Renovasi Revisi.docx

  • Uploaded by: Sholeh Hasan87
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Renovasi Revisi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 9,428
  • Pages: 50
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu memahami berbagai pengalaman melalui panca indra atau dalam terminologi NLP dikenal sebagai VAKOG (Visual, Auditory, Kinesthetic, Olfactory dan Gustatory). Setelah berusia dua belas tahun, umumnya individu memiliki preferensi dari kelima jalur informasi tersebut, umumnya di antara tiga jalur berikut; Visual, Auditory atau Kinesthetic. Pemilihan jalur tersebut juga tergantung pada material yang dipelajari individu. Seorang musisi lebih cenderung menggunakan jalur pendengaran dibandingkan dua jalur yang lain. Pemahaman akan hal ini sangat penting dimiliki oleh para pendidik karena menentukan efektifitas proses pembelajaran. Otak manusia juga menggunakan metode kerja dari kelima jalur informasi tersebut dalam memproses dan mengambil kembali sebagai informasi yang telah dipelajari. Individu umumnya mampu memvisualisasikan, berbicara dengan dirinya sendiri, merasakan (secara fisik atau emosional), membedakan berbagai rasa, membedakan berbagai aroma dan masih banyak lagi. Setiap individu memiliki preferensi yang berbeda saat memproses informasi dan menindaklanjuti hasil pemikirannya dalam bentuk tindakan atau eksperesi. Perbedaan ini dapat dengan jelas anda perhatikan salah satunya melalui bahasa sensorik(sensory language) yang digunakan, seperti; "Masalah itu terasa seperti beban yang sangat berat di pundak saya." (Kinesthetic) "Dapatkah anda membayangkan apa yang sedang saya bicarakan?" (Visual) "Hal tersebut terdengar tidak asing bagi saya." (Auditory). Proses sensori dibagi menjadi dua komponen yakni resepsi dan persepsi. Sensori resepsi adalah proses menerima stimulus atau data, baik eksternal atau internal dari tubuh. Stimulus eksternal termasuk visual (penglihatan), auditori (pendengaran), olfactori (penghidu), tactile (perabaan) dan gustatori (pengecap).

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada sistem persepsi sensori ? 2. Bagaimana pengkajian pada sistem persepsi sensori? 3. Bagaimana pemeriksaan fisik sistem persepsi sensori? 4. Apa saja pemeriksaan diagnostik sistem persepsi sensori? 5. Bagaimana penatalaksanaan sistem persepsi sensori?

C. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk mengetahui konsep dari sistem persepsi sensori 2. Tujuan khusus 1) Untuk mengetahui anatomi Fisiologi sistem persepsi sensori 2) Untuk mengetahui pengkajian pada sistem persepsi sensori 3) Untuk mengetahui pemeriksaan fisik sistem persepsi sensori 4) Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik sistem persepsi sensori 5) Untuk mengetahui penatalaksanaan sistem persepsi sensori

D. Manfaat 1. Bagi mahasiswa Manfaat makalah ini bagi mahasiswa, baik penyusun maupun pembaca adalah untuk menambah wawasan terhadap seluk beluk tentang sistem persepsi sensori. 2. Bagi institusi Makalah ini bagi institusi pendidikan kesehatan adalah sebagai tambahan referensi untuk menguji mahasiswa atau mahasiswinya tentang sistem persepsi sensori. 3. Bagi masyarakat Makalah ini bagi masyarakat adalah sebagai penambah wawasan tentang sistem persepsi sensori.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Anatomi fisiologi A. Mata atau penglihatan Indra penglihatan yang terletak pada mata ( organ visus ) yang terdiri dari organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan okulus (bola mata). Saraf indra penglihatan, saraf optikus, muncul dari sel-sel ganglion dalam retina, bergabung untuk membentuk saraf optikus. a. Organ Okuli Assesoria Organ okuli assesoria (alat bantu mata), terdapat di sekitar bola mata yang sangat erat hubungannya dengan mata, terdiri dari : 1) Kavum orbita, merupakan rongga mata yang bentuknya seperti kerucut dengan puncaknya mengarah ke depan dan ke dalam. 2) Supersilium (alis mata) merupakan batas orbita dan potongan kulit tebal yang melengkung , ditumbuhi oleh bulu pendek yang berfungsi sebagai kosmetik atau alat kecantikan dan sebagai pelindung mata dari sinar matahari yang sangat terik. 3) Palpebra (kelopak mata) merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang terletak didepan bulbus okuli. Kelopak mata atas lebih besar dari pada kelopak mata bawah. Fungsinya adalah pelindung mata sewaktuwaktu kalau ada gangguan pada mata. 4) Aparatus lakrimalis (air mata). Air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis superior dan inferior. Melalui duktus ekskretorius lakrimalis masuk ke dalam sakus konjungtiva. Melalui bagian depan bola mata terus ke sudut tengah bola mata ke dalam kanalis lakrimalis mengalir ke duktus nasolakrimatis terus ke meatus nasalis inferior. 5) Muskulus okuli (otot mata) merupakan otot ekstrinsik mata terdiri dari : a) Muskulus

levator

palpebralis

superior

inferior,

fungsinya

mengangkat kelopak mata. b) Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata.

c) Muskulus rektus okuli inferior, fungsinya untuk menutup mata. d) Muskulus rektus okuli medial, fungsinya menggerakan bola mata. e) Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakan bola mata ke dalam dan ke bawah. f) Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mata ke atas, ke bawah dan ke luar. 6) Konjungtiva. Permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva palpebra, merupakan lapisan mukosa. Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini sering terdapat kelenjar limfe dan pembuluh darah. b. Okulus Okulus (mata) meliputi bola mata (bulbus okuli). Nervus optikus saraf otak II, merupakan saraf otak yang menghubungkan bulbu okuli dengan otak dan merupakan bagian penting organ visus. c. Tunika okuli Tonika okuli terdiri dari : 1) Kornea, merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita dapat melihat membran pupil dan iris. Penampang kornea lebih tebal dari sklera, terdiri dari 5 lapisan epitel kornea, 2 lamina elastika anterior (bowmen), 3 subtansi propia, 4 lamina elastika posterior, dan 5 endotelium. Kornea tidak mengandung pembuluh darah peralihan, antara kornea ke sklera.

2) Sklera, merupakan lapisan fibrosa yang elastis yang merupakan bagian dinding luar bola mata dan membentuk bagian putih mata. Bagian depan sklera tertutup oleh kantong konjungtiva. 3) Tunika vaskula okuli merupakan lapisan tengah dan sangat peka oleh rangsangan pembuluh darah. Lapisan ini menurut letaknya terbagi menjadi 3 bagian yaitu : a) Koroid, merupakan selaput yang tipis dan lembab merupakan bagian belakanang tunika vaskulosa. Fungsinya memberikan nutrisi pada tunika. b) Korpus siliaris, merupakan lapisan yang tebal, terbentang mulai dari ora serata sampai ke iris. Bentuk keseluruhan seperti cincin, dan muskulus siliaris. Fungsinya untuk terjadinya akomodasi c) Iris, merupakan bagian terdepan tunika vaskulosa okuli, berwarna karena mengandung pigmen, berbentuk bulat seperti piring dengan penampang 12 mm, tebal 12 mm, di tengah terletak bagian berlubang yang disebut pupil. Pupil berguna untuk mengatur cahaya yang masuk ke mata, sedangkan ujung tepinya melanjut sampai korpus siliaris. Pada iris terdapat 2 buah otot: muskulus sfingter pupila pada pinggir iris, muskulus dilatator pupila terdapat agak pangkal iris dan banyak mengandung pembuluh darah dan sangat mudah terkena radang, bisa menjalar ke korpus siliaris. 4) Tunika nervosa Tunika nervosa merupakan lapisan terdalam bola mata, disebut retina. Retina dibagi atas 3 bagian : a) Pars optika retina, dimulai dari kutub belakang bola mata sampai di depan khatulistiwa bola mata. b) Pars siliaris, merupakan lapisan yang dilapisi bagian dalam korpus siliar. c) Pars iridika melapisi bagian permukaan belakang iris.

B. Hidung atau penciuman Alat penciuman terdapat dalam rongga hidung dari ujung saraf otak nervus olfaktorius. Nervus olfaktorius dilapisi oleh sel-sel yang sangat khusus yang mengeluarkan fibril-fibril yang sangat halus, terjalin dengan serabut-serabut dari bulbus oftaktorius yang merupakan otak terkecil. Konka nasalis terdiri dari lipatan selaput lendir. Pada bagian puncaknya terdapat saraf-saraf pembau. Kalau kita bernafas lewat hidung dan kita mencium bau suatu udara, udara yang kita isap melewati bagian atas dari rongga hidung melalui konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat tiga pasang karang hidung: 1) Konka nasalis superior 2) Konka nasalis media 3) Konka nasalis inferior

Disekitar rongga hidung terdapat rongga-rongga yang disebut sinus nasalis yang terdiri dari: 1) Sinus maksilaris (rongga tulang hidung) 2) Sinus sfenoidalis (rongga tulang baji) 3) Sinus frontalis (rongga nasalis inferior)

Sinus ini diliputi oleh selaput lendir. Jika terjadi peradangan pada rongga hidung, lendir-lendir dari sinus para nasalis akan keluar. Jika tidak dapat mengalir ke luar akan menjadi sinusitis. C. Mulut atau pengecapan 1) Rongga Mulut Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan. Terdiri atas dua bagian. Bagian luar yang sempit, atau vestibuka, yaitu ruang di antara gusi serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi di sisi-sisinya oleh tulang maxilaris dan semua gigi, dan di sebelah belakang bersambung dengan awal farinx. Rongga mulut terbentang mulai dari permukaan dalam gigi sampai orofaring. Atap mulut dibentuk oleh palatum durum dan mole. Di bagian posterior palatum mole berakhir pada uvula. Lidah membentuk dasar mulut. Pada bagian paling posterior dari rongga mulut terletak tonsil di antara kolumna anterior dan posterior.

