Remed Sosio

  • Uploaded by: Cynthia Anggita
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Remed Sosio as PDF for free.

More details

  • Words: 2,198
  • Pages: 13
SOSIOLOGI PENYIMPANGAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL

Cynthia Anggita X-1 / No.03

PENYIMPANGAN SOSIAL A. Pengertian Penyimpangan Sosial Berikut ini beberapa definisi penyimpangan sosial dari para ahli sosiologi : a. Paul B. Horton. Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. b. James Vander Zander. Perilaku menyimpang adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai suatu hal tercela dan di luar batas-batas toleransi. c. Robert M.Z. Lawang. Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut. Dari definisi oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahawa perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakuka penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dariperilaku menyimpang adalah perilakuyang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas.

B. Ciri-ciri Penyimpangan Sosial Menurut Paul B. Horton, penyimpangan social memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Penyimpangan Harus Dapat Didefinisikan Orang tidak dapat menuduh atau menilai suatu perbuatan menyimpang secara sembarangan. Perbuatan dapat dikatakan menyimpang jika didefinisikan sebagai

menyimpang. Perilaku menyimpang merupakan akibat dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap perilaku tersebut, dan bukan semata-mata ciri tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Dengan kata lain, menyimpang tidaknya suatu perilaku harus dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya. 2. Penyimpangan Bisa Diterima Bisa Juga Ditolak Tidak selamanya perilaku menyimpang merupakan hal yang negatif. Ada beberapa penyimpangan yang dapat diterima bahkan dipuji dan dihormati. Contohnya, hasil penemuan para ahli tentang sesuatu kadang-kadang bertentangan dengan kebiasaan lama yang bersifat umum. 3. Penyimpangan Relatif dan Penyimpangan Mutlak Pada dasarnya, semua orang normal sesekali pernah melakukan tindakan menyimpang, tetapi pada batas-batas tertentu bersifat relatif untuk setiap orang. Bahkan, orang yang tadinya penyimpang mutlak lambat laun harus berkompromi dengan lingkungannya. Bahkan, pada kebanyakan masyarakat modern, tidak ada seorang pun yang masuk kategori sepenuhnya penurut (konformis) ataupun sepenuhnya penyimpang (orang yang benar-benar menyimpang). Alasannya, orang yang termasuk kedua kategori ini justru akan mengalami kesulitan dalam kehidupannya. 4. Penyimpangan terhadap Budaya Nyata / Ilegal Maksud dari budaya nyata di sini adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam masyarakat, tetapi dalam kenyataannya banyak anggota masyarakat yang tidak patuh terhadap segenap peraturan resmi (budaya nyata) tersebut. Contohnya, budaya antre dalam kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar. 5. Terdapat Norma-Norma Penghindaran Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan seseorang untuk memenuhi keinginan pihak lain, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terang-terangan atau terbuka. Contohnya, apabila pada suatu masyarakat terdapat norma yang melarang suatu perbuatan yang ingin sekali diperbuat oleh banyak orang, akan muncul “norma-norma penghindaran.” Jadi, norma-norma penghindaran merupakan suatu bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah melembaga (semiinstitutionalized).

6. Penyimpangan Sosial Bersifat Adaptif Perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial. Tidak ada masyarakat yang mampu bertahan dalam kondisi statis untuk jangka waktu lama. Masyarakat yang terisolasi sekalipun akan mengalami perubahan. Ledakan penduduk, perubahan teknologi, serta hilangnya kebudayaan lokal dan tradisional mengharuskan banyak orang untuk menerapkan norma-norma baru.

C. Penyebab Terjadinya Penyimpangan Sosial Menurut Wilnes sebab-sebab terjadinya penyimpangan sosial dibagi menjadi dua, yaitu : a. Faktor Subjektif Faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan dari kecil) b. Factor Objektif Faktor yang berasal dari luar (lingkungan) Penyebab terjadinya penyimpanan sosial faktor objektif dibagi menjadi lima, yaitu : 1. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan tidak dapat membedakan yang pantas dan tidak pantas. Hal ini terjadi karena sosialisasi yang tidak sempurna (broken home). Ia dapat mengetahui hak dan kewajibannya jika dididik dengan sempurna. 2. Proses belajar yang menyimpang Seseorang yang melakuka tindakan menyimpang disebabkan proses belajar yang menyimpang. Contoh tindakannya seperti sering membaca dan menonton tayangan tentang perilaku menyimpang. Kejahatan dan kecuranga kecil-kecilan yang meningkat dan makin berani/nekad. 3. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial Terjadi perilaku menyimpang karena dalam upayah mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang jadi harus diupayahkan sendiri. Contohnya pemberontakan/perlawanan yang tersembunyi.

