Resume 9.docx

  • Uploaded by: Nadilah
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Resume 9.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,123
  • Pages: 14
MUTASI Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Genetika 1 yang dibina oleh Bapak Prof. Dr.agr. Mohamad Amin, M.Si

Oleh kelompok 4 offering I : Arief Hidayatullah

(170342615535)

Nadilah Nur Anggraeni

(170342615521)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI Maret 2019

A. Pengertian Mutasi Mutasi secara umum adalah perubahan materi genetik yang dapat diwariskan dan dideteksi, namun tidak selalu diwariskan dan tidak selalu dapat dideteksi. Perubahan materi genetik dapat berupa perubahan atau pengurangan unit penyusun, perubahan susunan, perubahan jumlah, dan sebagainya, serta perubahan tersebut dapat terjadi ketika ada kesempatan untuk melakukan mutasi. Secara umum mutasi dibagi menjadi dua kategori yaitu mutasi spontan dan mutasi yang terinduksi. Mutasi spontan merupakan perubahan materi genetik yang terjadi tanpa sebab yang jelas, sedangkan mutasi terinduksi merupakan mutasi yang terjadi karena paparan mutagen seperti radiasi pengion, radiasi UV, dan berbagai senyawa kimia. B. Sebab-sebab Mutasi Secara umum, penyebab mutasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu faktor lingkungan atau eksternal dan faktor internal pada materi genetik tersebut. 1. Penyebab Mutasi dari Internal Materi Genetik Salah satu penyebab terjadinya mutasi secara internal dari materi genetik adalah kesalahan pada proses replikasi DNA. Kesalahan replikasi DNA yang sangat mungkin terjadi secara internal antara lain adalah fenomena tautomerisme, penggelembungan untai DNA, delesi, adisi, depurinasi dan deaminasi. Tautomerisme merupakan kejadian mutasi yang diakibatkan oleh perubahan posisi suatu proton yang mengubah sesuatu sifat kimia molekul, pada basa purin dan pirimidin perubahan tautomerik mengubah sifat perikatan hidrogennya dimana C* akan berikatan dengan A, G* dengan T, T* dengan G, dan A* dengan C. Hal ini mengakibatkan basa nitrogen tersebut dapat berikatan dengan basa nitrogen yang tidak menjadi basa komplementernya. Penggelembungan untai/strand DNA dapat terjadi baik pada untai lama maupun untai baru, jika penggelembungan untai DNA ini terjadi pada untai lama maka akan mengakibatkan delesi (pengurangan basa) pada untai baru karena ketika penggelembungan terjadi di untai template, maka basa yang “looping out” tidak akan terbaca oleh DNA polimerase sehingga akan terjadi kekurangan satu komplemen basa yang “looping out” tersebut sehingga antara tempalate dan untai baru memiliki selisih

