RESUME PENGENALAN BATUAN BEKU
A.
Pengertian Batuan Beku Igenous rocks atau batuan beku merupakan jenis batuan yang terbentuk
dari magma yang mendingin dan mengeras. Atau secara sederhana, batuan beku merupakan batuan penyusun kerak bumi yang berasal dari pembekuan magma. Magma adalah bahan cair pijar di dalam bumi yang berasal dari bagian atas atau bagian bawah kerak bumi, bersuhu tinggi, mempunyai kekentalan yang tinggi, bersifat mudah bergerak atau bermobilitas tinggi, dan juga cenderung menuju ke permukaan bumi. Batuan beku juga merupakan kumpulan (agregat) dari mineral – mineral silikat yang saling mengunci (interlocking) dari hasil penghabluran magma yang mendingin. Mineral – mineral tersebut ukurannya berbeda-beda, tergantung dari kecepatan pembekuannya. Lalu, mineral tersebut akan mengkristal pada temperatur tertentu. Urutan kristalisasi tersebut digambarkan dalam Bowen Reaction Series.
Sumber: Anonim. 2014.
Gambar 1 Bowen Reaction Series
Batuan beku ialah penyusun bumi terbesar, itu karena pembekuan atau pendinginan magma jauh dibawah permukaan bumi, dekat ataupun di permukaan bumi.. Jika di bawah permukaan disebut batuan intrusif (plutonik), yang dekat permukaan bumi disebut batuan beku hypabisal, sedangkan di atas permukaan disebut batuan ekstrusif (vulkanik).
Batuan beku juga dapat dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan proses pembekuannya, yaitu : Batuan Beku Extrusive, yaitu batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung di atas permukaan bumi. Yaitu lava yang memiliki bagian struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Batuan Beku Intrusive, yaitu batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung di bawah permukaan bumi. Berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya terbagai menjadi dua, yaitu konkordan dan diskordan. Batuan Beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung di antara batuan plutonik (extrusive) dan vulkanik (instrusive). Batuan beku hypabisal terbentuk karena pendinginan dan pembekuan yang dihasilkan dari naiknya magma di bawah permukaan bumi. Magma pembentuk batuan beku berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada baik di mantel bumi maupun kerak bumi. Proses pelelehan terjadi dari proses – proses berikut:
Kenaikan temperatur
Penurunan tekanan
Perubahan komposisi
Sumber: Baihaqi, Lukman, Muhammad. 2012.
Gambar 2 Contoh Batuan Beku
B.
Struktur Batuan Beku Struktur batuan beku hanya dapat dilihat saat di lapangan saja,
contohnya:
Pillow lava atau disebut juga lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
Joint struktr, yaitu struktur yang ditandai dengan adanya kekar – kekar yang tersusun secara teratur dan tegak lurus searah aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh – contoh batuan yang
ada (hand speciment sample), contohnya: Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertangam dalam tubuh batuan beku. Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang – lubang karena disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur. Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang – lubangnya lebih besar dan lubang – lubang tersebut menunjukkan arah yang tidak teratur. Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang – lubang gas telah terisi oleh mineral – mineral sekunder, contohnya mineral silikat atau mineral karbonat. Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen atau pecahan batuan lain yang masuk ke dalam batuan yang menginstrusi.
C.
Komposisi Mineral Tujuan dari komposisi mineral batuan beku adalah agar dapat
menginterpretasikan tentang magma asal dari batuan tersebut dan juga dapat menginterpretasikan posisi tektonik tempat kejadian magma tersebut. Cara menentukan komposisi mineral pada batuan beku, dengan mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terdiri dari mineral kuarsa, feldspar, fledspatois, dan muskovit. Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terdiri dari mineral biotit, piroksen, amphibol, dan olivin.
Sumber: Anonim. 2016.
Gambar 3 Mafic Silikat dan Felsic Silikat
Sedangkan mineral pembentuk batuan beku dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: Mineral utama (essential minerals), yaitu mineral yang terbentuk dari kristalisasi magma, biasanya hadir dalam jumlah yang cukup banyak dan sangat penting dalam menentukan nama dan sifat batuan. Contohnya, mineral olivin, piroksen, horblende, biotit, plagioklas, feldspar, muskovit, kuarsa, dan feldpathoid.
Sumber: Hofmann, Jann. 2015.