4. Ikatan sosial yang berlainan Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang. 5. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan yang menyimpang Dikatakan sebagai proses belajar dari subkebudayaan yang menyimpang karena terjadi proses yang menyimpang pada diri anak dari media masa yang dilihatnya dan melihat perilaku myenyimpang merupakan sesuatu yang wajar dan boleh dilakukan.

D. Bentuk Penyimpangan Sosial Bentuk-bentuk penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua : a. Bentuk penyimpangan berdasarkan sifatnya Berdasarkan sifatnya penyimpangan social dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Penyimpangan bersifat positif Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang. Contoh : emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karir. 2. Penyimpangan bersifat negative Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilainilai sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk. Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain : a. Penyimpangan primer Penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang. Contoh : siswa yang terlambat. b. Penyimpangan sekunder Perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta mengganggu orang lain.

Contoh : orang yang terbiasa minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk. b. Bentuk penyimpangan berdasarkan pelakunya Berdasarkan pelakunya penyimpangan sosial dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1. Penyimpangan individual Penyimpangan individual adalah tindakan yang dilakukan dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. Contoh : seseorang bertindak sendiri tanpa rencan melaksanakan suatu kejahatan, seperti mencuri, menodong, dan memeras. Penyimpangan individu berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima, yaitu : a. Pembandel b. Pembangkang c. Pelanggar d. Perusuh atau penjahat e. Munafik 2. Penyimpangan kelompok Penyimpangan kelompok adalah tindakan sekelompok orang yang beraksi secara kolektif dengan cara yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat. Contoh : mafia obat-obatan terlarang dan narkotika, geng, dan komplotan penjahat

E. Jenis Penyimpangan Sosial Jenis penyimpangan sosial dibedakan menjadi empat, yaitu : 1. Tawuran atau perkelahian antar pelajar Perkelahian termasuk jenis kenakalan remaja akibat kompleksnya kehidupan kota yang disebabkan karena masalah sepele. 2. Penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan minuman keras Penyalahgunaan narkotika dan narkoba tanpa izin dengan tujuan hanya untuk memperoleh kenikmatan.

3. Hubungan seks Hubungan seks diluar nikah, pelacuran dan HIV/AIDS merupakan penyimpangan sosial karena menyimpang norma sosial maupun agama. 4. Tindakan kriminalitas Tindakan kriminal adalah tindak kejahatan atau tindakan yang merugikan orang lain dan melanggar norma hukum, norma sosial dan norma agama.

F. Teori-teori Perilaku Menyimpang Teori-teori yang menjelaskan tentang perilaku menyimpang, antara lain sebagai berikut: a. Teori fungsi oleh Durkheim Menurut teori ini, Keseragaman dalam kesadaran moral semua warga masyarakat tidak mungkin ada, karena setiap individu berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu, orang yang berwatak jahat akan selalu ada dimanapun kita berada. Perilaku menyimpang memiliki fungsi yang positif, yaitu Dengan adanya kejahatan maka moralitas dan hukum akan berkembang secara moral. b. Teori merton oleh K.Merton Menurut teori ini, Struktur sosial bukan hanya menghasilkan perilaku yang konformis (sesuai dengan norma) melainkan juga menghasilkan perilaku yang menyimpang. Struktur sosial dapat menghasilkan pelanggaran terhadap aturan sosial dan juga menghasilkan anomie yaitu pudarnya kaidah. c. Teori labelling oleh Edwin M.Lement Menurut teori ini, Seseorang menjadi menyimpang karena labelling yang diberikan masyarakat kepadanya. Labelling adalah pemberian nama atau konotasi buruk. Misalnya: si pemabuk, si pembolos, si perokok. Meskipun seseorang sudah tidak melakukan perilaku penyimpangan tetapi akan tetap diberi gelar sebutan pelaku menyimpang. Dari hal tersebut ia akan tetap melakukan penyimpangan karena sudah terlanjur di cap oleh masyarakat.

