Resume Materi Metode Perancangan Arsitektur : Konservasi Arsitektur dan Presedent dalam Arsitektur
1.1 Pengertian Konservasi Arsitektur Konservasi arsitektur adalah penyelamatan suatu obyek/bangunan sebagai bentuk apreasiasi pada perjalanan sejarah suatu bangsa, pendidikan dan pembangunan wawasan intelektual bangsa antar generasi. Dalam Burra Charter konsep konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik. Pengertian ini sebenarnya perlu diperluas lebih spesifik yaitu pemeliharaan morfologi (bentuk fisik) dan fungsinya. Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut. Bila dikaitkan dengan kawasan maka konservasi kawasan atau sub bagian kota mencakup suatu upaya pencegahan adanya aktivitas perubahan sosial atau pemanfaatan yang tidak sesuai dan bukan secara fisik saja. 1.2 Sasaran Konservasi
Mengembalikan wajah dari obyek pelestarian.
Memanfaatkan obyek pelestarian untuk menunjang kehidupan masa kini.
Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu, tercermin dalam obyek pelestarian.
Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota, dalam wujud fisik tiga dimensi Lingkup Kegiatan.
1
1.3 Ruang Lingkup Konservasi Kategori obyek konservasi :
Lingkungan Alami (Natural Area)
Kota dan Desa (Town and Village)
Garis Cakrawala dan Koridor pandang (Skylines and View Corridor)
Kawasan (Districts)
Wajah Jalan (Street-scapes)
Bangunan (Buildings)
Benda dan Penggalan (Object and Fragments)
1.4 Manfaat Konservasi :
Memperkaya pengalaman visual
Memberi suasana permanen yang menyegarkan
Memberi kemanan psikologis
Mewariskan arsitektur
Asset komersial dalam kegiatan wisata internasional
1.5
Kriteria Konservasi
1. ESTETIKA Bangunan-bangunan atau dari bagian kota yang dilestarikan karena mewakili prestasi khusus dalam suatu gaya sejarah tertentu.Tolak ukur estetika ini dikaitkan dengan nilai estetis dari arsitektonis: bentuk, tata ruang dan ornamennya. 2. KEJAMAKAN
1
Bangunan-bangunan atau bagian dari kota yang dilestarikan karena mewakili satu kelas atau jenis khusus bangunan yang cukup berperan. Penekanan pada karya arsitektur yang mewakili ragam atau jenis yang spesifik.
3. KELANGKAAN Bangunan yang hanya satu dari jenisnya, atau merupakan contoh terakhir yang masih ada. Karya langka atau satu-satunya di dunia atau tidak dimiliki oleh daerah lain. 4. KEISTIMEWAAN Bangunan-bangunan ruang yang dilindungi karena memiliki keistimewaan, misalnya yang tertinggi, tertua, terbesar pertama dan sebagainya 5. PERANAN SEJARAH Bangunan-bangunan dari lingkungan perkotaan yang merupakan lokasi-lokasi bagi peristiwaperistiwa bersejarah yang penting untuk dilestarikan sebagai ikatan simbolis antara peristiwa terdahulu dan sekarang. 6. MEMPERKUAT KAWASAN Bangunan-bangunan dan di bagian kota yang karena investasi di dalamnya, akan mempengaruhi
kawsan-kawasan
di
dekatnya,
atau
kehadiratnya
bermakna
untuk
meningkatkan kualitas dan citra lingkungan sekitarnya. 1.6 Peran Arsitek Dalam Konservasi : Internal :
Meningkatkan kesadaran di kalangan arsitek untuk mencintai dan mau memelihara warisan budaya berupa kawasan dan bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi. 1
Meningkatkan kemampuan serta penguasaan teknis terhadap jenis-jenis tindakan pemugaran kawasan atau bangunan, terutama teknik adaptive reuse
Melakukan penelitian serta dokumentasi atas kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan.
Eksternal :
Memberi masukan kepada Pemda mengenai kawasan-kawasan atau bangunan yang perlu dilestarikan dari segi arsitektur.
Membantu Pemda dalam menyusun Rencana Tata Ruang untuk keperluan pengembangan kawasan yang dilindungi (Urban Design Guidelines)
Membantu Pemda dalam menentukan fungsi atau penggunaan baru bangunan-bangunan bersejarah atau bernilai arsitektural tinggi yang fungsinya sudah tidak sesuai lagi (misalnya
bekas
pabrik
atau
gudang)
serta
mengusulkan
bentuk
konservasi
arsitekturalnya.
