Retorika Dan Discourse Analysis

  • Uploaded by: Communication Management UI
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Retorika Dan Discourse Analysis as PDF for free.

More details

  • Words: 1,714
  • Pages: 43
Retorika dan Discourse Analysis IBNU HAMAD

Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Disampaikan pada Kuliah Perspektof dan Tori Komunikasi PPS Ilmu Komunukasi FISIP UI, Salemba, Jakarta 2006.

Bagian I. Perkembangan Awal 

Tradisi Sophist 



Para Tokoh

Aristotelian View

Tradisi Sophist 







Retorika mulai berkembang pada abad ke-5 SM Corax dikenal sebagai penggagasnya dengan mengembangkan teknik “Seni Retorika” dengan “notion of probability” sebagai konsep sentralnya. Ia percaya bahwa pembicara mesti membangun argumen tentang kemungkinan umum atau kesimpulan yang mungkin tatkala masalah atau fakta tak dapat dipastikan! Gagasan Corax inilah yang kemudian mendorong lahirnya Sophisme yang tidak dipercayai oleh bangsa Greek kala itu. Mengapa?

Tokoh-Tokoh Retorika 

Corax dari Cyracus (5 abad SM)



Tisias, murid Corax, yang mengajarkan sophisme











Protagoras dari Abdera (480-411 SM) sebagai tokoh sophistic movement Isocrate (436-338 SM) seorang speechwriter yang jarang tampil di publik. Ia percaya politik tak dapat dipisahkan dari retorika Plato dan muridnya, Aristoteles juga dikenal sebagai tokoh retorika Cicero (106-43 SM) menambahkan tulisan kedalam seni retorika. Tokoh terakhir pada zaman Romawi Kuno ini adalah Quintilian (35-95 M).

Tokoh-Tokoh Retorika 









St. Augustine (354-430 M). Tokoh retorika pada Abad Pertengahan (400-1400 M), yang disebut The Second Sophistic. Ia meyakinkan retorika diperlukan untuk mengajar, kesenangan, dan bergerak Peter Ramus (1515-1572), Tokoh retorika pada Masa Renaisans (1400-1600 M), Francis Bacon (1561-1626) Tokoh retorika modern (1600-1900 M), George Campbell (1719-1796), Richard Whatley (1758-1859), Huge Blair (1718-1800), Thomas Sheridan (1719-1788) Apakah tidak ada ahli retorika dari yang non-Eropa? Bukankah Eropa mengalami Masa Kegelapan. Apa yang terjadi sebelum terjadinya Renaisans? Sejarah juga adalah Sophisme!

Aristotelian View Speaker

Argument

Speech

Listener(s)

Rhetoric exists to affect the giving of decision… the orator must not only try to make argument of his speech demonstrative and worthy of belief; he must also make his own character look right and put his hearers, who are to decide, in the right frame of mind.

Retorika Seni Berbicara…. UnsurUnsur retorika Aristoteles dikembangkan oleh Cicero dan Quintilian menjadi: Inventio

Dispositio

Eloqutio

Memoria

Pronunciatio

Urutan argument asi

Pengaturan ide

Gaya bahasa

Mengusik ingatan

Cara penyampaian

Bagian II. Cara Kerja Retorika 



Seni berbicara yang dilakukan seseorang yang memiliki ethos mampu menyampaikan pesan dengan menarik sehingga menyentuh emosi (pathos) dan menggugah ingatan (logos) Jadi unsur utama: Ethos; Pathos; dan Logos 

Jadi kalau mau jadi ahli retorika, perkuat Ethos, Pathos, dan Logos anda!

Secara Tradisional, Retorika terdiri dari Ethos

Pathos

Logos

Kredibilitas sumber

Hal yang Hal yang menyangkut menyangkut emosi/perasa fakta an

Memperkuat Ethos Syarat Komunikator yang komunikatif:  Daya tarik bagi komunikan  Kesamaan atribut dengan komunikan  Kredibilitas dan Otoritas  Menunjukkan Motivasi dan Niat  Pandai dalam Penyampaian  Status, Power & K’wenangannya dikenal

Memperkuat Pathos Siasat mencipta makna menggugah emosi pendengar: Optimalkan Teori Segi Tiga Makna

Sign

Object

Interpretan

Teori Segitiga Makna Pierce

Memperkuat Pathos 

mengelola pesan guna menyentuh emosi khalayak: - Grafis - Penampilan Fisik - Verbal (pilihan kata) - Verbal (susunan kata) - Sosial (labeling)

Praktik: Eksplorasi Grafik…. Gambar mana yang lebih menyentuh emosi/perasaan:

Tanya Kenapa?

