Remaja Anti Sosial Fiks.docx

  • Uploaded by: hikmah
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Remaja Anti Sosial Fiks.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,110
  • Pages: 8
Remaja Anti Sosial (Konseling terhadap remaja anti sosial)

Oleh : Siti Nurhikmah Fauziah (16220025)

A. Pengertian Antisosial terdiri dari kata anti dan sosial, anti yang berarti menentang atau memusuhi dan sosial yang berarti berkenaan dengan masyarakat. Jadi, antisosial adalah suatu sikap yang melawan kebiasaan masyarakat dan kepentingan umum. Menurut Kathleen Stassen Berger, sikap antisosial adalah sikap dan perilaku yang tidak mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat secara umum disekitarnya. Sikap dan tindakan antisosial terkadang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat luas karena si pelaku pada dasarnya tidak menyukai keteraturan sosial seperti yang diharapkan oleh sebagian besar anggota masyarakat.

B. Faktor Terjadinya Sikap Anti Sosial Sikap antisosial dapat terjadi karena berbagai macam faktor, yaitu: 1. Kekecewaan terhadap sistem sosial yang terdapat dalam masyarakat 2. Kegagalan dalam proses sosialisasi yang dialami seseorang 3. Ketidakmampuan memahami secara penuh sistem nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga istilah yang berhubungan dengan sikap antisosial, yaitu sebagai berikut: a. Antikonformitas Adalah suatu pelanggaran terhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial yang dilakukan dengan sengaja oleh individu atau sekelompok individu. Sebagai contohnya adalah mencuri, membunuh, membuat keributan, dan mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat. b. Aksi antisosial Adalah sebuah aksi yang menempatkan kepentingan pribadi ataupun kepentingan kelompok tertentu diatas kepentingan umum. Contohnya adalah, tidak mau mengikuti

kegiatan gotong royong di masyarakat, memanipulasi data keuangan sebuah organisasi demi kepentingan diri sendiri, dan lain-lain. c. Antisosial Grudge Antisosial grudge atau juga dendam antisosial, yaitu rasa dendam atau sakit hati terhadap masyarakat maupun terhadap aturan sosial tertentu sehingga menimbulkan perilaku menimpang.

C. Karakteristik Perilaku Anti Sosial 1. Tidak mematuhi norma-norma sosial, terbukti dari tindakan-tindakan melanggar hukum 2. Suka memperdayai orang lain, termasuk berbohong 3. Sesuka hati atau tidak mampu berencana kedepan 4. Mudah marah atau bersikap agresif seperti ditunjukkan oleh seringnya berkelahi atau melakukan penyerangan 5. Tidak peduli pada keselamatan orang lain 6. Secara konsisten tidak bertanggung jawab dalam pekerjaan 7. Tidak menyesal karena telah menyakiti orang lain 8. Ada tanda-tanda gangguan tinkah laku yang muncul sebelum umur 15 tahun

D. Dampak Perilaku Penyimpangan Sosial Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang ada di masyarakat akan membawa dampak bagi pelaku maupun bagi kehidupan masyarakat pada umumnya. 1. Dampak Penyimpangan sosial Bagi Pelaku Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang individu akan memberikan dampak bagi si pelaku. Berikut ini beberapa dampak tersebut. a. Memberikan pengaruh psikologis atau penderitaan kejiwaan serta tekanan mental terhadap pelaku karena akan dikucilkan dari kehidupan masyarakat atau dijauhi dari pergaulan. b. Dapat menghancurkan masa depan pelaku penyimpangan. c. Dapat menjauhkan pelaku dari Tuhan dan dekat dengan perbuatan dosa. d. Perbuatan yang dilakukan dapat mencelakakan dirinya sendiri.

2. Dampak Penyimpangan sosial Bagi Orang Lain/Kehidupan Masyarakat Perilaku penyimpangan juga membawa dampak bagi orang lain atau kehidupan masyarakat pada umumnya. Beberapa di antaranya adalah meliputi hal-hal berikut ini.

a. Dapat mengganggu keamanan, ketertiban dan ketidakharmonisan dalam masyarakat. b. Merusak tatanan nilai, norma, dan berbagai pranata sosial yang berlaku di masyarakat. c. Menimbulkan beban sosial, psikologis, dan ekonomi bagi keluarga pelaku. d. Merusak unsur-unsur budaya dan unsur-unsur lain yang mengatur perilaku individu dalam kehidupan masyarakat.

3.

