Reliabilitas.docx

  • Uploaded by: eliud
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Reliabilitas.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,441
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek positif kemajuan dari dunia penelitian yang ada di Indonesia, adalah muncul banyaknya para peneliti-peneliti muda yang kini lebih kritis lagi dalam meneliti objekobjek yang ada. Di Indonesia, banyak sekali para peneliti ataupun bukan peneliti yang banyak melakukan sebuah riset guna memenuhi tugas ataupun sebagai pembuktian dari sebuah kejadian. Yang dimana setiap penelitian tersebut biasanya memerlukan sebuah pengujian agar nantinya mampu menjadi sebuah hasil ilmiah yang benar-benar valid dan bersifat riel tanpa adanya kebohongan ataupun ketidaknyataan yang mengesankan data yang diperoleh bersifat dibuat-buat. Agar kajian kita bisa bersifat riel maka kita sebagai seorang peneliti harus menguji terlebih dahulu hasil penelitian kita yang disebut dengan uji reabilitas. Kebanyakan dari kita mengira bahwa jika kita mempunyai kesimpulan dari hasil penelitian kita terhadap kejadian-kejadian yang terbatas, maka kesimpulan itu berlaku dengan sempurna untuk seluruh kejadian yang sejenis. Perkiraan semacam itu belum tentu benar, untuk menghindari hal-hal yang semacam itu maka kita harus melakukan reliabilitas, yang berguna untuk menunjukkaan kevalidan data dari hasil sebuah penelitian yang kita lakukan. Reliabilitas mampu menunjukkan tingkat kepercayaan terhadap skor atau tingkat kecocokan skor dengan skor sesungguhnya. Reliabilitas ini bisa dicapai melalui tingkat kecocokan di antara skor pada lebih dari sekali pengukuran. Jika makin cocok dengan skor sesungguhnya maka makin tinggi tingkat reliabilitasnya. Kalaupun ada ketidakcocokan itu merupakan kekeliruan yang acak. Jadi kemungkinan munculnya kesalahan masih tetap ada, namun kemungkinan itu sangatlah kecit sekali dan tidak akan banyak berpengaruh terhadap hasil akhir dari sebuah pengujian.

1.2 Rumusan Masalah a. Apa pengertian dar Reliabilitas ? b. Apa ciri umum dari Reliabilitas ? c. Apa jenis-jenis dari koefisien Reliabilitas ?

1.3 Tujuan Masalah a. Untuk mengetahui pengertian dar Reliabilitas . b. Untuk mengetahui ciri umum dari Reliabilitas. c. Untuk mengetahui jenis-jenis dari koefisien Reliabilitas. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Reliabilitas Hasil Penelitian Keandalan (reliabilitas) merupakan sesuatu yang dibutuhkan tetapi bukan persyaratan mutlak untuk validitas suatu intrumen. Dalam penilaian foratif, batasan – batasan atas keandalan ditangani dengan cara yang berbeda meskipun tetap penting untuk dipertimbangkan (William & Black, 1996). Jika penilaian berlangsung sepanjang waktu, seorang guru dapat mengeluarkan informasi yang menyarankan bahwa suatu penilaian dan keputusan sebelumnya tidaklah mewakili penyelenggaraan. Para guru berada pada posisi sanggup untuk mencoba kemampuan siswa berulang kali dari waktu ke waktu, seperti memberikan penilaian – penilaian berbasis keputusan yang disesuaikan dan mengembangkannya lebih dari satu periode waktu, mengarah pada kesimpulan – kesimpulan yang meyakinkan.