d. Teori konflik oleh Karl Marx Menurut teori ini, Kejahatan terkait erat dengan perkembangan kapitalisme. Perilaku menyimpang diciptakan oleh kelompok yang berkuasa dalam masyarakat untuk kepentingan sendiri. Hukum merupakan cerminan kepentingan kelas yang berkuasa dan sistem peradilan pidana mencerminkan kepentingan mereka. Contohnya: Orang yang miskin melakukan pelanggaran dihukum sedangkan pengusaha besar yang melakukan pelanggaran tidak dibawa ke pengadilan. e. Teori pergaulan berbeda oleh Edwin H. Sutherland Menurut teori ini, penyimpangan bersumber dari pergaulan dengan kelompok yang telah menyimpang. Penyimpangan diperoleh melalui proses alih budaya (cultural transmission). Melalui proses tsb seseorang mempelajari penyimpangan, maka lama-kelamaan pun ia akan tertarik dan mengikuti pola perilaku yang menyimpang tsb.

PENGENDALIAN SOSIAL A. Pengertian Pengendalian Sosial Menurut Berger, pengendalian sosial adalah cara yang digunakan untuk menertibkan anggota masyarakat yang membangkang. Menurut Roucek, pengendalian sosial adalah proses rencana maupun tidak tempat individu diajarkan, dibujuk, ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup kelompok.

B. Tujuan Pengendalian Sosial •

Agar masyarakat mau mematuhi norma-norma sosial yang berlaku, baik dengan kesadaran sendiri maupun karena paksaan.



Agar dapat mewujudkan ketentraman dalam masyarakat.



Bagi orang yang melakukan penyimpangan diusahakan agar kembali mematuhi norma yang berlaku.

C. Jenis Jenis Pengendalian Sosial a. Pengendalian Sosial Formal 1. Lembaga Kepolisian

Lembaga Kepolisian merupakan lembaga yang mengawasi penyimpangan terhadap hukum. Polisi bertugas melindungi ketertiban masyarakat, menangkap pelaku pelanggar hukum serta melakukan tindak lanjut. 2. Lembaga Kejaksaan

Lembaga Kejaksaan merupakan lembaga yang bertugas sebagai pihak yang mengajukan tuntutan terhadap pelaku pelanggar hukum.

3. Lembaga Pengadilan

Lembaga Pengadilan merupakan lembaga yang bertugas untuk memeriksa hasil penyidikan dari kepolisian serta menindaklanjuti tuntutan dari kejaksaan terhadap kasus pelanggaran. 4. Lembaga Adat

Lembaga Adat merupakan lembaga pengendalian sosial yang vital dalam mempengaruhi dan mengatur tata kelakuan warga masyarakat sehri-hari. b. Pengendalian Sosial Non-formal Pengendalian sosial dapat juga dilakukan oleh para pemuka masyarakat yang mempunyai pengaruh ataupun kharisma untuk mengatur berbagai kegiatan masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat ini merupakan panutan sekaligus pengendali yang dipatuhi oleh warga masyarakat lain.

D. Sifat-Sifat Pengendalian Sosial a. Pengendalian Sosial Preventif

Pengendalian sosial yang merupakan sebuah usaha yang dilakukan sebelum terjadi pelanggaran. Bertujuan untuk mencegah terjadinya perilaku menyimpang.

b. Pengendalian Sosial Represif

Pengendalian sosial yang dilakukan apabila telah terjadi pelanggaran agar keadaan pulih seperti sedia kala. c. Pengendalian Sosial Gabungan

Pengendalian yang merupakan gabungan antara Pengendalian Preventif dan Represif sehingga suatu perilaku yang menyimpang tidak sempat merugikan pelaku yang bersangkutan ataupun orang lain. d. Pengendalian Sosial Persuasif

Pengendalian yang dilakukan melalui pendekatan dan sosialisasi agar masyarakat mematuhi norma norma yang ada. Pengendalian sosial ini dilakukan tanpa kekerasan.

e. Pengendalian Sosial Koersif

Pengendalian Sosial yang bersifat memaksa agar anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan norma norma yang ada.

E. Cara-Cara Pengendalian Sosial a. Cemoohan

Jika seseorang melakukan sesuatu yang menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku, maka orang itu akan dicemooh atau diejek oleh orang lain dengan tujuan agar dia tidak melanggar norma itu lagi. b. Teguran

Teguran bisa berupa peringatan langsung maupun tidak langsung. c. Pendidikan

Pendidikan yang dilakukan secara efektif akan membentuk pengendalian sosial dalam diri seseorang. d. Agama

Setiap pemeluk agama yang taat akan mengakui kebenaran ajaran agamanya dan menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. e. Gosip / Desas Desus

Gosip adalah berita yang menyebar secara cepat dan tidak didasarkan pada kenyataan. Orang yang berperilaku menyimpang akan merasa malu dan bersalah. f.

