LAPORAN PENDAHULUAN PADA Ny. “ N “ DENGAN PENYAKIT ODS KATARAK SINILE III DI RUANG POLI KLINIK MATA
JERNI
16.690
CI LAHAN
CI INSTITUSI
PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN YPPP WONOMULYO T.A 2018
A. Definisi Katarak adalah keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998) Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000). Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua- duanya.Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.(kapita selekta. jilid satu.2001) Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak sinilis ini merupakan proses degenerative (kemunduran). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya.
B. Etiologi Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab katarak lainnya meliputi : 1. Faktor keturunan. 2. Cacat bawaan sejak lahir. 3. Masalah kesehatan, misalnya diabetes. 4. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid. 5. gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus) 6. gangguan pertumbuhan, 7. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama. 8. Rokok dan Alkohol 9. Operasi mata sebelumnya. 10. Trauma (kecelakaan) pada mata. 11. Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
C. Patofisiologi Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung 3 komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transportasi, perubahan pada searabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan selier ke sekitar daerah diluar lensa misalnya dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalan cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air kedalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda, dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Katarak dapat bersifat kongenital dan dapat diidentifikasi awal, karena bila tidak dapat didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama (Andra 2013, hh.64-65).
D. Tanda dan Gejala 1. Rasa silau karena terjadi pembiasan tidak teratur oleh lensa yang keruh. 2. Pengeliatan akan b : 3. erkurang secara perlahan. 4. Pada pupil terdapat bercak putih. 5. Bertambah tebal nukleus dengan perkembangnya lapisan korteks lensa. 6. Pengelihatan kabur. 7. Rasa nyeri pada mata (Andra 2013 h.65)
E. Klasifikasi Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita :
Katarak congenital
Sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009). Katarak congenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak konginetal merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat. Katarak konginetal sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubella, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak congenital biasanya berupa penyakitpenyakit herediter sepertimikroftlmus, aniridia, kaloboma iris, karatokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, dysplasia retina, dan megalo kornea
Katarak senile
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya merupakan kelanjutan katarak congenital. Katarak juvenile biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolic dan penyakit lainnya
Katarak senile
Setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed m) Katarak senile sendiri terdiri dari empat stadium,yaitu : 1. Stadium awal (insipient). Pada stadium awal (katarak insipen) kekeruhan lensa mata masih sangat masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkalipenderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator terbentuk jeriji menuju korteks anteriordan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks anterior. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior sub kapsular posterior, celah terbentuk antara serta lensa dan krteks berisi jaringan degenerative (benda morgagni) pada katarak insipient kekeruhan ini dapat
menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama. 2. Stadium imatur Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit 3. Stadium matur Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat pekapuran menyeluruh karena deposit kalsium (Ca) bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negative. 4. Stadium hipermatuf Katarak yang terjadi akibat korteks yang mencair sehingga masa lensa ini dpat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nucleus tenggelam kea rah bawah (jam 6) (katarak morgagni). Lensa kan mengeriput akibat masa lensa yang keluar ke dalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fokotoksik atau galukoma fakolitik
F. Komplikasi 1. Glaukoma Kelainan yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan intra okuler didalam bola mata, sehingga lapang pandang mengalami gangguan dan visus mata menurun. 2. Kerusakan retina Kerusakan retina ini terjadi terjadi setelah pascah bedah, akibat ada robekan pada retina, cairan masuk ke belakang dan mendorong retina atau terjadi penimbunan eksudat dibawah retina sehingga terangkat. 3. Infeksi Ini bisa terjadi setelah pasca bedah karena kurangnya perawatan yang tidak edekuat (Andra 2013, h. 67).
G. Pemeriksaan Penunjang 1. Retinometri Tes yang dilakukan untuk mengetahui apakah penglihatan yang turun itu disebabkan katarak atau tidak 2. Keratometri 3. Pemeriksaan lampu slit 4. Oftalmoskopis Yaitu dengan melihat refleks merah\ di dalam manic mata atau apabila tidak ada katarak Maka akan terlihat reflekmerah pada pupil yang merupakan reflekretinayang terlihat melalui pupil. Bila terdapat katarak atau kekeruhan padat pada pupil maka refleks merah ini tidak akan terlihat 5. A-Scan ultrasound (Echography 6. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi dan implantasi
H. Pengkajian Sistem yang Berhubungan Dengan Penyakit Pengkajian di fokuskan pada optimalisasi pembedahan leser oftalmologi. Pengkajian riwayat kesehatan diperlukan untuk menghindari komplikasi pada intraoperatif dan pasca operatif.pasien yang mempunyai peningkatan kadar glukosa darah dan hipertensi harus dikoreksi dahulu sebelum pembedahan, kaji adanya alergi dan obat-obatan.
I. Diagnose Keperawatan 1. Gangguan persepsi sensori / penglihatan berhubungan dengan perubahan resepsi, transmisi dan / atau integrasi sensori 2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyiakitnya 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan prosedur invasif (ekstraksi katarak).
J. Rencana Asuhan Keperawatan 1. Gangguan persepsi sensori / penglihatan berhubungan dengan perubahan resepsi, transmisi dan / atau integrasi sensori Kriteria Hasil : Mengompensasi defisit sensori dengan memaksimalkan indra yang tidak rusak
INTERVENSI
peningkatan Komunikasi : Defisit Penglihatan
RASIONAL
Membantu
pembelajaran dan penerimaan
metode alternatif untuk menjalani hidup dengan penurunan fungsi penglihatan.
Manajemen Lingkungan
Memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk manfaat terapeutik
Memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk manfaat terapeutik
Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mencegah
komplikasi neurologis
atau
meminimalkan
2. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyaitnya Kriteria Hasil : memperlihatkan pengendalian nyeri
INTERVENSI
Berikan penilaian tentang tingkat peng
RASIONAL
Menggunakan
agens-agens
farmakologi
untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
Manajemen medikasi
Memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas secara aman dan efektif
Manajemen nyeri
Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada
tingkat
kenyamanan
yang
dapat
diterima oleh pasien
3. tinggi infeksi berhubungan prosedur invasif (ekstraksi katarak). Kriteria hasil : mempertahankan tingkat nyeri
INTERVENSI
perawatan luka insisi
RASIONAL
membersihkan, memantau dan memfasilitasi proses penyembuhan luka yang ditutup dengan jahitan, klip, atau staples.
Pengendalian infeksi
Meminimalkan penyebaran dan penularan agens infeksius
Perlindungan infeksi
Mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasien yang berisiko
Perawatan luka
Mencegah terjadinya komplikasi pada luka dan memfasilitasi proses penyembuhan luka.
DAFTAR PUSTAKA Ilyas Sidarta, 2004 , Ilmu Perawatan Mata, Jakarta: CV. Sagung Seto Ilyas Sidarta. 1997.Katarak (lensa mata keruh).FKUI:Jakarta Doengoes, 2000.Rencana Asuhan Keperawatan.EGC:Jakarta Wilkinson, Judith M. 2011, Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 Diagnosa NANDA Intervensi NIC Kriteria hasil NOC, Jakarta : EGC.