Reptil Endemik Indonesia Piton Darah / Dipong / Blood Python
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Squamata
Family
: Phytonidae
Genus
: Python
Spesies
: Phyton curtus
Blood Python atau di Indonesia dikenal dengan nama Piton Darah atau Dipong merupakan ular yang tidak berbisa dari family Pythonidae. Ular ini dapat ditemukan di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Ular ini mempunyai postur tubuh yang gendut dengan panjang tubuh sekitar 1 meter. Meskipun memiliki tubuh yang pendek dan memiliki kepala yang kecil, ular ini dapat memiliki berat badan hingga 10 kg dikarenakan lingkar tubuhnya yang lebar. Ular ini disebut dengan Blood Python karena pada tubuhnya terdapat corak berwarna merah seperti darah. Dipong merupakan hewan diurnal, yang berarti ular ini aktif pada siang hari dan bersifat terestrial atau hidup di permukaan tanah. Secara umum, tubuh dipong dibagi menjadi 3 bagian:
sepertiga bagian depan meliputi trakhea, esofagus dan jantung sepertiga bagian tengah meliputi jantung, lambung dan paru-paru sepertiga bagian belakang meliputi usus halus, pankreas, limpa, kantung empedu, kelenjar adrenal, usus besar, gonad, saluran reproduksi, ginjal, lemak
tubuh dan kloaka. Pada daerah kaudal kloaka terdapat musk gland pada betina dan sepasang hemipenis pada jantan. Os thoracalis tidak memiliki sternum sehingga menggantung bebas dan tidak melindungi jantung yang terletak di bagian ventral. Paru-paru ular memanjang dan di ujung membentuk kantung udara. Fungsi kantung udara adalah sebagai cadangan udara yang dipompa saat menelan mangsa yang besar. Saluran esofagus sangat tipis dan tidak mengandung otot polos. Saluran ini terus menuju lambung tanpa batas yang jelas karena lambung tidak memiliki cardiac sphincter. Proses pencernaan berlangsung sangat cepat sedangkan proses penyerapan berlangsung sangat lambat dan membutuhkan waktu berhari – hari. Ular tidak memiliki kelopak mata. Sebagai gantinya terdapat lapisan bening dari semacam material gelas yang melapisi seluruh kornea, disebut spektakel. Dipong merupakan hewan poikiloterm, yang berarti hewan ini memiliki suhu tubuh yang menyesuaikan dengan suhu lingkungan disekitarnya. Ular ini membutuhkan kisaran suhu tertentu supaya metabolisme didalam tubuhnya dapat berjalan dengan lancar. Suhu yang diperlukan dipong yaitu sekitar 27o – 30o Celcius supaya metabolisme tubuhnya dapat bekerja dengan lancar. Untuk mendapatkan suhu yang sesuai, ular dapat mendapatkannya dengan cara berjemur. Saat berjemur, dipong akan meluruskan atau meregangkan tubuhnya supaya panas matahari dapat masuk ke tubuhnya. Ular ini mencapai dewasa kelamin pada umur 2 sampai 3 tahun. Betina memulai siklus lemak dan siap kawin saat mencapai ukuran tubuh tertentu. Siklus ini erat hubungannya dengan proses vitellogenesis yaitu proses produksi kuning telur atau egg yolk. Siklus lemak berperan penting dalam proses pematangan folikel, dimana terjadi pembentukan folikel-folikel di germinal epitel dari ovarium kemudian melepaskan ovum yang telah matang. Proses pematangan folikel dimulai dengan kehadiran folikel kecil yang belum berkembang di ovarium. Folikel-folikel tersebut kemudian membesar yang kemudian dilanjutkan dengan proses vittelogenesis. Ketika folikel tersebut telah matang, folikel tersebut kemudian melepas ovum matang ke oviduk melalui corong oviduk. Bila betina kawin, ovum yang telah memasuki oviduk akan terbuahi oleh sperma dan dilanjutkan dengan pemberian dinding / membran dan cangkang telur. Selanjutnya siklus pematangan folikel dan siklus lemak pada ular dimulai dengan pematangan folikel berukuran kecil pada musim kawin yang kemudian membesar ukurannya. Folikel tersebut kemudian matang diikuti pematangan ovum yang diikuti dengan akumulasi kuning telur dari cadangan lemak. Kemudian setelah folikelfolikel telah matang, ovum dilepaskan dan memasuki oviduk. Folikel yang telah melepaskan ovum berkembang menjadi CL yang berperan dalam mengatur jumlah ovum yang akan dilepaskan dalam satu periode reproduksi. Sama seperti ular lainnya, dipong juga mengalami shedding atau pergantian kulit. Proses ini terjadi di bawah kontrol hormonal serta berhubungan dengan nutrisi dan pertumbuhan. Pergantian kulit dipengaruhi oleh faktor kelembapan, temperatur, dan juga makanan. Proses pergantian kulit ditandai dengan inaktifitas yaitu ular cenderung diam dan menolak makan, warna kulit kusam dan spektakel yang memutih keruh. Setelah pergantian
kulit selesai, kulit ular akan terlihat lebih cerah dan nafsu makannya juga tinggi karena pada saat mengalami pergantian kulit, ular tidak akan makan. Dipong dapat ditemukan di hutan – hutan pulau Sumatra dan Kalimantan. Terdapat perbedaan dari dipong yang ada di pulau Sumatara dan Kalimantan. Warna kulit dipong di Sumatra terlihat lebih gelap bahkan ada yang memiliki warna hitam sementara dipong di Kalimantan hanya memiliki satu varian warna, yaitu warna merah yang terlihat seperti merah darah. Selain itu, dipong di Kalimantan memiliki ekor yang lebih pendek daripada dipong di Sumatra. Berdasarkan status IUCN, Ular Blood Python / Dipong masuk ke dalam status Least Concern, yang berarti beresiko rendah. Hal ini dapat dilihat dari populasinya di alam liar yang masih banyak. Meskipun populasinya yang masih banyak, tetapi habitat ular ini mulai rusak akibat manusia dan juga adanya penangkapan liar untuk dijadikan sebagai hewan peliharaan. Status dari CITES untuk dipong adalah Appendiks II, yang berarti dipong boleh diperjual belikan tetapi harus dilengkapi oleh dokumen – dokumen tertentu.