Retno Indriyani_1811040004_lp Hhd Iccu.docx

  • Uploaded by: retno indriyani
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Retno Indriyani_1811040004_lp Hhd Iccu.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,562
  • Pages: 16
LAPORAN PENDAHULUAN HHD (HIPERTENSIVE HEART DISEASE) DI RUANG ICCU RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Oleh: RETNO INDRIYANI 1811040004

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2018/2019

LAPORAN PENDAHULUAN HHD (HIPERTENSIVE HEART DISEASE)

A. Definisi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Somantri, 2008) Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik. (Paula, 2009) Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak langsung. (Morton, 2012).

B. Etiologi Sebab utama dari hipertensi heart disease adalah hipertensi yang berlangsung kronis.

Menurut

Oman

(2008),

hipertensi

berdasarkan

penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : a.

Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1) Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. 2) Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah : a) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat. b) Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan). c) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih) 3) Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah: a) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr). b) Kegemukan atau makan berlebihan. c) Stress. d) Merokok. e) Minum alcohol. f) b.

Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)

Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain. 1) Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor. 2) Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis. 3) Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme. 4) Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB. 5) Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid. Menurut Mansjoer (2008), penyebab hipertensi pada orang dengan

lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada : 1) Elastisitas dinding aorta menurun. 2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. 4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi. 5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

C. Tanda Dan Gejala Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya kebanyakan pasien tidak ada keluhan. Bila simtomatik, maka biasanya disebabkan oleh: 1.

Peninggian tekanan darah itu sendiri, seperti berdebar-debar, rasa melayang (dizzy) dan impoten

2.

Penyakit jantung atau vaskuler hipertensi seperti cepat capek, sesak napas, sakit dada (iskemia miokard atau diseksi aorta), bengkak kedua kaki atau perut. Gangguan vascular lainnya adalah epitaksis, hematuria, pandangan kabur karena perdarahan retina, transient serebral ischemic.

3.

Penyakit dasar seperti padahipertensi sekunder: polidipsi, poliuria, dan kelemahan otot pada aldosteronisme primer, peningkatan BB dengan emosi yang labil pada sindrom cushing, feokromasitoma dapat muncul dengan keluhan episode sakit kepala, palpitasi, banyak keringat dan rasa melayang saat berdiri (postural dizzy) (PAPDI, 2006). Gambaran klinik seperti sesak napas, salah satu dari gejala gangguan

fungsi diastolik, tekanan pengisian ventrikel meningkat, walaupun fungsi sistolik masih normal. Bila berkembang terus, terjadi hipertrofi yang eksentrik dan akhirnya menjadi dilatasi ventrikel, dan timbul gejala payah jantung. Stadium ini kadangkala disertai dengan gangguan pada faktor koroner. Adanya gangguan sirkulasi pada cadangan aiiran darah koroner akan memperburuk kelainan fungsi mekanik/pompa jantung yang selektif.

D. Patofisiologi Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral seperti rangsangan simpatoadrenal yang meningkat dan peningkatan aktivasi system renin-angiotensinaldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer. Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus (konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan volume, oleh karena meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan penyakit jantung koroner. Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner, yaitu : a). Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan. Kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan

berkurangnya compliance pembuluh-pembuluh ini dan mengakibatkan tahanan perifer; b). Hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara kapiler dan serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada stadium lanjut dari gambaran hemodinamik ini. Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit, meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktifitas mekanik ventrikel kiri. (Chang, 2009).

E. Pathways

F. Pemeriksaan penunjang Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi Heart Disease (HHD), yaitu : 1.

Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.

2.

Pemeriksaan retina.

3.

Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung.

4.

EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.

5.

Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.

6.

Pemeriksaan;

renogram,

pielogram

intravena

arteriogram

renal,

pemeriksaan fungsi. 7.

Ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.

8.

Foto dada dan CT scan.

G. Penatalaksanaan Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua kategori pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit diatas. Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi menurut Oman (2008), yaitu : 1. Pengaturan Diet Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu : a.

Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin

sehingga

sangat

berpotensi

sebagai

anti

hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.

b.

Diet

tinggi

potassium,dapat

menurunkan

tekanan darah tapi

mekanismenya belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding vascular. c.

Diet kaya buah dan sayur.

d.

Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

e.

Tidak mengkomsumsi Alkohol.

2. Olahraga Teratur Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah. a. Penurunan Berat Badan Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi

aritmia.

Menghindari

obat-obatan

seperti

NSAIDs,

simpatomimetik, dan MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya dengan obat antihipertensi. b. Farmakoterapi Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan vasodilator

seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.

H. Fokus pengkajian 1.

Pengkajian a) Aktivitas/ Istirahat 

Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.



Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

b) Sirkulasi 

Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi, perspirasi.



Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.

c) Integritas Ego 

Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.



Tanda :Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.

d) Eliminasi 

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).

e) Makanan/cairan 

Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretik



Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.

f)

Neurosensori 

Gejala: Keluhan pening /pusing,sakit kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).



Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses pikir, penurunan keuatan genggaman tangan.

g) Nyeri/ ketidaknyaman 

Gejala:

Angina

(penyakit

arteri

koroner/

keterlibatan

jantung),sakitkepala. h) Pernafasan 

Gejala:

Dispnea

yang

berkaitan

dari

aktivitas

/kerja

takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok. 

Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan buny inafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.

i)

Keamanan 

2.

Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural

Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan hipertensi heart desease adalah; 1.

Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan adanya keluhan nyeri pada dada, wajah meringis, gelisah sampai adanya perubahan tingkat kesadaran, perubahan nadi,tensi.

2.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi ditandai dengan dispnoe saat beraktivitas, takipnoe, ortopnea, adanya bunyi nafas tambahan dan terjadi sianosis

3.

Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke perifer.

4.

Penurunan

curah

jantung

berhubungan

dengan

perubahan

kontraktilitas miokard, perubahan irama dan frekuensi jantung, peubahan struktur ventrikel kiri ditandai dengan takikardi, disritmia, perubahan tekanan darah, bunyi jantung ekstra (S3, S4), nyeri dada, nadi perifer tak teraba, ekstremitas dingin. 5.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan umum ditandai dengan adanya ungkapan verbal tentang kelemahan, respon tensi terhadap aktivitas abnormal, adanya perasaan tidak nyaman saat beraktivitas, dispnoe, adanya tanda-tanda iskemik yang dapat dilihat dari hasil pemeriksaan EKG.

I.

No . 1.

Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi

NOC : Intervensi/NIC : 1) Comfort level. 1) Lakukan pengkajian 2) Pain control. nyeri secara 3) Pain level. komprehensif termasuk Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, 1) Mampu mengontrol nyeri durasi, frekuensi, (tahu penyebab nyeri, kualitas dan faktor mampu menggunakan presipitasi. tehnik nonfarmakologi 2) Observasi reaksi untuk mengurangi nyeri, nonverbal dari mencari bantuan). ketidaknyamanan. 2) Melaporkan bahwa nyeri 3) Bantu pasien dan berkurang dengan keluarga untuk mencari menggunakan manajemen dan menemukan nyeri. dukungan. 3) Mampu mengenali nyeri 4) Kontrol lingkungan (skala, intensitas, yang dapat frekuensi dan tanda nyeri). mempengaruhi nyeri 4) Menyatakan rasa nyaman seperti suhu ruangan, setelah nyeri berkurang. pencahayaan dan 5) Tanda vital dalam rentang kebisingan. normal. 5) Kurangi faktor 6) Tidak mengalami presipitasi nyeri. gangguan tidur. 6) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

2.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi

Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan pasien menunjukan ventilasi yang adekuat/ oksigenasi dengan GDA

3.

Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan suplai darah ke perifer.

Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan perfusi jaringan adekuat seperti akral hangat, nadi perifer kuat, tanda vital normal, orientasi pasien bagus, rasanyeri berkurang.

4.

Penurunan curah jantung berhubungan

NOC: 1) Cardiac pump

menentukan intervensi. 7) Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin. 8) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri. 9) Tingkatkan istirahat. 10) Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur. 11) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali. 1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. 2. Tinggikan posisi kepala dan Bantu dalam mengubah posisi. 3. Bantu pasien mengatasi ketakutan dalam bernafas 4. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan 1. Awasi perubahan mental continue seperti cemas, bingung, letargi, pingsan 2. Dorong latihan aktif/pasif 3. Pantau pernafasan 4. kaji fungsi gastrointestinal dan perkemihan 5. Kolaborasi pemeriksaan lab BUN, Creatinin, elektrolit, GDA Intervensi/NIC : Cardiac Care

dengan perubahan effectiveness. kontraktilitas miokard, 2) Circulation status. 3) Vital sign status. Kriteria Hasil : 1) Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi). 2) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan. 3) Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites. 4) Tidak ada penurunan kesadaran. 5) AGD dalam batas normal. 6) Tidak ada distensi vena leher. 7) Warna kulit normal.

5.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan umum

NOC : 1) Energy conservation. 2) Activity tolerance. 3) Self care. Kriteria Hasil : 1) Berpartisifasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR. 2) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri.

1) Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi). 2) Catat adanya distrimia jantung. 3) Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput. 4) Monitor status caediovaskuler. 5) Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung. 6) Monitor balance cairan. 7) Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia. 8) Atur periode latihan dan istirahat. Vital Sign Monitoring 1) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR. 2) Monitor VS saat pasien berbaring, duduk atau berdiri. 3) Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan. 4) Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama dan setelah aktivitas. 5) Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung. Intervensi/NIC : 1) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan. 2) Bantu klien untuk memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur. 3) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.

3) Tanda-tanda vital dalam rentang normal. 4) Level kelemahan. 5) Sirkulasi status baik. 6) Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat.

J.

4) Dorong klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan. 5) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.

Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang

baik yang menggambarkan kriteria hasil yang

diharapkan (Potter & Perry, 2011).

K. Evaluasi Keperawatan Menurut Craven dan Hirnle (2011) evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil. Tujuan evaluasi antara lain : a. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien. b. Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang telah diberikan. c. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan. d. Mendapatkan umpan balik e. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan

DAFTAR PUSTAKA Baim, Donald S.(2008). Hypertensive vascular disease in: Harrison’s Principles of Internal Medicine. 7th Ed. USA. The Mcgraw-Hill Companies, Inc. p. 241 Morton, G., P. (2012). Keperawatan Kritis Edisi 2. Jakarta: EGC. NANDA Internasional. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC. Oman, Kathleen S. (2008). Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta: EGC. Somantri, Irman. (2008). Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan/Irman Somantri. Jakarta: Salemba Medika.

Related Documents


More Documents from ""