Rongga Mulut Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisi organ aksesori yang bersifat dalam proses awal pencernaan. Secara umum terdiri dari 2 bagian, yaitu: a) Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi b) Bagian rongga mulut (bagian) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring. Selaput lendir mulut ditutupi ephitelium yang berlapis-lapis. Dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini sangat

kaya akan pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris. Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir mukosa. Ada beberapa bagian yang perlu diketahui, yaitu: a) Palatum a

Palatum durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris. Palatum durum adalah suatu struktur tulang berbentuk konkaf. Bagian anteriornya mempunyai lipatan-lipatan yang menonjol, atau rugae.

b

Palatum

mole

terletak

dibelakang

yang

merupakan

lipatan

menggantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir. Palatum mole adalah suatu daerah fleksibel muscular di sebelah posterior palatum durum. Tepi posterior berakhir pada uvula. Uvula membantu menutup nasofaring selama menelan.

Gigi-geligi dan tulang palatum b) Bagian gigi terdapat gigi anterior yang sangat kuat yang tugasnya memotong dan gigi posterior yang tugasnya menggiling. Pada umumnya otot-otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial ke Proses mengunyah di kontrol oleh nucleus dalam batang otak. Perangsangan formasi retikularis dekat pusat batang otak untuk pengecapan dapat menimbulkan pergerakan mengunyah secara ritmis dan kontinu. Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, terutama untuk sebagian besar buah dan sayur-sayuran mentah karena zat ini mempunyai membrane selulosa yang tidak dapat dicerna

diantara bagian-bagian zat nutrisi yang harus diuraikan sebelum dapat digunakan. c) Tulang Alveolar. Tulang alveolar terdiri atas tulang spons di antara dua lapis tulang kortikal. Pembuluh darah dan saraf gigi menembus tulang alveolar ke foramen apical untuk memasuki rongga pulpa. Tulang alveolar cukup labil dan berfungsi sebagai sumber kalsium siap pakai untuk mempertahankan kadar darah ion ini. Setelah hilangnya gigi permanen atau setelah periodontitis dapat terjadi resorbsi nyata dari tulang alveolar. d) Gingiva. Gingiva adalah membran mukosa yang melapisi vestibukum dari rongga mulut dan melipat di atas permukaan luar tulang alveolar. Saat mendekati gigi, ia menyatu dengan tepian bawah lapis merah muda yang lebih kuat yang disebut gusi atau gingiva, yang merupakan bagian membrane mukosa yang terikat erat pada periosteum Krista tulang alveolar. Ia dilapisi epitel berlapis gepeng dengan banyak papilla jaringan ikat menonjol pada dasarnya. Epitel ini berkeratin, tetapi dalam lingkungan basah ini ia tidak memiliki stratum granulosum dan sel-sel gepeng lapis superfisialnya tetap berinti piknotik. e) Ligamentum Periodontal. Akar gigi masing-masing dibungkus lapis kolagen padat, membentuk membrane periodontal atau ligament periodontal di antara sementum dan tulang alveolar di sekitarnya. Serat-seratnya berjalan miring ke atas dari sementum ke tulang hingga tekanan pada gigi menekan serat-serat yang tertanam dalam tulang. Ligamen periodontal menahan gigi pada sakunya dan masih memungkinkan sedikit gerak. f) Pulpa. Pulpa, yang memenuhi rongga gigi, berasal dari jaringan yang membentuk papilla dentis selama perkembangan embrional. Arteriol kecil memasuki pulpa melalui foramen apical dan cabang kapilernya pecah

dekat dasar odontoblas dan sebagian terdapat diantaranya. Mereka ini berlanjut ke dalam vena kecil yang letaknya lebih ke pusat pulpa. g) Lidah. Lidah manusia sebenarnya dibentuk oleh otot-otot yang terbagi atas 2 kelompok, yaitu otot-otot yang hanya terdapat dalam lidah (otot intrinsik) dan otot-otot ekstrinsik yang salah satu ujungnya mempunyai perlekatan di luar lidah, yaitu pada tulang rahang bawah di dasar mulut dan tulang lidah. Otot intrinsik mempunyai serat lebih halus daripada otot ekstrinsik.

Otot-otot

ini

penting dalam

proses

mengunyah

dan

mengucapkan kata-kata. Pergerakan lidah diatur oleh saraf otak ke-12. Permukaan belakang lidah yang terlihat pada saat seseorang membuka mulut ditutupi oleh selaput lendir yang mempunyai tonjolan-tonjolan (papilla). Pada papilla ini terdapat alat pengecap (taste-bud) untuk mengenal rasa manis, asin, asam (di ujung depan), dan pahit (di pangkal lidah). Di samping itu, lidah juga mempunyai ujung-ujung saraf perasa yang dapat menangkap sensasi panas dan dingin. Rasa pedas tidak termasuk salah satu bentuk sensasi pengecapan, tetapi suatu rasa panas yang termasuk sensasi umum. Pengecapan diurus oleh saraf otak ke-7 dan sensasi umum oleh saraf otak ke-5. Apabila lidah diangkat ke atas, suatu perlekatan mukosa, frenulum, dapat terlihat di bawah lidah di garis tengah yang menghubungkan lidah dengan dasar mulut.

Gambar lidah dari atas h) Kelenjar ludah. Terdiri dari: 1. Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid kiri dan kanan mandibularis.

Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar. Nervus fasial berjalan melalui kelenjar ini. Parotid gland terletak di belakang tulang rahang bawah di bawah daun telinga dan mempunyai saluran yang bermuara di depan gigi geraham ke-2 atas. Gondongeun atau parotitis epidemica merupakan penyakit infeksi virus yang mengenai kelanjar ini. 2. Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian belakang. 3. Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar rongga mulut.

2) Gigi dan Komponennya Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher, dan akar. Mahkota gigi menjulang di atas gusi, lehernya dikelilingi gusi dan akarnya berada di bawahnya. Gigi dibuat dari bahan yang sangat keras, yaitu dentin. Di dalam pusat strukturnya terdapat rongga pulpa.

Diagram potongan sagital gigi molar pertama bawah manusia Orang dewasa memiliki 32 gigi, 16 tertanam di dalam proses alveolaris maksila dan 16 di dalam mandibula. Yang disebut gigi permanen ini didahului oleh satu set sebanyak 20 gigi desidua, yang mulai muncul sekitar 7 bulan setelah lahir dan lengkap pada umur 6-8 tahun. Gigi ini akan tanggal antara umur enam dan tiga belas, dan diganti secara berangsur oleh gigi permanen, atau suksedaneus. Proses penggantian gigi ini berlangsung sekitar 12 tahun sampai gigi geligi lengkap, umumnya pada umur 18, dengan munculnya molar ketiga atau gigi kebijakan. Semua gigi terdiri atas

sebuah mahkota yang menonjol di atas gusi atau gingival, dan satu atau lebih akar gigi meruncing yang tertanam di dalam lubang atau alveolus di dalam tulang maksila atau mandibula. Batas antara mahkota dan akar gigi disebut leher atau serviks. Manusia memiliki susunan gigi primer dan sekunder, yaitu: a) Gigi primer, dimulai dari tuang diantara dua gigi depan yang terdiri dari 2 gigi seri, 1 taring, 3 geraham dan untuk total keseluruhan 20 gigi b) Gigi sekunder, terdiri dari 2 gigi seri, 1 taring, 2 premolar dan 3 geraham untuk total keseluruhan 32 gigi.

Fungsi gigi adalah dalam proses matrikasi (pengunyahan). Mengunyah ialah menggigit dan menggiling makanan di antara gigi atas dan bawah. Gerakan lidah dan pipi membantu dengan memindahmindahkan makanan linak ke palatum keras 12ensit gigi-gigi. Makanan yang masuk kedalam mulut di potong menjadi bagianbagian kecil dan bercamput dengan saliva unutk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan. Komponen-komponen gigi meliputi: a) Email Email gigi adalah substansi paling keras di tubuh. Ia berwarna putih kebiruan dan hampir transparan. Sembilan puluh smebilan persen dari beratnya adalah mineral dalam bentuk Kristal hidroksiapatit besarbesar. Matriks organic hanya merupakan tidak lebih dari 1% massanya. b) Dentin Dentin terletak di bawah email, terdiri atas rongga-rongga berisi cairan. Apabila lubang telah mencapai dentin, cairan ini akan menghantarkan rangsang ke pulpa, sehingga pulpa yang berisi pembuluh saraf akan menghantarkan sinyal rasa sakit itu ke otak. Dentin bersifat semitranslusen dalam keadaan segar, dan berwarna agak kekuningan. Komposisi kimianya mirip tulang namun lebih keras. Bahannya 20% organic dan 80% anorganik.

c) Pulpa Pulpa merupakan bagian yang lunak dari gigi. Bagian atap pulpa merupakan bentuk kecil dari bentuk oklusal permukaan gigi. Pulpa mempunyai hubungan dengan jaringan peri- atau interradikular gigi, dengan demikian juga dengan keseluruhan jaringan tubuh. Oleh karena itu, jika ada penyakit pada pulpa, jaringan periodontium juga akan terlibat. Demikian juga dengan perawatan pulpa yang dilakukan, akan memengaruhi jaringan di sekitar gigi. Bentuk kamar pulpa hampir menyerupai bentuk luar dari mahkota gigi, misalnya tanduk pulpa terletak di bawah tonjol gigi. Pada gigi dengan akar lebih dari satu, akan terbentuk lantai kamar pulpa yang mempunyai pintu masuk ke saluran akar, disebut orifisum. Dari orifisum ke foramen apical disebut saluran akar. Bentuk saluran akar ini sangat bervariasi, dengan kanal samping yang beragam, selain kadang-kadang juga ditemukan kanal tambahan (aksesori) yang ujungnya buntu, tidak bermuara ke jaringan periodontal. Bahan dasar pulpa terdiri atas 75% air dan 25% bahan 13ensiti, yaitu: 

Glukosaminoglikan



Glikoprotein



Proteoglikan



Fibroblas sebagai sintesis dari kondroitin sulfat dan dermatan sulfat. Pulpa gigi berisi sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan serabut saraf.

