikasi variabel yang relevan, memutuskan bagaimana mereka akan mengukur, dan mengumpulkan data untuk dianalisis (Bybee, 2011)[8]



R. W. Bybee, Scientific and Engineering Practices in K-12 Classrooms: Understanding A Framework for K-12 Science Education, NSTA press; Arlington, Virginia, 2011.



T. Torlakson, INNOVATE: ABlueprint for Science, Technology, Engineering, and Mathematics in California Public Education. California. California Departement Of Education, 2014.

16. 7670-16878-1-SM (JURNAL KEREN, KARENA ADA METODE PENELITIAN YANG BISA DIGUNAKAN BELAJAR) Pengembangan LKS STEM dalam meningkatkan motivasi belajar siswa (materi pada induksi elektormagnetik, subjek penelitian siswa SMA kelas 3) 

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi awal yaitu mengumpulkan data nilai ujian semester IV siswa, angket untuk mengetahui motivasi belajar siswa dan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses belajar mengajar. Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Uji X2 untuk motivasi menunjukkan X2 hitung (29,2) X2 tabel (7.81) yang berarti dengan menggunakan LKS STEM dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sedangkan untuk aktivitas belajar siswa menunjukkan nilai 24,9>5,99 yang

artinya dengan menggunakan LKS STEM juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. 

Jadi disini pendahuluan menggunakan hasil observasi dulu, jadi dibahas keadaan dilingkungan sekolah. Karena sekolah tersebut termasuk sekolah terpencil maka itu digunakan masalah dalam latar belakangnya



Praktikum dilakukan jika alat tersedia saja, jika tidak ada guru hanya memberikan ceramah saja (dg alasan membuat media atau alat lain membutuhkan waktu, tenaga dan pemikiran yang ekstra)



Hasil belajar fisika yang rendah seringkali diatasi dengan cara kegiatan remedial, sehingga siswa hanya paham dengan konsepnya saja tapi belum bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari



Oleh karena itu STEM menjadi salah satu altenatif untuk mengatasi permasalahan pembelajaran ini. STEM merupakan gabungan ilmu pengetahuan yang sudah dipadu seperti ilmu sains, teknologi, matematika serta pemilihan alat yang dipakai mudah terjangkau (Morrison, 2006)



Metode dengan dibagi 2 kelas setiap kelas 30an, 1 kelas ,menggunakan LKS konvensional dan 30 siswa lain dengan LKS STEM. Subjek dipilih dari nilai ujian semester 5



Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan motivasi belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol maka dilakukan uji Kai-Kuadrat (X2). Peningkatan motivasi belajar siswa antara dua kelas diketahui sebelum ataupun sesudah melakukan pembelajaran baik dengan menggunakan LKS STEM

di

kelas

eksperimen

ataupun

dengan

menggunakan

LKS

Konvensional dikelas kontrol. Melalui perolehan kategori motivasi belajar kita juga bisa mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa pada masingmasing kelas. 

Menurut Jogiyanto (2008: 237) Pengujian Kai-Kuadrat (chi-square test) digunakan untuk menguji perbedaan yang signifikan antara distribusi data yang diobservasi dengan distribusi yang diharapkan untuk beberapa kategori. Pengujian ini dilakukan untuk tipe data nominal sebagai berikut (dengan degree of freedom, d.f = n-1):



Hasil uji t dari hasil angket kelas kontrol dan eksperimen Cari tau cara perhitungannya



Asghar, A. (2012). Supporting STEM Education in Secondary Science Contexts. Interdisciplinary Journal of Problem based Learning, ( Online)Jilid 6, no 2:(http://dx.doi.org/10.7771/1541-5015.1349 diakses tanggal 21 Juli 2012).



Becker. K dan Park. K. 2011. Effect of Integrative Approaches Among Science,Technology, Engineering and Mathematics (STEM) subjects on Students Learning: a Preliminary motaanaalisis. Journal of STEM Education,12 (5-6), 2325



Jones, R.B. 2008. Science, Technology, Engineering and Math (Online) (http://www. Learning.com. diakses tanggal 8 Juni 2014.



Ostler, K. 2012. Century STEM Education: A Tectical Model for Long Range Succes. International Journal of Applied Science and Technology. 2(1): 15-17.



Marrison, J. S. 2006. Attribute of STEM Education (Online) (http://www.psea.org. diakses tanggal 12 November 2013.



Suryabrata, S.2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

17. 7700-16946-1-SM (recomend dibaca) folder pendekatan stem (BANYAK DAFTAR PUSTAKA TENTANG STEM) Kurikulum 2013 dikembangkaan guna memperoleh pembelajaran yang bersifat multidisiplin ilmu, berpusat kepada siswa, aktif dan kritis, perubahan pola pembelajaran interaktif, serta kelompok/tim. 