satu basa sehingga seperti mengalami delesi. Sebaliknya ketika penggelembungan untai DNA ini terjadi pada untai baru maka akan berkibat terjadinya adisi (penambahan basa) pada untai yang baru karena apabila terjadi di untai baru, maka DNA polimerase akan mensintesis dua kali basa yang “looping out” sehingga akan terbentuk rantai baru yang lebih panjang 1 basa dibandingkan templatenya. Peristiwa adisi dan delesi inilah yang mengakibatkan terjadinya mutasi pada DNA tersebut. Proses lain yang dapat menyebabkan mutasi secara internal adalah depurinasi dan deaminasi pada basa-basa tertentu. Depurinasi merupakan peristiwa terputusnya ikatan purin dengan gula deoksiribose. Jika purin yang mengalami depurinasi tidak diperbaiki maka berakibat pada tidak terbentuknya pasangan basa komplementer yang lazim (normal) saat terjadi replikasi melainkan terjadi penambahan basa secara acak pada untai baru DNA yang terbentuk sehingga dapat mengalami mutasi. Deaminasi adalah peristiwa hilangnya atau terhapusnya asam amino dari basa nitrogen. Salah satu contohnya adalah sitosin yang apabila mengalami deaminasi menjadi urasil, namun karena urasil tidak umum ditemukan di DNA, maka mekanisme perbaikan DNA akan mengenali urasil dan kemudian akan mengembalikan urasil menjadi sitosin dengan cara mengaminasi urasil. Namun berbeda dengan proses deaminasi 5-metilsitosin dimana hasil dari proses deaminasi tersebut yaitu timin dan timin umum ditemukan di DNA sehingga mekanisme recovery DNA tidak akan mengenali proses mutasi tersebut. Dampak dari peristiwa deaminasi ini sangat mirip dengan peristiwa depurinasi. Dampak dari adanya peristiwa deaminasi dan depurinasi adalah terjadinya mutational hotspot yakni lokasi-lokasi dimana mutasi pada suatu genom sering terjadi. Faktor internal lain yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi adalah keberadaan dari elemen transposable (transposon) yang terdiri dari elemen IS, elemen Tn, dan retrotransposon. Perpindahan elemen transposable dalam suatu genom terbukti menyebabkan mutasi gen dan mutasi kromosom atau aberasi kromosom. Mutasi gen ini terjadi karena proses insersi gen dari elemen transposable (transposon) ke dalam suatu genom. Peristiwa transposisi ini juga dapat berpengaruh proses ekspresi gen dengan cara insersi elemen transposon ke dalam urutan gen regulator. Contoh dari mutasi yang disebabkan oleh elemen transposable terlihat pada Drosophila yaitu

munculnya alel mutan. Pada makhluk hidup juga dikenal adanya gen yang ekspresinya mempengaruhi frekuensi mutasi gen-gen lain, gen yang mempengaruhi disebut sebagai gen mutator. Contohnya pada E.coli terdapat gen mutator mutD. 2. Sebab Mutasi dari Eksternal Materi Genetik Beberapa faktor yang menyebabkan mutasi juga berasal dari faktor lingkungan atau faktor lingkungan. Umumnya faktor eksternal yang menyebabkan mutasi pada materi genetik dibagi menjadi faktor fisik, kimiawi, dan biologis. a. Penyebab mutasi dalam lingkungan yang bersifat fisik Penyebab mutasi yang bersifat fisik adalah radiasi dan suhu. Untuk radiasi sendiri dapat dibedakan menjadi dua yakni radiasi pengion dan radiasi bukan pengion. Radiasi pengion (ionizer) memiliki sifat berenergi tinggi sehingga ketika menembus sel maka sinar berenergi tinggi akan berbenturan dengan atom dan terjadi pembebasan elektron dan terbentuklah radikal bebas, sedangkan radiasi bukan pengion (non-ionizer) memiliki sifat berenergi rendah sehingga ketika menembus sel maka sinar tersebut hanya akan mengeksitasi ekelktron ke tingkat energi yang lebih tinggi namun tidak terjadi proses ioniasasi. Contoh dari radiasi pengion misalnya sinar X, sinar gamma, radiasi radioaktif, dan juga radiasi kosmik. Sedangkan salah satu contoh radiasi bukan pengion (non-ionizer) adalah radiasi sinar UV. Hal yang paling mempengaruhi proses mutasi yang disebabkan oleh penyinaran adalah dosis dan juga lama penyinaran. Selain kedua faktor tersebut, faktor lain yang juga berpengaruh antara lain tekanan oksigen dan juga suhu semala proses penyinaran. Terdapat perbedaan antara efek penyinaran dengan radiasi ionizer dan radiasi non-ionizer. Penyinaran dengan radiasi ionizer dapat menjangkau lokasi sel yang lebih dalam daripada radiasi non-ionizer yang umumnya berada di permukaan. Selain radiasi, suhu juga menjadi pengaruh eksternal yang mampu menyebabkan mutasi. Salah satu contoh yang paling umum adalah induksi suhu pada ikan yang menyebabkan fenomena poliploidi yaitu umumnya diberi kejutan suhu berupa kejutan suhu dingin dan kejutan suhu panas sesaat setelah fertilisasi. Selain faktor radiasi dan suhu, tekanan hidrostatik juga dapat menginduksi