Pada saluran akar ditemui pembuluh darah, jaringan limfe, juga jaringan saraf, yang masuk ke rongga pulpa dan membentuk percabangan jaringan yang teratur serta menarik. Jaringan yang memasok darah dari pulpa, masuk dari foramen apical, tempat arteri dan vena masuk serta keluar. Selain pembuluh darah dan jaringan limfe, jaringan saraf masuk juga ke pulpa melalui foramen 13ensit. d) Sementum Akar gigi ditutupi lapisan sementum tipis, yaitu jaringan bermineral yang sangat mirip tulang. Melihat sifat fisik dan kimiawinya,

sementum lebih mirip tulang dari jaringan keras lain dari gigi. Ia terdiri atas matriks serat-serat kolagen, glikoprotein, dan mukopolisakarida yang telah mengapur. Bagian servikal dan lapis tipis dekat dentin adalah sementum aselular. Sisanya adalah sementum selular, dimana terkurung sel-sel mirip osteosit, yaitu sementosit, dalam 14ensit dalam matriks.

3) Jaringan Sekitar Rongga Mulut Jaringan sekitar mulut : a) Bibir dengan bagian-bagian 

Bibir atas



Bibir bawah



Tepi bibir



Sudut bibir (commisure) dimana bibir atas dan bawah bertemu



Tuberkel yaitu tonjolan bulat pada bibir atas tengah bawah

b) Filtrum Yaitu lekukan antara tuberkel dan hidung. c) Labiomental groove Yaitu groove yang berjalan horizontal di bawah bibir bawah yang membatasi dagu. d) Nasolabial groove Yaitu lekukan antara hidung/nasal dan bibir/labia. e) Dagu Di sebelah depan, mulut dibatasi oleh bibir dan otot-otot yang melingkarinya. Bibir ini merupakan peralihan dari kulit dan selaput lendir. Perbedaannya dengan kulit adalah bahwa bibir tidak mempunyai lapisan tanduk dan lapisan epidermisnya tipis. Warna merah pada bibir disebabkan oleh warna merah darah dalam kapiler di bawahnya. Karena kulitnya tipis, bibir juga merupakan bagian yang 14ensitive pada manusia. Pada orang yang kurang darah (anemia) warnanya pucat, sedangkan pada mereka yang darahnya mengalami gangguan oksigenasi & karbonisasi, darah dapat menjadi kebiru-biruan.

D. Telinga atau pendengaran Indra pendengaran merupakan salah satu alat pancaindra untuk mendengar. Anatomi telinga terdiri dari telinga bagian luar, tengah, dan dalam. a. Telinga bagian luar Aurikula (daun telinga), menampung gelombang suara yang datang dari luar masuk ke dalam telinga. Meastus akustikus eksterna (liang telinga). Saluran penghubung aurikula dengan membran timpan, panjangnya 2,5 cm, terdiri dari tulang rawan dan tulang keras. Saluran ini mengandung rambut, kelenjar subasea. Dan kelenjar keringat khususnya menghasilkan sekret-sekret berbentuk serum. Membran timpani antara telinga luar dan telinga tengah terdapat selaput gendang telinga yang disebut membran typani.

b. Telinga bagian tengah Kavum timpani, rongga didalam tulang temporalis yang didalamnya terdapat 3 buah tulang pendengaran yaitu maleus, incus, stapes yang melekat pada bagian dalam membra timpani. Antrum timpani merupakan rongga tidak teratur yang agak luas, terletak dibagian bawah samping dari kavum timpani. Antrum timpani dilapisi oleh mukosa, merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani. Rongga ini berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebutn sellula mastoid yang terdapat dibelakang bawah antrum, di dalam tulang temporalis. Tuba auditiva eustaki. Saluran tulang rawan yang panjangnya 3,7 cm berjalan miring ke bawah agak ke depan, dilapisi oleh lapisan mukosa.

c. Telinga bagian dalam Telinga bagian dalam terletak pada bagian tulang keras pilorus temporalis, terdapat reseptor pendengaran, dan alat pendengaran ini disebut labirin. 1) Labiritus osseous, serangkaian saluran bawah dikelilingi oleh cairan yang dinamakan perilimfe. Labiritus osseous terdiri dari vestibulum, koklea, dan kanalis semisirkularis. 2) Labirintus membranous, terdiri dari: a) Utrikulus, bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gepeng terpaut pada tempatnyaoleh jaringan ikat. Pada dinding belakang utrikulus terdapat muara dari duktus semisirkularis dan pada dinding depannya ada tabung halus disebut utrikulosa sirkularis, saluran yang menghubungkan antara utrikulus dan sakulus. b) Sakulus, bentuknya agak lonjong lebih kecil dari utrikulus, terletak pada bagian depan dan bawah dari vestibulum dan terpaut erat oleh jaringan ikat. c) Duktus semisirkularis. Ada tiga tabung selaput semisirkularis yang berjalan pada kanalis semesirkularis (superior, posterior, dan lateralis). Bagian duktus yang melebar disebut dengan ampula selaput. Setiap ampula mengandung celah sulkus ampularis merupakan tempat masuknya cabang ampula nervus akustikus. d) Duktus koklearis merupakan saluran yang bentuknya agak segitiga seolah-olah membuat batas pada koklea timpani. Duktus koklearis mulai dari kantong buntu (seikum vestibular)ndan berakhir tepat diseberang kanalis lamina spiralis pada kantong buntu (seikum ampulare)

E. Kulit Kulit adalah suatu pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan, kulit juga merupakan alat tubuh terberat dan terluas ukurannya yaitu 15% dari berat tubuh manusia, rata rata tebal kulit 1-2 mm, kulit terbagi atas 3 lapisan pokok yaitu, epidermis, dermis dan subkutan atau subkutis. Tikus putih (Rattus novergicus) memiliki struktur kulit dan homeostatis yang serupa dengan manusia (Wibisono, 2008). 1) Epidermis Terbagi atas beberapa lapisan yaitu : a.

Stratum basal Lapisan basal atau germinativum, disebut stratum basal karena sel selnya terletak dibagian basal. Stratum germinativum menggantikan selsel di atasnya dan merupakan sel-sel induk.

b.

Stratum spinosum Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan.

c.

Stratum granulosum Stratum ini terdiri dari sel–sel pipih seperti kumparan. Sel–sel tersebut hanya terdapat 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.

d.

Stratum lusidum Langsung dibawah lapisan korneum, terdapat sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma.

e.

Stratum korneum Stratum korneum memiliki sel yang sudah mati, tidak mempunyai inti sel dan mengandung zat keratin.

2) Dermis Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan disebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas hanya yang bisa dilihat sebagai tanda yaitu mulai terdapat sel lemak pada bagian tersebut. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas, pars papilaris (stratum papilar) dan bagian bawah pars retikularis (stratum retikularis).

3) Subkutis atau hipodermis Subkutis terdiri dari kumpulan sel lemak dan di antara gerombolan ini berjalan serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan inti yang terdesak kepinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada setiap tempat. Fungsi penikulus adiposus adalah sebagai shock braker atau pegas bila terdapat tekanan trauma mekanis pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Dibawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot. Vaskularisasi kulit diatur oleh dua pleksus, yaitu pleksus yang terletak dibagian atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus yang terdapat pada dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, sedangkan pleksus yang di subkutis dan di pars retikular juga mengadakan anastomosis,

dibagian

ini

pembuluh

darah

berukuran

lebih

Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening.

besar.