Dampak positif yang ditimbulkan akibat perilaku penyimpangan sosial Menurut pandangan umum, perilaku menyimpang dianggap merugikan masyarakat baik terhadap pelaku maupun terhadap orang lain pada umumnya adalah bersifat negatif. Akan tetapi, menurut Emile Durkheim, perilaku menyimpang juga memiliki kontribusi positif bagi kehidupan masyarakat. Beberapa kontribusi penting dari perilaku menyimpang yang bersifat positif bagi masyarakat meliputi hal-hal berikut ini. a. Perilaku menyimpang memperkokoh nilai-nilai dan norma dalam masyarakat. Bahwa setiap perbuatan baik merupakan lawan dari perbuatan yang tidak baik. Dapat dikatakan bahwa tidak akan ada kebaikan tanpa ada ketidak-baikan. Oleh karena itu perilaku penyimpangan diperlukan untuk semakin menguatkan moral masyarakat. b. Tanggapan terhadap perilaku menyimpang akan memperjelas batas moral. Dengan dikatakan seseorang berperilaku menyimpang, berarti masyarakat mengetahui kejelasan mengenai apa yang dianggap benar dan apa yang dianggap salah. c. Tanggapan terhadap perilaku menyimpang akan menumbuhkan kesatuan masyarakat. Setiap ada perilaku penyimpangan masyarakat pada umumnya secara bersama-sama akan menindak para pelaku penyimpangan. Hal tersebut menegaskan bahwa ikatan moral akan mempersatukan masyarakat. d. Perilaku menyimpang mendorong terjadinya perubahan sosial. Para pelaku penyimpangan senantiasa menekan batas moral masyarakat, berusaha memberikan alternatif baru terhadap kondisi masyarakat dan mendorong berlangsungnya perubahan.

E. Pandangan Islam mengenai perilaku Anti Sosial Tidak salah jika Islam merupakan ajaran yang paling komprohensif, Islam sangat rinci mengatur kehidupan umatnya, melalui kitab suci al-Qur’an. Allah SWT memberikan petunjuk kepada umat manusia bagaimana menjadi insan kamil atau pemeluk agama Islam yang kafah atau sempurna sehingga begitu rincinya Islam membahas juga tentang

dilarangnya perilaku anti sosial dan sangat diwajibkannya berinteraksi antar sesama makhluk Allah dimuka bumi. Secara garis besar ajaran Islam bisa dikelompokkan dalam dua kategori yaitu Hablum Minallah (hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan) dan Hablum Minannas (hubungan manusia dengan manusia). Allah menghendaki kedua hubungan tersebut seimbang walaupun hablumminannas lebih banyak di tekankan. Namun itu semua bukan berarti lebih mementingkan urusan kemasyarakatan, namun hal itu tidak lain karena hablumminannas lebih komplek dan lebih komprehensif. Oleh karena itu suatu anggapan yang salah jika Islam dianggapsebagaiagamatransedental. Surat al-Ra’du ayat 11

ُ َ‫لَهُ ُمعَ ِقِّبَاتٌ ِم ْن بَي ِْن يَدَ ْي ِه َو ِم ْن خ َْل ِف ِه يَحْ ف‬ ‫ظ ْو نَهُ ِم ْن ا َ ْم ِرهللاِ إِ َّن هللاَََ الَيُغَيِ ُِّر َمابِقَ ْو ٍم َحتَّى يُغَيِ ُِّر ْوا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم َواِذَا‬ ‫س ْو ًءا فَالَ َم َردَّالَهُ َو َمالَ ُه ْم ِم ْن د ُْونِ ِه ِم ْن َّوا ٍل‬ ُ ‫أ َ َرادَهللاُ بِقَ ْو ٍم‬ Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah, sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Allah. Ayat ini menerangkan tentang kedhaliman manusia. Dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa kebangkitan dan keruntuhan suatu bangsa tergantung pada sikap dan tingkah laku mereka sendiri. Kedzaliman dalam ayat ini sebagai tanda rusaknya kemakmuran suatu bangsa.

ُ َ‫ت ِم ْن بَي ِْن يَدَ ْي ِه َو ِم ْن خ َْل ِق ِه يَحْ ف‬ ِ ‫لَهُ ُمعَ ِقبَا‬ ِ‫ظ ْو نَهُ ِم ْن ا َ ْم ِرهللا‬ Pada tiap manusia baik yang bersembunyi ataupun yang nampak ada malaikat yang terus menerus bergantian memelihara dari kemudharatan dan memperhatikan gerak gerik setiap manusia, sebagaimana berganti-ganti pula malaikat yang lain yang mencatat segala amalannya, baik maupun buruk. Ada malaikat malam dan ada malaikat siang, satu berada disebelah kiri yang mencatat segala amal kejahatan dan satu disebelah kanan yang mencatat segala amal kebajikan, dan dua malaikat bertugas memelihara dan mengawasi manusia. Adapun malaikat yang dimaksud dalam ayat ini adalah malaikat Hafadzah.

