Retorika Kel 10.docx

  • Uploaded by: Elma Riskiya
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Retorika Kel 10.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,351
  • Pages: 16
DIALOGIKA DALAM DISKUSI DAN DEBAT Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: RETORIKA

Dosen Pengampu: Drs. Parto, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 10: Abdul Latif

(170210402082)

Vendy Kurniawan

(170210402092)

Nurisqilah Rahayuning S

(170210402096)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2018

I

KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat dan hidayahnya penyusun dapat menyusun makalah yang berjudul “Dialogika dalam Diskusi dan Debat” dalam mata kuliah Retorika. Harapan penyusun, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kegiatan belajar dan mengajar di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jember.

Jember,29 November 2018

Penyusun

II

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii BAB I .............................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1 1.1

Latar Belakang .............................................................................................................. 1

1.2

Rumusan Masalah......................................................................................................... 1

1.3

Tujuan ........................................................................................................................... 2

BAB II ............................................................................................................................................ 3 PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3 2.1

Debat Upaya Mempertahankan Pendapat ........................................................................ 3

2.2

Macam-Macam Debat ...................................................................................................... 3

2.3

Patokan dalam berdebat ................................................................................................... 7

2.4

Skema Pembicaraan pada Debat ...................................................................................... 8

2.5

Petunjuk-petunjuk Teknis dalam Debat ........................................................................... 9

2.6

Kegunaan Debat ............................................................................................................. 11

BAB III......................................................................................................................................... 12 SIMPULAN .................................................................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13

III

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sarana komunikasi terpenting dalam dialog. Dialog tidak dapat terjadi tanpa bahasa. Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, dimana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab, perundingan, debat, dan sarana-sarana dialogika. Dialogika berarti ilmu tentang berbagai hakikat dari dialog dan penerapan praktis ilmu ini dalam pembicaraan antarmanusia. Dialogika terbagi atas dialogika spesialis dan dialogika generalis. Dalogika spesialis adalah pembicaraan antar dan bersama dua atau tiga orang atau dalam kelompok kecil (dengan peserta 3-4 orang). Dialogika generalis adalah segala bentuk tukar-menukar pikiran dalam kelompok yang lebih besar. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1

Bagaimana debat upaya mempertahankan pendapat?

1.2.2

Apa saja macam-macam debat?

1.2.3

Apa yang menjadi patokan dalam debat?

1.2.4

Bagaimana skema pembicaraan pada debat?

1.2.5

Bagaimana petunjuk-petunjuk teknis dalam debat?

1.2.6

Apa saja kegunaan debat?