terjadinya mutasi karena tekanan hidrostatik menghambat pembentukan polar body karena rusaknya spindel meiosis.. b. Penyebab mutasi dalam lingkungan yang bersifat kimiawi Penyebab mutasi yang berasal dari lingkungan ada juga yang bersifat kimiawi antara lain.  Analog basa Analog basa merupakan senyawa yang memiliki struktur molekul yang sangat mirip dengan yang dimiliki basa pada DNA. Contoh yang paling umum yaitu 5-Bromourasil atau 5-BU dan 2-aminopurin atau 2-AP. 5-BU analog dengan timin, ketika 5-BU menginduksi mutasi melalui peralihan antara kedua bentukan 5-BU, jika sesaat setelah analog basa itu diinkoporasikan dalam bentuk keto (bentuk normal), maka analog basa itu berpasangan dengan adenine. Jika beralih ke bentuk enol (bentuk yang jarang) maka analog akan berpasangan dnegan guanine. Basa 2-aminopurin (2-AP) mirip seperti 5-BU yaitu memiliki bentuk amino (normal) dan bentuk imino (jarang). Ketika dalam bentuk amino, 2-AP berperan sebagai adenin yang akan berikatan dengan timin, sedangkan apabila dalam bentuk imino, 2-AP berperan sebagai guanin yang akan berikatan dengan sitosin.  Agen perubahan basa Agen perubahan basa merupakan mutagen yang secara langsung mengubah struktur maupun sifat kimia dari basa nitrogen pada DNA yang terbagi menjadi tiga kelompok yaitu agen deaminasi, agen hidroksilasi, dan agen alkilasi. Contoh agen deaminasi adalah HNO2 yang membuang gugus amino dari adenin, guanin, dan sitosin. Ketika HNO2 bereaksi dengan guanin akan menghasilkan xanthin yang sifatnya mirip dengan guanin sehingga tidak ada mutasi, ketika HNO2 bereaksi dengan sitosin akan menghasilkan urasil yang akan berikatan dengan adenin sehingga menyebabkan mutasi. Contoh agen hidroksilasi adalah NH2OH yang bereaksi dengan spesifik dengan sitosin sehingga membentuk hidroksilaminsitosin yang akan berikatan dengan adenin dan menyebabkan mutasi.  Agen interkalasi