2. Asuhan keperawatan teori A. Pengkajian umum a. Identitas Identitas pasien meliputi: nama, alamat, tanggal lahir,jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, agama, suku, bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no.register/MRS, serta penanggung jawab. b. Keluhan utama Alasan mengapa klien melakukan rujukan dan memerlukan bantuan tenaga medis. Pada klien dengan gangguan system persepsi sensori klien dapat mengeluhkan hal berikut: 1) Penglihatan: vertigo, pusing, penglihatan kabut / berkabut, double vision, penurunan visus, ada kilatan cahaya, keluar air mata terus menerus (misal pada pekerja las besi, adanya butir besi pada mata) Pada mata, terdapat gejala : a) Abnormal Vision: perubahan penglihatan yang tak normal, seperti kelainan refraksi, lid ptosis, kekeruhan pada kornea, lensa, rongga aqueous/vitreous, malfungsi retina, saraf optikus. b) Abnormal Appereance: tampilan organ mata tak normal seperti, mata merah (iritasi), perdarahan sub conjunctiva, infeksi, alergi, trauma dan keadaan lain : lesi, edema, abnormal posisi. c) Abnormal Sensation: sensari tak nyaman pada mata. Nyeri mata : Sulit ditentukan lokasinya, seperti ditarik, ditekan, sakit kepala. Mata gatal

: reaksi alergi. Mata berair : iritasi, gangguan sistem

lakrimalis. Sekresi meningkat : iritasi, infeksi, alergi. 2) Penciuman : sinusitis 3) Pengecapan : stomatitis Riwayat kesehatan 4) Pendengaran: pendengaran menurun, tinitis, rasa gatal dan tidak nyaman pada telinga, nyeri. 5) Kulit : adanya bisul, panu, kudis, kurap

c. Riwayat penyakit sekarang 1) Tanyakan pada klien kapan timbulnya keluhan, mendadak, hilang timbul atau progresif. 2) Kaji sifat keluhan, menetap ataukah kadang-kadang 3) Tanyakan faktor eksternya terjadinya keluhan, misal akibat ISPA, setelah naik pesawat (gangguan pendengeran akibat perubahan tekanan), berenang (telinga kemasukan air), lingkungan kerja dengan tingkat kebisingan tinggi, 4) Apakah keluhan timbul denga gejala lain seperti: mual, muntah, keringat dingin, tumor, gatal, dll. d. Riwayat kesehatan dahulu 1) Riwayat ISPA, Alergi (bersin-bersin), hidung berair, sinusitis. 2) Usia berapa dapat berbicara, menirukan gerakan 3) Hypertensi 4) Diabetes millitus 5) Myestenia gravis - kelemahan pada otot akibat gangguan neuromuskular 6) Pemakaian obat-obatan mata tanpa resep dokter, misal obat tetes mata atau telinga tidak sesuai indikasi. 7) Riwayat operasi pd telinga, mata, hidung & tenggorokan, & trauma kepala ? 8) Apakah ada perubahan pola bicara, melihat, makan, dan mendengar ? e. Riwayat Kesehatan Keluarga 1) Kaji riwayat kehamilan. Adakah gangguan kemahilan, tanyakan pada trimester

berapa.

Karena

trimester

berhubungan

dengan

waktu

pertumbuhan dan perkembangan janin. 2) Kaji obat-obatan yang dikonsumsi saat kehamilan, karena ada obat yang dapat menimbulkan deformitas atau gangguan pada saraf dan sensori f. Riwayat sosial 1) Kaji bagaimana perilaku individu dalam kelompok. 2) Anggota keluarga yg punya masalah pendengaran, penglihatan, penciuman,dan pengecapan ?

3) Perhatian anak di sekolah menurun, prestasi menurun (SLB, Alat bantu yg digunakan type, lama) g. Riwayat psikologis 1) Baagaimana persepsi dan perassan klien mengenai gangguan dan bagaimana klien menyesuaikan diri 2) Perubahan sikap & kepribadian, penurunaan kepekaan terhadap lingkungan - Reaksi anggota keluarga terhadap ganggua sensori

B. Pemeriksaan Fisik a. Mata atau penglihatan 1) Inspeksi 

Inspeksi keadaan bola mata, catat adanya kelainan : endo atau aksoplatus, strabismus



Anjurkan memandang lurus kedepan, catat adanya kelainan nigtagmus



Bedakan antara bola mata kanan dan kiri



Luruskan jari-jari dan dekatkan dengan jarak 15-30 cm



Beri tahu untuk mengikuti gerakan jari dan gerakan jari pada 8 arah untuk mengetahui fungsi otot gerak mata

2) Palpasi Denga cara memejamkan mata : catat adanya nyeti tekan dan keadaan benjolan 3) Kelopak mata 

Amati

kelopak

mata

,

catat

adanya

kelainan,

ptosis,

entro/ekstropoin, alismata tontok, lesi xantelasma. 

Dengan palpasi : dengan cara memejamkan mata : catat adanya nyeri tekan dan keadaan benjolan kelopak mata

4) Konjungtiva, sclera, kornea 

Baritahu untuk lurus ke depan



KONJUNGTIVA :Tekan di bawah kelopak mata ke bawah, amati konjungtiva dan catat adanya kelainan : anemia/pucat (tidak anemis).



Kemudian amati SCLERA : catat adanya kelainan icterus, vaskularisasi, lesi atau benjolan (normal putih).



Inspeksi sklera bertujuan untuk melihat adanya nodul, hyperemia, dan perubahan warna. Sclera normal seharusnya berwarna putih. Pada individu berkulit galap, sclera mungkin berwarna sedikit agak seperti lumpur.



Kemudian amati sklera, catat adanya kelainan : kekeruhan (normal: hitam transparan dan jernih)



KORNEA harus jernih dan tanpa keruhan atau kabut. Cincin keputihan pada perimeter kornea mungkin adalah arkus senilis.

5) Pemeriksaan pupil 

Beritahu untuk pandangan lurus ke depan



Dengan menggunakan pen light, senter mata dari arah lateral ke medial



Catat dan amati perubahan pupil : lebar pupil, reflek pupil menurun, bandingkan kanan dan kiri Normal : reflek pupil baik, isokor, diameter 3mm, meiosis (mengecil) Abnormal : reflek pupil menurun atau anisokor, medriasis (membesar) atau meiosis (mengecil)

6) Pemeriksaan tekanan bola mata 

Palpasi Tanpa alat : beritahu untuk memejamkan mata, dengan 2 jari tekan bola mata, catat adanya ketegangan dan bandingkan kanan dan kiri Dengan alat : dengan alat tonometri (perlu keterampilan khusus)

7) Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus) 

Pasien duduk menghadap kartu snellen dengan jarak 6 meter



Tajam penglihatan diperiksa satu persatu secara bergantian dengan atau tanpa kacamata, Pasien diminta untuk menutup mata yang tidak diperiksa dengan telapak tangan tanpa ditekan. Mata kanan diperiksa dahulu sehingga mata kiri ditutup. Kemudian diperiksa mata kiri dan mata kanan ditutup.



Pasien diminta membaca huruf yang tenulis pada kartu snellen yang dimulai dengan membaca baris atas (huruf yang Iebih besar) dan bila telah terbaca pasien diminta membaca dibawahnya (huruf yang lebih kecil)



Ditentukan letak baris terakhir yang masih dapat dibaca



Tulis hasil pemeriksaan secara terpisah antara visus mata kanan (VOD) dan visus ata kiri (VCS) yang dinyatakan dengan suatu pembilang dan penyebut.



Bila huruf yang terbaca tersebut:  Terdapat pada baris dengan tanda 30, dikatakan tajam penglihatan 6/30. Berarti la dapat melihat huruf pada jarak 30 meter. yang oleh normal huruf tersebut dapat dilihat jarak 6 meter.  Terdapat pada baris dengan tanda 6, dikatakan tajam penglihatan 616 (normal)  bila dapat membaca 6/6 dengan terdapat kesalahan baca 2 huruf pada bertanda 6 disebut tajam penglihatan 6/6-2



Uji Hitung Jari  Bila pasien tidak dapat mengenai huruf erbesar pada kartu snellen pada jarak 6 meter maka dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter.

 Pasien diminta melihat atau menentukan jumlah jari yang diperilihatkan pada jarak tertentu. Jari diperlihatkan secara acak tidak berurutan. 

Bila jari yang diperlihatkan dikenal pada jarak 3 meter make dikatakan tajam penglihatan seseorang adalah 3/60. Barani la dapat melihat jari pada jarak 30 meter. yang oleh normal jari tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.



Dengan pengujian Inl tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter



Uji Lambaian Tangan  Dengan uji lambaian tangan. maka dapat dinyatakan tajam pengihatan pasien Iebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat molihat lambaian tangan pada jarak 1 meter. berarti tajam penglihatannya adalah 1/300.



Uji Proyeksi Sinar  Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat lambayan tangan. Keadaan ini disebut

sebagai

tajam

penglihatan

1/tidak

hingga

(1~).orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak terhingga.  bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan penglihatan 0 (nol) atau buta total / NO ligt perception (NLP) 8) Pemeriksaan lapang pandang 

Duduk berhadapan dengan pasien



Pemeriksa memberikan intruksi pemeriksaan kepada pasien dengan jelas



Pasien menutup mata kiri dengan telapak tangan yang kiri, telapak tangan tidak boleh menekan bola mata



Pemeriksa duduk tempat di depan pasien dalam jarak antara 60 cm, berhadapan, sama tinggi. Pemeriksa menutup mata kanan dengan telapak tangan yang kanan. Lapang pandang pemeriksa sebagai referensi (lapang pandang pemeriksa harus normal). Mata pasien melihat mata pemeriksa



Objek atau ujung jari periksa di gerakkan perlahan – lahan dari perifer ke sentral (sejauh rentangan tangan pemeriksa kemudian digerakkan ke central) dari delapan arah pada bidang ke tengah – tengah penderita dan pemeriksa



Lapang pandang pasien dibandingakan dengan lapang pandang pemeriksa



Kemudian diperiksa mata kontralateral



Menyebutkan hasilnya :  Lapang pandang penderita luasnya sama dengan lapang pandang pemeriksa  Lapang pandang penderita lebih sempit dari lapang pandang pemeriksa (sebutkan didaerah mana yang mengalami penyempitan)

b. Hidung atau penciuman 1) Inspeksi a) Hidung internal Bentuk, ukuran, warna kulit, kesimetrisan, adanya benjolan, tanda radang, dan bentuk khusus hidung. Normalnya : simetris, warna sama dengan wajah, terletak di tengah wajah Abnormal

: deformitas, bengkak dan merah

b) Nares anterior Inspeksi warna mukosa, lesi, rabas, perdarahan (epistaksis), bengkak Mukosa normal

: pink, lembab, tanpa lesi

Abnormal

: rabas mukoid (rinitis), rabas kuning

kehijaun (sinusitis) c) Septum dan turbinat Kepala di tengadahkan septum inspeksi kesejajaran, perforasi atau perdarahan, normal septum dekat dengan garis tengah, bagian anterior lebih tebal dan pada daripada posterior, lihat adanya polip. 2) Palpasi 

palpasi dengan hati-hati punggung hidung dan jaringan lunak dengan menempatkan 1 jari disetiap sisi lengkung hidung dan secara hati-hati menggerakkan jari-jari dari batang hidung ke ujung hidung.