1

1.3 Tujuan 1.3.1 untuk mengetahui debat upaya mempertahankan pendapat 1.3.2

untuk mengetahui macam-macam debat

1.3.3

untuk mengetahui patokan dalam debat

1.3.4

untuk mengetahui skema pembicaraan pada debat

1.3.5

untuk mengetahui petunjuk-petunjuk teknis dalam debat

1.3.6

untuk mengetahui kegunaan debat

2

BAB II PEMBAHASAN Debat Upaya Mempertahankan Pendapat Kegiatan ini bertujuan mempertemukan dua pihak pembicara yang pro dan kontra tentang suatu topik. Prasaran atau pendapat yang diajukan oleh setiap pihak dan dapat diikuti dengan tangkisan atau tidak. Anggota kelompok dan hadirin dapat mengajukan pertanyaan kepada peserta atau pihak pembicara. Debat berarti berbicara kepada lawan bicara untuk beradu pendapat, prinsip, argumen, konsep dengan tujuan memenangkan pendapat sendiri. Secara sederhana debat dapat diartikan tukar pikiran tentang suatu masalah dengan saling memberi alas an yang diutamakan. Kegiatan ini mempertajam hasil yang akan dicapai, sebab suatu masalah akan membangkitkan keberanian analisis yang kritis dari setiap pihak. Debat membangkitkan daya Tarik dan perhatian para hadirin. Metode ini lebih tepat dipakai untuk kelompok besar. Hanya, kadang-kadang selisih pendapat bisa tidak terkendali dan diluar penalaran logis ilmiah yang cenderung emosional subjektif. Hal itu sering mengakibatkan kesan negatif tentang debat serta narasumbernya. Konsekuensinya, mereka jadi tidak tertarik mengikuti kegiatan debat serta tidak mau berpartisipasi. Oleh sebab itu, untuk menjaga kesan positif dan objektif tentang kegiatan tersebut diperlukan seorang moderator yang bijak dan pandai membaca keadaan pembicaraan. Macam-Macam Debat Ada beberapa macam dalam debat, antara lain sebagai berikut: 1. Debat Kompetitif Debat kompetitif biasanya dalam bentuk permainan yang dilakukan di tingkat sekolah dan universitas. Debat dilakukan sebagai pertandingan dengan aturan (“format”) yang jelas dan keta tantara dua pihak, yang maisng-masing mendukung dan menentang pertanyaan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang dari proses debat. Pemenang dari debat kompetitif adalah tim yang berhasil menunjukkan 3

pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik, lebih rasional, dan lebih argumentatif. 2. Debat Parlementer Debat parlementer dibagi menjadi beberapa bagian berikut ini:  Debat parlementer Australia (Australian Parliamentary) Gaya debat digunakan di Australia, tetapi pengaruhya menyebar hingga kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga disebut sebagai format Australasian Parliamentary. Dalam format ini, setiap dua tim beranggotakan tiga orang dan berhadapan dalam satu debat. Satu tim mewakili pemerintah (government) dan satu tim mewakili oposisi (opposition), dengan urutan sebagai berikut: a. Pembicara pertama, pihak pemerintah – 7 menit. b. Pembicara pertama, pihak oposisi – 7 menit. c. Pembicara kedua, pihak pemerintah – 7 menit. d. Pembicara kedua, pihak oposisi – 7 menit. e. Pembicara ketiga, pihak pemerintah – 7 menit. f. Pembicara ketiga, pihak oposisi – 7 menit. g. Pidato penutup, pihak oposisi – 5 menit. h. Pidato penutup, pihak pemerintah – 5 menit. Pidato penutup (reply speech) menjadi ciri khas dari format ini. Pidato penutup dibawakan oleh pembicara pertama dan kedua dari setiap tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai oleh oposisi kemudian pemerintah. Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung oleh pihak pemerintah dan ditentang oleh pihak oposisi.  Debat Parlementer Inggris (British Parlimentary) Gaya debat parlementer banyak dipakai di Inggris, namun populer di banyak negara. Format ini, dalam empat tim beranggotakan dua orang bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili pemerintah (goverment), dan

4

dua lainnya mewakili oposisi (opoosition), dengan susunan sebagai berikut, 1. Opening government a. Leader of the government b. Deputy leader of the government 2. Closing gevernment a. Member of the government b. Government whip 3. Opening opposition a. Leader of the opposition b. Deputy leader of the opposition 4. Closing opposition a. Member of the opposition b. Opposition whip Urutan berbicara adalah sebagai berikut. 1. Prime minister – 7 menit 2. Leader of the opposition – 7 menit 3. Deputy prime minister – 7 menit 4. Deputy leader of the opposition – 7 menit 5. Member of the government – 7 menit 6. Member of the opposition – 7 menit 7. Government whip – 7 menit 8. Opposition whip – 7 menit.  Debat Parlementer Amerika Debat parlementer amerika serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya dengan susunan berikut. 1. Government a. Prime minister (pm) b. Member of the government (mg).

5

2. Opposition a. Leader of the opposition (lo) b. Member of the opposition (mo).  Debat Parlementer Asia (Asian Parlimentary) Debat ini dikembangkan dari format australia, perbedaanya dengan format Australia adalah adanya interupsi (point of informasion) yang boleh diajukan antara menit pertama dan menit keenam (hanya untuk pidato utama tidak pada pidato penutup.

