RESUME FARMAKOLOGI SISTEM SARAF PUSAT
Disusun Oleh : Nama : Yesi Luthfi Rosita NIM :16/397337/FA/11020
Nama Dosen : Dr. Nunung Yuniarti, M.Si., Apt.
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2018
Sistem saraf pusat adalah sistem tubuh yang menerima dan memproses semua informasi dari seluruh bagian tubuh. Sistem saraf pusat
Otak Medula spinalis
Kerja sistem syaraf pusat : 1.
Sel saraf saling berkomunikasi menggunakan
neurotransmiter 2.
Neurotransmiter bekerja pada reseptornya
masing-masing akan menghasilkan efek penghambatan atau pemicuan aktivitas saraf pusat 3.
Berbagai gangguan sistem saraf (neurologik
atau psikiatrik) biasanya terjadi karena ketidakseimbangan (kekurangan atau lelebihan) neurotransmiter
Macam-macam neurotransmiter di SSP beserta penyakitnya : 1. Asetilkolin : kekurangan -> Alzheimer, myastenia gravis 2. Dopamin
: kelebihan
-> skizoprenia,
Kekurangan -> parkinson 3. GABA
: kekurangan -> epilepsi, parkinson
4. Glutamat
: kelebihan
-> epilepsi, degenerasi sel saraf
5. Serotonin (5-HT): kekurangan -> depresi, parkinson, kelebihan
-> autis
6. Norepinefrin (NE): kekurangan -> depresi, parkinson
Penyakit SSP : 1. Parkinson Penyakit parkinson adalah sebuah gangguan degeneratif SSP yang kronis dan progresif, biasa terjadi pada pria dan wanita usia 50-80 tahun. Terjadi karena ketidakseimbangan asetilkolin dan dopamin di otak. Gejala penyakit parkinson antara lain tremor otot, kekakuan otot, berkurangnya fungsi koordinasi, gaya berjalan terseok-seok (diseret), perubahan postur, bradykinesia, sialorrhoea (hipersalivasi), dementia. Disebabkan oleh rusaknya atau perubahan degeneratif pada substantia nigra yg menyebabkan rusak/matinya sel saraf yang memproduksi dopamin sehingga kadar dopamin rendah
Faktor yang mempengaruhi degenerasi nigrostrial DA-ergic neuron yang menyebabkan Parkinson adalah : 1. Obat 2. Oksidasi dopamin 3. Berhubungan dengan usia 4. Toxin dari lingkungan atau infeksi 5. N-methyl-4-phenyltetrahydropyridine (MPTP) sintetik 6. Genetic predisposition Biosintesis dan degradasi NE
Terapi Farmakologi : 1. Dopaminergic agent : untuk mengembalikan aktivitas dopaminergik - Levodopa - DA agonis
2. Menyeimbangkan dopamin dan Ach di otak a. Enhancement DA-ergic activity with drugs
-
b. Agen antikolinergik Memblok Ach reseptor di SSP : o Biperiden o Triperiden o Atropine o Scopolamine o Diphenhydramin
Obat sedatif-hipnotik - Sedatif : penenang (anxiolitik) atau mengurangi perasaan cemas dan menenangkan tanpa mempengaruhi fungsi motorik - Hipnotik : efek menidurkan, diperoleh dengan meningkatkan dosis obat.
Obat A : barbiturat dan alkohol Obat B : benzodiazepin
Obat-obat sedatif hipnotik : 1. Golongan barbiturat : • Fenobarbital (Luminal) • Secobarbital • Pentobarbital
2. Golongan benzodiazepin: • Diazepam • Klordiazepoksid • Lorazepam
• Nitrazepam • Oksazepam • Alprazolam • Flunitrazepam
• Triazolam 3. Lain-lain: • Meprobamat • Etanol Mekanisme aksi obat-obat golongan barbiturat dan benzodiazepin berikatan dengan reseptor GABA (neurotransmitter di otak). Reseptor GABA adalah reseptor yang berupa kanal ion klorida. Jika reseptor GABA diaktifkan oleh GABA maka kanal membuka dan ion klorida mengalir -> hiperpolarisasi -> penghambatan impuls saraf -> efek depresi SSP (calming effect).
