Nama
: Resa Ulfah Pertiwi
NIM
: 20160420077
Kelas
: Desain Riset Survey dan Eksperimen (A)
Dosen
: Dr. Ietje Nazaruddin, S.E., M.Si., Ak., C.A.
Tugas
: Resume dan 5 Pertanyaan Measurement : Scaling, Reliability, dan Validity Pengukuran adalah penggunaan angka-angka atau simbol lain untuk mencirikan (atau
mengatribusikan) objek berdasarkan sekumpulan aturan yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah kita mengetahui cara mendefinisikan secara operasional (atau mengoperasionalisasi) suatu konsep (atau variabel), kita harus menggunakan angka-angka (atau simbol lain) terhadapnya dengan cara tertentu. Bahwa penting bagi kita untuk menstandarkan dan mengaplikasikan secara konsisten aturan dalam menggunakan angka untuk mencirikan (mengatribusikan) objek. Angka memungkinkan kita untuk melakukan analisis statistik atas data yang dihasilkan serta menguji hipotesis yang telah kita kembangkan. Selain itu, angka dapat memfasilitasi komunikasi dari hasil penelitian kita. EMPAT JENIS SKALA Pengukuran berarti mengumpulkan data dalam bentuk angka. Agar dapat menggunakan angka untuk mengartibusikan objek, kita memerlukan skala. Skala adalah perangkat atau mekanisme di mana para indivipebdu diketahui berdasarkan bagaimana individu tersebut berbeda atau sama lain pada variabel ketertarikan (minat) dalam penelitian kita. Penskalaan melibatkan pembuatan kontinum (rangkaian) di mana objek ditemukan. Skala likert adalah suatu skala yang dirancang untuk menelaah seberapa kuat subjek menyetujui pernyataan pada skala lima poin dengan titik panduan berikut: 1= Sangat Tidak Setuju, 2= Tidak Setuju, 3= Tidak Berpendapat, 4= Setuju, dan 5= Sangat Setuju. Menurut Sekaran (2006:15) ada empat tipe skala dasar: nominal, ordinal, interval, dan rasio.
Skala Nominal Skala nominal adalah skala yang memungkinkan peneliti untuk menempatkan subyek pada kategori atau kelompok tertentu. Menurut Indriantoro (2002:97) skala nominal merupakan skala pengukuran yang menyatakan kategori, kelompok atau klasifikasi dari kontruk yang diukur dalam bentuk variabel. Sebagai contoh, terkait dengan variabel gender. Responden dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu pria dan wanita. Kelompok tersebut bisa diberi kode nomor 1 dan 2. Nomor-nomor tersebut berfungsi sebagai label kategori yang sederhana dan sesuai, tanpa nilai intrinsik, selain menempatkan responden pada satu atau dua kategoriyang tidak sama atau saling lepas. Perhatikan juga bahwa kategori juga lengkap secara kolektif. Dengan demikian, skala nominal memberikan suatu informasi yang bersifat dasar, kategorial dan mentah. Skala Ordinal Skala ordinal tidak hanya mengategorikan variabel-variabel dalam suatu cara untuk menunjukkan perbedaan di antara berbagai kategori, tetapi juga mengurutkan menjadi beberapa cara yang bermakna. Skala ordinal dapat digunakan dengan variabel apa pun untuk berbagai kategori yang digunakan berdasarkan beberapa pilihan. Pilihan-pilihan tersebut kemudian diurutkan dan diberi nomor 1, 2, dan seterusnya. Skala ordinal membantu peneliti untuk menentukan persentase responden yang menganggap interaksi dengan orang lain sebagai hal yang paling penting, responden yang menganggap menggunakan sejumlah keterampilan bebeda sebagai hal paling penting, dan seterusnya. Contohnya yaitu kategori dari yang buruk sampai yang baik dengan memberi nomor urut sesuai dengan tingkatannya. Skala Interval Skala interval memungkinkan kita melakukan operasi aritmatika tertentu terhadap data yang dikumpulkan dari responden. Sementara skala nominal hanya memungkinkan kita untuk membedakan kelompok secara kualitatif dengan mengategorikannya dalam kumpulan yang saling lepas dan lengkap secara kolektif dan skala ordinal mengurutkan tingkatan preferensi, skala interval membuat kita dapat mengukur jarak di antara dua titik pada skala. Hal ini membantu untuk menghitung mean atau rerata hitung dan standar deviasi atau simpangan baku