Agen interkalasi merupakan mutagen kimia berupa gen yang bekerja dengan cara melakukan insersi antara basa–basa berdekatan antara satu atau kedua untai DNA. Agen interkalasi yang sudah diketahui antara lain provlafin, acridine, ethidium bromide, dioxin, dan ICR-70. Agen interkalasi dapat menyebabkan terjadinya insersi dan juga delesi pada satu titik sehingga semua asam amino yang dikodekan dibelakang titik mutasi akan berubah dan dapat menghasilkan protein yang nonfungsional. c. Penyebab mutasi dalam lingkungan yang bersifat biologis Mutagen biologis yang sudah dilaporkan adalah fag. Efek yang ditimbulkan fag terutama berkaitan dengan integrasi DNA fag, pemutusan dan delesi DNA inang. Mutasi yang disebabkan oleh insersi DNA fag dapat menyebabkan munculnya fenotip bakteri mutan selama gen dari fag tersebut tetap ada. Fag juga dapat mengakibatkan mutasi yang disebabkan oleh delesi yang merusak DNA, contohnya pada Herpes simplex, SV40, Rubella, dan, Chicken pox. C. Mutasi Somatik dan Mutasi Germinal Berdasrkan macam sel yang mengalami mutasi, ada yang dinamakan mutasi somatik dan mutasi germinal.mutasi germinal disebut juga dengan mutasi garis benih. Akibta mutasi somatik maupun mutasi germinal dapat diwariskan melalui reproduksi aseksual maupun seksual. Akibat mutasi somatik pada hewantidak dapat diwariskan, sdangkan pada tumbuhan dapat diwariskan melalui reproduksi aseksual maupun seksual. Akibat mutasi germinal yang dominan dapat segera terekspresi pada turunan, sebaliknya jika bersifat resesif, efek mutasinya tidak terdeteksi (meskipun sudah terwariskan) karena kondisi heterozigot. Semua gen mutan terwariskan melalui reproduksi seksual, misalnya pada berbagai kelompok hewan termasuk manusia, terbentuk mutasi germinal. D. Mutasi Kromosom dan Mutasi Gen Berdasarkan lingkup kejadian (gen atau kromosom), dikenal ada mutasi gen dan mutasi kromosom. Mutasi gen yang terjadi pada mutasi gen dapat berupa perubahan urutan-urutan DNA termasuk substitusi pasangan basa serta adisi atau delesi satu atau lebih dari satu pasangan basa. Jelas terlihat bahwa efek yang terjadi pada mutasi gen adalah yang menimpa

satu nukleotida yang terkena efek mutasi, dikenal pula mutasi titik, yaitu mutsi gen yang hanya menimpa satu pasang nuklotida dalam satu gen. Macam-macam mutasi gen yaitu sebagai berikut: 1. Mutasi pergantian pasangan basa, yaitu perubahan yang terjadi pada suatu gen berupa pergantian satu pasang basa oleh pasangan basa lainnya. Misalnya paangan AT diganti oleh GC. 2. Mutasi transisi, yaitu suatu tipe penggantian basa purin dengan basa purin lain atau pirimidin dengan pirimidin lain atau bisa disebut dengan penggantian basa purinpirimidin dengan basa purin-pirimidin lainnya. 3. Mutasi transversi (tipe lain mutasi pergantian basa), terjadi pergantian basa purin dengan basa pirimidin atau pergantian suatu basa pirimidin dengan basa purin atau bisa juga disebut pergantian purin-pirimidin pada posisi yang sama. 4. Mutasi misens, yaitu mutasi yang terjadi karena perubahan suatu pasangan basa dalam gen yang mengakibatkan terjadi perubahan suatu kode genetika, sehinga asam amino yang terikat berubah. Satu mutasi pergantian basa dapat menimbulkan suatu mutasi misens. Jika perubahan genetik juga berakibat terjadinya perubahan asam amino pada polipeptida maka dapat muncul perubahan fungsi protein sehingga individu mutan dapat memperlihatkan karakter yang berbeda. Satu mutasi mungkin tidak menimbulkan satu perubahan gfenotip jika munculnya suatu asam amino pengganti belum menimbulkan perubahan protein yang nyata. 5. Mutasi nonsens adalah suatu pergantian pasangan basa yang berakibat terjadinya perubahan suatu kode genetika pengkode asam amino menjadi kode genetika pengkode terminasi seperti pada (gambar 1). Adanya mutasi nonsen menyebabkan polipeptida yang terbentuk tidak sempurna atau tidak lengkap sehingga tidak fungsional.

Gambar 1. Contoh mutasi nonsen 6. Mutasi netral adalah pergantian suatu pasangan basa yang terkait terjadinya perubahan suatu kode genetika, yang juga menimbulkan perubahan asam amino terkait, tetapi tidak sampai mengakibatkan perubahan fungsi protein karena asam amino mutan secara kimiawi ekivalen dengan asam amino mula-mula. Misalnya pada asam amino arginin secara kimiawi ekivalen dengan asam amino lisin dan sama-sama asam amino dasar sehingga keduanya memiliki sifat yang cukup mirip, dan dengan demikian fungsi protein dapat tidak berubah sperti pada (gambar 2).