3. Debat Proposal Dalam gaya debat proposal (policy debate), dua tim menjadi penganjur dan penentang sebuah rencana yang berhubungan dengan topik debat yang diberikan. Topik yang diberikan umunya mengenai perubahan kebijakan yang diinginkan dari pemerintah. Kedua tim biasanya memainkan peran afirmatif (mendukung proposal) dan negatif (menentang proposal), pada praktiknya, acara debat seperti ini hanya memiliki satu topik yang sama dan berlaku selama setahun penuh atau jangka waktu lain yang sudah ditentukan.

4. Debat Lincoln-Douglas Nama gaya debat ini diambil dari debat-debat terkenal yang pernah dilakukan di senat Amerika Serikat antara kedua kandidat Lincoln dan Douglas. Setiap debat diikuti oleh dua pendebat yang bertarung satu sama lain. Argumen terpusat pada filosofi dan nilai-nilai absrtak, sehingga sering disebut sebagai debat nilai (value debate). Debat LD kurang menekankan pada fakta pendukung (evidence), lebih mengutamakan logika dan perasaan.

6

Patokan dalam berdebat Ada enam belas patokan yang dapat dipergunakan dalam proses berdebat, yaitu sebagai berikut: a) Kita harus berkosentrasi dan membataskan diri pada pokok pikiran lawan bicara yang menjadi titik lemah. Apabila ternyata dari sepuluh pikiran ada Sembilan yang benar, maka kita bertumpu pada satu pokok yang lemah itu, di mana ada kemungkinan untuk menjatuhkan lawan. b) Apabila posisi kita lemah, maka kita tidak dapat mengemukakan argumentasi yang efektif. Oleh karena itu, kita harus kembali kepada titik lemah lawan bicara. c) Kita hanya boleh mengemukakan pembuktian apabila kita tahu pasti bahwa alasan lawan bicara tidak lebih kuat daripada alasan kita sendiri. d) Apabila lawan menunjukkan kelemahan argumentasi kita, maka kita harus juga menunjukkan hal yang sama pada pihak lawan. Dengan ini kita membuktikan bahwa pada pihak lawan juga ada kelemahan. Perdebatan menjadi seimbang dan proses adu argumentasi dapat dilanjutkan. e) Kita harus membedakan antara kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam hubungan dengan tata sopan santun dan kesalahan-kesalahan argumentatif yang dapat menjebak lawan bicara. f) Kita harus menunjukkan secara jelas kebenaran dan kekuatan kita, sebelum lawan melihat kelemahan-kelemahan kita. Sementara itu kita juga menyingkapkan kelemahan dan kekurangan yang tampak atau yang akan muncul dari pihak lawan dan membeberkn secara meyakinkan kepada lawan bicara. g) Pikiran atau ide itu tidak menentukan. Yang menentukan adalah tindakan. Siapa yang menerima ide itu lalu memasukkan ide itu secara terencana, dialah pelaksana, penguasa dan pemilik ide itu dan bukan orang yang melahirkan ide itu. h) Dapat terjadi bahwa karena mempergunakan suatu perbandingan atau suatu ungkapan, seluruh pikiran tampak tidak berbobot. Tetap segala celaan dapat diatasi dengan sikap yang sungguh-sungguh. Sebaliknya, kesungguhan dapat dihancurkan oleh ejekan dan celaan.