Gambar 4 Mineral Olivin
Mineral tambahan (accessory minerals), yaitu mineral yang terbentuk dari kristalisasi magma, biasanya hadir dalam jumlah yang relatif sedikit, dan tidak dapat dipaki untuk menentukan nama dan sifat batuan. Contohnya, apatit, zirkon, magnetit, hematit, rutil, dan lain – lain.
Sumber: Boy, Iyes. 2014.
Gambar 5 Mineral Apatit
Mineral sekunder (secondary minerals), yaitu mineral hasil ubahan dari mineral – mineral primer karena proses pelapukan. Contohnya klorit, epidode, serisit, kaolin, aktinolit, garnet, dan lain – lain.
Sumber: Anonim. 2014.
Gambar 6 Mineral Apidode
D.
Warna Batuan Beku Beragam – ragam warna batuan beku yang ada di bumi ini berkaitan erat
dengan komposisi mineral penyusunnya. Komposisi mineral dari suatu satuan beku dikontrol oleh magma asalnya, sehingga dari warna bisa diketahui jenis magma pembentukannya,. Berikut klasifikasi warna – warna batuan beku: Batuan beku yang berwarna cerah, biasanya batuan beku asam yang tersusun oleh mineral – mineral felsik. Batuan beku yang berwarna gelap hitam, biasanya adalah batuan beku intermedier yang tersusun oleh mineral – mineral felsik dan mineral mafik yang persentasenya sama banyak. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan, biasanya batuan beku basa yang tersusun oleh mineral – mineral mafik.
Batuan beku yang berwarna hijau kelam, biasanya batuan beku ultra basa yang tersusun oleh hampir seluruh mineral – mineral mafik.
E.
Klasifikasi Batuan Beku Klasifikasi batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya,
kandungan SiO2, dan indeks warna. Dari klasifikasi tersebut dapat ditentukan nama batuan yang berbeda – beda meskipun dalam jenis batuan yang sama. Berikut klasifikasi batuan beku, diantaranya: a) Pembagian Berdasarkan Cara Terjadinya
Batuan beku ektrusif terbentuk dari semua material yang dikeluarkan ke permukaan bumi baik di atas permukaan laut maupun di bawah permukaan laut. Material ini membeku atau mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk pada atau suatu larutan yang kental dan panas yang dikenal dengan lava.
Batuan beku intrusi, proses batuan ini berbeda dengan kegiatan batuan ekstrusif dimana batuan ini sifatnya menerobos lapisan batuan yang sebelumnya sudah terbentuk. Batuan ini mendingin atau membeku lebih lambar di bawah permukaan bumi. Sementara
menurut
Rosenbuch
(1877
–
1976),
batuan
beku
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
Effusive rock, batuan yang terbentuk di permukaan.
Dike rock, batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
Deep seated rock, batuan beku yang jauh di dalam bumi.
b) Klasifikasi Berdasarkan Kimiawi Klasifikasi menjadi standar dalam geologi dan dibagi menjadi empat, yaitu:
Batuan beku asam, mengandung lebih dari 66% SiO2. Contohnya, granit dan rhyolit.
Batuan beku menengah atau intermediate, mengandung 52%-66% SiO2. Contohnya diorit, dan andesit.
Batuan beku basa, mengandung 45%-52% SiO2. Contohnya gabro dan basal.
Batuan beku ultra basa, mengandung kurang dari 45% SiO2. Contohnya peridotit, dan dunit.
c) Klasifikasi Berdasarkan Indeks Warna Menurut S. J. Shand (1943), yaitu:
Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.
Mesococtik rock, apabila mengandung 30% - 60% mineral mafik.
Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik. Sedangkan menurut S. J. Ellis (1948), yaitu:
Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% - 40%.
Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% - 70%.
Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
F.