respons terhadap variabel. Dengan kata lain, skala interval merupakan sakala pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat dan jarak kontruk. Skala Rasio Skala rasio mengatasi kekurangan titik awal yang berubah-ubah pada skala interval, yaitu skala rasio memiliki titik nol absolut, yang merupakan titik pengukuran yang berarti. Jadi, skala rasio tidak hanya mengukur secara besaran perbedaan antar titik pada skala, namun juga menunjukkan proposisi dalam perbedaan tersebut. Skala rasio merupakan skala yang memiliki titik awal nol yang khas atau absolut dan mencakup semua sifat dari ketiga skala lainnya. Tinjauan Skala Empat skala yang dapat digunakan pada pengukuran variabel adalah skala nominal, ordinal, interval, dan rasio. Skala nominal menyoroti perbedaan dengan menklasifikasikan objek atau orang ke dalam kelompok, dan menyediakan jumlah informasi yang paling sedikit mengenai variabel. Skala ordinal memberikan beberapa informasi tambahan dengan mengurutkan tingkatan kategori skala nominal. Skala interval tidak hanya mengurutkan namun juga memberikan informasi besaran perbedaan dalam variabel. Skala rasio tidak hanya menunjukkan besaranperbedaan, tapi juga proporsinya. Dalam skala peringkat, setiap objek diberi skala secara independen terhadap objek yang diteliti. Skala ranking sebaliknya, membandingkan di antara atau antarobjek serta menghasilkan pilihan yang digunakan dan membuat rankingnya. SKALA PERINGKAT
Skala Dikotomi. Digunakan untuk memperoleh jawaban Ya atau Tidak, seperti dalam contoh berikut yaitu: Apakah Anda memiliki mobil? (Ya/Tidak)
Skala Kategori. Menggunakan beberapa poin untuk memperoleh respons tunggal (terdapat beberapa alternatif). Contoh: Di mana tempat tinggal Anda di London? (London Timur, London Selatan, dll)
Skala Diferensial Semantik. Skala pengukuran sikap dengan menggunakan pernyataan ekstrem yang penilaiannya terdiri dari dua kutup. Contoh: Baik-Buruk, Kuat-Lemah, Modern-Kuno.
Skala Numerik. skala semantik yang penilaian menggunakan nomor terdiri atas 5 atau 7 alternatif. Contoh: seberapa puas Anda dengan agen real estat yang baru? (Sangat Puas 7 6 5 4 3 2 1 Sangat Tidak Puas)
Skala Peringkat Terperinci. Skala pengukuran yang menyatakan pilihan responden dengan melingkari nomor satu dari 5 atau 7 titik yang ada.
Skala Likert. Didesain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak setuju dengan contoh pernyataan pada skala lima dengan panduan sebagai berikut: Sangat Tidak Setuju (1); Tidak Setuju (2); Tidak Berpendapat (3); Setuju (4); Sangat Setuju (5).
Skala Jumlah Konstan atau Tetap. Skala yang digunakan untuk pengukuran sikap dengan mendistribusikan sejumlah poin dan mengakumulasikannya.
Skala Stapel. Skala yang digunakan untuk mengukur sikap dengan penilaian mulai dari +3 sampai -3 atas item yang ada.
Skala Peringkat Grafis. Skala yang pengukuran yang menggunakan peringkat grafis atas jawaban responden untuk pertanyaan tertentu atau memberikan tanda pada titik yang sesuai pada garis.
Skala Consensus. Skala pengukuran sikap berdasarkan ketepatan atau relevansinya dengan konsep.
Skala Lainnya. Skala peringkat juga bisa diukur dengan menggunakan penskalaan multidimensional di mana objek, orang, atau keduanya diskalakan secara visual serta dilakukan analisis konjoin.
SKALA RANKING Skala rangking (rangking scale) merupakan skala yang digunakan untuk membuat perbandingan antar objek, peristiwa, atau orang, dan mengungkap pilihan yang lebih disukai dan merangkingnya. Adapun metode yang dipakai adalah perbandingan berpasangan, pilihan yang diharuskan, dan skala komparatif.
Perbandingan Berpasangan. Skala yang digunakan ketika diantara sejumlah kecil objek, responden diminta untuk memilih antara dua objek “yang dibandingkan” pada satu waktu. Skala ini membantu untuk menilai preferensi. Semakin banyak jumlah objek atau simulasi, semakin banyak jumlah perbandingan pasangan diberikan kepada responden, dan semakin tinggi kelelahan responden. Karena itu, perbandingan berpasangan merupakan metode yang baik jika jumlah simulasi yang diberikan sedikit.
