Rescue5.asd.docx

  • Uploaded by: Nur Rizky Amelia
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rescue5.asd.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,152
  • Pages: 18
BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN

FEBRUARI 2019

UNIVERSITAS HALU OLEO

KARATAK MATUR ODS

Oleh : Nur Aidah Rizky Amelia, S. Ked K1A1 11 053 Pembimbing : dr. Melvin Manuel Philips, Sp.M

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2019

LAPORAN KASUS

I.

II.

IDENTITAS PASIEN Nama

: Tn. A

Umur

: 63 tahun

Suku

: Bugis

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pensiunan PNS

Tgl penerimaan

:

Rekam Medik

: 074646

Dokter Muda Pemeriksa

: Nur Aidah Rizky Amelia

2019

ANAMNESIS Keluhan Utama

: Penglihatan kedua mata kabur

1

Anamnesis terpimpin : Pasien datang ke poli mata RS Santa Anna dengan keluhan ± pandangannya mulai kabur sejak ± 6 bulan yang lalu. Pandangan kabur dimulai pada mata sebelah kanan tetapi masih dapat bekerja dan melakukan aktivitas sehari-hari, pandangan seperti berasap (+), penglihatan terasa silau pada siang hari (+) tetapi tidak begitu silau, penglihatan lebih terang pada pagi atau malam hari daripada siang hari, mata merah (-), nyeri (-), mata seperti melihat pelangi (-), sakit kepala (-), mual muntah (-), penglihatan yang turun mendadak seperti tertutup tirai disangkal. Penderita pergi berobat ke dokter umum dan hanya diberi obat tetes tetapi lupa nama obatnya. Penderita merasa tidak ada perubahan. + Sejak 3 bulan yang lalu penderita mengeluh penglihatan kedua mata menjadi semakin kabur, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari, pandangan penderita semakin berkabut, penglihatan lebih terang pada pagi atau malam hari daripada siang hari. Penderita juga mengeluh sulit melihat jauh dan lebih nyaman membaca tanpa kacamata. Mata merah (-), nyeri (-), sakit kepala (-), kelopak mata bengkak (-). Riwayat Penyakit Dahulu:  Riwayat penyakit mata sebelumnya: (-)  Riwayat pengobatan: (+) dengan obat tetes yang diberikan dari puskesmas  Riwayat memakai kacamata (+)  Riwayat trauma : (-)  Riwayat kebiasaan : merokok (+)  Riwayat Hipertensi dan penyakit sistemik lainnya (-)

2

 Riwayat melakukan operasi pada mata (-)  Riwayat Penyakit Dalam Keluarga dan lingkungan Orang tua : pasien tidak ada yang menderita diabetes mellitus. Tidak ada

anggota

keluarga

mengalami sakit serupa dengan pasien  Riwayat alergi : (-)

III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI A. Inspeksi No. Pemeriksaan

OD

OS

1.

Palpebra

Edema (-)

Edema (-)

2.

App. Lakrimalis

Lakrimasi (+)

Lakrimasi (-)

3.

Silia

Normal

Normal

4.

Konjungtiva

Hiperemis

5.

Bola mata

6.

Mekanisme muscular

(-), Hiperemis

sekret (-)

sekret (-)

Ke segala arah

Ke segala arah

80% 80%

80%

3

(-),

yang

80%

7.

Kornea

Jernih

Jernih

8.

Bilik mata depan Kesan normal

Kesan normal

9.

Iris

Hitam kecoklatan

Hitam kecoklatan,

10.

Pupil

Bulat,

sentral, Bulat,

diameter 3 mm, 11.

Lensa

sentral,

diameter 3 mm,

Keruh, shadow test Keruh, (-)

shadow

test (-)

B. Palpasi No.

Pemeriksaan

OD

OS

1.

Tensi Okuler

Tidak

Tidak

dilakukan

dilakukan

2.

Nyeri Tekan

(-)

(-)

3.

Massa Tumor

(-)

(-)

4.

Glandula periaurikuler Pembesaran (-) C. Tonometri

: tidak dilakukan

D. Visus

: VOD= 6/60 VOS = 6/30

E. Penyinaran Oblik

4

Pembesaran (-)

Pemeriksaan

OD

OS

Konjungtiva

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Kornea

Jernih

Jernih

Bilik mata depan

Kesan normal

Kesan normal

Iris

Hitam kecoklatan

Hitam kecoklatan

Pupil

Bulat,

sentral, Bulat,

sentral,

diameter 3 mm, RC diameter 3 mm, RC (+) Lensa

(+)

Keruh, shadow test Keruh, shadow test (-)

(-)

F. Funduskopi

: Reflex Fundus (+)

G. Laboratorium

: Tidak dlakukan pemeriksaan

H. Colour Sense

: Tidak dilakukan pemeriksaan

I. Campus Visual

:Tidak dilakukan pemeriksaan

J. Slit Lamp

: Tidak dilakukan pemeriksaan

K. Tes Flurosensi

: (+)