Ostrasisme (Pengucilan) Ostrasisme (Pengucilan) bertujuan agar masyarakat yang bersangkutan atau masyarakat lainnya tidak melakukan pelanggaran terhadap nilai dan norma yang berlaku.

g. Fraundulens

Fraundulens adalah pengendalian sosial dengan meminta bantuan kepada pihak yang dianggap dapat mengatasi masalah. h. Intimidasi

Intimidasi dilakukan dengan cara memaksa,menekan,mengancam,atau menakutnakuti.

i.

Hukum Hukum bertujuan memberi sanksi agar para pelaku pelanggar hukum menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial yang berlaku. Adanya sistem pengendalian sosial yang baik belum berarti tidak akan terjadi penyimpangan dalam masyarakat. Hal itu dikarenakan : A. Ada kaidah kaidah yang tidak memuaskan pihak tertentu B. Tidak mungkin untuk mengatur semua kepentingan warga secara merata C. Kadang-kadang ada sistem pengendalian sosial yang tidak dapat diterapkan seterusnya. D. Terjadi konflik dalam masyarakat karena perbedaan kepentingan

F. Akibat Tidak Berfungsinya Lembaga Pengendalian Sosial Pengendalian sosial dapat dilakukan secara internal dan secara eksternal. 1. Pengendalian internal, merupakan pengendalian yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri dibawah koordinasi pemuka adat dan tokoh masyarakat. 2. Pengendalian eksternal, dilakukan oleh lembaga formal seperti kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Bentuk bentuk nyata kerjadian dalam masyarakat yang merupakan akibat langsung dari tidak berfungsinya lembaga pengendalian sosial, antara lain sebagai berikut : a. b. c. d.

Tidak adanya kepastian hukum Sering terjadi konflik Munculnya komersialisasi hukum, jabatan dan kekuasaan Munculnya sindikat sindikat kejahatan yang mempunyai kepentingan khusus e. Kepentingan masyarakat sulit untuk dipenuhi

G. Klasifikasi Kejahatan Menurut Ahli Sosiologi Light, Keller, Calhoun (1989) mengklasifikasikan tentang kejahatan yang muncul karena lemahnya pengendalian sosial, yaitu sebagai berikut : 1. Kejahatan Tanpa Korban antara lain : berjudi, penyalahgunaan obat bius, mabuk mabukan, dan lain lain. 2. Kejahatan Terorganisasi, yaitu komplotan berkesinambungan untuk memperoleh uang dengan jalan menghindari hukum . 3. Kejahatan Kerah Putih, yaitu suatu konsep yang dilakukan oleh orang terpandang dalam pekerjaannya. 4. Kejahatan Terorganisasi Transnasional, yaitu kejahatan terorganisasi yang melampaui batas negara yang dilakukan oleh organisasiorganisasi dengan jaringan global. 5. Kejahatan Atas Nama Organisasi Formal, yaitu kejahatan yang dilakukan atas nama organisasi formal dengan tujuan menaikkan keuntungan atau menekan kerugian.

H. Upaya mengatasi kekacauan akibat tidak berfungsinya lembaga pengendalian sosial Dengan tidak berfungsinya lembaga pengendalian sosial maka kehidupan masyarakat akan mengalami kekacauan. Untuk mengatasi hal ini,maka dapat dilakukan terapi sosial sebagai berikut: 1. Memperbaiki perangkat-perangkat hukum (UUD,UU,PP,keputusan Presiden,keputusan Menteri dan peraturan lainnya) 2. Melakukan Re-vitalisasi (penggantian) aparat penegak hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. 3. Melakukan usaha pembudayaan tertib sosial yang didalamnnya terdapat kepatuhan terhadap norma kesusilaan,kesopanan,adat,norma agama,dan norma hukum

Related Documents

Remed Sosio
August 2019 28
Remed Ardi.docx
June 2020 11
Remed Kritis.docx
December 2019 17
Tugas Sosio
May 2020 17
Sosio Antropologi.docx
November 2019 32
Sosio Drama.docx
October 2019 26

More Documents from "anggrareni"