Pilihan yang Diharuskan. Pilihan yang diharuskan memungkinkan responden untuk meranking objek yang disesuaikan satu sama lain, di antara alternatif-alternatif yang disediakan. Hal ini akan memudahkan responden khususnya jika jumlah pilihan yang diranking terbatas.
Skala Komparatif. Skala komparatif memberikan acuan atau poin referensi untuk menilai sikap terhadap objek, kejadian, atau situasi yang sedang diteliti.
DIMENSI INTERNASIONAL DARI PENSKALAAN Persoalan penskalaan juga harus diperhatikan dalam penelitian lintas-budaya. Budaya yang berbeda bereaksi secara berbeda terhadap persoalan penskalaan. Perbedaan terkini menunjukkan bahwa orang-orang dari berbagai negara dalam hal kecenderungan untuk menggunakan ujung ekstern sebagai skala peringkat. KETEPATAN PENGUKURAN Untuk menelaah bagaimana dapat memastikan bahwa ukuran yang dibuat adalah baik secara logis. Hal pertama yang dilakukan adalah menganalisis item terhadap respons atas pertanyaan yang mengungkap variabel, dan kemudian keandalan dan validitas ukuran dilakukan. Analisis Soal Dilakukan untuk melihat apakah poin dalam instrumen itu memang sudah seharusnya ada atau tidak. Tiap soal diuji kemampuannya untuk membedakan antara subjek yang total skornya tinggi dan yang rendah. Reliabilitas adalah uji bagaimana instrumen pengukuran secara konsisten mengukur apapun konsep yang sedang diukur. Validitas adalah uji tentang seberapa baik suatu instrumen yang dikembangkan mengukur konsep tertentu yang ingin diukur.
Validitas Validitas merupakan pengujian atas instrument penelitian yang menyatakan bahwa intrumen tersebut memang benar-benar dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010:172). Adapun cara yang seringkali digunakan dalam melakukan uji validitas terdiri dari tiga bagian, yaitu:
Validitas isi merupakan cara uji validitas yang mengukur tingkat dimana isi dari itemitem cukup mewakili keseluruhan item yang relevan sesuai penelitian. Hal ini dapat dilakukan dengan metode penilaian dan evaluasi panel dengan rasio validitas isi (Cooper, 2006:17). Validitas muka mengindikasikan bahwa poin yang ditujukan untuk mengukur suatu konsep memang, seperti kelihatannya, mampu mengukur konsep tersebut.
Validitas berdasarkan kreteria merupakan cara uji validitas dikatakan terpenuhi jika pengukuran tersebut mampu membedakan individu menurut suatu kreteria yang diharapkan dapat diprediksi (Sekaran, 2006:43). Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan validitas konkuren atau validitas prediktif. Validitas konkuren dibuat ketka skala tersebut membedakan individu-individu yang diketahui berbeda, yaitu memiliki skor yyang berbeda pada instrumen. Validitas prediktif mengindikasikan kemampuan instrumen pengukuran untuk membedakan individu-indiviu dengan acuan kriteria masa yang akan datang.
Validitas konstruk merupakan cara uji validitas yang menunjukkan seberapa baik hasil yang atas kesesuaian dengan desain teori yang menjadi dasar pengujian (Sekaran, 2006:44). Validitas konsep dinilai melalui validitas konvergen dan diskriminan. Validitas konvergen terpenuhi apabila skor yang diperoleh dari dua instrumen berbeda yang mengukur konsep yang sama sangat berkorelasi. Validitas deskriminan terpenuhi apabila berdasarkan teori, dua variabel diprediksi tidak berkorelasi, dan skor yang diperoleh dari pengukurannya benar-benar secara empiris membutikan hal tersebut.
Jenis-jenis Validitas yang di bedakan berdasarkan tipenya:
Validitas Isi. Validitas isi merupakan cara uji validitas yang mengukur tingkat dimana isi dari item-item cukup mewakili keseluruhan item yang relevan sesuai penelitian. Hal ini dapat dilakukan dengan metode penilaian dan evaluasi panel dengan rasio validitas isi (Cooper, 2006:17).
Validitas Muka. Validitas muka yaitu ukuran itu tampaknya mencerminkan isi konsep yang dimaksud. Validitas wajah mungkin dapat ditegakkan dengan bertanya kepada orang lain apakah ukurannya terlihat pada konsep yang menjadi fokus perhatian. Dengan kata lain, orang-orang, mungkin mereka yang memiliki pengalaman atau keahlian di bidang, mungkin diminta untuk bertindak sebagai hakim untuk menentukan apakah atau tidak di hadapannya ukuran itu tampaknya mencerminkan konsep yang bersangkutan. Oleh karena itu, validitas wajah adalah proses yang intinya intuitif.