2.2 Ciri Umum Reliabilitas Sifat reliabel (keterandalan) dari sebuah alat ukur berkenaan dengan kemampuan alat ukur tersebut memberikan hasil yang

konsisten dan stabil. Bisa dibayangkan jika kita

memunyai alat yang hasil pengukurannya berbeda – beda pada setiap kali proses pengukuran. Salah satu contoh yang masih hangat dalam pemikiran kita ialah hasil perhiyungan Quick Count dua lembaga yang berbeda atas pelaksanaan pemilihan gubernur disuatu propinsi. Lembaga A melaporkan bahwa pasangan APA yang keluar sebagai pemenang, sedangkan lembaga B melaporkan sebaliknya pasangan APU yang keluar sebagai pemenang. Tentunya masyarakat yang menjadi bingung atas hasil perhitungan tersebut. Pertanyaan yang muncul adalah siapa yang sesungguhnya benar? Apakah hasil yang dilaporkan oleh lembaga A ataukah oleh lembaga B?. Dalam konsep pengukuran lembaga manapun yang melakukan pengukuran, asalkan instrument yang digunakan sudah memenuhi sifat kesahihan dan keandalan tentunya akan memberikan hasil yang kurang lebih sama. Artinya, dalam konsep reliabilitas suatu instrumen, suatu instrumen yang yang telah memiliki sifat tersebut, maka instrument itu harus memberikan hasil yang konsisten atau stabil jika digunakan beberapa kali objek yang sama, sepanjang materi yang diukur tidak berubah.

2

Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Trochim (1998) bahwa : The term reliability means “repeatability” or “consistency”. A measure is considered reliable if it would give us the same result over and over again (assuming that what we are measuring isn`t changing). Kalau kita mengukur sebuah meja kayu dengan menggunakan meteran berulang – ulang, baik dalam tegangan waktu yang singkat maupun dalam tegangan waktu yang lama, maka hasil ukur kita akan dapat dipastikan selalu menunjukkan angka yang sama selama panjang meja tersebut belum berubah. Kita katakana bahwa meteran tersebut reliabel, atau konsisten, atau dapat diandalkan, atau stabil. Dalam pengukuran aspek fisik, reliabilitas pada umumnya sangat tinggi. Hal yang berbeda akan kita jumpai jika kita ingin melakukan pengukuran aspek psikologis dan social. Misalnya dalam pengukuran motivasi, minat, intelegensi, sikap masyarakat mengenai suatu hal, kecenderungan mendapat kecelakaan, dan lain – lain. Aspek sosial psikologi tersebut tidak dapat diukur dengan kepastian dan konsistensi yang tinggi karena hasil ukurnya tidak dapat lepas dari pengaruh hal – hal yang tidak relevan diluar maksud pengukuran. Reliabilitas alat ukur dan reliabilitas hasil ukur biasanya dianggap sama. Namun penggunaannya masing – masing perlu diperhatikan (Azwar, 2004). Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur berkaitan erat dengan kesalahan pengukuran (error of measurement). Sedangkan konsep reliabilitas dalam arti hasil pengukuran berkaitan erat dengan kesalahan pengamblan sampel (sampling error). Oleh karena itu, reliabilitas alat ukur atau hasil pengukuran sering disamakan dengan consistency, stability, atau dependability, yang pada prinsipnya menunjukkan sejauh mana pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif sama bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subjek yang sama pada waktu yang berbeda.

2.3 Asumsi dan Interpretasi Kinerja individu yang terungkap melalui alat ukur, biasanya dinyatakan dalam bentuk anngka atau skor. Skor adalah nilai yang diberikan dari hasil jawaban peserta tes terhadap pertanyaan dalam tes tersebut, dan merupakan representasi dari suatu atribut laten. Skor kuantitatif yang langsung diperoleh dari hasil pengukuran dan belum diolah merupakan skor amatan (observed scores) yang selanjutnya kita sebut dengan X. 3