Memberikan contoh-contoh keberhasilan proyek pemugaran yang dapat menumbuhkan keyakinan pengembang bahwa dengan mempertahankan identitas kawasan/bangunan bersejarah, pengembangan akan lebih memberikan daya tarik yang pada gilirannya akan lebih mendatangkan keuntungan finansial.
1.7 Istilah-istilah pada Konservasi 1. Restorasi (dalam konteks yang lebih luas) ialah kegiatan mengembalikan bentukan fisik suatu tempat kepada kondisi sebelumnya dengan menghilangkan tambahan-tambahan atau merakit kembali komponens eksisting tnap menggunakan material baru. 2. Restorasi (dalam konteks terbatas) iala kegiatan pemugaran untuk mengembalikan bangunan dan lingkungan cagar budaya semirip mungkin ke bentuk asalnya berdasarkan data pendukung tentang bentuk arsitektur dan struktur pada keadaan asal tersebut dan agar persyaratan teknis bangunan terpenuhi. (Ref.UNESCO.PP. 36/2005).
1
3. Preservasi (dalam konteks yang luas) ialah kegiatan pemeliharaan bentukan fisik suatu temapt dalam kondisi eksisting dan memperlambat bentukan fisik tersebut dari proses kerusakan.
4. Preservasi (dalam konteks yang terbatas) ialah bagian dari perawatan dan pemeliharaan yang intinya adalah mempertahankan keadaan sekarang dari bangunan dan lingkungan cagar budaya agar keandalan kelaikan fungsinya terjaga baik (Ref. UNESCO.PP. 36/2005). 5. Konservasi ( dalam konteks yang luas) ialah semua proses pengelolaan suatu tempat hingga terjaga signifikasi budayanya. Hal ini termasuk pemeliharaan dan mungkin (karena kondisinya) termasuk tindakan preservasi, restorasi, rekonstruksi, konsoilidasi serta revitalisasi. Biasanya kegiatan ini merupakan kombinasi dari beberapa tindakan tersebut. 6. Konservasi (dalam konteks terbatas) dari bangunan dan lingkungan ialah upaya perbaikan dalam rangka pemugaran yang menitikberatkan pada pembersihan dan pengawasan bahan yang digunakan sebagai kontsruksi bangunan, agar persyaratan teknis bangunan terpenuhi. (Ref. UNESCO.PP. 36/2005). 7. Rekonstruksi ialah kegiatan pemugaran untuk membangun kembali dan memperbaiki sekaurat mungkin bangunan dan lingkungan yang hancur akibat bencana alam, bencana lainnya, rusak akibat terbengkalai atau keharusan pindah lokasi karenasalah satu sebab yang darurat, dengan menggunakan bahan yang tersisa atau terselamatkan dengan penambahan bahan bangunan baru dan menjadikan bangunan tersebut laik fungsi dan memenuhi persyaratan teknis. (Ref. UNESCO.PP. 36/2005). 8. Konsolidasi ialah kegiatan pemugaran yang menitikberatkan pada pekerjaan memperkuat, memperkokoh struktur yang rusak atau melemah secara umum agar persyaratan teknis banguna terpenuhi dan bangunan tetap laik fungsi. Konsolidasi bangunan dapat juga
1
disebut dengan istilah stabilisasi kalau bagian struktur yang rusak atau melemah bersifat membahayakan terhadap kekuatan struktur. 9. Revitalisasi ialah kegiatan pemugaran yang bersasaran untuk mendapatkan nilai tambah yang optimal secara ekonomi, sosial, dan budaya dalam pemanfaatan bangunan dan lingkungan cagar budaya dan dapat sebagai bagian dari revitalisasi kawasan kota lama untuk mencegah hilangnya aset-aset kota yang bernilai sejarah karena kawasan tersebut mengalami penurunan produktivitas. 10. Pemugaran adalah kegiatan memperbaiki atau memulihkan kembali bangunan gedung dan lingkungan cagar budaya ke bentuk aslinya dan dapat mencakup pekerjaan perbaikan struktur yang bisa dipertanggungjawabkan dari segi arkeologis, histories dan teknis. (Ref. PP.36/2005). Kegiatan pemulihan arsietktur bangunan gedung dan lingkungan cagar budaya yang disamping perbaikan kondisi fisiknya juga demi pemanfaatannya secara fungsional yang memenuhi persyaratan keandalan bangunan.
2.1. Pengertian Presedent dalam Arsitektur Berikut merupakan beberapa pengertian preseden dalam
arsitektur, dari beberapa
sumber media: 1. Preseden arsitektur adalah sebuah penilaian atau
alat analisis untuk melatih
kecakapan desain arsitektur dan memberikan karakter tertentu pada desain arsitektural seorang arsitek. 2.