Praktik: Eksplorasi Grafik…. Sentuhan emosi apa yang dibangun oleh masing-masing Font ini:

Selamat Datang di Kampus Warna-Warni Selamat Datang di Kampus Warna-Warni Selamat Datang di Kampus Warna-Warni Selamat Datang di Kampus Warna-Warni Tanya Kenapa?

Eksplorasi Pesan Verbal (pilihan kata) Dari Pidato Demonstran (mana yang lebih menyentuh emosi…): 

Kita membutuhkan pemimpin yang

cerdas dan berwawasan luas!

Kita membutuhan pemimpin yang adil



walaupun tak bersekolah tinggi!

Eksplorasi Pesan Verbal (susunan kata) Emosi (apa dan siapa) yang hendak disentuh dalam urutan kata promosi produk berikut ini Murah – Mudah Didapat– Kuat –Banyak pilihan- Langka Suku Cadang Langka Suku Cadang – Banyak Warna – Kuat – Mudah Didapat – Murah

Eskplorasi pesan asosiatif (Kedekatan/Persamaan Sosial) Untuk sasaran dengan kondisi psikologis siapakah pesan di bawah ini: - Mungkin Anda orangnya! Kami sediakan produk yang ramah lingkungan, gampang didapat, murah, ... -Mungkin Anda orangnya! Setiap pembelian produk kami berarti menyumbang Seribu Rupiah bagi korban bencana dan pengungsi….

Memperkuat Logos 

Menggunakan contoh kasus



Menguraikan fakta



Memakai penalaran yang logis

Mari Beretorika…! Sejatinya pesan yang disampaikan Aktivis ini menyentuh sisi psikologis dan logika kita:

Untuk apa kalian kuliah tinggi-tinggi kalau hanya meneguhkan egoisme anda menjadi barisan borjuis baru! Lihatlah sekitar kalian, yang papa tak berdaya, di pinggir kali Ciliwung, Cisadane, Kali Angke, Marunda, seputar masjid Istiqlal tak Jauh dari Istana! Mereka membutuhkan uluran lentik tanganmu halus karena selalu pakai body lotion. Mereka juga manusia yang berhak hidup seperti kalian: makan bergizi, berpakaian rapi, dan dihargai! Mari kita tinggalkan bangku kuliah sejenak! Jadikan serupiahmu menjadi satu milyar! Kita hentikan sejenak air mata mereka!

Bagian III. Retorika Kontemporer 

Menekankan pada aspek argumentasi



Semakin menyadari pentingnya simbol





Kaidah dasarnya: Menebar makna, menjaring tujuan Tidak lagi hanya speech tetapi juga tulisan!

Mengembangkan Argumentasi 





Membangun penalaran (menguasai logika) Premis mayor, premis minor, kesimpulan Menguji kebenaran dan fallacy.

Sadar akan simbol 



Kenneth Burke (dalam Foss dkk, 1985), memandang retorika sebagai berakar dari fungsi bahasa itu sendiri, … sebagai penggunaan symbol … untuk mempersuasi. Burke mengajukan dua konsep penting: Dramatism –sebagai “philosophy of language”-- dan Logology --yang mengacu pada penggunaan kata atau symbol-- dalam pembahasan retorikanya untuk tujuan persuasi.

Kenneth Burke (dalam Foss dkk, 1985), 





Dalam dramatism, berlangsung sebuah proses yang disebut pentad ---semacam grammar dalam retorika: Act – Agent – Agency – Scene – Purpose Dalam retorika: Ada seorang Agent menggunakan symbol (Act) melalui sebuah alat atau media (Agency) dengan latar belakang (Scene) dan tujuan tertentu (Purpose).

I.A. Richard (dalam Foss dkk, 1985), Percaya pada pentinnya Tanda (Sign) dalam retorika…

Sign

Object

Interpretan

Stephen Toulmin

(dalam Foss dkk, 1985 Percaya pada pentingnya Simbol (Warrant) dalam retorika

Warrant

Ground

Claim

Setiap penggunaan Simbol adalah retorika? 