Adapun keempat malaikat itu tidak akan terlepas dari kita, melainkan kita sedang dalam keadaan mempunyai hadats besar. Sebagaimana dalam sabda Rasul :

.‫ارقُ ُك ْم ِع ْندَ ْال َخالَ ِء َو ِع ْندَ ْال ِج َماعِ فَا ْستَحْ ي ُْو ُه ْم َوا َ ْك َر َم ُه ْم‬ ِ َ‫ا َِّن َم َع ُك ْم َم ْن الَيُق‬ “Sesungguhnya ada malaikat-malaikat yang mengikuti kamu dan tidak terpisah dari kamu melainkan disaat-saat kamu membuang hajat besar atau bersetubuh, maka di segani dan hormatilah mereka.”

‫إِ َّن هللاَََ الَيُغَيِ ُِّر َمابِقَ ْو ٍم َحتَّى الَيُغَيِ ُِّر َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم‬ Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum berupa nikmat dan kesehatan, lalu mencabutnya dari mereka sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Allah juga menyuruh kita (umat-Nya) untuk mengubah suatu kedzaliman karena jika kita tidak merubahnya, maka Allah akan memperluas siksaannya, sedangkan Allah menciptakan manusia di bumi ini untuk menjadi penguasa (khalifah) yang bertugas memakmurkan dan memanfaatkan segala isinya dengan baik bukan untuk merusaknya.

ُ‫س ْو ًءا فَالَ ُم َردَّالَه‬ ُ ‫َواِذَا أ َ َرادَهللاُ ِبقَ ْو ٍم‬ Kita tidak patut dan tidak boleh meminta kepada Allah agar keburukan segera didatangkan sebelum kebaikan atau siksaan sebelum pahala, karena jika Allah telah menghendaki dan menimpakannya kepada mereka, maka tidak ada seorangpun yang dapat menolak takdir-Nya. ‫َو َمالَ ُه ْم ِم ْن د ُْونِ ِه ِم ْن َّول‬ Tidak ada penolong bagi manusia seorangpun yang dapat mengendalikan urusan mereka, dan tidak ada seorangpun pula yang mampu mendatangkan kemanfataan atau menolak madharat selain Allah SWT. Sebagaimana dalam Firman-Nya Surat al-Hajj ayat 73:

‫ع ْونَ ِم ْن د ُْو ِن هللاِ لَ ْن َي ْخلُقُ ْوا ذُ َبابًا َّولَ ِواجْ ت َ َمعُ ْولَهُ َوا ِْن َي ْسلُ ْب ُه ُم‬ ُ ‫ب َمث َ ٌل فَا ْست َِمعُ ْوالَهُ ا َِّن الَّ ِذيْنَ ت َ ْد‬ ُ ‫اس‬ ُ َّ‫َياَيُّ َهاالن‬ َ ‫ض ِر‬ ْ ‫ب َو ْال َم‬ َّ ‫ف‬ ‫ب‬ َ ‫اب‬ ُ ‫طلُ ْو‬ ُ ‫الطا ِل‬ ُ ‫الدُّ َب‬ َ ُ‫ش ْيئًا الَ َي ْست َ ْن ِقذُهُ ِم ْنه‬ َ ُ‫ضع‬

“Hai manusia, telah di buat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu, sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu, amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah pulalah yang disembah.” Didalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengankeragaman bangsa serta suku adalah dalam rangka saling kenal mengenal satu sama lain (lita’arafu) kesempurnaan fitrah seseorang bisa dilihat dari mampunya ia berinteraksi dengan sesama manusia. Manusai merupakan makhluk sosial yang takakan lepas dari sebuah keadaan bernama interaksi. Begitu luasnya daratan serta lautan yang membentang dari timur timur hingga bavat yang sebagiannya dihuni oleh manusia dengan ragam peradaban serta adat istiadat. Bermulanya peradaban suatu masyarakat tentu tidak terlepas dari interaksi sosial yang terjadi diantara manusia, baik diantara anggota masyarakat dalam satu komunitas maupun masyarakat lain diluar komunitasnya. Keunikan