7

i) Orang menanggapi argumentasi lawan hanya terhadap apa yang dikatakan pertama atau yang terakhir. apabila tidak ada kata atau pengertian yang menghubungkan jalan pikiran kedua bagian itu, maka argumentasi akan lemah. j) Siapa yang ingin menemukan kesalahan pada pikiran lawan bicara, dia harus menyingkap sesuatu, yang tidak pernah dimunculkan dalam proses debat itu. k) Apabila lawan bicara mau mengemukakan suatu hal yang khusus, maka kita harus mencoba menggeneralisasikannya. Selama kita masih dapat membuktikannya sebagai suatu kekelirian yang bersifat umum, kita berada pada pihak yang beruntung. l) Apabila ternyata bahwa pembuktian lawan itu kuat, maka kita harus mencoba memaparkannya kembali, tetapi dengan memanipulasikan akibat-akibatnya, sebab akibat dari setiap proses biasanya sekurang-kurangnya mengandung keraguan. m) Seringkai seseorang dapat berhasil menang dalam debat, apabila dia menyerang pelbagai pendapat yang muncul dengan cara mengejek. n) Pengamatan yang tepat, pengertian yang dalam dan logika, mengkarakterisasi suatu debat yang baik, dan ini terbukti apabila seseorang sanggup menunjukkan bahwa argumentasi lawan itu lebih tepat dikenakan pada satu masalah lain. o) Debat itu dapat dilatarbelakangi oleh sifat ingat diri dan menuntut satu disiplin rohani-akademis yang tinggi. Berdebat pada dasarnya mengandalkan penguasaan bahan. Di lain pihak, dalam debat orang harus tetap menjaga sopan santun, juga dalam argumentasi ad hominem. p) Berdebat berarti menundukkkan lawan lewat argumentasi atau dengan kata lain menaklukkan lawana bicara, tetapi harus dengan cara yang fair dan sportif sebagaimana dalam pertandingan olahraga. Skema Pembicaraan pada Debat Ada dua skema yang dapat dipergunakan sebagai senjata untuk menenangkan suatu perdebatan, yaitu sebagai berikut: 1. Skema Mempertahankan Posisi Dalam debat, dimana orang harus mempertahankan posisi dapat dipergunakan skema sebagai berikut: 8

a) Menunjukkan titik tolak pendapat kita. b) Mengemukakan dasar, alasan pendapat kita. c) Membeberkan contoh-contoh konkret untuk memperkuat pembuktian. d) Menari kesimpulan. e) Seruan untuk bertindak. 2. Skema Dialektis Dalam suatu debat, orang dapat mengemukakan pikiran atau pendapatnya secara dialektis. Untuk menyusun jalan pikiran secara dialektis dapat dipergunakan skema di bawah ini: a) Menyajikan titik tolak. b) Mengemukakan argumentasi. c) Menguraikan kemungkinan-kemungkinan argumentasi kontra. d) Penjelasan argumentasi kontra secara lebih terinci. e) Seruan untuk bertindak. Petunjuk-petunjuk Teknis dalam Debat Keberhasilan atau kegagalan suatu debat pada hakikatnya tergantung dari kualitas pemimpin

atau

moderator

debat.

Untuk

memilih

dan

menentukan

seorang

moderator, perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini: 1. Ragam Pendengar Debat yang dihadiri oleh pendengar dari berbagai golongan dan tingkat umur, moderator hendaknya tidak boleh terlalu mudah. Dia harus sungguhsungguh menguasai bahan dan tema debat, atau sekurang-kurangnya memiliki pengetahuan yang cukup tentang masalah yang diperdebatkan. Proses debat, moderator berusaha untuk tetap bersikap objektif. Dia hendaknya memperhatikan tata sopan santun, disiplin dan kalau perlu menciptakan suasana yang segar lewat humor yang sehat. Di samping itu dia seharusnya memiliki saraf yang sehat dan suatu elastisitas jiwa dan rohani yang baik untuk dapat menghadapi segala kesulitan yang muncul dalam debat. Hubungan dengan penampilan, moderator harus memancarkan kepastian dan kewibawaan. Ia harus memancarkan autoritas, sehingga orang dengan mudah 9