Jika melihat pemikiran Burke, Ricahrd, Toulmin, bolehlah kita mengajukan hipotesis bahwa setiap penggunaan simbol untuk kepentingan tertentu adalah retorika. Pertanyaannya: adakah pemakaian simbol tanpa memiliki tujuan? Apakah ini pertanda, bahwa setiap kegiatan komunikasi (: memakai simbol) adalah kegiatan retorika!?

Apakah Discourse itu?-1 Gee (2005 : 26):  “discourse” (d kecil), yang melihat penggunaan bahasa pada tempatnya (“on site”) untuk memerankan kegiatan, pandangan, dan identitas atas dasar-dasar linguistik. Biasanya discourse ini menjadi perhatian para ahli bahasa (lingusits or sociolinguists).

Apakah Discourse itu?-2 Gee (2005 : 26): 

“Discourse” (D besar) yang mencoba merangkaikan unsur linguistik pada “discourse” (dengan d kecil) bersama-sama dengan unsur non-linguistik (non-language “stuff”) untuk memerankan kegiatan, pandangan, dan identitas. Bentuk non-language “stuff” ini dapat berupa kepentingan ideologi, politik, ekonomi, dan sebagainya. Komponen non-language “stuff” itu juga yang membedakan cara beraksi, berinteraksi, berperasaan, kepercayaan, penilaian satu komunikator dari komunikator lainnnya dalam mengenali atau mengakui diri sendiri dan orang lain.

Gambar 1: Proses Pembuatan Discourse Realitas Pertama: Kedaan, Benda, Pikiran, Orang, Peristiwa, ... (1) Dinamika Internal dan Eksternal Pelaku Konstruksi (4)

Faktor Internal : Ideologis, Idealis... Faktor Eksternal: Pasar, Sponsor... (5)

Sistem Komunikasi yang Berlaku (3)

Proses Konstruksi Realitas oleh Pelaku (2)

Strategi Mengkonstruksi Realitas (6)

Fungsi Bahasa Strategi Framing Taktik Priming (7)

Discourse atau Realitas yang Dikonstruksian (Text, Talk, Act dan Artifact) (8) Makna, Citra, dan Kepentingan di Balik Wacana (9)

Wujud Discourse-1 Text (wacana dalam wujud tulisan/garfis) antara lain dalam wujud berita, features, artikel opini, cerpen, novel, dsb. Talks (wacana dalam wujud ucapan), antara lain dalam wujud rekaman wawancara, obrolan, pidato, dsb.

Wujud Discourse-2 Act (wacana dalam wujud tindakan) antara lain dalam wujud lakon drama, tarian, film, defile, demonstrasi, dsb. Artifact (wacana dalam wujud jejak) antara lain dalam wujud bangunan, lanskap, fashion, puing, dsb.

Gambar 1: Proses Pembuatan Discourse Realitas Pertama: Kedaan, Benda, Pikiran, Orang, Peristiwa, ... (1) Dinamika Internal dan Eksternal Pelaku Konstruksi (4)

Faktor Internal : Ideologis, Idealis... Faktor Eksternal: Pasar, Sponsor... (5)

Sistem Komunikasi yang Berlaku (3)

Proses Konstruksi Realitas oleh Pelaku (2)

Strategi Mengkonstruksi Realitas (6)

Fungsi Bahasa Strategi Framing Taktik Priming (7)

Discourse atau Realitas yang Dikonstruksian (Text, Talk, Act dan Artifact) (8) Makna, Citra, dan Kepentingan di Balik Wacana (9)

Naskah Iklan sebagai Hasil Proses Discourse

Inilah Discourteous…!? • Adalah wujud-wujud wacana yang tidak senonoh, seperti fitnah, pornografi, penghinaan, dusta, dsb. • Motivasi: iri, dengki, sirik, munafik, riya, bangga diri, tak tahu terima kasih, dsb. • Tujuannya adalah membunuh karakter (character assassination) korban Discourteous.