Preseden
arsitektur
memberikan
tinjauan
terhadap
design
masa
lalu guna
memberikan solusi sebagai dasar penalaran dalam situasi desain saat ini, sehingga memunculkan suatu prinsip design yang baru atau inovasi. 3. Preseden arsitektur mengidentifikasi pola dan tema yang sebelumnya sudah ada, dan kini berpeluang untuk membantu mewujudkan bentuk atau design arsitektur baru pada generasi selanjutnya.
1
4. Preseden bukan untuk membangkitkan gaya lama baik sebagian atau keseluruhan dari suatu desain bangunan yang sudah ada. 5. Preseden arsitektur fokus
pada
cara
berfikir yang
menekankan mengenai apa
yang pada dasarnya sama, bukan yang berbeda. 6. Preseden adalah teknik yang
digunakan oleh
transformasi, yaitu suatu
aktivitas mengkodefikasi unsur-unsur
bangunan yang
sudah
ada sebagai refrensi, namun
kemudian mengubah kodefikasi tersebut sedemikian rupa
dengan masih
tetap
mempertahankan refrensi aslinya untuk menghasilkan makna baru. 2.2. Penggunaan Preseden dalam Arsitektur Dalam usaha
mempelajari preseden arsitektur yang
harus
berhati-hati agar
Untuk
menghasilkan preseden yang
preseden secara
tidak
terjebak dalam
menyeluruh, Guna
baik
usaha
maka
telah
ada,
seorang arsitek
peniruan suatu bentuk semata.
seorang arsitek harus
mempelajari
mengetahui akan anatomi bangunan, struktur dan
kontruksi, tata ruang, nilai-nilai yang dikandung, kondisi social budaya masyarakat, hingga sejarah yang melatarbelakangi keberadaan sebuah preseden. Ini dikarenakan dalam sebuah preseden terkandung makna-makna tertentu. Dimana makna-makna ini tidak dapat diterapkan begitu saja pada karya arsitektur baru, hanya dengan melakukan peniruan bentuk fisik semata dari presedennya. Preseden pada dasarnya bukan berfungsi sebagai ‘’Pemberi contoh semata”, melainkan dalam
preseden dapat
dikembangkan oleh
arsiteknya sendiri. Sehingga dengan hal tersebut dapat memperoleh suatu karya arsitektur atau
rancangan yang
baru,
sesuai
dengan waktu
dan tempatnya masing-masing.
Penggunaan Preseden arsitektur dalam arsitektur dapat dilakukan dengan dua alternatife yaitu : 1. Penggunaan preseden yang didasarkan atas prinsip-prinsip desain. Seorang arsitek dalam merancang sebuah karya-karnya mengolah fungsi, ruang dan karakter berdasarkan atas prinsip desain yang sudah ada. 2.
Penggunaan
preseden yang
tradisional yang ada dalam
didasarkan atas suatu
prinsip-prinsip dalam arsitektur
setting masyarakat tertentu. Penerapan prinsip-
1
prinsip desain tersebut di dalam mengolah fungsi, ruang dan karakter misalnya : rumah Bali, Jawa, Minangkabau, dll. Metodologi penilaian karya
arsitektural yang
mempunyai karakteristik tertentu, yang
secara mendalam meliputi 3 aspek yaitu : 1. Aspek Konseptual Dalam aspek bentuk,
proses
konseptual, preseden arsitektur lebih transformasi
dan
philosophy .
terfokus kepada teori-teori
Dalam analisisnya sebagai berikut:
pertama, bagaimana implikasi konsep filosofis yang
dimiliki. Kedua, bagaimana
merumuskan suatu konsep, yaitu
menyatukan beberapa elemen
gagasan yang dapat
dalam satu kesatuan. Ketiga, bagaimana menanggapi tuntutan programatis, konteks dan berbagai gagasan yang muncul. 2. Aspek Programatik Dalam
aspek
progmatik,
preseden
arsitektur
terfokus
kepada
tata ruang,
konfigurasi, morfologi, geometri dan lay out denah atau bangunannya sendiri. Dalam analisisnya sebagai berikut: pertama, bagaimana membuat penzoningan, pengelompokan fungsional. Kedua, bagaimana menata dan mengkaitkan ruang pakai dengan sirkulasi. Ketiga bagaimana membentuk ruang dan massa dalam kaitannya dengan program dan fungsinya. 3. Aspek Formal Preseden
arsitektur
terfokus
kepada
peraturan, ragam hias dan sustainability .
hal
formal
seperti
tapak, lingkungan,
Dalam analisisnya sebagai berikut: pertama,
menganalisis kontrusi geometris. Kedua, menganalisis konfigurasi keruangan.
1