Nyeri tekan, massa, penyimpangan



Normal struktur hidung keras dan stabil



Kepatenan lubang hidung dapat dikaji dengan jari dilektakkan di sisi hidung dan menutup 1 lubang hidung, beritahu untuk menghembuskan nafas lewat hidung .



Amati apakah dapat bernafas dengan mulut tertutup



Lakukan bergantian, kemudian rasakan apakah ada hambatan dan bandingkan kanan dan kiri.

c. Mulut atau pengecapan 1) Inspeksi 

Bantu pasien duduk berhadapan dengan anda, dengan tinggi yang sejajar



Amati bibir untuk mengetahui kelainan kongenital, bibir sumbing, warna bibir, ulkus, lesi, dan massa.



Lanjutkan pengamatan pada gigi dengan pasien dianjurkan membuka mulut.



Atur pencahayaan yang memadai dan bila diperlukan gunakan penekan lidah untuk menekan lidah sehingga gigi akan nampak lebih jelas.



Amati keadaan setiap gigi mengenai posisi, jarak, gigi rahang atas dan bawah, ukuran, warna, lesi atau adanya tumor. Amati juga secara khusus pada akar- akar gigi dan gusi.



Pemeriksaan gigi dengan cara mengetuk secara sistematis, bandingkan gigi bagian kiri, kanan, atas dan bawah, dan anjurkan pasien untuk memberitahu bila merasa nyeri sewaktu diketuk.



Perhatikan pula ciri – ciri umum sewaktu melakukan pengkajian antara lain kebersihan mulut dan bau mulut.



Lanjutkan pengamatan pada lidah dan perhatikan kesimetrisannya. Suruh pasien menjulurkan lidah dan amati mengenai kelurusan, warna, ulkus, maupun setiap ada kelainan.



Amati selaput lendir mulut secara sistematis pada semua bagian mulut mengenaai warna, adanya pembengkakan, tumor, sekresi, peradangan, ulkus dan perdarahan.



Beri kesempatan pasien untuk istirahat dengan menutup mulut sejenak bila capai, lalu lanjutkan dengan inspeksi paring dengan cara pasien dianjurkan membuka mulut, tekan lidah kebawah pasien sewaktu pasien berkata “ah”. Amati paring terhadap kesimetrisan ovula.

2) Palpasi Palpasi pada pengkajian mulut dilakukan terutama bila dari inspeksi belum diperoleh data yang meyakinkan. Tujuan palpasi pada mulut terutama untuk mengetahui bentuk dan setiap ada kelainan pada mulut yang dapat diketahui dengan palpasi, yang antara lain meliputi pipi, dasar mulut, palatum/langit-langit mulut dan lidah. Palpasi harus

dilakukan secara hati-hati dan perlu di upayakan agar pasien tidak muntah. 

Atur posisi pasien duduk menghadap anda.



Anjurkan pasien membuka mulut.



Pegang pipi diantara ibu jari dan jari telunjuk ( jari telunjuk berada di dalam ). Palpasi pipi secara sistematis dan perhatikan terhadap adanya tumor atau pembengkakan. Bila ada pembengkakan determinasikan menurut ukuran, konsistensi, hubungan dengan daerah sekitarnya dan adanya nyeri.



Lanjutkan dengan palpasi pada palatum dengan jari telunjuk dan rasakan terhadap adanya pembengkakan dan visura.



Palpasi dasar mulut dengan cara pasien mengatakan “el” kemudian palpasi dilakukan pada dasar mulut secara sistematis dengan jari telunjuk tangan kanan. Bila diperlukan beri sedikit penekanan dengan ibu jari dari bawah dagu untuk mempermudah palpasi. Catat apabila ada pembengkakan



Palpasi lidah dengan cara pasien disuruh menjulurkan lidah, pegang lidah dengan kasa steril menggunakan tangan kiri. Dengan jari penunjuk tangan kanan lakukan palpasi lidah terutama bagian belakang dan batas-bats lidah.

d. Telinga atau pendengaran 1) Inspeksi : a) Amati bentuk aurikula : normal, menutup, bengkak, simetris b) Amati aurikula : merah, pucat, sianosis c) Dengan otoscope 

Amati keadaan meatus austikus eksternus : normal, bengkak, merah, jerawat, bisul, serumen, sekret, pus



Amati keadaan membrane timpani : utuh, pecah, menegang, merah, penonjolan, luka, lubang, cairan, jaringan parut atau tumor.

2) Palpasi: a) Lakukan penekanan pada tragus. aurikula, danos. Mastoideus di posterior aurikula Perhatikan adanya nyeri tekan, kemungkinan otitis okstema dan mastoiditis b) tarik daun telinga ke belakang atas, amati lubang telinga luar . catat adanya lesi. cerumen. dan cairan yang keIuar. c) Gerakkan daun blinga, taken tragus dan catat adanya nyeri telinga catat adanya nyeri talinga. d) Lakukan proedur pada sisi telinga yang lain. 3) Pemeriksaan pendengaran : a) Dengan bisikan 

ruangan cukup tenang, dengan panjang 6 meter



Telinga yang tidak di periksa ditutup,orang yang diperiksa tidak boleh melihat pemeriksa(pemeriksa berdiri di sisi yang diperiksa



bisiskan suatu bilangan misal 76



dimulai dari jarak 6 meter dan makin lama makin mendekat, maju tiap1meter sampai penderita dapat mengulangi tiap kata yang benar



periksa telinga satunya dengan cara yang sama



Bandingankan kemampuan mendengar telinga kanan yang kiri

b) Dengan arloji 

pegang arloji disamping telinga klien



tanyakan klien apakah mendengar detak arloji



pindah posisi arloji perlahan lahan menjahui telinga dan minta penderita menyatakan bila tidak dapat mendengar lagi. Normal detak arloji dapat terdengar jarak 30cm dari telinga



periksa telinga satunya denga cara yang sama



bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri

c) Dengan garputala a

Tes Rinne 

Garputala digetarkan



Tangkai garputala diletakkan di prosesus mastoid penderita. Bila penderita tidak mendengar suara lagi, kaki garputala didekatkan didepan liang telinga penderita kirakira 2,5 cm



Bila masih terdengar rinne (+) disebut telinga normal atau tulis sensori naural, bila tidak terdengar maka disebut rinne () disebut tuli konduktif

b Tes Webber 

Garputala digetarkan kemudian tangkainya diletakkan digaris tengah kepala (ubun ubun, dahi, dan pangkal hidung, tengah tengah gigi seri,atau di dagu) penderita



Bila tidak dapat dibedakan ke arah mana bunyi terdengar kebih keras wibber tidak ada lateralisasi disebut telnga normal



Bila terdapat lateralilasi ketelinga yang sakit disebut tuli konduktif



Bila terdapat lateralisasi yang normal ke telinga yang sehat disebut tuli sensori neural

c

Tes Schwabach 

Garputala

didengarkan

kemudian

ketangkai

garputala

ditelakkan ke prosessus mastoid pemeriksa, 

Apakah pemeriksa masih mendengar apabila pemeriksa masih mendengar meskipun tidak lagi didengar oleh penderita schawabah memendek disebut tuli sensorineural



Apabila pemeriksa juga tidak mendengar ulangi tes kembali.



Garputala diletakkan diprosesus mastoid pemeriksa terlebih dahulu bila sudah tidak terdengar lagi pindahkan pada mastoid penderita

d Tes Bing (oklusi)



Tragus telinga yang diperiksa di tekan (ditutup)



Garputala digetarkan dan diletakkan di tengah garis kepala (ubun ubun, dahi, pangkal hidung, tengah tengah garis seri atau didagu) penderita



Apabila bunyi garputala terdengar keras pada telinga yang ditutup telinga maka normal atau tuli sensori neural



Bila tidak ada lateralisasi ketelinga yang ditutup (yang diperiksa ) maka teinga disebut konduktif

e. Kulit Pemeriksaan fisik pada kulit, rambut dan kuku adalah inspeksi dan palpasi. Sistem integument meliputi kulit, rambut, dan kuku. Sistem ini berfungsi memberikan proteksi eksternal bagi tubuh, membantu dalam proses pengaturan suhu tubuh, sebagai sensor nyeri, dan indera peraba. a) Inspeksi: Pada pasien dengan gangguan sistem integumen secara umum kulit dikaji dengan mengamati warna, kekeringan, adanya lesi, vaskularitas, mobilitas, edema yang mungkin terjadi. b) Palpasi: Untuk palpasi secara umum dikaji dengan perabaan pada kulit mencangkup kelembapan tekstur kulit, kasar atau halus, elestisitas kulit. Tugor kulit akan kembali dalam waktu < 2 detik (normal), jika di temukan piting edema pada daerah yang di tekan akan tampak bekas jari pemeriksa dan akan kembali dengan lambat (>2detik).