Di samping skor amatan, bagi setiap individu yang memperoleh skor amatan X, terdapat pula skor lain yang disebut skor murni atau skor sesungguhnya yaitu nilai kinerja yang benar dan merupakan representasi murni dari atrubut laten, yang tidak pernah dapat diketahui besar nilainya. Skor murni (true – score) ini selanjutnya dilambangkan dengan simbol T. kemudian setiap hasl pengukuran paasti ada komponen kesalahan yang besarnya bagi setiap individu dalam setiap tes, juga tidak dapat diketahui. Komponen kesalahan pengukuran ini, untuk selanjutnya kita nyatakan dengan simbol E. hubungan antara ketiga macam komponen tersebut dibahas dan diuraikan oleh Allen & Yen (1979), seperti diuraikan berikut : Asumsi – 1 : X = T + E Asumsi ini memberi gambaran bahwa skor amatan adalah hasil penjumlahan skor murni dengan kesalahan pengukuran. Artinya, skor amatan ditentukan oleh besarnya skor murni dan kesalahan pengukuran yang dilakukan. Jika kesalahan pengukuran yang dilakukan menuju kesuatu bilangan yang kecil (menuju nol), maka skor amatan sama dengan skor murni. Tetapi kasus seperti ini memang jarang terjadi dalam pengukuran gejala psikolog maupun sosial. Asumsi – 2 : e(X) = T Asumsi ini mengatakan bahwa skor murni T merupakan ekspektasi (nilai harapan) dari skor amatan X. secara konsep statistika, T merupakan nilai rata – rata dari skor amatan seseorang. Jika dilakukan tes berulang – ulang, dengan asumsi pengulangan tes tersebut saling bebas (independen) dan tak terbatas. Asumsi – 3 : ρET = 0 Asumsi ini mengatakan bahwa tidak ada korelasi antara skor murni dengan kesalahan pengukuran yang dilakukan. Dalam hal ini dapat juga dikatakan bahwa variasi skor murni tidak bergantung pada variasi kesalahan pengukuran yang dilakukan. Jadi, skor murni yang tinggi tidak serta merta membrikan skor kesalahan pengukuran yang positif atau negatif . begitu juga dengan skor murni yang rendah bukan diakibatkan oleh kesalahan pengukuran yang rendah. Asumsi – 4 : ρE1E2 = 0 Asumsi ini member gambaran bahwa jika pengukuran dilakukan dua kali, pengukuran pertama memberikan kesalahan pengukuran E1,dan pengukuran kedua memberikan kesalahan E2 maka tidak ada korelasi antara kedua kesalahan pengukuran tersebut. Dengan kata lain, kesalahan pengukuran pertama tidak mempengaruhi kesalahan pengukuran kedua atau sebaliknya. Konsep kesalahan pengukuran dalam teori skor murni klasikal adalah penyimpangan skor amatan dari skor harapan teoritik yang terjadi secara random atau tidak terjadi secara 4

sistematik, sedangkan penyimpangan yang terjadi secara sistematik tidaklah dianggap sebagai sumber kesalahan. Sehubungan dengan asumsi – asumsi yang telah dikemukakan diatas, ada beberapa konsep yang perlu diperhatikan berdasarkan teori skor murni klasikal,diantaranya adalah tes yang paralel. Dua tes dikatakan parallel apabila skor murni dari setiap subjek adalah sama pada kedua tes tersebut, yaitu T = T`, dan sebagian setiap populasi subjek yang dikenai tes – tes tersebut, memiliki varians kesalahan yang sama besar yaitu σ2E = σ2E` . Pernyataan tersebut memberi gambaran bahwa dua tes paralel akan memiliki rata – rata dan skor amatan yang setara dan memiliki korelasi dengan skor amatan tes lain yang setara pula. Disamping memberikan batasan tentang asumsi – asumsi yang mendasari tentang proses perhitungan reliabilitas seperti yang dikemukakan diatas, allen & Yen (1979) juga memberikan batasan tentang enam cara dalam melakukan interpretasi terhadap koefisien reliabilitas suatu tes, rxx`. Keenam cara tersebut diuraikas sebagi berikut : 1. rxx` = korelasi atara observed – scores (skor amatan) dari dua tes yang paralel. Dalam interpretasi ini, apabila setiap subjek mendapat skor sama pada tes X dan tes X` yang parallel, dan terdapat varians pada masing – masing distribusi skor amatan itu, maa kedua tes tersebut mempunyai reliabilitas sempurna (rxx` =1,0). Apabila tidak semua subjek mendapat skor yang sama pada tes X dan tes X` maka korelasi antara kedua tes tersebut tidak sempurna dan karena itu reliabilitasnya pun tidak sempurna (rxx` < 1,0) 2. r2 = besarnya proporsi varian X yang dijelaskan oleh hubungan linearnya dengan X`xx`. Azwar (2004) mengatakan bahwa interpretasi berasal dari penafsiran koefisien determinasi seperti yang biasa dilakukan pada penafsiran koefisien korelasi linear dari pearson.dalam kaitan dengan ini, besarnya kuadrat koefisien reliabilitas dapat diartikan sebagaibesrnya proporsi varians suatu tes yang dapat dijelaskan oleh variasi skor pada tes lain yang parallel dengannya. σ2