menuruti petunjuknya. Dalam sikap dan tingkah laku dia harus tetap netral, tidak boleh membuat pembedaan antara kawan atau lawan. Di harus mengambil jarak dalam percaturan pendapat dan argumentasi peserta debat. Dia harus menjadi seorang yng tidak dapat digantikan selama debat berlangsung. Keputusannya adalah mutlak, tidak boleh diganggu gugat. 2. Peran Moderator Sebagai pemimpin debat, dalam menjalankan kekuasaannya, hendaknya penuh tenggang rasa dan penuh pertimbangan. Pada dasarnya dia tidak boleh memerintah, melainkan menawarkan, tidak boleh menteror, tetapi memberi kebebasan bergerak. Jangan menggurui, tetapi membimbing. Dia seharusnya berhati-hati dalam mempergunakan haknya. Dia hanya boleh bersikap tegas kalau memang perlu. Siapa yang memperhatikan tuntutan ini, dia adalah pemimpin atau moderator yang ideal. Jarang sekali ditemukan orang seperti ini, tetapi siapa yang berusaha, dia akan berhasil. 3. Batas Waktu Waktu untuk bebricara harus ditetapkan sebelumnya. Pembicara atau pembawa referat harus diberi waktu secukupnya untuk memaparkan temanya secara jelas. Referat atau makalah yang dibawakan dalam debat ebaiknya tidak lebih dari 20 menit. Setiap pembicara sebaiknya ditetapkan waktu bicaranya antara 3-5 menit. Meskipun dari pengalaman, banyak orang tidak dapat mengungkapkan hal-hal yang penting dalam waktu 3-5 menit, tetapi dalam hal ini moderator harus tegas, sebab jika tidak, proses debat akan terganggu dan sasaran tidak kan tercapai atau tidak memuaskan semua pihak. 4. Kata Penutup Pada akhir seluruh debat, pembawa referat atau wakil kelompok menyampaikan kata penutup. Sesudah itu moderator mengumumkan hasil debat dan menyampaikan kata akhir untuk menutup seluruh acara debat.

10

Kegunaan Debat Dalam memiliki karakter pembinaan yang tinggi, sebab lewat debat orang dilatih dan dibina untuk menyiapkan bahan diskusi secara teliti, berpikir rasional dan tajam, merumuskan pikiran secara teliti dan tepat sasaran, mempertenggangkan pendnegar yang bakal ditarik untuk menerima kebijaksanaan kelompok. Selanjutnya, debat dapat membina para peserta untuk berbicara singkat, padat dan mengesankan. Di lain pihak, debat dapat menyadarkan pembicara tentang ketidakjelasan dalam berpikir dan mengungkapkan pikiran. Dalam debat orang terbina untuk mengangkat suara pada saat yang tepat.

11

BAB III SIMPULAN

Debat merupakan salah satu bungkus dari sebuah dialogika berdialegtig, dalam prosesnya cenderung untuk mempertahankan argumentasi secara tidak langsung mengucilkan pihak lawan dengan mekanisme serta tata cara yang dirancang komprehensif sistematis. Debat berarti berbicara kepada lawan bicara untuk beradu pendapat, prinsip, argumen, konsep dengan tujuan memenangkan pendapat sendiri. Secara sederhana debat dapat diartikan tukar pikiran tentang suatu masalah dengan saling memberi alasan yang diutamakan.

12

DAFTAR PUSTAKA Abidin, Yusuf Zainal. 2013. Pengantar Retorika. Bandung: CV Pustaka Setia Rahma, Febriana. 2015. Dialogika: Debat Dan Sarana-Sarana Dialogika. http://mempelajariretorika.blogspot.com/2015/05/dialogika-debat-dan-sarana-sarana.html , diakses pada tanggal 29 november.

13

Related Documents

Retorika Kel 10.docx
October 2019 22
Retorika
June 2020 36
Retorika
November 2019 31
Retorika
November 2019 24

More Documents from ""

Retorika Kel 10.docx
October 2019 22
April 2020 28
Termokimia.docx
December 2019 20
Drowning Materi.docx
October 2019 27
Pancasila
June 2020 24
Za Ziv Sredinu.docx
May 2020 14