B. Pemeriksaan penunjang a. Mata atau penglihatan Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berdasarkan Smeltzer & Bare (2013) dan adalah: 1) Oftalmoskopi Sebuah alat yang digunakan untuk melihat struktur eksterior dan inferior mata dalam ofalmoskop. Paling mudah untuk mengkaji fundus saat runag gelap karena pupil akan dilatasi. Saat menggunakan

oftalmoskop direk, perawat memegang instrument dengan tangan kanan saat mengkaji OD dan tangan kiri saat mengkaji OS. perawat berdiri pada sisi yang nyaman dan sama dengan mata klien yang akan diperiksa. Klien diminta melihat ke arah depan pada objek yang terletak di dinding belakan perawat. Bagian yang diperksa dari pemeriksaan ini yaitu, diskusoptikus, pembuuh optikus, fundus, makula. Dapat dilihat melalui oftalmoskop, yaitu suatu instrumen yang digunakan dengan cara dipegang yang memproyeksikan cahaya melalui prisma dan membelokkan cahaya dengan sudut 90°, memungkinkan pemeriksa melihat retina. Dalam melakukan pemeriksaan ruangan harus digelapkan untuk melebarkan dilatasi pupil. Pemeriksaan ini meliputi evaluasi diskus optikus, pembuluh darah retina, karakteristik retina, area makula, dan humor aqueus. 2) Tonometri Tonometri adalah teknik untuk mengukur tekanan intraokuler (TIO).Tonometri Schiotz memakai instrumen metal yang dipegang (tonometer) dan diletakkan pada permukaan kornea yang dianastesi. Hasilnya bervariasi namun cukup baik untuk mengistimasi TIO. Alat pengukur tekanan lainnya yaitu Tonometer aplanasi dari Goldman, dihubungkan dengan lampu slit. Dianggap sebagai bentuk alat ukur TIO yang paling akurat.Pemberian pewarna fluoresen dan anestesi topikal diperlukan sebelum tonometer aplanasi. Peningkatan TIO merupakan tanda kardinal pada glaukoma. 3) Lampu-Slit Lampu-slit adalah instrumen yang biasa dijumpai dikamar periksa ahli oftalmologi atau di tempat dimana dilakukan evaluasi oftalmik. Pemerisaan dilakukan dengan cara mengarahkan cahaya berbagai bentuk dan warna ke permukaan depan mata. Instrumen ini akan memperbesar kornea, sklera, dan kamera anterior, dan memberikan pandangan oblik ke dalam trabekulum dengan lensa khusus. Kebanyakan lampu-slit dilengkapi dengan tonometer applanasi. Untuk pemeriksaan, ruangan

harus gelap dan klien harus kooperatif. Sebelum pemeriksaan perawat atau teknisi biasanya membantu memberikantetes mata untuk mendilatasi pupil. 4) Ultrasonografi (USG) USG dapat digunakan untuk mengukur dimensi, struktur kuler, dan untuk mengukur kedalaman serta bentuk bola mata. Pada USG, gelombang dengan frekwensi tinggi diemisi dari sebuah tranduser kecil seperti probe diletakkan dimata. Setelah mengenai jaringan okuler, gelombang suara kemudian memantul dan ditangkap oleh transduser yang sama. Kemudian dikonversi menjadi pola gelombang dan dan ditampilkan pada osilokop. Prosedur ini tidak menimbulkan nyeri namun memerlukan anestesi lokal. Setelah dilakukan pengujian sarankan pada klien agar tidak menggosok matanya. Ada dua tipe primer ultrason yang digunakan, yaitu A-scan dan B-scan. a) A-scan-ultrason : untuk membedakan tumor maligna dan benigna, mengukur mata untuk pemasanga implan lensa okuler dan memantau adanya glaukoma kongenital b) B-scan-ultrason : Untuk memndeteksi berbagai struktur dalam mata yang kurang jelas akibat adanya pendarahan katarak atau opasitas lain. 5) Angiografi Fluoresen Untuk mengevaluasi pembuluh darah oftalmik. Pewarna kontras disuntikkan ke vena perifer. dan diambil foto serial fundus. Uji ini membantu menentukan luasnya kelainan pembuluh darah retina, seperti yang berhubungan dengan diabetes dan hipertensi, papiledema, dan sumbatan arteri retina sentralis.

6) Prosedur Pencitraan Kadang-kadang kita perlu melihat mata terhadap hubungan dengan tengkorak atau jaringan lunak lainnya. Karena mata terletak di dalaam rongga intracranial, maka abnormalitas tengkorak dapat memengaruhi

bola mata dan struktur oftalmik. Fraktur blowout orbita dapat menjebak otot atau saraf ekstraokuker sehingga membatasi gerakan bola mata yang terkena. Sinar-x tengkorak dapat mengidentifikasi abnormalitas cranium. MRI (computerized tomografi) dapat digunakan untuk mengidentifikasi pertumbuhan dan anatomi intraokuler dan ekstraokuler. 7) Hitung Sel Endotel Alat fotografi yang dihubungkan ke lampu slit dan menghasilkan bayangan dengan resolusi tinggi terhadap detil morfologi sel endotel: ukuran, bentuk, destansi, dan batas sel. Merupakan uji praoperatif yang sangat penting untuk mengidentifikasi kerusakan endotel, yang akan meningkatkan resiko komplikai pascaoperasi. 8) Refraksi dan Akomodasi Defek minor dan ketidak segarisan mata dapat ter;ihat hampir ke semua orang. Koreksi refraksi biasanya tidak diperlukan defek seperti ini. Namun bila terpaksa dilakukan koreksi reflaksi, tujuannya adalah untuk menghilangkan gejala seperti pandangan kabur, nyeri kepala atau keletihan mata, dan tidak untuk meningkatkan kesehatan mata itu sendiri. Beberpa tipe pembedaha reflaksi kornea tersedia untuk mengoreksi myopia,

hyperopia,

dan

astigmatisma.

Prosedur

tersebut

dapat

mengurangi pemakaian kacamata atau mengurangi kekuatan presskripsi yang diperlukan untuk mengoreksi pengelihatan. Kesalahan refleksi dan penanganannya bisa dipahami dengan baik bila dihubungkan dengan akomodasi. Akomodasi terjadi bila otot silier berkontraksi, mengakibatkan relaksasi zonula, dan meningkatkan kelengkungan lensa. Hal ini menyebabkan peningkatan refraksi (akomodasi), kekuatan mata (pembelokan cahaya), untuk memusatkan fokus mata pada benda dekat. Ketika otot siler berelaksasi, kekuatan otot mata berada pada kekuatan rendah yang paling mungkin dicapai, seperti tampak pada paranalis badan silier (sikloplegia).

b. Hidung atau penciuman

Pemeriksaan Penunjang Hidung (Hetharia, 2011) : 1) Rinoskopia Anterior, pemeriksaan untuk melihat rongga hidung dan anterior, dilakukan menggunakan speculum. 2) Renoskopia Posterior, pemeriksaan untuk melihat rongga hidung dari belakang dilakukan dengan bantuan kaca yang diletakkn diorofaring. 3) Transluminasi/Diafanoskopi, pemeriksaan untuk melihat sinus maksilaris dan fronalis dilakukan dikamar gelap. 4) X-Foto sinus yang paling sering dibuat adalah posisi water. 5) CT Scan 6) Biopsy Pemeriksaan Laboratorium 1) Pengambilan sputum

c. Lidah atau pengecapan 1) Pemeriksaan Diagnostik (Smeltzer S. C., 2013) a) Biopsy eksisi b) Biopsy insisi c) Punch biopsy d) Needle biopsy e) Biopsy aspirasi f) Media transpor 2) Pemeriksaan laboratorium (Smeltzer S. C., 2013) a) Hematologi b) Mikrobiologi

d. Telinga atau pendengaran 1) Pemeriksaan Diagnostik a) Pendengaran Pemeriksaan diagnostik berdasarkan Smeltzer & Bare (2013): a

Audiometri Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiometer nerupakan satu-satunya instrumen diagnostik yang paling penting. Uji audiometri ada 2 macam, yaitu: 

Audiometri Nada murni, dimana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik (semakin keras nada sebelum pasien bisa

mendengar

berarti

semakin

besar

kehilangan

pendengarannya). 

Audiometri Wicara, dimana kata yang diucapkan digunakan untuk menetukan kemampuan mendengar dan membedakan suara.

b) Timpanogram atau Audiometri Impedans Mengukur refleks otot telinga tengah terhadap stimulus suara, selain kelenturan membran timpani, dengan mengubah tekanan udara dalam kanalis telinga yang tertutup. Kelenturan akan berukuran pada penyakit telinga tengah. c) Elektrokokleografi (EcoG) Elektrokokleografi

(EcoG)

adalah

perekaman

potensial

elektrofisiologis koklea dan nervus kranialis VIII sebagai respon stimuli akustik. Rasio yang dihasilkan digunakan untuk membantu dalam mendiagnosa kelainan keseimbangan cairan telinga dalam seperti penyakit Meniere dan fistula perilimfe. Prosedur ini dilakuakn dengan menempatkan elektroda sedekat mungkin dengan koklea. Untuk persiapan pengujian, pasien diminta untuk tidak memakai diuretika

selama

48

jam

sebelum

uji

keseimbangan cairan ditelinga tidak berubah.

dilakukan,

sehingga

d) Keseimbangan a

Elektronistamografi (ENG) Elektronistamografi

(ENG)

adalah

sebuah

test

yang

mendeteksi secara sensitif penyakit sentral dan perifer dari sistem vestibular pada telinga.