Sekolahannya di Banda Aceh yg sudah menerapkan K13 jadi sudah punya fasilitas lengkap seperti laboratorium



Metode Penelitian : Pemilihan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling melalui tehnik undian. Sampel penelitian adalah siswa kelas X dan XI Peminatan Matematika dan IPA 4. “One Group Pretest-Postest Groups Design”.



Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi, lembar catatan ahli, angket penilaian pakar, angket tanggapan guru dan siswa, tes keterampilan proses sains serta lembar observasi kegiatan kewirausahaan.



Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. -

Analisis data secara kuantitatif digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan tes keterampilan proses sains pada siswa, tanggapan pakar, guru dan siswa serta kegiatan komersialisasi produk.

-

Analisis kualitatif digunakan untuk pengembangan modul yaitu pada tahap analisis kebutuhan, desain dan pengembangan.

- Analisis hasil instrumen kuantitatif menggunakan program SPSS dan Excel.

18. 8561-31336-3-PB.pdf 

STEM dalam pembelajaran diharapkan dapat menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa melalui integrasi pengetahuan, konsep, dan keterampilan secara sistematis. Beberapa manfaat dari pendekatan STEM membuat siswa mampu memecahkan masalah menjadi lebih baik, inovator, inventors, mandiri, pemikir logis, dan literasi teknologi (Morrison dalam Stohlmann, Moore, & Roehrig, 2012, p. 29).



Cara yang lebih komprehensif untuk menanamkan keempat disiplin ke satu sama lain dengan mengajarkannya sebagai subjek yang terintegrasi. Misalnya, ada konten teknologi, teknik, dan matematika dalam sains,

sehingga guru sains akan mengintegrasikan T, E, dan M ke dalam S (Dugger, 2010, p. 5; Firman, 2015, p.5). 

Pembelajaran STEM perlu menekankan beberapa aspek dalam proses pembelajaran

(NRC,

2011,

pp.3-5)

diantaranya:

(1)

mengaju-kan

pertanyaan (science) dan mendefinisikan masalah (engineering); (2) mengembangkan dan menggunakan model; (3) merencanakan dan melakukan

investigasi;

(4)

menganalisis

dan

me-nafsirkan

data

(mathematics); (5) menggunakan matematika; teknologi informasi dan komputer; dan berpikir komputasi; (6) membangun eksplanasi (science) dan merancang solusi (engi-neering); (7) terlibat dalam argumen berdasar-kan bukti; (8) memperoleh, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi. 

National Research Council (2011, p.17) menyatakan bahwa dalam pembelajaran STEM siswa memiliki kesempatan untuk belajar sains, matematika, dan teknik dengan mengatasi masa-lah yang memiliki aplikasi di dunia nyata.

19. 9826-20912-1-SM.pdf (folder jurnal pendukung) 

Salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan penyelesaian masalah (problem solving ability). Pemberian masalah dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan stimulus kepada pebelajar untuk melatih kemampuan berpikirnya (Sudharta,2005).



Penyelesaian masalah (problem solving) merupakan keterampilan dasar yang dibutuhkan oleh pebelajar saat ini (Kirkley, 2003).



Keterampilan berpikir diperlukan oleh setiap orang untuk berhasil dalam kehidupannya. Menurut implikasi dari teori Piaget menyatakan bahwa pembelajaran dipusatkan pada proses berpikir atau proses mental, bukan sekedar pada hasilnya (Slavin, 2011).



Caparo, et al. 2013. STEM Project-Based Learning: An Integrated Science, technology, Engineering and Mathematics (STEM) Aproach 2 ed. Rotterdam: Sense Publishers.

20. EHDJJVol. 3No.1April2018.pdf 

Pendidikan STEM memiliki banyak manfaat potensial bagi individu dan bangsa secara keseluruhan (Beatty, 2011).



Ungkapan

ini

sejalan

dengan

pandangan

(Firman,

2015)

yang

mengungkapkan bahwa upaya menghadapi era persaingan global, Indonesiapun perlu menyiapkan sumber daya manusia yang andal dalam disiplin-disiplin STEM secara kualitas dan mencukupi secara kuantitas. 

Merujuk pada tujuan utama pendidikan dalam disiplin STEM (sains, teknologi, teknik dan matematika) adalah perolehan keterampilan penelitian untuk mendukung produksi pengetahuan ilmiah.



untuk mengidentifikasi dampak diskrit dari praktik pendampingan khusus selama

rekrutmen

fakultas-mahasiswa

mengenai

pengembangan

keterampilan penelitian siswa dan aspek pengembangan ilmiah lainnya akan meningkatkan dasar pembuktian praktik dalam pendidikan (Feldon et al., 2016). 

Pendidikan STEM (STEM Education) kombinasi area Science, Technology, Engineering,dan Mathematics (STEM) menghubungkan empat bidang dalam kurikulum sains dan menawarkan peluang karier yang dinamis.