Validitas Terkait Kriteria. Validitas berdasarkan kreteria merupakan cara uji validitas dikatakan terpenuhi jika pengukuran tersebut mampu membedakan individu menurut suatu kreteria yang diharapkan dapat diprediksi (Sekaran, 2006:43). Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan validitas konkuren atau validitas prediktif.
Validitas Konkuren. Peneliti dapat mencari untuk mengukur validitas konkuren dari pengukuran tersebut. Ukuran baru kepuasan kerja dapat berfungsi sebagai contoh. Kriteria mungkin adalah ketidakhadiran, karena beberapa orang lebih sering absen dari pekerjaan (selain karena sakit) daripada yang lain. Untuk menetapkan validitas bersamaan dari ukuran kepuasan kerja, kita mungkin melihat apakah orang-orang yang puas dengan pekerjaan mereka lebih kecil kemungkinannya daripada mereka yang tidak puas untuk absen dari pekerjaan. Jika kurangnya korespondensi ditemukan, seperti tidak ada perbedaan dalam tingkat kepuasan kerja di antara yang sering absen, keraguan mungkin diberikan pada apakah tindakan kita benar-benar menangani kepuasan kerja atau tidak.
Validitas prediktif. Tes lain yang mungkin untuk validitas ukuran baru adalah validitas prediktif, di mana peneliti menggunakan ukuran kriteria masa depan, bukan yang kontemporer, seperti dalam kasus validitas bersamaan. Dengan validitas prediktif, peneliti akan mengambil tingkat absensi di masa mendatang sebagai kriteria yang dengannya validitas ukuran baru kepuasan kerja akan diperiksa. Perbedaan dari validitas konkuren adalah bahwa masa depan daripada ukuran kriteria simultan digunakan.
Validitas Konstruk. Validitas konstruk merupakan cara uji validitas yang menunjukkan seberapa baik hasil yang atas kesesuaian dengan desain teori yang menjadi dasar pengujian (Sekaran, 2006:44). Validitas konsep dinilai melalui validitas konvergen dan diskriminan.
Validitas Konvergen. Dalam pandangan beberapa ahli metodologi, validitas ukuran harus diukur dengan membandingkannya dengan ukuran-ukuran dari konsep yang sama yang dikembangkan melalui metode lain.
Validitas Diskriminan. Validitas deskriminan terpenuhi apabila berdasarkan teori, dua variabel diprediksi tidak berkorelasi, dan skor yang diperoleh dari pengukurannya benarbenar secara empiris membutikan hal tersebut.
Refleksi pada Reliabilitas dan Validitas. Kemudian, ada sejumlah cara untuk menyelidiki manfaat dari tindakan yang dirancang untuk mewakili konsep-konsep ilmiah sosial. Namun, pembahasan reliabilitas dan validitas berpotensi menyesatkan, karena akan salah untuk berpikir bahwa semua langkah konsep baru disampaikan kepada kerasnya dijelaskan di atas.
Reliabilitas Reliabilitas atau keandalan adalah suatu pengukuran yang menunjukkan sejauhmana pengukuran tersebut bebas dari kesalahan (bias), sehingga menjamin pengukuran yang konsisten secara lintas waktu dan beragam item dalam istrumen yang diuji (Sekaran, 2006:40). Keandalan suatu pengukuran merupakan indikasi mengenai stabilitas dan konsistensi dimana instrumen mengukur konsep dan membantu menilai “ketepatan’ sebuah pengukuran. Cooper (2006) menambahkan bahwa yang menjadi indikator dari keandalan juga kesetaraan atau ekuivalensi. Stabilitas Pengukuran Pengujian dikatakan memiliki stabilitas jika penguji dapat menjamin hasil yang konsisten atas pengukuran yang dilakukan berulang kali atas orang yang sama dengan intrumen yang sama (Cooper, 2006:20). Berkaitan dengan indikator stabilitas pada uji keandalan ada dua alternatif yang bisa digunakan, yaitu keandalan tes ulang dan keandalan bentuk pararlel.
Reliabilitas Tes Ulang. Koefisien reliabilitas yang diperoleh dengan pengulangan ukuran yang sama pada kesempatan kedua.
Reliabilitas Bentuk Pararel. Ketika respons terhadap dua kelompok ukuran yang hampir sama yang mengungkapkan ide yang samaa menunjukkan korelasi yang tinggi.
