Nama
:
Nurul Ahlaqul Karimah
NIM
:
1822404303
Prodi / Tingkat
: D-III Analis Kesehatan / 1 (Satu)
Dosen Pengampu
: La Ode Marsudi.S.ST.,M.Kes
A. Sumber infeksi & rantai penularannya Pengertian Infeksi Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki cara bertahan hidup dengan berkembang biak pada suatu reservoir yang cocok dan mampu mencari reservoir lainnya yang baru dengan cara menyebar atau berpindah. Penyebaran mikroba patogen ini tentunya sangat merugikan bagi orang-orang yang dalam kondisi sehat, lebih-lebih bagi orang-orang yang sedang dalam keadaan sakit. Orang yang sehat akan menjadi sakit dan orang yang sedang sakit serta sedang dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit akan memperoleh “tambahan beban penderita” dari penyebaran mikroba patogen ini. Secara garis besar, mekanisme transmisi mikroba patogen ke pejamu yang rentan (suspectable host) dapat terjadi melalui dua cara. 1. Transmisi langsung (direct transmission) Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk (port d’entrée) yang sesuai dari pejamu. Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman, atau adanya droplet nuclei saat bersin, batuk, berbicara, atau saat transfusi darah dengan darah yang terkontaminasi mikroba patogen.
2. Transmisi tidak langsung (indirect transmission) Penularan mikroba pathogen melalui cara ini memerlukan adanya “media perantara” baik berupa barang / bahan, udara, air, makanan / minuman, maupun vektor. a. Vehicle-borne Dalam kategori ini, yang menjadi media perantara penularan adalah barang / bahan yang terkontaminasi seperti peralatan makan dan minum, instrumen bedah / kebidanan, peralatan laboratorium, peralatan infus / transfusi. b. Vector-borne Sebagai media perantara penularan adalah vektor (serangga), yang memindahkan mikroba patogen ke pejamu dengan cara sebagai berikut.
Cara mekanis Pada kaki serangga yang menjadi vektor melekat kotoran / sputum yang mengandung mikroba patogen, lalu hinggap pada makanan / minuman, dimana selanjutnya akan masuk ke saluran cerna pejamu.
Cara biologis Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami siklus perkembangbiakan dalam tubuh vektor / serangga, selanjutnya mikroba berpindah tempat ke tubuh pejamu melalui gigitan.
c. Food-borne Makanan dan minuman adalah media perantara yang terbukti cukup efektif untuk menjadi saran penyebaran mikroba patogen ke pejamu, yaitu melalui pintu masuk (port d’entrée) saluran cerna. d. Water-borne Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif, terutama untuk kebutuhan rumah sakit, adalah suatu hal yang mutlak. Kualitas air yang meliputi aspek fisik, kimiawi, dan bakteriologis, diharapkan telah bebas dari mikroba patogen sehingga aman untuk dikonsumsi manusia. Jika tidak, sebagai salah satu media perantara, air sangat mudah menyebarkan mikroba patogen ke pejamu, melalui pintu masuk (port d’entrée) saluran cerna maupun pintu masuk lainnya.
e. Air-borne Udara bersifat mutlak diperlukan bagi setiap orang, namun sayangnya udara yang telah terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit untuk dapat dideteksi. Mikroba patogen dalam udara masuk ke saluran napas pejamu dalam bentuk droplet nuclei yang dikeluarkan oleh penderita (reservoir) saat batuk atau bersin, bicara atau bernapas melalui mulut atau hidung. Sedangkan dust merupakan partikel yang dapat terbang bersama debu lantai / tanah. Penularan melalui 8 udara ini umumnya mudah terjadi di dalam ruangan yang tertutup seperti di dalam gedung, ruangan / bangsal / kamar perawatan, atau pada laboratorium klinik. Mekanisme transmisi mikroba patogen atau penularan penyakit infeksi pada manusia sangat jelas tergambar dalam uraian di atas, dari reservoir ke pejamu yang peka atau rentan. Dalam riwayat perjalanan penyakit, pejamu yang peka (suspectable host) akan berinteraksi dengan mikroba patogen, yang secara alamiah akan melewati 4 tahap. 1. Tahap Rentan Pada tahap ini pejamu masih berada dalam kondisi yang relatif sehat, namun kondisi tersebut cenderung peka atau labil, disertai faktor predisposisi yang mempermudah terkena penyakit seperti umur, keadaan fisik, perilaku / kebiasaan hidup, sosial-ekonomi, dan lain-lain. Faktor– faktor predisposisi tersebut akan mempercepat masuknya agen penyebab penyakit (mikroba patogen) untuk dapat berinteraksi dengan pejamu. 2. Tahap Inkubasi Setelah masuk ke tubuh pejamu, mikroba pathogen akan mulai beraksi, namun tanda dan gejala penyakit belum tampak (subklinis). Saat mulai masuknya mikroba patogen ke tubuh pejamu hingga saat munculnya tanda dan gejala penyakit dikenal sebagai masa inkubasi. Masa inkubasi satu penyakit berbeda dengan penyakit lainnya; ada yang hanya beberapa jam, dan ada pula yang sampai bertahuntahun.
3. Tahap Klinis Merupakan tahap terganggunya fungsi-fungsi organ yang dapat memunculkan tanda dan gejala (signs and symptomps) dari suatu penyakit. Dalam perkembangannya, penyakit akan berjalan secara bertahap. Pada tahap awal, tanda dan gejala penyakit masih ringan. Penderita masih mampu melakukan aktivitas sehari–hari dan masih dapat diatasi dengan berobat jalan. Pada tahap lanjut, penyakit tidak dapat diatasi dengan berobat jalan, karena penyakit bertambah parah baik secara objektif maupun subjektif. Pada tahap ini penderita sudah tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari–hari dan jika berobat, umumnya harus melakukan perawatan. 4. Tahap Akhir Penyakit Perjalanan semua jenis penyakit pada suatu saat akan berakhir pula. Perjalanan penyakit tersebut dapat berakhir dengan 5 alternatif. a. Sembuh sempurna Penderita sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi sel / jaringan / organ tubuh kembali seperti semula saat sebelum sakit. b. Sembuh dengan cacat Penderita sembuh dari penyakitnya namun disertai adanya kecacatan. Cacat dapat berbentuk cacat fisik, cacat mental, maupun cacat sosial. c. Pembawa (carrier) Perjalanan penyakit seolah–olah berhenti, ditandai dengan menghilangnya tanda dan gejala penyakit. Pada tahap ini agen penyebab penyakit masih ada dan masih memiliki potensi untuk menjadi suatu sumber penularan. d. Kronis Perjalanan penyakit bergerak lambat, dengan tanda dan gejala yang tetap atau tidak berubah (stagnan). e. Meninggal dunia Akhir perjalanan penyakit dengan adanya kegagalan fungsifungsi organ yang menyebabkan kematian.
Sifat–Sifat Penyakit Infeksi Sebagai agen penyebab penyakit (biotis), mikroba patogen memiliki sifat–sifat khusus yang sangat berbeda dengan agen penyebab penyakit lainnya (abiotis). Sebagai makhluk hidup, mikroba patogen memiliki ciri– ciri kehidupan, yaitu : 1. Mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan cara berkembang biak 2. Memerlukan tempat tinggal yang cocok bagi kelangsungan hidupnya (habitat–reservoir) 3. Bergerak dan berpindah tempat (dinamis) ciri–ciri kehidupan mikroba patogen tersebut di atas, merupakan sifat– sifat spesifik mikroba patogen dalam upaya mempertahankan hidupnya. Cara mikroba tersebut menyerang / menginvasi pejamu / manusia adalah melalui tahapan sebagai berikut. 1. Sebelum berpindah ke pejamu (calon penderita), mikroba patogen tersebut hidup dan berkembang biak pada reservoir (orang / penderita, hewan, benda–benda lain). 2. Untuk mencapai pejamu (calon penderita), diperlukan adanya suatu mekanisme penyebaran. 3. Untuk masuk ke tubuh pejamu (calon penderita), mikroba patogen memerlukan pintu masuk (port d’entrée) seperti kulit / mukosa yang terluka, hidung, rongga mulut, dan sebagainya. Masing-masing mikroba patogen memiliki jeda waktu yang berbeda dari saat masuknya mikroba pathogen tersebut melalui port d’entrée sampai timbulnya manifestasi klinis. 4. Pada prinsipnya semua organ tubuh pejamu dapat diserang oleh mikroba patogen, namun kebanyakan mikroba pathogen hanya menyerang organ–organ tubuh tertentu dari pejamu (target organ) secara selektif.