Perbandingan antara Discourse dan Discourteous (1) Discourse Labelisasi

Discourteous Stigmatisasi

Strategi Framing

Penonjolan Fakta-Fakta tertentu

Pemutar Balikan Fakta bahkan Ilusi belaka

Strategi Priming

Membidik Waktu/Tempat yang Tepat

Mencari-cari kesempatan untuk memfitnah

Fungsi Bahasa

Perbandingan antara Discourse dan Discourteous (2) Discourse

Discourteous

Motivasi

Idealis, ideologis, bisnis, visi, misi

Iri, dengki, sirik, munafik, riya,…

Tujuan

Membangun citra positif, negatif, netral si Obyek

Pembunuhan Karakter, menjegal karir, bisnis si Korban

Implikasi Etika/ Hukum

Somasi, Perdata, Putus Silaturrahmi, Delik Pers, Pidana Kolesterol, Cepat Mati, Neraka

Sekarang, Discourse Analysis…(1) • Analisis Wacana (Discourse Analysis) adalah Upaya Membongkar Wacana (Texts, Talks, Acts, Artifacts) dengan Methodologi Analisis Wacana dan Perspektif Teori • Methodologi Analisis Wacana terdiri dari Paradigma, Pendekatan, Metode Analisis, Obyek Analisis, Jenis Analisis, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.

Discourse Analysis…(2) Paradigma Penel

Positivis, Post Positivis, Konstruktvis, Kritikal, Partisipatoris

Pendekatan Penel

Kualitatif

Jenis Analisis

Sintagmatik atau Paradigmatik

Level Analisis

Level Naskah atau CDA (Critical Discourse Analysis)

Metode Analisis

14 Metode Analisis Naskah dan 2 Metode CDA

Obyek Analisis

Text, talks, acts, artifact

Tek Pengump Data Menerapkan metode analisis wacana untuk membongkar isi waca Tek Analisis Data

Mengikuti teknik analisis dalam methodologi penelitian kualiatif

Metode-Metode Analysis Sintagmatik Membership Categorization Devices Analysis Conversation Analysis

(Titscher, 2000:105-109) (Titscher, 2000:109114)

Functional Pragmatic

(Titscher, 2000:171184)

Dinctional Theory Approach

(Titscher, 2000:185197) (Titscher, 2000:198212)

Objective Hermeneutika

Metode-Metode Analysis Paradigmatik Semiotika (Berger, 1982)

Analisis Marxis (Berger, 1982)

Psikoanalisis (Berger, 1982)

Analisis Sosiologis (Berger, 1982)

Analisis Framing (Sobur, 2001; Erianto, 2002; Hamad, 2004;Van Dijk, 1988)

Semiotika Sosial (Halliday, 1993)

Ethnographic of SPEAKING (Titscher, 2000:94-99)

Grounded Theory (Titscher, 2000:74-89)

SYMLOG (Titscher, 2000:136143)

CDA Norman Fairclough

(Perubahan Gmb terkait masalah teknis belaka)

Wacana Sosial Budaya Praktik Wacana

Eksplanasi (Analisis Sosial)

Produksi TEKS

Interpretasi (Analisis Proses)

Konsumsi

Deskripsi (Analisis Teks)

Gambar 2. Model CDA Ruth Wodak SCHEMA: COGNITIVE DIMENSIONS

PLAN

OCIOPSYCHOLOGICAL DIMENSION

LINGUISTIC DEMENSION

FRAME

Affectivi ty, gender, level of speaker, conflict type

Communicative, functions, Speech, Situation, theme

TEXTTHEMATIC MACROSTRUCTOR

SCHEMA

TEXT SORT

SCRIPT

Time, place, specific sepeaker

TEXT TYPE

REALIZED TEXT

Proses Analisis Wacana PARADIGMA PENELITIAN

NASKAH

TEORI (SUBSTANTIF DAN WACANA)

Realibilitas

ANALISIS SINTAGMATIK/ PARADIGMATIK -LEVEL NASKAH/ CDA

Validitas

Makna, Motivasi, Ideologi, Rekomendas i

Related Documents

Discourse Analysis
April 2020 29
Retorika
June 2020 36
Retorika
November 2019 31
Retorika
November 2019 24

More Documents from ""

Varel2001
November 2019 52
Operasionalisasi Konsep
November 2019 51
Budget
October 2019 64
Tingkatan Komunikasi
November 2019 48