Konsistensi Internal Ukuran Data yang diuji dikatakan konsisten manakala hasil pengujian tersebut memiliki korelasi tinggi yang menginformasikan adanya kesamaan (homogenitas) diantara item-item (Cooper, 2006:22). Kemudian yang menjadi kesulitan dalam pengujian ini adalah jedah waktu dinatara pengukuran, waktu yang tak cukup diantara pengukuran, ketajaman responden terhadap tujuan kajian yang disandarkan, dan kepekaan topik. Sedangkan untuk ekuivalensi (kesetaraan) dilakukan atas keandalan yang mempertimbangkan banyaknya error yang dapat muncul dengan penyelidik yang berbeda (dalam observasi) atau sampel-sampel yang berbeda dari hal yang teliti dalam wawancara atau skala (Cooper, 2006:21).
Reliabilitas Konsistensi Antarpoin. Pengujian konsistensi jawaban responden atas semua poin yang diukur.
Reliabilitas Setengah Bagian. Mencerminkan korelasi di antara dua setengah bagian dari suatu instrumen.
SKALA PENGUKURAN REFLEKTIF VERSUS FORMATIF Dalam skala reflektif poin item diharapkan saling berkorelasi. Tidak seperti poin yang digunakan dalam skala formatif, masing-masing poin dalam skala reflektif diasumsikan memiliki basis yang sama. Sehingga peningkatan dalam nilai konstruk akan diterjemahkan menjadi peningkatan pada nilai seluruh poin yang mencerminkan konstruk tersebut. Skala formatif digunakan ketika suatu konstruk dipandang sebagai kombinasi penjelasan dari indikatornya. PERHATIAN UTAMA PENELITI KUANTITATIF
Pengukuran. Pengukuran membawa sejumlah keunggulan yang sebelumnya diuraikan. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa masalah keandalan dan validitas menjadi
perhatian bagi para peneliti kuantitatif, meskipun ini tidak selalu terwujud dalam praktik penelitian.
Kausalitas. Peneliti sering tidak hanya tertarik pada fenomena seperti motivasi untuk bekerja sebagai sesuatu yang harus dijelaskan, misalnya, dalam hal seberapa termotivasi sekelompok karyawan tertentu, atau berapa proporsi karyawan dalam sampel yang sangat termotivasi dan berapa proporsi sebagian besar kurang motivasi. Sebaliknya, mereka cenderung ingin menjelaskannya, yang berarti memeriksa penyebabnya. Peneliti dapat berusaha menjelaskan motivasi untuk bekerja dalam hal karakteristik pribadi (seperti “pertumbuhan membutuhkan kekuatan”, yang mengacu pada kebutuhan individu untuk pertumbuhan dan perkembangan pribadi
Generalisasi. Peneliti menjadi fokus pada pengembangan prinsip hukum tentang perilaku manusia yang dapat digunakan untuk memprediksi apa yang akan dilakukan orang dalam situasi tertentu. Untuk memperumit masalah lebih lanjut, penelitian ini kadang-kadang didasarkan pada studi tentang hewan daripada perilaku manusia, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah perilaku dapat digeneralisasi dari satu spesies ke spesies lain.
Replikasi. Para peneliti kuantitatif dalam ilmu sosial sering menganggap replikasi, atau lebih tepatnya kemampuan untuk mereplikasi, sebagai unsur penting dari aktivitas mereka. Sangat mudah untuk melihat mengapa: kemungkinan kurangnya objektivitas dan intrusi nilai-nilai peneliti akan tampak jauh lebih besar ketika memeriksa dunia sosial daripada ketika ilmuwan alam menyelidiki tatanan alam. Akibatnya, sering dianggap penting bahwa peneliti menjabarkan prosedurnya dengan jelas sehingga dapat direplikasi oleh orang lain, bahkan jika penelitian tersebut tidak akhirnya direplikasi.
PERTANYAAN 1.
Apa yang menjadikan dasar untuk menggunakan skala peringkat dan skala perangking?
2.
Apa maksud dari penskalaan lintas-budaya?
3.
Lebih baik manakah pengukuran reflektif dan formatif dimana dalam reflektif poin-poin diasumsikan dengan basis yang sama sedangkan formatif tidak?
4.
Mengapa dalam konsistensi internal ukuran hasil pengujian memiliki korelasi yang tinggi?
5.
Apa yang menjadi dasar perbedaan antara reliabilitas tes ulang dengan bentuk pararel?