Tekstur Batuan Beku Tekstur batuan beku ialah kenampakan fisik dari batuan mulai dari ukuran,
bentuk, serta hubungan keteraturan mineral dalam batuan yang dapat merefleksikan keterbentukan dan keterdapatannya. Tekstur dinilai sebagai keadaan dan juga hubungan yang erat antar mineral – mineral sebagai bagian dari batuan serta antara mineral – mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur batuan beku meliputi derajat kristalisasi, kemas (fabric), besar butir (granulitas), dan bentuk kristal. Berikut penjelasannya: a) Derajat Kristalisasi Derajat kristalisasi atau kristalinitas adalah derajat dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Fungsinya untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal. Jika pembekuan magma berlangsung sangat lambat, maka terbentuk kristal – kristal yang berukuran kasar hingga sedang. Sedangkan jika magma membeku secara cepat maka akan terbentuk kristal – kristal yang berukuran halus, dan jika pembekuan magma terjadi sangat cepat maka akan terbentuk gelas. Ada tigas kategori derajat kristalisasi, yaitu:
Holokristalin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur dari holokristalin ialah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
Hipokristalin, yaitu sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur dari holohialin ialah banyak terbentuk sebagai lava, dike dan sill, serta sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
b) Hubungan Antar Kristal Kemas merupakan keseragaman ukuran antara butiran pada batuan beku. Pembagiannya yaitu:
Equigranular, yaitu ukuran besar butir atau kristal relatif sama. Equigranular
dibagi
menjadi
tiga,
yaitu
panidiomorfik
granular,
hipidiomorfik granular, dan allotriomorfik granular. Panidiomorfik granular ialah sebagian besar mineral – mineralnya terdiri dari mineral – mineral yang euhedral. Sedangkan hipidiomorfik granular ialah sebagian besar mineral – mineralnya terdiri dari mineral – mineral yang subhedral. Dan allotriomorfik granular ialah sebagian besar mineral – mineralnya terdiri dari mineral – mineral yang anhedral.
Inequegranural,
yaitu
ukuran
besar
antar
kristal
tidak
sama.
Inequegranural dibagi menjadi dua, yaitu porfiritik dan vitrofirik. Porfiritik adalah kristal – kristal yang ukuran butirnya lebih besar (fenokris) tertanam dalam massa dasar kristal yang lebih halus. Sedangkan vitrofirik adalah kristal – kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam massa dasar gelas atau amorf. d) Bentuk Kristal Bentuk kristal mendeskripsikan sifat dari suatu kristal dalam batuan, bukan sifat batuan secara menyeluruh. Dilihat dari pandangan dua dimensi, bentuk kristal dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu:
Euhedral, yaitu bata dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
Subhedral, yaitu sebagian dari bata kristalnya sudak tidak terlihat lagi.
Anhedral, yaitu mineral yang sudah tidak mempunyai bidang kristal lagi. Sedangkan dilihat dari pandangan tiga dimensi, bentuk kristal dibagi
menjadi 4, yaitu:
Equidimensional, yaitu bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
Tabular, yaitu bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lainnya.
Prismitik, yaitu bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lainnya.
Irregular, yaitu bentuk kristal yang tidak teratur.
Sumber: Basaruddin. 2011.
Gambar 7 Bentuk – Bentuk Kristal
KESIMPULAN
Dari resume yang telah saya buat tentang pengenalan batuan beku, dapat dipahami bahwa pengenalan batuan beku sangat penting untuk orang – orang yang nantinya berhubungan dengan pertambangan maupun geologi. Mempelajari karakteristik batuan beku dapat mempermudah kita menganalisis dan mengidentifikasi batuan yang ada di lapangan. Dengan mempelajari batuan beku, kita dapat membuktikan bahwa batuan beku tersebut memang berasal dari bumi. Mempelajari batuan beku mulai dari struktur pembentukannya, komposisi mineral yang ada di batuan beku tersebut, berbagai
macam
warna
dari
mengklasifikasikan
batuan
beku
batuan
beku
yang
terdapat
tersebut, di
dan
terakhir
lapangan
dengan
memperhatikan poin – poin yang sudah tercantum dalam resume ini. Setelah mempelajari tentang batuan beku tersebut, kita juga bisa mengambil keuntungan dari mempelajari batuan beku tersebut. Contohnya jika melakukan penelitian ataupun eksplorasi mencari batuan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, kita bisa menjualnya atau memanfaatkannya sendiri karena kita tahu bahwa batuan tersebut memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2016. “Batuan Beku”. id.wikipedia.org/wiki/. Diakses pada tanggal 17 Maret 2017. 2. Fauzan, Andri. 2013. “Pengenalan Batuan Beku”. nuranigeo.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 17 Maret 2017. 3. Graha,
Setia. 2012. “Pengenalan Batuan Beku”. doddysetiagraha.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 17 Maret 2017.
4. Ramadhan, Topan. 2017. “Materi Kuliah Pengenalan Batuan Beku”. topanramadhanms.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 17 Maret 2017.
LAMPIRAN