Gambar 2. Mutasi Netral 7. Mutasi diam, adalah suatu tipe dari mutasi netral yang khusus. Terjadi pergantian suatu pasangan basa pada gen yang menimbulkan perubahan satu kode genetika, tetapi tidak

mengakibatkan perubahan / pergantian asam amino yang dikode, seperti yang tampak pada (gambar 3.).

Gambar 3. Mutasi diam 8. Mutasi pengubah rangka, terjadi karena adisi atau delesi atau atau lebih dari satu pasangan basa dalam satu gen. Adisi atau delesi semacam ini mengubah kerangka pembacaan seluruh triplet pasangan basa pada gen dalam arah distal dari tempat mutasi, akibatnya adalah terjadinya perubahan kerangka pembacaan, sehingga dapat terjadi perubahan urutan asam amino arah dstal dari tempat mutasi. Dampaknya adalah bahwa polipeptida yang dihasilkan tidak fungsional. 9. Mutasi titik, mutasi ini dibagi menjadi mjutasi mutasi ke depan (forward mutation) dan mutasi balik (Reverse mutation). Forward mutation adalah mutasi yang mengubah Wildtype, contohnya dua alelyang mengontrol warna mata coklat maupun biru pada manusia sama-sama tergolong wild-type, tetapi jika pada suatu populasi yang hampir seluruhnya bermata coklat, alel untuk warna mata biru dapat juga dipandang sebagai tipe mutan. Reverse mutation dapat memulihkan polipeptida yang sebelumnya bersifat fungsional sebagian ataupun tidak fungsional akibat mutasi gen, menjadi polipeptida yang berfungsi penuh atau sebagian. Pemulihan fungsi protein sepeuhnya terjadi jika asam amino mula-mula dapat dikode kembali, sedangkan pemulihan fungsi protein sebagian terjadi jika asam amino mulamula tidak dikode kembali tetapi sebagai gantinya berhasil dikode asam amino lain. Reverse mutation yang memulihkan fungsi protein sepenuhnya disebut dengan true revertion, sedangkan mutasi yang memulihkan fungsi protein sebagian disebut dengan partial revertion. Reverse mutation yang memulihkan fungsi protein sepenuhnya terjadi jika mutasi terjadi pada tempat yang sama yaitu pada gen tempat berlangsungnya mutasi sebelumnya, yang memulihkan urutan-urutan nukleotida mula-mula, sedangakan reverse mutation yang memulihkan fungs protein sebagian terjadi jika mutasi itu terjadi pada tempat yang lain dari tapak tempat berlangsungnya mutasi sebelumnya, sehingga urutan nukleotida mula-mula tetap tidak pulih. Prosesnya pada (gambar 4) berikut:

Gambar 4. Reverse mutation yang memulihkan fungsi protein sebagian dan sepenuhnya. 10. Mutasi penekan atau supressor mutation, dapat terjadi pada gen yang sama atau berbeda yang dikenal dengan intragenic supressor mutation dan intergenic supressor mutation. Dalam hal ini berakibat diproduksinya protein fungsional sepenuhnya ataupun yang yang fungsional sebagian. Intragenic supressor mutation terdapat 2 pola mekanisme. Pola pertama terjadi perubahan basa nukleotida lain dalam triplet yang mentranskripsikan kode genetik yang sama. Pola kedua terjadi perubahan basa nukleotida lain dalam triplet yang mentranskripsikan kode genetik lain. Seperti dijelaskan dalam (gambar 5) berikut:

Gambar 5. Mekanisme intragenic supressor mutation dan intergenic supressor mutation Intergenic supressor mutation adalah yang berupa mutasi pergantian basa, demikian pula pada mutasi yang mula-mula. Di sisi lain, mutasi yang mula-mula meupun intragenic supressor mutation dapat pula berupa mutasi pergantian kerangka atau frameshift mutation. Intergenic supressor mutation, mutasi terjadi pada gen lain, mutasi tersebut menekan efek mutasi mula-mula sekalipun kejadiannya berlangsung pada gen lain. Gen yang menyebabkan supresi mutasi gen lain disebut dengan supresor. Gen supresor bekerja dengan cara mengubah pembacaan RNA-d. tiga gen suprsor dapat menekan efek hanya dari satu mutasi nonsen, misens, atau mutasi pergantian kerangka. Oleh karena itu gen

supresor dapat menekan hanya sejumlah kecil mutasi titik yang dapat terjadi dalam satu gen. gen supresor tertentu akan menekan seluruh mjtasi yang dipengaruhinya, tanpa memperhatikan pada gen mana mutasi itu berlangsung. Mutasi yang paling banyak dikenal adalah supresor mutasi nonsen, supresor semacam itu serng berakibat apabila gen-gen RNA-t tertentu mengalami mutasi sedemikian sehingga antikodonnya mengenali satu kode genetikaterminasi dan akan menempatkan suatun asam amino ke dalam rantai polipeptida. Ole karena itu sintesis polipeptida tidak terhenti sebelum waktunya. Supresor mutasi nonsen dibagi menjadi 3 kelompok yaitu UAG, UAA, dan UGA.

Gambar 6. Mekanisme kerja suatu mutasi supresor nonsen intergenik yang timbul karena mutasi satu gen RNA-t. E. Mutasi Kromosom Mutasi komosom disebut juga sebagai aberasi kromosom, dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu berupa perubahan struktur kromosom dan perubahan jumlah kromosom. Perubahan struktur kromosom yang merupakan mutasi kromosom dapat berupa perubahan jumlah gen dan perubahan lokasi gen. perubahan jumlah gen itu terjadi karena delesi dan duplikasi, sedangkan perubahan lokasi gen terjadi karena inversi dan translokasi. Delesi adalah hilangnya suatu segmen kromosom dari satu kromosom. Pada duplikasi keberadaan satu segemn kromosom lebih dari satu kali. Pada inversi letak suatu segmen kromosom menjadi terbalik, sedangkan pada translokasi letak suatu segmen kromosom berubah karena

berpindah. Macam mutasi kromosom yang menyebabkan terjadinya perubahan jumlah kromosom adalah fusi sentrik, fisi sentrik, aneuploidi, serta monoploidi maupun poliploidi. F. Mutasi Spontan dan Mutasi Terinduksi Sebagian mutasi dinyatakan sebagai kelompok atau macm mutasi yang dipengauhi sifat morfologinya. Efek macam mutasi terlihat pada tingkat indera. Ada pula mutasi yang mempengaruhi pola perilaku makhluk hidup, sekalipun efek primer mutasi tidak jelas terdeteksi. Macam mutasi yang lain adalah yang mempengaruhi regulasi gen. Mutasi tersebut dapat merusak proses atau regulas gen terhadap kerja gen yang lain, dan yang terjadi adalah perubahan produk suatu gen regulator mempengaruhi transkripsi gen yang lain. Ada kelompok mutasi yang disebut dengan mutasi letal. Mutasi letal adalah mengakibatkan suatu sel atau makhluk hidup tidak dapat hidup. Efek muasi letal ataupun yang lainnya dapat terekspresi di berbagai tingkat perkembangan mulai dari awal embriognesis hingga ke tahap-tahap perkembangan selanjutnya sepanjang hayat makhluk hidup, dan mutasi tersebut dapat mempengaruhi berbagai jaringan, pola perilaku ataupun proses metabolik. Efek mutasi bisa saja tidak terdeteksi pada kondisi tertentu, mutasi semacam ini disebut dengan mutasi kondisional. G. Mutasi Acak Mutasi sering dinyatakan sebagai kejadian yang bersifat kebetulan, tidak terarah, secara acak. Sekalipun sifat-sifat kejadian mutasi dipandang sinonim, tetapi sekurang-kurangnya terdapat tiga makna yang berbeda: 1. Mutasi adalah kejadian kebetulan karena merupakan perkecualian yang jarang terhadap keteraturan proses replikasi DNA. 2. Mutasi adalah kejadian kebetulan atau acak, karena tidak ada cara untuk mengetahui apakah suatu gen tertentu akan bermutasi pada suatu sel tertentu atau suatu generasi tertentu. 3. Mutasi terjadi begitu saja, tanpa memperhatikan apakah mutan yang terbentuk adapif atau tidak adaptif terhadap lingkungan hidup.