5. Besarnya kemampuan merusak dan menimbulkan manifestasi klinis dari mikroba patogen terhadap pejamu dapat dinilai dari beberapa faktor berikut. a. Infeksivitas Besarnya kemampuan yang dimiliki mikroba patogen untuk melakukan invasi, berkembang biak dan menyesuaikan diri, serta bertempat tinggal pada jaringan tubuh pejamu. b. Patogenitas Derajat respon / reaksi pejamu untuk menjadi sakit. c. Virulensi Besarnya kemampuan yang dimiliki mikroba patogen untuk merusak jaringan pejamu. d. Toksigenitas Besarnya kemampuan mikroba patogen untuk menghasilkan toksin, di mana toksin tersebut akan berpengaruh bagi tubuh pejamu dalam perjalanan penyakitnya. e. Antigenitas Kemampuan mikroba patogen merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh (antibody) pada diri pejamu. Kondisi ini akan mempersulit mikroba patogen itu sendiri untuk berkembang biak, karena mekanisme tersebut akan memperlemah respon tubuh pejamu untuk menjadi sakit. Menurut Segitiga Epidemiologi, faktor–faktor agen penyebab penyakit, pejamu, dan lingkungan saling berinteraksi satu sama lain. Lingkungan sering kali berpengaruh positif terhadap perkembangbiakan mikroba patogen serta 13 transmisinya ke pejamu, dan tidak jarang pula hal tersebut akan berpengaruh negatif terhadap pejamu. Hasil akhirnya adalah pejamu menjadi seorang penderita (sakit) penyakit infeksi. Contoh yang mudah ditemukan adalah lingkungan rumah sakit. Lingkungan ini sangat berpotensi untuk menyebarkan dan menularkan mikroba patogen yang berakibat timbulnya kasus–kasus yang disebut infeksi nosokomial. Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Infeksi Tindakan atau upaya pencegahan penularan penyakit infeksi adalah tindakan yang harus
diutamakan. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara memutuskan rantai penularannya. Rantai penularan adalah suatu rangkaian proses berpindahnya mikroba patogen dari sumber penularan (reservoir) ke pejamu dengan / tanpa media perantara. Jadi, kunci untuk mencegah atau mengendalikan penyakit infeksi adalah dengan mengeliminasi mikroba patogen yang bersumber pada reservoir serta mengamati mekanisme transmisinya, khususnya yang menggunakan media perantara. Sumber-sumber penularan atau reservoir yang telah diketahui adalah orang (penderita), hewan, serangga (arthropoda) seperti lalat, nyamuk, kecoa, yang sekaligus dapat berfungsi sebagai media perantara. Contoh lain adalah sampah, limbah, ekskreta / sekreta dari penderita, sisa makanan, dan lain–lain. Apabila perilaku hidup sehat sudah menjadi budaya dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari–hari, serta sanitasi lingkungan yang sudah terjamin, 14 diharapkan kejadian penularan penyakit infeksi dapat ditekan serendah mungkin. Faktor Yang Mempengaruhi Infeksi Beberapa faktor yang dapat berperan dalam terjadinya infeksi dibagi menjadi 4, yaitu: 1. Faktor intrinsik: seperti umur, jenis kelamin, kondisi umum, resiko terapi, adanya penyakit lain, tingkat pendidikan dan lamanya masa kerja. 2. Faktor ekstrinsik: seperti dokter, perawat, penderita lain, bangsal / lingkungan, peralatan, material medis, pengunjung/keluarga, makanan dan minuman. 3. Faktor keperawatan: lamanya hari perawatan, menurunnya standar perawatan, dan padatnya penderita. 4. Faktor mikroba patogen: kemampuan invasi / merusak jaringan, dan lamanya paparan Tingkat pendidikan merupakan faktor predisposisi seseorang untuk berperilaku, sehingga latar belakang pendidikan
merupakan faktor yang penting untuk mendasari dan memotivasi perilaku atau memberikan referensi dalam memberikan pengalaman belajar.
Pengertian Penyakit Menular Penyakit menular ialah penyakit yang dapat berpindah dari seseorang ke orang lain. Penyakit dapat ditularkan baik melalui kontak langsung dengan penderita, melalui binatang perantara, udara, makanan dan minuman, atau benda-benda yang sudah tercemar oleh bakteri, virus, cendawan, atau jamur. Masalah dominannya penyakit menular dalam komposisi penyakit yang abadi di Indonesia tentu tidak menggembirakan. Berkembangnya penyakit menular di Indonesia merupakan akibat dari rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, ditambah lagi dengan keadaan lingkungan yang kurang terawat menyebabkan munculnya berbagai wabah penyakit. Untuk mencegah dan mengatasi wabah penyakit itu, pemerintah membekali setiap petugas kesehatan dengan pengetahuan dan keterampilan untuk pence-gahan serta penanganan masalah wabah penyakit menular tersebut.
2.2.Cara-Cara Penularan Penyakit Menular Penyakit menular dapat berpindah dari penderita ke orang lain dengan cara-carasebagai berikut. a.
Melalui Kontak Jasmani (Personal Contact) Kontak jasmani terdiri atas dua jenis, yaitu kontak langsung dan
kontak tidaklangsung. 1)
Kontah Langsung (Direct Contact)
Penyakit dapat menular kepada orang lain karena adanya kontak langsung antara anggota badan dengan anggota badan orang yang ditulari. Misalnya, penularan penyakit kelamin dan penyakit kulit. 2) Kontak Tak Langsung (Indirect Contact) Penyakit dapat menular kepada orang lain melalui perantaraan benda-benda yang telah terkontaminasi (tercemar) oleh penderita, misalnya melalui handuk, pakaian, dansaputangan.
b.
Melalui Makanan dan Minuman (Food Borne Infection) Penyakit dapat menular melalui perantaraan makanan dan minuman
yang telah terkontaminasi. Penyakit yang menular dengan cara ini terutama penyakit-penyakit yang berhubungan dengan saluran percernakan makanan, seperti kolera, tifus, poliomyelitis, hepatitis, dan penyakitpenyakit yang disebabkan oleh cacing. Di negara miskin masih banyak orang menggunakan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan untuk keperluan rumah tangga sehingga penyakit-penyakit tersebut seringkali ditularkan melalui air. Oleh karena itu, penyakit tersebut dinamakan juga water borne diseases. c. Melalui Serangga (Insect Borne Infection) Penyakit yang dapat menular dengan perantara serangga, antara lain sebagaiberikut. 1.
Malaria, yang
disebabkan
oleh Plasmodium dan
ditularkan
oleh
nyamuk Anopheles. 2.
Demam berdarah, yang disebabkan oleh salah satu virus dari selotipe genusflavivirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
3.
Demam kuning, yang disebabkan oleh arbovirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
4.
Filariasis atau
penyakit
cacing Filaria
kaki
gajah,
yang disebabkan
bancroftiatau Filaria
oleh
malayi, ditularkan
oleh nyamuk Culex fatigans. 5.