Picrotoxin, Pentylenetetrazol, t-butyl bicyclophosphorothionate (TBPS) - Mengeblok kanal klorida -> mengurangi waktu kanal membuka-> mengurangi efek depesi. - Komponen konvulsan Masalah dalam penggunaan sedatif hipnotik - Toleransi : farmakokinetik atau farmakodinamik - Ketergantungan (dependency) : psikologis maupun fisik • Ketergantungan psikologis: keinginan menggunakan obat tersebut secara terus-menerus karena mendapatkan efek yang dianggap menyenangkan • Ketergantungan fisik : terjadi perubahan fisiologis yang membutuhkan penggunaan obat tersebut secara terus-menerus, jika tidak akan terjadi gejala putus obat (withdrawal syndrome) Obat anestetik Anestesia : pembiusan, digunakan pada operasi untuk mengurangi rasa sakit pada pasien terhadap tindakan operasi 1. Anestesi umum Umumnya diawali dengan i.v., lalu dipelihara dengan inhalasi (jika diperlukan) • Anestetik inhalasi -> halotan, desfluran, enfluran, isofluran, N2O • Anestetik intravena-> Na tiopenton, ketamin, propofol 2. Anestesi lokal Bekerja dengan memblokade secara reversibel atas konduksi sepanjang sel saraf Contoh: lignokain, bupivakain, prilokain, benzokain prokain, kokain. Antidepresan
Definisi -> obat yang digunakan untuk mengatasi depresi Depresi merupakan gangguan mood (perasaan) yang ditandai dengan : rasa sedih berlebihan, rasa bersalah, tidak berguna, insomnia dan komplikasi terberat: bunuh diri Secara Patofisiologi: kekurangan neurotransmiter serotonin dan norepinefrin Pengatasan -> meningkatkan ketersediaan serotonin dan atau norepinefrin Golongan obat antidepresan a. Anti depressan trisiklik Bekerja dengan memblok reuptake NE dan serotonin sehingga meningkatkan akumulasi senyawa amina tsb di sinaps. efek samping umum : antikolinergik, sedatif, dan hipotensi orthostatik, peningkatan BB, dll. Contohnya: amitriptilin, nortriptilin, imipramin, desipramin, klomipramin, doksepin b. Heterosiklik Efektivitasnya serupa dengan trisiklik, hanya saja lebih cepat onsetnya, kurang sedatif dan efek otonom lain, kurang toksis. Contoh : amoksapin, bupropion, maprotilin, trazodon, venlafaksin c. SSRI (selective serotonin re uptake inhibitor) Menghambat secara selektif reuptake serotonin. Efek samping sedatif dan antikolinergik relatif tidak ada sehingga lebih aman daripada AD trisiklik. Efikasinya setara dengan AD trisiklik Contoh : fluoksetin, fluvoksamin, sertralin, paroksetin d. MAO (mono amin oksidase) inhibitor Bekerja menghambat kerja MAO-A -> mencegah degradasi senyawa monoamin -> meningkatkan mengakumulasi NE dan serotonin. MAO-A mendegradasi NE dan serotonin, MAO-B mendegradasi dopamin. Contoh : fenelzin, tranilsipromin Antipsikotik/neuroleptik Gangguan psikosis -> jiwa (skizoprenia) Antipsikotik : obat yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan (skizoprenia) Gejala: halusinasi, delusi (waham), bicara ngelantur, dll. Patofisiologi : kelebihan dopamin di mesocortis, dan kekurangan dopamin di mesolimbik Pengatasan : mengurangi dopamin di mesocortis dan memacu pelepasan dopamin (memblok serotonin) di mesolimbik Obat antipsikotik 1. Antipsikotik Tipikal Generasi lama, memblok reseptor Dopamin-2 (D2), tidak selektif memblok reseptor lain: muskarinik, adrenergik alfa. Efek samping lebih banyak: – Antikolinergik – Gejala ekstrapiramidal 2. Antipsikotik atipikal