3. rxx` = σT2 x

Koefisien reliabilitas merupakan perbandingan antara varians true – scores (skor murni) dengan varians skor amatan. Dengan kata lain reliabiltas adalah proporsi varians skor amatan yang merupakan varians skor murni. 2 4. rxx` = rXT

5

Interpretasi ini menyatakan bahwa koefisien reliabilitas adalah sama dengan kudrat korelasi antara skor amatan dan skor murni. Misalnya, koefisien reliabilitas rxx` = 70, maka korelasi antara skor amatan dan skor murni adalah rxx` = 49 5. rxx` = 1 – ρ2XE Pernyataan ini member gambaran bahwa koefisien reliabilitas merupakan selisih dari satu dengan kudrat korelasi antara skor amatan dengan skor kesalahan pengukuran. Semakin besar koefisien korelasi antara skor amatan dengan skor kesalahan pengukuran, maka semakin kecil koefisien reliabilitas suatu tes. σ2

6. rxx` = 1 - σE2 x

Interpretasi ini menghubungkan reliabilitas dengan varians kesalahan dan varians skor amatan. Apabila suatu pengukuran hanya berisi kesalahan random semat – mata, maka varians skor – tampak merupakan varians kesalahan seluruhnya, SE2 = SX2 . dalam hal ini maka harga rxx` = 1 – 1 = 0, artinya tes tersebut sama sekali tidak reliabel. Kalau pengukuran tidak mengandung kesalahan sama sekali, maka SE2 = 0 dan harga komponen

σ2E σ2x

= 0, dan rxx` = 1 – 0

= 1. Dengan kata lain reliabilitas tes tersebut sempurna karena pengukuran yang dilakukannya tanpa kesalahan.

2.4 Jenis Koefisien Reliabilitas Besarnya nilai koefisien reliabilitas yang sesungguhnya rxx` sulit untuk diketahui secara pasti. Yang dapat dilakukan adalah mengestimasi reliabilitas berdasarkan data skor amatan melalui metode – metode oleh para ahli dianggap sebagai suatu metode yang tepat, sehingga memberikan nilai rxx` yang hamper mendekati nilai sebenarnya. 1. Metode Test – Retest Metode ini dilakukan dengan menggunakan tes yang sama pada kelompok subjek yang sama dua kali dengan memberi tenggang waktu yang cukup diantara kedua penyajian tersebut. Dengan menghitung korelai antara distribusi skor amatan kedua tes, akan diperoleh koefisien reliabilitas tes yang bersangkutan. Koefisien korelasi sempurna hanya akan diperoleh bila setiap subjek mendapat setiap skor yang sama pada kedua penyajian bila distribusi skor kelompok tersebut variansnya tidak sama dengan nol.

6

Contoh : Misalnya kita ingin menghitung koefisien reliabilitas suatu tes prestasi belajar matematika diberikan pada 10 orang siswa, skor yang diperoleh masing-masing siswa untuk dua kali pelaksanaan tes selama tenggang waktu tertentu dirangkum pada tabel berikut.

Tabel Distribusi skor tes X pada penyajian pertama X1 dan kedua X2 Subjek

X1

X2

Ali

40

44

Ala

42

43

Alo

39

38

Alu

52

49

Baba

51

51

Biba

44

45

Bibi

44

44

Buba

51

49

Bibu

48

47

Bibe

48

45

Untuk dapat menghitung koefisisen reliabilitas, terlebih dahulu dibuat tabel seperti berikut.