Penyakit saluran pencernaan makanan dapat ditularkan oleh lalat yang dipindah-kan dari feses (kotoran) penderita ke makanan atau alat-alat makan.
d. Melalui Udara (Air Borne Infection) Penyakit yang ditularkan dengan cara ini terutama pada penyakit saluran pernapasan, di antaranya sebagai berikut. 1.
Melalui udara yang mengandung bibit penyakitnya, misalnya penularan penyakit TB.
2.
Melalui ludah ketika batuk atau ber-cakap-cakap, misalnya penularan penyakit dipteri dan pertusis.
Jenis-Jenis Penyakit Menular yang Bersumber Lingkungan Tidak Sehat Salah satu kebutuhan penting akan kesehatan lingkungan adalah masalah air bersih, persampahan dan sanitasi, yaitu kebutuhan akan air bersih, pengelolaan sampah yang setiap hari diproduksi oleh masyarakat serta
pembuangan
air
limbah
yang
langsung
dialirkan
pada
saluran/sungai. Hal tersebut menyebabkan pandangkalan saluran/sungai, tersumbatnya
saluran/sungai
karena
sampah.
Pada
saat
musim
penghujan selalu terjadi banjir dan menimbulkan penyakit. Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang baik serta pembuangan sampah dan air limbah yang kurang baik diantaranya adalah:
a.
Penyakit Tifus 1.
Penyebab: bakteri Salmonella typhi.
2.
Masa inkubasi: 10-14 hari.
3.
Cara penularan: melalui makanan dan minuman yang mengandung Salmonella twhi.
4.
Gejala-gejala: merasa menggigil, letih, lemah dan sakit kepala hilang nafsu makan, diikuti dengan pendarahan hidung, sakit punggung, mencret, dan sembelit, kebanyakan penderita ini juga me-ngalami radang tenggorokan sehingga pada taraf permulaan penyakit tifus itu mungkin kelihatan seperti radang paru-paru. Suhu badan naik dan tetap tinggi selama kira-kira sepuluh hari sampai dua minggu danberangsur-angsur turun menjelang akhir minggu keempat
5.
Pencegahan dan pemberantasannya:
Pendidikan kesehatan kepada masya-rakat tentang penyakit tifus. Usahakanlah air minum dimasak sampai mendidih. Menjaga kebersihan pribadi dan keluarga. Menjaga kebersihan makanan dan minuman. Menghilangkan
sumber
penularan dengan
mencari
dan
mengobati semua penderita dalam masyarakat.
b.
Penyakit Kolera 1.
Penyebab: Vibrio
Cholerae untuk
kolera asiatica
dan Vibrio
Cholerae Eltor untukkolera eltor. 2.
Masa inkubasi: beberapa jam sampai 5 hari.
3.
Cara
penularannya:
melalui
makanan
dan minuman
terkontaminasi (tercemar) oleh bibit penyakit kolera.
yang
4.
Gejala-gejala: Perut terasa sakit dan buang air besar lebih dari 20 kali sehari, Sering muntah-muntah, Badan menjadi kurus karena kekurangan cairan tubuh,
Mata cekung dan dalam keadaan yang parah otot menjadi kaku/kejang dan tidak dapat kencing, serta
jika tidak segera diberi pengobatan, penderita akan meninggal karena kekurangan cairan.
5.
Pencegahan dan pemberantasannya: Pemberantasan penyakit kolera dapat dilaksanakan sebagai berikut.
Melaporkan
jika
menemukan
wabah penyakit
ini
secepatnya kepada pihak yang terkait.
Isolasi penderita dan desinfeksi benda-benda yang berbahaya untuk penularan.
Pengobatan dan meniadakan sumber penularan.
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
Penyediaan air yang baik untuk masyarakat.
Peningkatan kesehatan lingkungan.
Penyelidikan
dan
pemeriksaan epidemiologis
di
lapangan berupa:
pemeriksaan contact person,
pemeriksaan air yang dikonsumsi penderita, serta
pemeriksaan makanan dan minuman yang dikonsumsi penderita.
c.
Penyakit Tuberculosis (TB) 1.
Penyebab: bakteri Mycobacterium Tuberculosa.
2.
Masa inkubasi: antara 4-6 minggu.
3.
Cara penularannya: melalui pernapasan, bakteri masuk ke dalam paru-paru bersama udara,
melalui susu sapi yang diminum tanpa dipasteurisasi terlebih dahulu.
4.
Gejala-gejala: terasa lesu,
demam,
berat badan menurun,
berkeringat pada malam hari, serta
batuk yang sukar sembuh dan kadang-kadang mengeluarkan darah.
5.
Pencegahan dan pemberantasan: Pada umumnya, pencegahan dan pemberantasan penyakit TB dijalankan dengan usaha-usaha sebagai berikut.
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit TB.
Pencegahan dengan cara:
Vaksinasi BCG pada anak-anak umur 0-14 tahun dan,
Chemoprophylactic
dengan
INH
pada
keluarga
penderita atau orang-orang yang pernah kontak dengan penderita.
d.
Penyakit Hepatitis Hepatitis ialah peradangan hati yang menahun karena suatu infeksi atau
keracun-an. 1.
Penyebab: penyebab penyakit hepatitis ialah virus.
2.
Masa inkubasi: selama 2-6 minggu
3.
Cara penularan: Pada ibu hamil bila terserang virus hepatitis B dapat menularkan pada bayinya yang ada di dalam kandung-an atau sewaktu menyusui. Bentuk penularan seperti inilah yang sering dijumpai pada penyakit hepatitis B. Penularan hepatitis C dan Delta melalui tranfusi darah.
4.
Hepatitis E penularannya melalui mulut. Gejala-gejala:
badan terasa lemah, suhu badan meningkat, mual-mual, dan kadang- kadang muntah, disertai sakit kepala,
setelah beberapa hari, air seninya berwarna seperti teh pekat, dan
mata terlihat kuning, akhirnya
seluruh kulit tubuh menjadi kuning.
5.
Pencegahan
dan
pemberantasannya: Pencegahan
dan
pemberantasan penyakit hepatitis dijalankan dengan usaha-usaha sebagai berikut. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit hepatitis, bahaya-bahayanya, cara penularannya, serta usahausaha pencegahannya.
Pencegahan dengan cara memberikan vaksinasi.
Menghilangkan
sumber
penularan dengan
mencari
dan
mengobati semua penderita dalam masyarakat.
Tindakan yang tidak kalah pentingnya adalah istirahat yang teratur, pengaturan makanan, dan makan obat-obatan.