Delapan

standar

dan

karakteristik

pembelajaran

yang

berusaha

mengembangkan STEM education, yaitu (1) mengajukan pertanyaan (untuk sains); (2) mengembangkan dan menggunakan model; (3) merencanakan dan melaksanakan penyelidikan; (4) menganalisis dan menafsirkan data; (5) menggunakan matematika dan berpikir komputasi; (6) membangun penjelasan (untuk sains); (7) melakukan argumen dari bukti; (8) mendapatkan, mengevaluasi, dan mengomunikasikan informasi (Duran, et al., 2016). 

Beatty, A. 2011. Successful STEM Education A Workshop Summary



Asghar, A., Ellington, R., Rice, E., Johnson, F.,& Prime, G.M. 2012. Supporting

STEM

Education

in

Secondary

Science

Contexts.

Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, 6(2), 85-125. doi:10.7771/1541-5015.1349. 

Bybee, R.W. 2013. The case for STEM education: Challenges and opportunity. Arlington,Virginia: National Science Teachers Association (NSTA) Press.



Duran, M., Höft, M., Medjahed, B., Lawson, D.B., & Orady, E.A. 2016. STEM Learning: IT Integration and Collaborative Strategies. London: Springer



Feldon, D.F., Shukla, K.D., & Anne Maher, M.2016. Faculty–student coauthorship as a means to enhance STEM graduate students’ research skills. International Journal for Researcher Development, 7(2), 178-191. doi:10.1108/ijrd-10-2015-0027

21. Buku Trilling Fadel 

Jadi berdasarkan penelitian sekolah di inggris menyatakan pembelajaran proyek yang dibentuk melalui pembelajaran STEM lebih menghasilkan nilai ujian siswa yang lebih tinggi dibandingkan pembelajaran menggunakan cara tradisional yaitu menggunakan buku teks. Pembelajaran STEM merupakan suatu pembelajaran yang menekankan pada pengembangan proyek untuk melatih peserta didik bekerja secara tim dan itu akan menghasilkan ketrampilan

berpikir

kritis,

kreatif,

berkolaborsi

dan

komunikasi.

Ketrampilan berpikir kritis akan didapatkan dari pemecahan masalah yang disajikan dari sebuah proyek baru, kreativitas akan didapatkan ketika siswa berkreasi dalam menghasilkan suatu hasil yang baik dalam suatu proyek Studi tentang Proyek Multimedia Challenge 2000 di Indonesia California menunjukkan bahwa siswa dalam proyek yang dibuat brosur multimedia tentang masalah siswa tunawisma mencetak gol lebih tinggi daripada kelompok pembanding menggunakan lebih banyak metode tradisional di bidang-bidang seperti penguasaan konten, sensitivitas penonton, dan desain komunikasi. Tetapi metode berbasis masalah jauh lebih cemerlang dari metode tradisional dalam mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti pemecahan masalah yang fleksibel dan menerapkan pengetahuan untuk situasi dunia nyata, serta keterampilan berpikir kritis seperti menghasilkan hipotesis yang dapat diuji dan penjelasan berkomunikasi lebih koheren. Kelompok Kognisi dan Teknologi di Universitas Vanderbilt (CTGV) mempelajari pendekatan masalah untuk belajar selama lebih dari satu dasawarsa. Dalam satu studi lebih dari tujuh ratus siswa dari sebelas distrik sekolah terlibat dalam menyelesaikan masalah dari seri populer Jasper Woodbury tantangan berbasis video CTGV, siswa mengalami keuntungan yang jauh lebih besar dari kelompok

untuk semua lima bidang yang diukur: memahami matematika konsep, melakukan masalah kata, merencanakan pendekatan untuk masalah pemecahan, memiliki sikap positif terhadap matematika, dan menyediakan umpan balik untuk guru. Di Singapura ada prinsip bahwa “ajarkan kurang dan pelajari lanjut” Standar harus fokus pada masalah dunia nyata yang mempromosikan belajar lintas disiplin menggunakan tema abad 21 dan masalah interdisipliner. Menggabungkan lintas disiplin yang berkembang cepat pada bidang pengetahuan, seperti bioteknologi dan teknologi energi hijau, akan membantu mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk jenis peluang karir yang kemungkinan akan tersedia ketika siswa memasuki pasar kerja.

Revisi bimbingan 1 oleh Risma : dipotong 

Pendekatan Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) merupakan salah satu pendekatan saintifik. Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) dalam pembelajaran merupakan ciri khas dan menjadi kekuatan sendiri dari keberadaan Kurikulum 2013. Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang

Standar

Proses

Pendidikan

Dasar

dan

Menengah

telah

mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipadu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik/ilmiah. 

Berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah menjelaskan mengenai perlunya pembelajaran yang dikaitkan dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik/ilmiah.

Related Documents

Review Jurnal Nasional
October 2019 21
Review Jurnal
October 2019 55
Review Jurnal
August 2019 58
Review Jurnal
May 2020 42

More Documents from "Sahata Pardomuan S"

Ppt Cir.1.pptx
June 2020 10
Coc Pkm Kia.docx
December 2019 23
Bab 1.docx
October 2019 24
Review Jurnal Nasional
October 2019 21