Untuk mmembuktikan mutasi terjadi secara begitu saja, teradapat percobaan yang membuktikannya. yaitu seperti (gambar 7 )berikut:

Gambar 7. Percobaan menggunakan teknik replica plating untuk pembuktian bahwa mutasi terjadi secara begitu sja tidak diarahkan untuk kepentingan adaptasi. PERTANYAAN Nama : Arief Hidayatullah 1. Mengapa mutasi yang diakibatkan oleh proses deaminasi sitosin memiliki dampak yang

cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan mutasi yang diakibatkan oleh deaminasi 5-metilsitosin? Jawab : Mutasi yang diakibatkan oleh deaminasi sitosin akan menghasilkan basa berupa urasil. Basa urasil ini tidak umum dijumpai pada DNA, maka mekanisme perbaikan DNA akan segera mengenali urasil dan kemudian akan mengembalikan urasil menjadi sitosin dengan cara mengaminasi urasil tersebut, dengan demikian maka efek yang dihasilkan oleh mutasi ini akan lebih minimum dengan catatan mekanisme perbaikan DNA mampu bereaksi dengan cepat. Apabila mekanisme perbaikan DNA tidak bereaksi dengan cepat maka akan terjadi perubahan pasangan basa yang semula GC menjadi AT. Hal yang berbeda terjadi dengan mutasi yang disebabkan oleh proses deaminasi 5-metilsitosin dimana hasil dari proses deaminasi tersebut yaitu timin dan timin umum ditemukan di DNA sehingga mekanisme recovery DNA tidak akan mengenali proses mutasi tersebut. Dengan demikian maka mutasi deaminasi sitosin memiliki dampak yang lebih minimum karena mutasi ini masih memiliki peluang untuk dikembalikan ke kondisi semula karena basa urasil akan dikembalikan menjadi sitosin oleh mekanisme recovery DNA, dan

mekanisme ini jauh lebih mudah pada mutasi sitosin menjadi urasil daripada mutasi 5metilsitosin menjadi timin karena timin hasil mutasi sulit dibedakan dengan timin yang sejak awal ada di DNA tersebut. Nama : Nadilah Nur Anggraeni 2. Mengapa mutasi netral tidak sampai menyebabkan perubahan fungsi protein meskipun terjadi perubahan asam amino terkait? Jawab: Mutasi tersebut terjadi karena asam amino mutan secara kimia ekivalen (hampir mirip atau cocok) dengan asama amino yang mula-mula. Contohnya adalah mutasi netral dimana asam amino yang dikode adalah lisin dan aginin. Asam amino arginin secara kimiawi ekivalen dengan asam amino lisin dan sama-sama merupakan asama amino dasar sehingga keduanya memiliki sifat yang cukup mirip dan menyebabkan fungsi protein bisa tidak berubah.

Related Documents

Resume
May 2020 0
Resume
May 2020 0
Resume
April 2020 0
Resume
April 2020 0
Resume
April 2020 0
Resume
May 2020 0

More Documents from ""

Resume 9.docx
December 2019 3
Stable.pdf
April 2020 2
Jurnal Fisprod 1.pdf
April 2020 9
Jurnal Kuda.pdf
April 2020 3