B. Standar kewaspadaan universal
Penerapan Kewaspadaan Standar di fasilitas pelayanan kesehatan Latar belakang Penerapan Kewaspadaan Standar diharapkan dapat menurunkan risiko penularan patogen melalui darah dan cairan tubuh lain dari sumber yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Penerapan ini merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus rutin dilaksanakan terhadap semua pasien dan di semua fasilitas pelayanan kesehatan (FPK). Kebersihan tangan merupakan komponen terpenting dari Kewaspadaan Standar dan merupakan salah satu metode yang paling efektif dalam mencegah penularan patogen yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Selain kebersihan tangan, pemilihan alat pelindung diri (APD) yang akan dipakai harus didahului dengan penilaian risiko pajanan dan sejauh mana antisipasi kontak dengan patogen dalam darah dan cairan tubuh. Untuk mendukung praktik yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan saat memberikan pelayanan perawatan, semua individu (termasuk pasien dan
pengunjung) harus mematuhi program pencegahan dan pengendalian infeksi di FPK. Pengendalian penyebaran patogen dari sumber yang infeksius merupakan kunci program pengendalian sumber penularan infeksi. Salah satu langkah pengendalian sumber penularan infeksi adalah kebersihan pernapasan dan etika batuk yang dikembangkan saat munculnya severe acute respiratory syndrome (SARS), kini termasuk dalam Kewaspadaan Standar. Peningkatan penerapan Kewaspadaan Standar ini di seluruh dunia akan secara signifikan menurunkan risiko yang tidak perlu dalam pelayanan kesehatan. Peningkatan lingkungan kerja yang aman sesuai dengan langkah yang dianjurkan dapat menurunkan risiko transmisi. Dibutuhkan kebijakan dan dukungan pimpinan untuk pengadaan sarana, pelatihan untuk petugas kesehatan, dan penyuluhan untuk pasien serta pengunjung. Hal tersebut penting dalam meningkatkan lingkungan kerja yang aman di tempat pelayanan kesehatan. Anjuran penting ⃝ Peningkatan lingkungan kerja yang aman merupakan dasar pencegahan dan pengendalian penularan patogen pada pelayanan kesehatan. n Kewaspadaan Standar harus diterapkan saat merawat semua pasien. n Penilaian tingkat risiko sangatlah penting dalam pemilihan APD yang akan dipakai saat melakukan tindakan. ⃝ Kebersihan pernapasan dan etika batuk harus dipromosikan kepada semua orang dengan gejalagejala gangguan pernapasan. ⃝ Kebersihan pernapasan dan etika batuk harus dipromosikan kepada semua orang dengan gejalagejala gangguan pernapasan. Kebijakan kesehatan ⃝ Meningkatkan lingkungan kerja yang aman
⃝ Mengembangkan kebijakan yang memfasilitasi pelaksanaan langkahlangkah pencegahan dan pengendalian infeksi Kebersihan tangan ⃝ Jagalah kebersihan tangan dengan menggunakan antiseptik berbasis alkohol atau mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir (lihat indikasi rinci pada tabel). ⃝ Bila tangan tampak kotor setelah kontak dengan cairan tubuh, atau diduga terpajan organisme berspora, atau setelah menggunakan toilet, tangan harus dibersihkan dengan sabun atau antiseptik dan air mengalir. Bila tidak tampak kotor, tangan dapat dicuci dengan antiseptik berbasis alkohol. ⃝ Pastikan tersedia fasilitas cuci tangan dengan air bersih yang mengalir. ⃝ Pastikan tersedia sarana untuk membersihkan tangan (air bersih, sabun, handuk sekali pakai, antiseptik berbasis alkohol). Utamakan antiseptik berbasis alkohol selalu tersedia di tempat pelayanan kesehatan.
Alat pelindung diri (APD) ⃝ LAKUKAN PENILAIAN RISIKO terhadap pajanan cairan tubuh atau permukaan terkontaminasi SEBELUM melakukan tindakan pelayanan kesehatan. Jadikan ini suatu kebiasaan! ⃝ Pilih APD berdasarkan penilaian risiko: © Sarung tangan bersih, nonsteril © Gaun pelindung tahan air, bersih, nonsteril © Masker dan pelindung mata atau pelindung wajah.
Kebersihan pernapasan dan etika batuk ⃝ Pelatihan untuk petugas kesehatan dan penyuluhan kepada pasien dan pengunjung fasilitas pelayanan kesehatan. ⃝ Tutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin. ⃝ Bersihkan tangan setelah kontak dengan sekret saluran napas. ⃝ Jaga jarak terhadap orang dengan gejala gangguan saluran pernafasan akut yang disertai demam.
Rekomendasi Kewaspadaan Standar di fasilitas pelayanan kesehatan
SEKILAS HAL-HAL PENTING: 1. Kebersihan tangan Ringkasan teknik: ⃝ Cuci tangan (40-60 detik): basahi tangan dan gunakan sabun, gosok seluruh permukaan, bilas kemudian keringkan dengan handuk sekali pakai, sekaligus untuk mematikan keran. ⃝ Penggosokan tangan (20-30 detik): gunakan produk dalam jumlah cukup untuk seluruh bagian tangan, gosok tangan hingga kering. Ringkasan indikasi: ⃝ Sebelum dan sesudah kontak langsung dengan pasien dan di antara pasien, baik menggunakan maupun tidak menggunakan sarung tangan.
⃝ Segera setelah sarung tangan dilepas. ⃝ Sebelum memegang peralatan. ⃝ Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi, kulit terluka, dan benda-benda terkontaminasi, walaupun menggunakan sarung tangan. ⃝ Selama merawat pasien, saat bergerak dari sisi terkontaminasi ke sisi bersih dari pasien. ⃝ Setelah kontak dengan benda-benda di samping pasien. 2. Sarung tangan ⃝ Gunakan bila akan menyentuh darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi, membran mukosa, kulit yang tidak utuh. ⃝ Ganti setiap kali selesai satu tindakan ke tindakan berikutnya pada pasien yang sama setelah kontak dengan bahan-bahan yang berpotensi infeksius. ⃝ Lepaskan setelah penggunaan, sebelum menyentuh benda dan permukaan yang tidak terkontaminasi, dan sebelum pindah ke pasien lain. Lakukan tindakan membersihkan tangan segera setelah melepaskan sarung tangan. 3. Pelindung wajah (mata, hidung, dan mulut) ⃝ Gunakan 1) masker bedah dan pelindung mata (pelindung mata, kaca mata pelindung) atau 2) pelindung wajah untuk melindungi membran mukosa mata, hidung, dan mulut selama tindakan yang umumnya dapat menyebabkan terjadinya percikan darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi. 4. Gaun Pelindung
⃝ Gunakan untuk memproteksi kulit dan mencegah kotornya pakaian selama tindakan yang umumnya bisa menimbulkan percikan darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi. ⃝ Lepaskan gaun pelindung yang kotor sesegera mungkin dan bersihkan tangan. 5. Pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya2 Hati-hati bila: ⃝ Memegang jarum, pisau, dan alat-alat tajam lainnya. ⃝ Bersihkan alat-alat yang telah digunakan. ⃝ Buang jarum dan alat-alat tajam lainya yang telah digunakan. 6. Kebersihan pernapasan dan etika batuk Seseorang dengan gejala gangguan napas harus menerapkan langkah-langkah pengendalian sumber: ⃝ Tutup hidung dan mulut saat batuk/bersin dengan tisu dan masker, serta membersihkan tangan setelah kontak dengan sekret saluran napas. Fasilitas pelayanan kesehatan harus: ⃝ Menempatkan pasien dengan gejala gangguan pernapasan akut setidaknya 1 meter dari pasien lain saat berada di ruang umum jika memungkinkan. ⃝ Letakkan tanda peringatan untuk melakukan kebersihan pernapasan dan etika batuk pada pintu masuk fasilitas pelayanan kesehatan.
⃝ Pertimbangkan untuk meletakkan perlengkapan/ fasilitas kebersihan tangan di tempat umum dan area evaluasi pasien dengan gangguan pernapasan. 7. Kebersihan Lingkungan ⃝ Gunakan prosedur yang memadai untuk kebersihan rutin dan disinfeksi permukaan lingkungan dan benda lain yang sering disentuh. 8. Linen Penanganan, transportasi, dan pemrosesan linen yang telah dipakai dengan cara: ⃝ Cegah pajanan pada kulit dan membran mukosa serta kontaminasi pada pakaian. ⃝ Cegah penyebaran patogen ke pasien lain dan lingkungan. 9. Pembuangan Limbah ⃝ Pastikan pengelolaan limbah yang aman. ⃝ Perlakukan limbah yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi sebagai limbah infeksius, berdasarkan peraturan setempat. ⃝ Jaringan manusia dan limbah laboratorium yang secara langsung berhubungan dengan pemrosesan spesimen harus juga diperlakukan sebagai limbah infeksius. ⃝ Buang alat sekali pakai dengan benar. 10. Peralatan perawatan pasien ⃝ Peralatan yang ternoda oleh darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga pajanan pada kulit dan
membran mukosa, kontaminasi pakaian, dan penyebaran patogen ke pasien lain atau lingkungan dapat dicegah. ⃝ Bersihkan, disinfeksi, dan proses kembali perlengkapan yang digunakan ulang dengan benar sebelum digunakan pada pasien lain.