suatu

peradaban

masyarakat

yang satu

dengan

yang lainnya

telahmenghasilkan begitu banyaknya ragam kekayaan dalam budaya, seperti banyaknya jenis bahasa yang digunakan sebagai salah satu syarat interaksi. Interaksi yang terjadi antara sesame manusia dengan latar belakang yang berbeda, baik budaya maupun karakter pribadi yang melekat pada diri masing-masing sudah pasti suatu ketika akan menimbulkan gesekan-gesekan, bisa berupa kesalah pahaman dalam memandang suatu keadaan ataupun perbedaan sudut pandang. Namun dalam Islam, kenyataan seperti itu tidaklah menjadikan seseorang surut dan urung niat serta lebih memilih menyendiri daripada berintevaksi dengan sesama. Jika manusia bisa melihat bahwa gesekan-gesekan yang terjadi dalam berinteraksi sosial merupakan sebagai bahan pelajaran dan ujian kesabaran serta memandangnya sebagai sebuah tantangan dalam kehidupan yang majemuk, maka hal ini merupakan sebuah keutamaan sebagaimana yang disabdakan Rasullullah SAW dalam salah satu haditsnya bahwa “seorang mukmin yang bergaul dan bersabar terhadap gangguan manusia, lebih besar pahalanya dari pada yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak bersabar dalam menghadapi gangguan mereka” (HR. Ahmad dan At tirmidzi). Siapapun yang mengerti makna kebermanfaatan tentu tidak akan menjadikan segala sesuatu menjadi sia-sia. Mereka selalu berharap bahwa dalam setiap interaksi sosial yang terjadi terdapat nilai ibadah serta berharap akan menebarnya nilai-nilai positif dalam tiap

diri yang ter;ibat didalamnya. Dan pada akhirnya apa yang dihasilkan dari sebuah interaksi dapat membangun semangat keimanan dalam mengajak manusia menuju jalan yang diridhoi Allah SWT serta munculnya rasa kasih sayang, tolong menolong dalam hal kebaikan dan perbaikan serta persaudaraan sehingga semakin meningkatkan kualitas penghambaan kepada Allah dari waktu ke waktu. Sudah umum diketehui bahwa Al Qur’an memberi perhatian khusus pada hak-hak keluarga, tetangga, dan para sahabat, namun dalam porsi yang sama, ia menaruh perhatian hak-hak kaum muslim. Tentu saja kaum muslim memiliki hak yang sangat banyak sehingga nyaris mustahil untuk disebutkan satu-persatu. Dalam salah satu yang diriwayatkan Bukhari dalam kitab Al-Jana’iz dan muslim dalam As-Salam, rasulullah SAW bersabda yang berbunyi : “Hak- seorang muslim atas muslim lainnya ada lima : menjawab ucapan salamnya, menjenguknya ketika sakit, mengantarkan jenazahnya (ke pemakaman), memenuhi undangannya, dan mendo’akan ketika bersin” Tentunya hadits ini tidak bermaksud membatasi hak sesame muslim hanya pada lima perkara itu saja. Jelas masih banyak hak lainnya yang disebutkan dalam hadits lain diantaranya: Diberi kesempatan untuk memperbaiki dan menjalin tali kekeluargaan, kekerabatan, dan persahabatan juga merupakan bagian dari hak kaum muslimin, Abdullah bin Ms’ud meriwayatkan bahwa rasulullah SAW pevnah bersabda sebagaimana dikutip dalam AlMusnad Abu Daud dalam Al-Adab, At Tirmidzi dalam Sifah Al-Qiyamah, yang berbunyi: “Maukah kalian kuberitahukan tentang perbuatan paling utama daripada puasa, shalat, dan sedekah? Para sahabat menjawab. “tentu wahai rasul” lalu beliau bersabda, “memperbaiki dan menjalin pertalian hubungan diantara sesama. Maka sesungguhnya kehancuran pertalian antara sesame adalah pembabatan. Aku tidak mengatakan membabat rambut akan tetapi membabat (memutuskan agama)” Untuk menjalin terciptanya persaudaraan dimaksud, Allah memberikan beberapa petunjuk sesuai dengan jenis persaudaraan yang diperintahkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mustofa al Maraghi. 1988. Terjemah Tafsir al-Maraghi. Semarang. CV Toha Putra. George ritzer-Douglas. 2008. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Basri Hasan. 1996. Remaja Berkualitas Problema Remaja dan Solusinya. Yogyakarta: Pustaka Belajar https://gusrukhin.files.wordpress.com/2008/08/kenakalan-remaja-dari-perspektifislam.pdf http://tutisetiyawati.blogspot.co.id/2010/10/perilaku-anti-sosial.html

Related Documents

Remaja Anti Sosial Fiks.docx
November 2019 42
Masalah Sosial Remaja
June 2020 24
Remaja
November 2019 46
Remaja
June 2020 25

More Documents from "Abdul Rahman Harisa"

191542_cover.docx
April 2020 30
188471_resep.docx
July 2020 27
1. Proposal Usaha.docx
June 2020 25
189584_ikatan Kimia.pptx
April 2020 29
Remaja Anti Sosial Fiks.docx
November 2019 42
Didiagnosa Dyspepsia
July 2020 27