ENG mendeteksi dan merekam

Nistagmus (pergerakan mata involunter) karena mata dan telinga saling berhubungan untuk keseimbangan. Elektroda direkam pada kulit di area dekat mata, dan satu atau banyak prosedur (test kalori, pergantian posisi pandangan atau pergantian posisi kepala) yang dilakukan untuk menstimulus nstagmus.

Kegagalan

nistagmus terjadi dengan kegagalan stimulasi serebral yang mengindikasikan abnormalitas pada apparatus vestibulokoklea, korteks serebral, saraf auditori, atau batang otak. ENG dapat membantu diagnosis seperti penyakit Meniere dan tumor kanalis auditoriusinternus atau fosa posterior (Ignatavicius & Workman, 2013). Persiapan klien untuk melakukan ENG: 

Menjelaskan prosedur dan maksud dari test. Pemeriksa akan bertanya kepada klien untuk menamai sesuatu atau untuk mengerjakan hitungan mudah ketika test untuk mengetahui apakah klien tersebut masih sadar.



Minta klien untuk berpuasa dalam beberapa jam sebelum test dan menghindari minuman berkafein selama 24-48 jam sebelum test.



Pada klient yang menggunakan pacemaker atau pemacu jantung tidak perlu mengikuti test karena sinyal pacemaker dapat mengganggu sensitivitas ENG.



Berikan cairan oral setelah test untuk menghindari mual dan muntah.

b

Tes Kalori Mengevaluasi porsi vestibula pada saraf auditori. Air atau udara hangat dimasukkan ke telinga. Respon normal pada

permulaan vertigo dan nistagmus antara 20-30 detik (Ignatavicius dan Workman , 2013). Persiapan klien untuk test kalori antara lain, yaitu: 

Menjelaskan prosedur dan tujuan dari test.



Minta klien untuk berpuasa beberapa jam sebelum test



Katakan pada klen bahwa bagian yang mengalami gangguan di tes dahulu.



Jelaskan pada klien untuk beristirahat setelah prosedur, berikan cairan oral untuk menghindari mual dan muntah.

c

Tes Dix-Hallpike untuk vertigo Dilakukan

dengan

membantu

klien

duduk

di

meja

pemeriksaan dengan posisi berdiri di samping klien dan memposisikan klien dari duduk kesupinasi secara cepat dengan kepala ekstensi keluar dari ujung sisi meja. Klient dengan vertigo posisi benigna akan mengalami robekan nistagmus setelah 5-10 detik kemudian (Ignatavicius dan Workman , 2013). Persiapan klien untuk test Dix-Hallpike. 

Jelaskan prosedur dan tujuan



Katakan pada klien terus membuka mata dan jangan berkedip



Jelaskan pada klien bahwa pandangan berbayang dapat terjadi pada saat tes

d

Posturografi Platform Posturografi

platform

adalah

uji

untuk

menyelidiki

kemampuan mengontrol postural. Diuji integrasi antara bagian visual, vestibuler dan proprioseptif (integrasi sensoris dengan keluaran respons motoris dan koordinasi anggota bawah.Pasien berdiri pada panggung (platform), dikelilingi layar, dan berbagai kondisi ditampilkan. Respons klien terhadap 6 kondisi yang berbeda diukur dan menunjukkan sistem mana yang terganggu (Smeltzer & Bare, 2013).

2) Pemeriksaan Laboratorium Umumnya bukan untuk menilai

dalam menentukan ketajaman

pendengaran. Tetapi untuk melihat adanya infeksi pada telinga, organisme yang menyebabkan, dan pengobatan yang tepat. Jika terapi antibiotik tidak berhasil, maka dapat dilakukan

kultur mikroba dan uji sensitivitas

(Ignatavicius & Workman, 2013)

e. Kulit Pemeriksaan Penunjang pada kulit menurut (Smeltzer S. C., 2013), yaitu: 1) Biopsi Kulit Biops kulit yang bertujuuan untuk mendapatkan jaringan bagi pemeriksa mikroskopik dilakukan lewat eksesi dengan scalpel atau penusukan dengan alat khusus (skin punch) yang akan mengambil sedikit bagian tengah jaringan. Biposi dilakukan terhadap nodul kulit yang asalnya tidak jelas untuk menyingkirkan kemungkinan malignitas dan terhadap plak dengan bentuk serta warna yang tak lazim; biopsi kulit dilakukan untuk memastikan diagnosis yang tepat pada pembentukan lepuh dan kulit lainnya. 2) Imunofluoresensi (IF) Untuk mengidentifikasi lokasi suatu reaksi imun, pemeriksaan IF mengkombinasikan antigen atau antibody dengan zat warna fluorokrom (antibody dapat dibuat berpedar dengan meningkatnya pada zat warna). Tes IF pada kulit (direct IF test) merpakan teknik pemeriksaan untuk mendeteksi autoantibodi terhadap bagian-bagian kulit. Indirect IF test mendeteksi antibody yang spesifik dalam serum pasien. 3) Patch Test Pacth

test

yang

dilakukan

untuk

mengenali

substansi

yang

menimbulkan alergi pada pasien, meliputi aplikasi alergi yang dicurigai pada kulit normal dibawah plester khusus (occlusive patches).jika terjadi dermatitis, gejala kemerahan, tonjolan halus atau gatal-gatal dianggap sebagai reaksi positif lemah. Blister yang halus, papula dan gatal-gatal

yang hebat menunjukkan reaksi positif sedang, sementara blister (bullae), nyeri serta ulserasi menunjukkan reaksi positif kuat. 4) Pengerokan Kulit Sempel jaringan dikerok dari lokasi jamuryang dicurigai. Pengerokan ini dilakukan dengan mata pisaua skapel yang sudha dibasahi dengan minyak sehingga jaringan kulit yang dikerok melekat pada mata pisau tersebut. Bahan hasil kerokan dipindahkan ke slide kaca, tutup dengan kaca objek dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. 5) Pemeriksaan Apus Tzanck Tes ini dilakukan untuk memeriksa sel-sel dari kulit yang mengalami pelepuhan, seperti herpes zoster, varisela, herpes simpleks dan semua bentuk pemfigus. Secret dari lesi yang dicurigai dioleskan pada slide kaca, diwarnai dan diperiksa. 6) Pemeriksaan Cahaya Wood Tes ini bergantung pada lampu khusus untu memproduksi cahaya ultraviolet gelombang panjang (black light) yang akan menghasilkan sinar perpendar berwarna ungu gelap yang khas. Warna sinar perpedar ini terlihat paling jelas pada kamar gelap dan digunakan untuk membedakan lesi epidermis dengan lesi dermis dan lesi hipopigmentasi serta hiperpigmentasi dengan kulit yang normal. Kepada pasien harus dijelaskan bahwwa cahaya tersebut tidak berbahaya bagi kesehatan kulit ataupun mata. 7) Pembuatan Foto Klinis Foto klinis dibuat memperlihatkan sifat serta luasnya kelainan kulit, dan digunakan untuk menentukan progresivitas atau perbaikan setelah dilakukan terapi. Pemeriksaan laboratorium 1) Pemeriksaan bakteriologi dilakukan pada penyakit infeksi kulit karena bakteri 2) Pemeriksaan histopatologi untuk menegakkan diagnosis.

C. Penatalaksanaan farmakologi a. Mata atau penglihatan Obat Mata : tetes mata, salap mata, pencuci mata dan beberapa bentuk pemakaian yang khusus yang ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau terluka digunakan untuk menghasilkan efek diagnostik, terapetik lokal, merealisasikan kerja farmakologis. Agen farmakologis oftalmik : 

Obat midriatikum



Obat miotikum



Obat anti radang mata



Obat antiseptik dan antiinfeksi



Obat anti glukoma



obat osmotic



anti kologenertik midriatik



anestesi topical



lubrikan

1) Obat Midriatikum a) Adalah obat yang digunakan untuk membesarkan pupil mata. b) Juga digunakan untuk siklopegia (dengan melemahkan otot siliari) sehingga memungkinkan mata untuk fokus pada obyek yang dekat. c) Obat midriatikum menggunakan tekanan pada efeknya dengan memblokade inervasi dari pupil spingter dan otot siliari. d) Obat untuk midriatikum bisa dari golongan obat simpatomimetik dan antimuskarinik, sedangkan obat untuk Siklopegia hanya obat dari golongan antimuskarinik. e) Obat midriatikum-siklopegia : 

Atropine



Homatropine



Tropicamide

2) Obat Miotikum

a) Obat miotikum adalah obat yang menyebabkan miosis (konstriksi dari pupil mata). b) Bekerja dengan cara membuka sistem saluran di dalam mata, dimana sistem saluran tidak efektif karena kontraksi atau kejang pada otot di dalam mata yang dikenal dengan otot siliari. c) Contoh penggunaan : Pengobatan glaukoma bertujuan untuk mengurangi tekanan di dalam mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada penglihatan. d) Contoh obat : 

Betaxolol (penghambat beta adregenik)



Pilokarpin (reseptor agonis muskarinik).