C. Prosedur Keselamatan, Pencegahan infeksi dan isolasi bahan pemeriksaan
A. PROSEDUR KERJA Untuk dapat menjelaskan prosedur kerja di kab dengan benar, perlu mgetahui berbagai prosedur tersebut, yaitu: Keselamatan dan Keamanan Kerja Keselamatan dan Keamanan Kerja atau laboratory safety (K3) memerlukan perhatian khusus, karena penelitian menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja dengan intensitas yang mengkawatirkan yaitu 9 orang/hari . Oleh karena itu K3 seyogyanya melekat pada pelaksanaan praktikum dan penelitian di laboratorium. Laboratorium adalah tempat staf pengajar, mahasiswa dan pekerja lab melakukan eksprimen dengan bahan kimia alat gelas dan alat khusus. Penggunaan bahan kimia dan alat tersebut berpotensi terjadinya kecelakaan kerja. Pada umumnya
kecelakan kerja penyebab utamanya adalah kelalaian atau kecerobohan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dg cara membina dan mengembangkan kesadaran (attitudes) akan pentingnya K3 di laboratorium. Keselamatan Kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara cukup (tidak berlebihan) dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan akibat yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya. Hal tersebut perlu dijelaskan berulang ulang agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Keselamatan yg dimaksud termasuk orang yg ada disekitarnya.
Peraturan Keselamatan Kerja Tujuan Peraturan Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin : a. Kesehatan , keselamatan dan kesejahteraan orang yg bekerja di laboratorium. b. Mencegah orang lain terkena resiko terganggu kesehatannya akibat kegiatan di laboratorium. c. Mengontrol penyimpanan dan penggunaan bahan yang mudah terbakar dan beracun d. Mengontrol pelepasan bahan berbahaya (gas) dan zat berbau ke udara, sehingga tidak berdampak negative terhadap lingkungan. Aturan umum yang terdapat dalam peraturan itu menyangkut hal hal sebagai berikut : a. Orang yang tak berkepintingan dilarang masuk laboratorium, untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. b. Jangan melakukan eksprimen sebelum mengetahui informasi mengenai bahaya bahan kimia, alat alat dan cara pemakaiannya.
c. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja. d. Harus tau cara pemakaian alat emergensi : pemadam kebakaran, eye shower, respirator dan alat keselamatan kerja yang lain. e. Setiap laboran /Pekerja laboratorium harus tau memberi pertolongan darurat (P3K). f. Latihan keselamatan harus dipraktekkan secara periodik bukan dihapalkan saja g. Dilarang makan minum dan merokok di lab, bhal ini berlaku juga untuk laboran dan kepala Laboratorium. h. Jangan terlalu banyak bicara, berkelakar, dan lelucon lain ketika bekerja di laboratorium i. Jauhkan alat alat yang tak digunakan, tas,hand phone dan benda lain dari atas meja kerja. Pakaian di Laboratorium Pekerja laboratorium harus mentaati etika berbusana di laboratorium. Busana yang dikenakan di laboratorium berbeda dengan busana yang digunakan sehari hari. Busana atau pakaian di laboratorium hendaklah mengikuti aturan sebagai berikut : a. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak oleh bahan kimia, sepatu yang terbuka, sepatu licin, atau berhak tinggi. b. Wanita dan pria yang memiliki rambut panjang harus diikat, rambut panjang yang tidak terikat dapat menyebabkan kecelakaan. karena dapat tersangkut pada alat yang berputar.
c. Pakailah jas praktikum, sarung tangan dan pelindung yang lain dengang baik meskipun, penggunaan alat alat keselamatan menjadikan tidak nyaman. Bekerja dengan Bahan Kimia Bila anda bekerja dengan bahan kimia maka diperlukan perhatian dan kecermatan dalam penanganannya. Adapaun hal umum yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : a. Hindari kontak langsung dg bahan kimia b. Hindari menghirup langsung uap bahan kimia c. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus ( cukup dg mengkibaskan kearah hidung ) d. Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih dan gatal) Memindahkan Bahan Kimia Seorang laboran pasti melakukan pekerjaan pemindahan bahan kimia pada setiap kerjanya. Ketika melakukan pemindahan bahan kimia maka harus diperhatikan hal hal sebagai berikut : a. Baca label bahan sekurang kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan bahan misalnya antara asam sitrat dan asam nitrat. b. Pindahkan sesuai jumlah yang diperlukan c. Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan d. Jangan mengembalikan bahan kimia ke tempat botol semula untuk menghindari kontaminasi, meskipun dalam hal ini kadang terasa boros Memindahkan Bahan Kimia Cair
Ada sedikit perbedaan ketika seorang laboran memindahkan bahan kimia yang wujudnya cair. Hal yang harus diperhatikan adalah : a. Tutup botol dibuka dengan cara dipegang dengan jari tangan dan sekaligus telapak tangan memegang botol tersebut. b. Tutup botol jangan ditaruh diatas meja karena isi botol bisa terkotori oleh kotoran yang ada diatas meja. c. Pindahkan cairan menggunakan batang pengaduk untuk menghindari percikan. d. Pindahkan dengan alat lain seperti pipet volume singga lebih mudah. Memindahkan Bahan Kimia Padat Pemindahan bahan kimia padat memerlukan penanganan sebagai berikut : a. Gunakan sendok sungu atau alat lain yang bukan berasal dari logam. b. Jangan mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan. c. Gunakan alat untuk memindahkan bebas dari kontaminasi. Hindari satu sendok untuk bermacam macam keperluan. Cara Pemanasan Larutan dalam Tabung Reaksi Pemanasan tabung reaksi sering dilakukan dalam suatu percobaan di laboratorium. Ada banyak reaksi yang harus dilakukan pemanasan untuk mempercepat proses reaksi. Tata cara melakukan pemanasan tabung reaksi adalah : a. Isi tabung reaksi sebagian saja, sekitar sepertiganya. b. Api pemanas terletak pada bag bawah larutan. c. Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.
d. Arah mulut tabung reaksi pada tempat yang kosong agar percikannya tidak mengenai orang lain.
Cara memanaskan dg gelas Kimia Pemanasan yang dilakukan menggunakan gelas kimia ( bukan tabung reaksi) maka harus memperhatikan aturan sebagai berikut : a. Gunakan kaki tiga sebagai penopang gelas kimia tersebut. b. Letakkan batang gelas atau batu didih pada gelas kimia untuk menghindari pemanasan mendadak. c. Jika gelas kimia tersebut berfungsi sbg penagas air , isikan air seperempatnya saja supaya tidak terjadi tumpahan. Peralatan dan Cara Kerja Bekerja dengan alat alat kimia juga berpotensi terjadinya kecelakaan kerja, oleh karena itu harus diperhatikan hal hal sebagai berikut : a. Botol reagen harus dipegang dengan cara pada bagian label ada pada telapak tangan . b. Banyak peralatan terbuat dari gelas , hati hati kena pecahan kaca. Bila memasukkan gelas pada prop-karet gunakan sarung tangan sebagai pelindung. c. Ketika menggunakan pembakar spritus hati hati jangan sampai tumpah di meja karena mudah terbakar. Jika digunakan bunsen amati keadaan selang apakah masih baik atau tidak. d. Hati hati bila mengencerkan asam sulfat pekat, asam sulfatlah yang dituang sedikit demi sedikit dalam air dan bukan sebaliknya. Pembuangan Limbah
Limbah bahan kimia secara umum meracuni lingkungan, oleh karena itu perlu penanganan khusus: a. Limbah bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan . b. Buang pada tempat yang disediakan c. Limbah organik dibuang pada tempat terpisah agar bisa didaur ulang. d. Limbah padat (kertas saring, korek api, endapan) dibuang ditempat khusus. e. Limbah yang tidak berbahaya (Misal : detergen) boleh langsung dibuang ,dg pengenceran air yang cukup banyak. f. Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatan selesai. g. Limbah cair yang tidak larut dlm air dan beracun dikumpulkan pada botol dan diberi label yg jelas. Terkena Bahan Kimia Kecelakaan kerja bias saja terjadi meskipun telah bekerja dengan hati hati. Bila hal itu terjadi maka perhatikan hal hal sebagai berikut : a. Jangan panik . b. Mintalah bantuan rekan anda yg ada didekat anda, oleh karenanya dilarang bekerja sendirian di laboratorium. c. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung dg bahan tersegut, bila memungkinkan bilas sampai bersih. d. Bila kena kulit, jangan digaruk , supaya tidak merata. e. Bawaah keluar ruangan korban supaya banyak menghirup oksigen. f. Bila mengkawatirkan kesehatannya segera hubungi paramedik secepatnya.