Generasi lebih baru, memblok reseptor serotonin -> memacu pelepasan dopamin, efek blokade dopamin lebih rendah, efek samping ekstrapiramidal lebih ringan. Sistem piramidal adalah suatu sistem SSP yang mengatur pergerakan di bawah kendali traktus kortikospinal. Sistem ekstrapiramidal adalah sistem yang terpisah dari sistem piramidal yang memegang peranan dalam pengaturan gerakan yang disengaja. Reaksi ekstrapiramidal adalah sekelompok reaksi yang ditimbulkan dari penggunaan jangaka pendek atau panjang dari suatu pengobatan menggunakan antipsikotik. Manifestasi gejala ekstrapiramidal - Acute dystonia (kekakuan otot) - Tardive dyskinesia (gerakan yang terjadi tidak sengaja) Contoh obat antipsikotik Tipikal • Klorpromazin • Tioridazin • Mesoridazin • Flufenazin • Perfenazin • Thiotixene • Haloperidol • Loxapin
• Molindon Atipikal • Clozapin • Risperidon • Olanzapin • Quetiapin • Ziprasidon
Saat ini obat antipsikotik atipikal menjadi obat lini pertama dalam tata laksana terapi skizoprenia, karena efek sampingnya lebih rendah. Anti muntah Mual : perasaan tidak enak dalam perut yang berakhir dengan muntah. Muntah : pengeluaran isi lambung melalui mulut karena gaya antipersitaltik > peristaltik Mual dan muntah disebabkan oleh pengaktivan Pusat muntah (area postrema) yang ‘berkomunikasi’ dengan chemoreceptor trigger zone (CTZ) di otak a kerja reseptor D2, 5HT3, H1. Antimuntah 1. Domperidon ( D2 receptors antagonist) 2. Metoklopramid - D2 receptors antagonist - 5-HT3 receptor antagonist 3. Antagonis serotonin Memblok reseptor serotonin di SSP dan GI. Contoh : Dolasetron, granisetron, ondansetron, palonosetron, dan mirtazapine. 4. Dimenhydrinate OTC antiemetic. Untuk terapi motion sickness. Merupakan antagonis reseptor H1.
5. Prometazine Antihistamin sedative, antiemetik, dan antikolinergik. Mempunyai keterbatasan efek pada D2 reseptor. Memproduksi efek antiemetik tapi tidak antipsikotik.. 6. Antihistamin Antagonis reseptor H1. Contoh : cyclizine, diphenhydramine, meclizine. Analgetik opiat Awalnya berasal dari tanaman Papaver somniferum (poppy) -> dipakai sejak ribuan tahun yang lalu. Tahun 1803, untuk pertamakalinya berhasil diisolasi senyawa murni dari opium : morfin Selanjutnya banyak dilakukan sintesis terhadap turunan morfin. Morfin dan turunannya bekerja pada reseptor opiat Reseptor opiat Reseptor opiat merupakan tempat aksi senyawa endogen : endorfin Reseptor opiat berada di SSP: Jika diaktifkan akan terjadi berbagai efek sentral : analgesia -> menurunkan persepsi nyeri dg cara menyekat nyeri pada berbagai tingkat, terutama di otak tengah dan medulla spinalis. Contoh senyawa opiat • Morfin
• Sufentanil
• Propoksifen
• Hidromorfin
• Alfentanil
• Pentazosin
• Oksimorfin
• Levorfanol
• Nalbufin
• Metadon
• Codein
• Buprenorfin
• Meperidin
• Oksikodon
• Butorfanol
• Fentanil
• Dihidrokodein
• Naltrekson
Masalah pada penggunaan senyawa opiat Cross tolerance : fenomena kejadian ketika seseorang yang toleran terhadap efek obat tertentu juga berkembang menjadi toleran terhadap obat lain. Sering terjadi pantara 2 obat dengan fungsi atau efek yang sama. Contohnya pada pada toleransi tinggi efek stimulan pada amfetamin yang dapat menghasilkan tolenransi pada methamphetamin karena juga memiliki efek stimulan dan memiliki struktur kimia yang sama.