L. Resume Seorang laki-laki, umur 63 tahun, ke poli mata RS Santa Anna dengan keluhan Pandangan kabur sejak 6 bulan yang lalu, dimulai pada mata sebelah kanan tetapi masih dapat bekerja dan melakukan aktivitas sehari-hari, pandangan seperti berasap (+), penglihatan terasa silau pada siang hari (+) tetapi tidak begitu silau, penglihatan lebih terang pada pagi atau malam hari dari pada siang hari,

5

mata merah (-), nyeri (-), mata seperti melihat pelangi (-), sakit kepala (-), mual muntah (-), Penderita pergi berobat ke dokter umum dan hanya diberi obat tetes tetapi lupa nama obatnya. Penderita merasa tidak ada perubahan. + Sejak 3 bulan yang lalu penderita mengeluh penglihatan kedua mata menjadi semakin kabur, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari, pandangan penderita semakin berkabut, penglihatan lebih terang pada pagi atau malam hari daripada siang hari. Penderita juga mengeluh sulit melihat jauh dan lebih nyaman membaca tanpa kacamata. . Riwayat Penyakit Dahulu:Riwayat penyakit mata sebelumnya, (-), riwayat pengobatan(+) . Riwayat memakai kacamata (+), Riwayat trauma (-),

riwayat

kebiasaan (+) merokok, Riwayat Hipertensi dan penyakit sistemik lainnya (-), Riwayat melakukan operasi pada mata (-), Riwayat Penyakit Dalam Keluarga dan Lingkungan sekitar (-). Pada pemeriksaan oftamologi didapatkan pada okular sinistra (OS) visus OS 6/30, sedangkan pada okular dekstra (OD) visus OD 6/60. Pada pemeriksaan segmen anterior mata kanan ditemukan kekeruhan pada lensa disertai shadow test (-). M. Diagnosis Katarak matur ODS N. DIAGNOSIS BANDING 

ODS Katarak Senilis Hipermatur



Retinopati

6

O. Penatalaksanaan Nonfarmakologi: - Edukasi penyakit katarak dan diabetes - Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor risiko, diet dan olahraga teratur. Farmakologi: 

Lyteers 4x1 gtt ODS



Vitamin Bcom 1 x 1

P. Prognosis Quo ad vitam : Bonam Quo ad fungtionom : dubia ad bonam Quo ad sanationum : dubia ad bonam

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi

Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.1

Gambar 1. Lensa yang mengalami katarak

Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa.1

8

B. Epidemiologi Berdasarkan data WHO, katarak merupakan penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di dunia. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan katarak menjadi penyebab 17 juta (47,8%) kebutaan dari 37 juta kebutaan di seluruh dunia, dan ini diperkirakan akan meningkat menjadi 40 juta pada 2020. Katarak diderita oleh 20,5 juta penduduk Amerika yang berusia 40 tahun ke atas, atau 1 di antara 6 orang menderita penyakit ini. Diperkirakan 2,5 juta operasi katarak dilakukan di Amerika Serikat pada 2004 atau lebih besar dari 8000 operasi katarak per satu juta penduduk. Sedangkan di negara berkembang, hanya 50 operasi per satu juta penduduk.2 Di Indonesia pada tahun 1991 didapatkan prevalensi kebutaan 1,2% dengan kebutaan karena katarak sebesar 0,67%. Pada tahun 1996 angka kebutaan meningkat 1,47%. Tahun 2005 dilaporkan bahwa daerah pedesaan di Indonesia memiliki prevalensi katarak tertinggi di daerah Asia tenggara C. Anatomi dan Fisiologi Lensa 1. Anatomi Lensa Lensa memiliki struktur yang transparan, bikonveks dan avaskular. Lensa memiliki fungsi untuk membiaskan cahaya, proses akomodasi dan memelihara transparansinya. Lensa terdiri dari epitel kapsul, lensa, korteks, dan nukleus. Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar tepat di belakang iris. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Lensa terdiri atas 65% air dan 35%

9

protein dan sedikit mineral. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada jaringan lain.2

Gambar 2. Struktur Lensa2 1. Kapsul Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul ini mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk lensa pada saat akomodasi. Bagian paling tebal kapsul berada di bagian anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian paling tipis berada di bagian tengah kutub posterior.2 2. Serat Zonula Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa.2

10

3. Epitel Lensa Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel. Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel lainnya, seperti sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga dapat membentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan menuju equator lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.2 4. Nukleus dan korteks Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat yang baru akan membentuk korteks dari lensa.2

Gambar 3. Struktur Lensa 2 2. Fisiologi Lensa Lensa berfungsi untuk memfokuskan berkas cahaya ke retina. Otot-otot siliaris akan berelaksasi untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, serat zonula menegang dan diameter anteroposterior lensa akan mengecil sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Saat cahaya datang dari benda yang dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang

11

elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina disebut sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.2