Terjadi Kebakaran Kebakaran bisa saja terjadi di laboratorium, karena di dalamnya banyak tersimpan bahan yang mudah terbakar. Bila terjadi kebakaran maka : a. Jangan Panik b. Segera bunyikan alarm tanda bahaya. c. Identifikasi bahan yang terbakar (kelas A;B atau C), padamkan dengan kelas pemadam yang sesuai ( Contoh kebakaran klas B bensin, minyak tanah dll tidak boleh disiram dg air) d. Hindari menghirup asap secara langsung, gunakan masker atau tutup hidung dengan sapu tangan. e. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dg cepa. f. Cari Bantuan Pemadam Kebakaran , oleh karenanya No Telpon Pemadam Kebakaran haru ada di Lab. Kombinasi Bahan yang harus dihindari Kombinasi bahan dibawah ini berpotensi terjadi kecelakaan kerja, oleh karenanya harus dihindari. a. Natrium atau Kalium dg air b. Amonium nitrat, serbuk seng dan air c. Kalium nitrat dg natrium asetat d. Nitrat dengan ester e. Peroksida dengan magnesium, seng atau aluminium f. Benzena atau alkohol dengan api Gas Berbahaya
Ada beberapa gas yang berbahaya keberadaanya di laboratorium. Gas gas tersebut adalah : a. Bersifat Iritasi gas HCl, HF, nitrat dan nitrit, klorin,sulfur dioksida ( cermati baunya yg nyegrak). b. Karbon monoksida sangat mematikan, semua reaksi yang menghasilkan gas tersebut dihindari, karena tidak berwarna, dan tidak berbau c. Hidrogen sianida berbau seperti almond Hidrogen sulfida dikenali dari baunya Hidrogen selenida (H2Se) gas yg sangat beracun.
B. PENCEGAHAN INFEKSI PENCEGAHAN INFEKSI DEFINISI MIKROORGANISME
Mikroorganisme adalah agen penyebab terjadinya infeksi, termasuk didalamnya bakteri, virus, jamur dan parasit. Dalam sistem pencegahan infeksi, bakteri terbagi dalam tiga kategori, yaitu: vegetatif (stafilokokus), m ikobakteria(tuberkulosis) dan berendospora (tetanus) yang paling sulit dibunuh. Pencegahaninfeksi sering mengandalkan pada penggunaan penghalang (barrier) diantara penjamu (host) dan mikroorganisme. Barier Protektif dapat diwuju dkan secarafisik, mekanik atau kimia untuk mencegah penyebaran infeksi dari klien ke klien, petugas ke klien dan klien ke petugas kesehatan.
TRANSMISI KUMAN
Transmisi kuman merupakan proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusiayang dapat menimbulkan radang atau penyakit. Proses tersebut melibatkan beberapa unsur, diantaranya:1.
Reservoir , merupakan habitat pertumbuhan dan perkembanganmikroorganisme, dapat berupa manusia, binatang, tumbuhan maupuntanah.2.
Jalan masuk merupakan jalan masuknya mikroorganisme ke tempat penampungan dari berbagai kuman, seperti saluran pernapasan, p encernaan, kulit dan lain-lain3.
Inang (host) , tempat berkembangnya suatu mikroorganisme, yang dapatdidukung oleh ketahanan kuman4.
Jalan keluar , tempat keluarnya mikroorganisme dari reservoir, sepertisistem pernapasan, sistem pencernaan, alat kelamin dan lain-lain5.
Jalur penyebaran , merupakan jalur yang dapat menyebabkan berbagaikuman mikroorganisme ke berbagai tempat, seperti air, makanan, udara,dan lainlain.
CARA PENYEBARAN MIKROORGANISME
Proses penyebaran mikroorganisme ke dalam tubuh, baik pada manusia maupunhewan, dapat melalui berbagai cara, diantaranya:1.
Kontak tubuh Kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses penyebaransecara langsung, maupun tidak langsung. Penyebaran secara langsungmelalui sentuhan dengan kulit, sedangkan secara tidak langsung dapatmelalui benda yang terkontaminasi.
Makanan dan minuman Terjadinya penyebaran dapat melalui makanandan minuman yang telah terkontaminasi, seperti pada penyakit tifusabdominalis, penyakit infeksi cacing dan lain-lain.
Serangga Contoh proses penyebaran kuman melalui serangga adalah penyebaran penyakit malaria oleh plasmodium pada nyamuk anop helesdan beberapa penyakit saluran pencernaan yang dapat ditularkan melaluilalat.4.
Udara Proses penyebaran kuman melalui udara dapat dijumpai pada penyebaran penyakit sistem pernapasan.
INFEKSI NOSOKOMIAL Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit atau dalam sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran di sum
ber pelayanankesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lain.
TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI Istilah aseptik, antiseptik, dekontaminasi, cuci-bilas, disinfeksi dansterilisasi masih sering disalah-artikan. Istilah tersebut didefinisikan sebagai berikut:
Aseptik adalah istilah dalam pelayanan kesehatan untuk menggambarkansemua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganismeke dalam tubuh yang sering menyebabkan infeksi. Tujuan utama aseptik adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme pada permukaan benda hidup (kulit, jaringan) maupun benda mati (instrumen)hi ngga mencapai tingkat yang aman.
Antiseptik adalah upaya untuk membunuh atau menghambatmikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya denganmenggunakan bahan-bahan kimia (antiseptik).
Dekontaminasi adalah prosedur pengamanan peralatan bekas pakai atau bagian yang terpapar oleh agen penyebab infeksi sebelum prosedur cuci bilas agar bendabenda tersebut dapat diproses/ditangani dengan amanoleh petugas pengelola. Peralatan dimaksud termasuk meja ginekologi ataumeja operasi, peralatan operasi, sarung tangan yang terkontaminasi olehdarah atau cairan tubuh selama atau setelah operasi. Benda-benda
tersebutdiatas, termasuk lantai, dinding, meja, langit-langit, atau lampu sorot.
Cuci-Bilas adalah proses fisik untuk menghilangkan darah, cairan tubuhatau benda asing lainnya (debu atau kotoran) dari permukaan kulit ataudari peralatan.
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah proses untuk menghilangkansebagian besar mikroorganisme (kecuali bakteri dengan endospora) pada benda mati dengan merebus, mengukus, atau penggunaan disinfekt ankimia.
Sterilisasi adalah proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri-termasuk dengan endospora, virus, jamur dan parasit) pada benda matidengan cara uap air panas bertekanan tinggi (otoklaf), panas kering (oven),sterilan secara kimiawi atau radiasi pada peralatan.