3) Obat anti radang mata a) Obat mata golongan kortikosteroid digunakan untuk radang / alergi mata atau mata bengkak yang bisa disebabkan oleh alergi itu sendiri atau oleh virus. b) menghilangkan gejalanya saja. c) Kombinasi antiseptik untuk menghindari infeksi sekunder. d) Contoh : 

Betamethasone dihydrogenphosphat dinatrium tetes mata dosis 1 mg/mL atau 0,1 %



Fluorometholone tetes mata mengandung 0,1 %

4) Obat antiseptik & antiinfeksi a) Indikasi : 

infeksi oleh mikroba,



luka / ulkus kornea mata .



masuknya benda asing ke dalam kornea mata

b) Syarat sediaan : 

harus steril



inert (tidak menimbulkan efek pada mata atau tidak bereaksi dengan zat aktifnya / obat) dalam bentuk tetes atau salep,



zat aktifnya merupakan antibiotik / antiseptik atau antivirus

c) Berikut jenis zat aktif yang ada dalam obat antiseptik dan antiinfeksi mata: 

Sulfacetamid

Na,

Ciprofloxacin

HCl,

Tobramycin,

Chloramphenicol dan kombinasinya, Levofloxacin, Dibekacin Sulfat, Fusidic acid, Gentamycin Sulfat, Oxytetracycline dan urunannya, Kombinasi Neomycin Sulfat dan antibiotik lainnya, Ofloxacin ,Acyclovir.

b. Hidung atau penciuman a) Obat antibiotik Merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bakterial, fungsinya untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium sinus. Contoh : amoxilin b) Obat dekongestan Obat ini digunakan untuk mengurangi pembengkakan dan membantu mengurangi penyumbatan pada sinus. Obat dekongestan ada yang berbentuk tablet dan ada yang semprot. c) Obat antihistamin Obat ini digunakan padaa sinusitis yang di semprot ke hidung, biasanya obat

yang

digunakan

adalah

kortikosteroid

guna

mengurangi

pembengkakan sinus. c. Lidah atau pengecapan a) Obat kortikosteroid Obat ini dapat meredakan nyeri dan dapat mempercepat kesembuhan, obat digunakan begitu luka muncul. yang termasuk obat kortikosteroid adalah dexamethasone, triaciomonole, fluocinoide, dan clobetasol.

b) Obat antimikroba Obat ini dapat mempercepat penyembuhan dan mencegah infeksi pada luka. Contoh tetracycline, chlorhexidene gluconate dan hidrogen peroksida. c) Obat immunosupresan Obat ini dapat menghambat pembentukan luka pada mulut dan biasa nya diperuntukkan penderita kasus sariawan yang parah. Yang termasuk obat golongan ini adalah cochline, clofazimine, azathioprine, dan thalidomide.

d. Telinga atau pendengaran Obat telinga dapat terbagi menjadi : a) Obat telinga sebagai antiseptik dan anti infeksi. Mengandung antibiotik seperti chlorampenikol, gentamisin, atau ofloxacin dengan tambahan penghilang sakit lokal (lidokain/benzokain). b) Antiseptik telinga dengan kortikosteroid Mengandung antibiotik dan penghilang sakit lokal juga ditambah kortikosteroid yang berfungsi untuk menghilangkan gejala alergi pada telinga. c) Obat telinga lainnya untuk saluran telinga yang tersumbat oleh kotoran yang mengeras. `

Penumpukan serumen a) Karena produksi kotoran telinga berlebihan yang tidak diimbangi dengan pengeluaran b) Tanda : rasa nyeri, gatal dan pendengaran menurun. c) Cara membersihkan telinga : 

cotton bud (lidi berkapas) yang dicelup ke dalam cairan perhidrol (H202 3%) atau fenolgliserin.



meneteskan terlebih dahulu cairan perhidrol (H202 3%) atau fenolgliserin

e. Kulit Menurut fauzi kasim(2017) Pengobatan penyakit kulit yang di sebabkan oleh jamur, bakteri, ataupun virus dapat diobati dengan topical ataupun oles namun jika penyakitnya meluas dapat di obati dengan oral. 1) Obat topikal untuk kulit No Golongan

Nama obat

Keterangan

1.

Acnosil

 Kandungan: tretinoin 0,1% dan

Antiakne

0,05%  Indikasi:

pengobatan

aknevulgaris,

topikal

pengurangan

komedo, papel dan postul  Dosis: oleskan secukupnya pada kulit satu kali pada waktu akan tidur  Sediaan: 10g krim 2.

Anti Bakteri

Bravodoremn  Kandungan: fluosinolon asetonide 0,2mg dan neomisin sulfat 5mg/g  Indikasi: dermatitis yang terinfeksi oleh kuman yang peka terhadap neomisin / yang tampak pada ada infeksi sekunder  Kontra indikasi: hipersensitifitas terhadap

kandungan

obat

ini.

Gangguan kulit yang disebabkan oleh infeksi akut, tuberkulosis, herpes simplek, virus, varicella, hindari pemakaian yang lama atau wanita hamil.  Perhatian: daerah

hindari

dengan

penggunaan

luka

terbuka,

penggunaan

jangka

panjang,

hentikan pengobatan jika terjadi reaksi sensitasi dan iritasi  Dosis: sehari, 2 – 3 x sehari, oleskan tipis pada bagian yang sakit  Sediaan: tube 5g krim 3

Antifungi

Citotilin

 Kandungan: zinci oksidum 125mg, kamfer

6,25mg,

asam

benzoat

30mg  Indikasi: sebagai obat penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur dan parasit seperti eksim, panu, kadas, kurap, micosis, psoriasi.  Perhatian: hanya untuk pemakain luar tubuh bukan untuk bayi  Dosis: di oleskan pada tempat yang sakit 3-4 kali sehari  Sediaan: botol 8g 4

Antisekabies aloxid

 Kandungan: minoksidil  Indikasi: alopesia seperti gatal, kulit kering, eritema, ruam kulit, rasa panas terbakar  Perhatian: iritasi pada mata, hindari kontak dengan kulit yang lecet  Dosis: oleskan satu ml pada area yang membutuhkan sehari 2 x maksimal 2ml

2) Obat oral

No

Golongan

Nama obat

Keterangan

1.

Antijamur

Grisefulvin

 Manfaat: mengobati infeksi jamur  Sediaan: tablet  Indikasi: infeksi jamur di kulit kepala, selangkangan, lipatan paha dan kuku.  Kontra indikasi: hipersensitifitas, wanita yang sedang hamil  Dosis: orang dewasa(0,5-1g/hari), anak > 2 tahun (10mg/kgBB/hari)  Efek samping: gangguan fungsi hati, ruam kulit, diare, nyeri ulu hati dan mual muntah.

2

Antijamur

Terbinafin

 Manfaat: mengatasi infeksi jamur  Sediaan: tablet dan krim  Dosis: dewasa (250mg 1x/hari), untuk tinia cruris 2-4 minggu untuk tenea corporis 4 minggu, tinia pedis 2-6 minggu dan untuk jamur kuku 6-12 mingu  Manfaat: mengatasi infeksi jamur  Indikasi: infeksi jamur di kulit kepala, kuku tangan dan kaki

3.

Antijamur

ketoconazole

 Manfaat: menangani infeksi jamur dan mengatasi ketombe  Sediaan: tablet 200mg  Indikasi: infeksi jamur pada kulit misal kurap pada kaki, badan lipatan

paha,

panu,

seboroik, ketombe

dermatitis

 Kontra indikasi: hipersensitifitas dan ibu hamil  Dosis:

200mg/hari

bagi

orang

dewasa  Efek samping: mual, diare, sakit kepala, sakit perut, ruam atau iritasi kulit perih pada kulit.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pengkajian fisik yang dapat kita lakukan pada system sensori persepsi berupa 4 indra yaitu mata, hidung, telinga dan lidah. Pengkajian bertujuan untuk memeriksa keempat indra pasien dan untuk mengetahui apakah ada kelainan pada keempat indra. Mata : penglihatan, penggunaan kaca mata atau lensa kontak, pemeriksaan terakhir, rasa nyeri, kemerahan, air mata berlebihan, penglihatan ganda, penglihatan kabur, bintik, bayangan seperti noda kecil, silau, glaucoma, katarak. Pendengaran : kemampuan pendengaran, tinitus, vertigo, sakit telinga, infeksi, rabas. Jika kemampuan pendengaran berkurang, apakah klien menggunakan alat bantu dengar atau tidak. Hidung dan sinus :kemampuan penciuman, sering flu, hidung tersumbat, rabas hidung atau gatal-gatal, hay fever, perdarahan hidung, masalah hidung. Mulut : kemampuan pengecapan, keadaan gigi dan gusi, nyeri pada lidah, mulut kering.

B. Saran Saran penulis yaitu agar perawat dapat menerapkan pengkajian pada sistem sensori persepsi secara baik dan benar serta marilah kita belajar dengan sungguh-sungguh agar kita dapat menjadi perawat yang professional.

DAFTAR PUSTAKA

Hetharia, Rospa, Sri, Mulyani. (2011). Asuhan Keperawatan Telinga Hidung Tenggorokan. Jakarta: CV.Trans Info Media. Muttaqin, Arif. (2011). Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika. Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Related Documents


More Documents from "Ade Rian Raharjo"