D. Etiologi Katarak dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor seperti kelainan bawaan sejak lahir, trauma, efek samping obat dan radiasi sinar matahari. Selain akibat kondisi-kondisi ini, juga dapat terjadi penyebab lain yaitu kelainan metabolik dan infeksi. Umumnya penyebab terbesar adalah proses ketuaan atau faktor usia.1,3 Sebagian besar katarak terjadi akibat proses penuaan, seperti pada teori putaran biologik, teori mutasi spontan, teori imunologis, teori a free radical serta teori a cross link.3 1. Imunologis : dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan kerusakan sel1 2. Teori a free radical1 : a. Free radical tebentuk bila terjadi raksi intermediate reaktif kuat b. Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi c. Free radical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vitamin E 3. Teori a cross link Ahli biokimia megatakan terjadi peningkatan bersilang asam nukleat dan molekul protein sehingga mengganggu fungsi lensa. 1 Katarak juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti1 : a. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata b. Katarak yang disebabkan oleh penyakit lain eperti penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata atau diabetes melitus c. Katarak yang disebabkan paparan sinar radiasi

12

d. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik E. Klasifikasi F. Patomekanisme G. Manifestasi dan diagnosis H. Penatalaksanaan I. Komplikasi J. Prognosis

13

BAB III PEMBAHASAN KASUS

kornea, oleh karena itu maka timbullah keluhan berupa mata merah, nyeri, fotofobia, epifora (mata berair). Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien mengeluh nyeri pada mata kanan , mata merah, nyeri, epifora (mata berair), fotofobia, penurunan penglihatan, ada riwayat trauma ( serpihan pasir), ada riwayat sering terkena debu maupun asap rokok. Pada pemeriksaan ophtalmologi ditemukan gejala objektif berupa injeksi siliar, kornea edema, hilangnya sebagian kornea, adanya infiltrate dan ada hipopion berada di sentral kornea. Lesi pada kornea dapat menyebabkan nyeri dan fotofobia karena terdapat banyak serat saraf pada kornea. Fotofobia terjadi akibat adanya peradangan pada iris. Ujung saraf pada kornea dapat menimbulkan nyeri dan sensitive, sehingga jika ada sentuhan cahaya maka akan terasa nyeri yang tajam. Stimulasi pada saraf menyebabkan reflex untuk berkedip dan mata akan mengeluarkan air mata sebagai respon.9Dilatasi pembuluh darah iris merupakan reflex akibat iritasi dari ujung saraf kornea. Lesi pada kornea juga dapat menyebabkan penglihatan kabur terutama bila lokasi lesi berada di sentral. Pada mata kanan pasien terdapat bercak putih disertai infiltrate dan hipopion di bagian tengah kornea. Secara teori, ulkus kornea akan

14

memberikan kekeruhan berwarna putih abu-abu pada kornea. Timbulnya infiltrate dan hipopion merupakan reaksi kornea akibat terjadi kerusakan bagian epitel kornea. Hipopion terjadi akibat adanya eksudasi dari pembuluh darah iris dan badan siliaris ke bilik mata depan. Pemeriksaan penunjang pada kasus ini hanya dilakukan pemeriksaan ketajaman visus. Secara teori, pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan yaitu pewarnaan kornea dengan floresensi, dan pemeriksaan laboratorium guna analisis dan kultur mikroorganisme yang menjadi penyebab ulkus kornea tersebut dengan melakukan pulasan gram, giemsa atau KOH. Pengobatan pada pasien ini adalah, Levofloxacin Cendo Eye Drop 4x1 tetes OD, Sagestam Eye ointment 3x 1 app OD, Ciprofloxacin 2x 150 mg Secara teori, pemberian Ofloxacin adalah salah satu obat antibiotik spectrum luas golongan Fluoroquinolon, namun obat yang diberikan ini merupakan terapi altenatif dalam menangani ulkus kornea. Secara teori, terapi awal pada ulkus kornea bakteri berupa golongan fluroquinolon topical generasi keempat, yang merupakan spectrum luas, yakni Moxifloxacin 5 mg, gatifloxacin 3 mg. Natrium diklofenak merupakan obat analgetik golongan Nonsteroid Antiinflamasi drug (NSIDs) yang dapat digunakan dalam menangani nyeri pada ulkus kornea. Citirizine merupakan obat antihistamin yang dapat diberikan guna mengurangi rasa gatal pada pasien akibat reaksi inflamasi pada kornea . selain itu, jika

15

dengan pengobatan keluhan tidak membaik, maka disarankan untuk melakukan terapi pembedahan berupa keratoplasti.

16

DAFTAR PUSTAKA

1.

Ilyas, Sidharta. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm : 128-136

2. American Academy of Ophtalmology. Lens and Cataract. Basic and Clinical Science Course Section 11. The Foundation of AAO San Fransisco. USA: LEO framework. 2001-2002: 6:8 3. Liesegang TJ, Skuta GL, Cantor LB. Basic clinical sience course lens and cataract: section 11. San Fransisco: America Academy of Opthalmology; 2003 4. Vaughan, Daniel G., Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. Oftalmologi Umum, edisi 17. Jakarta: EGC, 2007, p169-176

17

More Documents from "Nur Rizky Amelia"

Rescue3.asd.docx
December 2019 2
Rescue5.asd.docx
December 2019 5
4. Morning Gastritis.docx
December 2019 4
Flavanon-1.docx
December 2019 18