C. ISOLASI BAHAN PEMERIKSAAN Pengerjaan isolasi kuman antraks pada bahan pemeriksaan yang dikirim dari daerah dilakukan berdasarkan metoda Hardjoutomo dkk (1990) dan dikerjakan dilaboratorium sesuai dengan jenisnya. Untuk bahan pemeriksaan yang berupa potongan daging, kulit dan telingga dikerjakan dengan cara menghancurkan. Penghancuran dilakukan menggunakan
alat penghancur (stomacher) setelah bahan pemeriksaan tersebut dicuci dan dipotong-potong kecil atau diiris menggunakan pisau skalpel steril. kemudian ditambahkan larutan NaCI physiologis sebanyak 5 ml untuk setiap 5-10 gram bahan pemeriksaan dan dimasukan kedalam tabung reaksi volume 10 ml. Larutan bahan pemeriksaan tersebut selanjutnya dikocok menggunakan alat pengocok (vortex) selama 2-3 menit dan dipanaskan pada suhu 70° C selama 1 67 pengocok (vortex) selamaa 2-3 menit dan dipanaskan pada suhu 70° C selama 30 menit dalam pemanas air (water bath). Tujuan pemanasan ini dilakukan agar bakteri pencemar lainnya dapat terbunuh dan tidak menghambat pertumbuhan B. anthracis . Selanjutnya, setelah diendapkan bagian supernatan larutan bahan pemeriksaan tersebut ditanam pada media agar darah dan diinkubasikan pada suhu 37°C selama 24 - 72 jam. Pertumbuhan koloni bakteri B. anthracis biasanya sudah mulai tampak setelah 24-48 jam inkubasi. Koloni yang dicurigai diambil dengan menggunakan ose dan dipindahkan pada media agar nutrien untuk diidentifikasi secara marfologi dan sifat biokimianya (Tabel 1 .). Pemeriksaan marfologi dan biokimia dilakukan berdasarkan metoda Pesti (1990) dan Cowan (1974) .
D.
Cara pengunaan alat pelindung diri(APD)
1.
Pengertian APD Alat Pelindung Diri (APD) merupakan istilah lain dari Personal protective equipment-PPE adalah peralatan yang akan melindungi pengguna terhadap risiko kesehatan atau keselamatan di tempat kerja. Hal ini dapat mencakup item seperti helm pengaman dan
helm, sarung tangan, pelindung mata, pakaian visibilitas tinggi, sepatu pengaman dan perlengkapan keselamatan.
Gambar 1. Alat Pelindung Diri (APD)
Mendengar perlindungan dan alat pelindung pernafasan yang disediakan untuk kebanyakan situasi kerja tidak tercakup oleh peraturan ini karena ada peraturan yang lebih spesifik lainnya yang berlaku untuk mereka. Namun, item ini harus kompatibel dengan PPE lain yang disediakan. Undang-Undang
Ketenagakerjaan
tahun
1989
memberikan
pengecualian untuk mengenakannya saat bekerja di lokasi konstruksi dari kebutuhan untuk memakai pelindung kepala.
2.
Peraturan yang dibutuhkan APD harus digunakan sebagai upaya terakhir. Dimanapun ada risiko terhadap kesehatan dan keselamatan yang tidak dapat dikontrol secara memadai dengan cara lain, Alat Pelindung Diri
pada Peraturan Kerja 1992 membutuhkan APD yang harus diberikan. Peraturan yang juga diharuskan oleh PPE adalah: dinilai baik sebelum digunakan untuk memastikan hal itu sesuai dengan tujuan; dipelihara dan disimpan dengan benar; dilengkapi
dengan
petunjuk
tentang
cara
menggunakannya dengan aman; digunakan dengan benar oleh karyawan.
3.
Bahaya dan jenis APD / PPE
Mata Bahaya : Kimia atau percikan logam , debu , proyektil , gas dan uap , radiasi. Pilihan: kacamata keselamatan , kacamata , wajah perisai , visor . Catatan : Pastikan pelindung mata memiliki kombinasi yang tepat dari dampak / debu / splash / logam pelindung mata cair untuk tugas dan cocok pengguna benar .
Kepala Bahaya : Dampak dari jatuh atau terbang benda , risiko menabrak kepala , belitan rambut . Pilihan : Berbagai helm , topi keras dan topi . Catatan: Beberapa helm pengaman menggabungkan atau dapat dilengkapi dengan mata yang dirancang khusus atau perlindungan pendengaran . Jangan lupa perlindungan leher , misalnya syal untuk digunakan selama pengelasan . Jangan gunakan
perlindungan
menggantinya .
kepala
jika
sudah
rusak
-
Pernafasan Bahaya : Debu , uap , gas , kekurangan oksigen atmosfer . Pilihan: Disposable filtering face -piece atau respirator , setengah atau full-face respirator , helm airfed , pernapasan. Catatan : Jenis kanan respirator filter harus digunakan karena masing-masing efektif untuk hanya kisaran zat terbatas . Dimana ada kekurangan oksigen atau bahaya kehilangan kesadaran karena paparan tingkat tinggi asap yang berbahaya , hanya menggunakan alat bantu pernapasan - tidak pernah menggunakan kartrid penyaringan . Filter hanya memiliki hidup yang terbatas , ketika menggantikan mereka atau bagian lain , periksa dengan petunjuk produsen dan memastikan bagian pengganti yang benar digunakan. Jika Anda menggunakan alat pelindung pernafasan , melihat publikasi peralatan pelindung pernapasan HSE di tempat kerja : Sebuah panduan praktis.
Melindungi tubuh Bahaya : Suhu ekstrem , cuaca buruk , bahan kimia atau percikan logam , semprotan dari tekanan atau kebocoran senjata semprot , dampak atau penetrasi , debu yang terkontaminasi , pakaian yang berlebihan atau belitan pakaian sendiri . Pilihan: Konvensional atau pakai overall , jas boiler , pakaian pelindung khusus , misalnya celemek chain -mail , pakaian visibilitas tinggi . Catatan : Pilihan bahan termasuk tahan api , anti statis , surat berantai , kimia kedap air , dan visibilitas tinggi
. Jangan lupa perlindungan lain , seperti memanfaatkan keamanan atau jaket .
4.
Syarat-syarat Alat Pelindung diri a.
Pakaian kerja harus seragam mungkin dan juga ketidaknyamanannya harus yang paling minim.
b.
Pakaian kerja harus tidak mengakibatkan bahaya lain, misalnya lengan yang terlalu lepas atau ada kain yang lepas yang sangat mungkin termakan mesin.
c.
Bahan pakaiannya harus mempunyai derajat resistensi yang cukup untuk panas dan suhu kain sintesis (nilon, dll) yang dapat meleleh oleh suhu tinggi seharusnya tidak dipakai.
d.
Pakaian kerja harus dirancang untuk menghindari partikelpartikel panas terkait di celana, masuk di kantong atau terselip di lipatan-lipatan pakaian.
e.
Harus memberikan perlindungan yang cukup terhadap bahaya yang dihadapi tenaga kerja/sesuai dengan sumber bahaya yang ada.
5.
f.
Tidak mudah rusak.
g.
Tidak mengganggu aktifitas pemakai.
h.
Mudah diperoleh dipemasaran.
i.
Memenuhi syarat spesifik lain.
j.
Nyaman dipakai.
Alat-alat pelindung anggota badan Badan kita terdiri dari beberapa bagian, semuanya itu harus terlindung diwaktu melaksanakan pekerjaan. Alat-alat pelindung bagian adalah sbb: a.
Alat Pelindung Mata, Mata harus terlindung dari panas, sinar yang menyilaukan dan juga dari debu.
Gambar 2. Kacamata Debu
Gambar 3. Kacamata Las Listrik
b.
Alat Pelindung Kepala, Topi atau helm adalah alat pelindung kepala bila bekerja pada bagian yang berputar, misalnya bor atau waktu sedang mengelas, hal ini untuk menjaga rambut terlilit oleh putaran bor atau rambut terkena percikan api.
Gambar 4. Alat Pelindung Kepala
Syarat Helm 1)
Tahan benturan
2)
Meredam kejutan
3)
Anti air dan tidak mudah terbakar mudah disesuaikan
Jenis-Jenis Helm: 1)
Kelas A, yaitu helmet untuk keperluan umum
2)
Kelas B digunakan pada lingkungan kerja listrik
3)
Kelas C helm melindungi dari panas
4)
Kelas D adalah helmet dengan daya tahan yang kecil terhadap api
Gambar 5. Helm sebagai pelindung kepala
c.
Alat pelindung telinga, Untuk melindungi telinga dari gemuruhnya mesin yang sangat bising juga penahan bising dari letupan-letupan.
Gambar 6. Alat Pelindung Telinga Jenis:
1)
jenis yang dimasukkan kedalam lubang telinga (SingleUse earplugs)
2)
d.
jenis yang menutup seluruh telinga.
Alat pelindung hidung, Adalah alat pelindung hidung dari kemungkinan terhisapnya gas-gas beracun. Respirator berbagai jenis, terdapat juga jenis : 1)
Respirator pemurni udara
2)
Respirator yang dihubungkan dengan supplay udara bersih
3)
Respirator yang dilengkapi dengan supplay oksigen
Gambar 7. Alat Pelindung Hidung
e.
Alat Pelindung Tangan, Alat ini terbuat dari berbagai macam bahan disesuaikan dengan kebutuhannya, antara lain: 1)
Sarung
tangan
kain, digunakan
untuk
memperkuat
pegangan supaya tidak meleset. 2)
Sarung
tangan
asbes,
digunakan
terutama
untuk
melindungin tangan terhadap bahaya panas. 3)
Sarung tangan kulit, digunakan untuk melindungi tangan dari benda tajam pada saat mengangkat suatu barang.
4)
Sarung tangan karet, digunakan pada waktu pekerjaan pelapisan logam, seperti vernikel, vercrhoom dsb. Hal ini
untuk mencegah tangan dari bahaya pembakaran asam atau kepedasan cairan.
Gambar 8. Macam-macam Sarung Tangan
f.
Alat Pelindung Kaki, untuk menghindarkan tusukan benda tajam atau terbakar oleh zat kimia. Terdapat dua jenis sepatu yaitu pengaman yang bentuknya seperti halnya sepatu biasa hanya dibagian ujungnya dilapisi dengan baja dan sepatu karet digunakan untuk menginjak permukaan yang licin, sehingga pekerja tidak terpeleset dan jatuh.
Gambar 9. Sepatu Kerja
g.
Alat Pelindung Badan, Alat ini terbuat dari kulit sehingga memungkinkan pakaian biasa atau badan terhindar dari percikan api, terutama pada waktu menempa dan mengelas. Lengan baju jangan digulung,
sebab lengan baju yang panjang akan
melindungi tangan dari sinar api.
Gambar 10. Alat Pelindung Badan
E. Cara praktis desinfeksi dan antiseptik Antiseptik dan disinfektan keduanya terkait dengan mikrobiologi. Ini adalah bahan kimia yang sering digunakan untuk menghentikan atau mengurangi pertumbuhan mikroba dan dengan demikian mencegah penyebaran infeksi dan penyakit, serta untuk menghentikan kontaminasi. Beberapa bahan kimia milik kedua kategori menunjukkan bahwa perbedaan tersebut tidak didasarkan pada struktur kimia tetapi aplikasi.
Antiseptik Antiseptik adalah bahan kimia yang digunakan untuk menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup / tubuh. Hal ini penting dalam mencegah infeksi sepsis “luka yang semakin parah” dengan infeksi mikroba lebih lanjut. Antiseptik bisa melawan bakteri, jamur, atau berbagai organisme. Tergantung pada aplikasi, mereka diidentifikasi sebagai antibakteri, antijamur dll. Beberapa antiseptik dapat menghancurkan mikroorganisme sepenuhnya dan beberapa hanya dapat mencegahnya pertumbuhan atau perkembangannya Antiseptik pertama kali diperkenalkan oleh Joseph Lister yang akan digunakan dalam proses bedah setelah mengamati bahwa orang meninggal setelah operasi disebabkan oleh masuknya infeksi luka saat operasi. Lois Pasteur juga bekerja pada bidang yang sama dan memperkenalkan banyak perkembangan. Diantara antiseptik umum alkohol juga dikenal sebagai slah satu antiseptik yang pertama yang pernah digunakan, Asam borat digunakan untuk infeksi jamur fagina dan di pencuci mata. Hidrogen peroksidasi digunakan untuk membersihkan luka Yodium sering digunakan di rumah sakit untuk pra dan pasca- pembersih operasi. Natrium klorida natrium karbonat fenol dan banyak orang lain juga digunakan tergantung pada aplikasi. Salah satu fitur penting yang harus dimiliki antiseptik adalah tidak berbahaya atau melakukan kerusakan minimal untuk jaringan hidup. efesien. Desinfektan Banyak bahan kimia milik kelas disenfektan. Bahan kimia ini digunakan untuk menghancurkan mikroorganisme pada permukaan non-hidup dan benda-benda Desinfektan dapat menghancurkan bakteri atau jamur dengan mengganggu metabolisme atau dengan mengganggu dinding sel. Ini sering digunakan dirumah sakit kamar operasi dapur dan kamar mandi
dimana mikroorganisme memiliki kesempatan untuk tumbuh dengan cepatdan menyebar penyakit secara eksponsial. Desinfektan yang ideal dapat sepenuhnya mensterilkan permukaan tetapi tidak selalu. Ketika bahan kimia ini diterapkan beberapa mikroorganisme membangun pelawanan terhadap mereka dan membuat situasi lebih buruk. Oleh karena itu kadang-kadang konsentrasi yang digunakan mungkin harus ditinggikan. Alkohol aldehida oksidator dan pemutih rumah tangga adalah desinfektan yang sangat populer, Yodium ozon perak dan tembaga garam juga digunakan tergantung pada aplikasi sinar UV juga digunakan sebagai desinfektan ketika harus diterapkan tanpa membasahi permukaan atau ketika kering diperlukan desinfeksi. Densifektan adalah cukup keras dibendingkan dengan antiseptik karena mereka harus pada permukaan dengan berbagai jenis mikroorganisme. Densifektan sebagian besar berada” spekrum luas” sebagai pembersih karena alasan ini densifektan adalah bahan kimia yang sangat kuat dan mereka tidak dapat digunakan sebagai pengganti antiseptik pada hampir semua situasi karena mereka adalah jaringan hidup beracun dan menyebabkan kerusakan. Perbedaan antara desinfektan dan antiseptik 1. Densifektan digunakan untuk menghancurkan mikroorganisme pada permukaan benda-benda tak hidup, tetapi antiseptik digunakan untuk menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup. 2. Desinfektan seharusnya tentu tidak berbahaya bagi jaringan karena mereka tidak diterapkan secara langsung. Namun pertemuan dengan tubuh manusia harus minimal, tetapi antiseptik harus tidak berbahaya atau dengan kerugian minimal untuk kehidupan jaringan.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal: Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Laboratorium Kimia, Sunarto. Penerapan Kewaspadaan Standar Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Aide-Memorie,2008. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Standar Saat Kerja Praktik, Rugianto, SPd., MT., 2014: Malang. Bustan Mn, 1997. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, PT. Rineka Cipta. Nor, Nasry. 2000. . Epidemiologi Penyakit Menular, PT. Rineka Cipta. Kesmas-unsoed. Info/2010/08/Makalah-Manajemen-Penyakit-LingkunganBerbasis-Wilayah-Dalam-Upaya-Penanggulangan-Wabah.Jurnal : Memahami Berbagai Penyakit Menular.