Tabel Distribusi skor tes X pada penyajian pertama X1 dan kedua X2 hasil analisis Subjek

X1

X2

X12

X22

X1X2

Ali

40

44

1600

1936

1760

Ala

42

43

1764

1849

1806

Alo

39

38

1521

1444

1482

Alu

52

49

2704

2401

2548

Baba

51

51

2601

2601

2601

Biba

44

45

1936

2025

1980

Bibi

44

44

1936

1936

1936

Buba

51

49

2601

2401

2499

Bibu

48

47

2304

2209

2256

Bibe

48

45

2304

2025

2160

Jumlah

459

455

21271

20872

21028 7

Koefisien reliabilitas test X dapat dihitung dengan menggunakan formula korelasi product momen dari pearson, 𝑟𝑋1 𝑋 =

21028 − (21271 −

(459)(455) 10

(459)2 (455)2 )(20827 − 10 10

= 0.901

Dengan demikian, koefisien reliabilitas test X adalah sebesar korelasi antara kedua skor amatan tersebut, yaitu 𝜌𝑥𝑥 ′ = 0.901 2. Metode Parallel-Form Estimasi reliabilitas dengan menggunakan metoe parallel-forms dilakukan dengan menghitung korelasi skor amatan antara dua tes yang parallel yang disajikan pada kelompok subjek yang sama. Dikarenakan hampir tidak mungkin untuk memperoleh dua tes yang parallel, maka biasanya digunakan alternate forms sebagai pengganti. Alternate forms adalah dua tes yang mengukur satu trait yang sama dan disusun sedemikian rupa sehingga menjadi separalel mungkin sehingga keduanya dapat mempunyai distribusi skor amatan dengan rata-rat, varians dan korelasi dengan tes lain, yang sama besar. Kalau tes X dan alternate test Z dikenakan pada sekelompok subjek dan skor amatan pada kedua test tersebut dikorelasikan maka koefisien korelasi rxz yang diperoleh akan mencerminkan reliabilitas tes tersebutdan juga mencerminkan sebaran paralel keduanya.

3. Metode Internal Consistency Metode ini hanya memerlukan satu kali penyajian test saja dan karena itu masalah-masalah yang timbul akibat penyajian yang berulah dapat dihindari. Salah satu prosedur dalam metode ini adalah yang menghasilkan estimasi reliabilitas split-half (belah dua). Tes yang akan diestimasi reliabilitasnya dibelah menjadi dua bagian yang diusahakan paralel. Contoh : Suatu tes prestasi belajar matematika diberikan pada 10 orang siswa, skor yang diperoleh masing-masing siswa yaitu:

8

Tabel Distribusi skor butir bernomor ganjil (belahan 1) dan skor butir bernomor genap (belahan 2) Nomor Butir

Belahan

Subjek

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12

1

2

X

A

1

1

0

1

2

2

1

2

1

1

2

1

7

8

15

B

1

1

0

0

2

2

2

1

2

2

2

1

9

7

16

C

1

1

0

0

1

1

1

2

2

2

2

2

8

8

16

D

1

1

0

0

0

0

2

2

2

1

1

1

6

5

11

E

1

1

0

0

1

0

1

2

1

1

2

2

6

6

12

F

2

1

2

1

1

1

1

2

2

2

2

2

10

9

19

G

2

1

1

1

2

2

2

1

1

1

1

1

9

7

16

H

1

0

1

1

1

2

2

2

2

1

1

1

8

7

15

I

2

2

2

1

1

1

1

0

0

0

0

2

7

6

13

J

2

1

1

1

1

2

2

2

2

2

0

1

8

9

17

Untuk menghitung korelasi antara skor belahan 1 dan skor belahan 2, diperlukan nilainilai seperti jumlah skor belahan 1, jumlah skor belahan 2, jumlah kuadrat skor belahan 1 dan 2, serta jumlah hasil kali antara skor belahan 1 dan 2. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh : ∑belahan 1 = 78 ∑belahan 2 = 72 ∑(belahan 1)2 = 575 ∑(belahan 2)2 = 470 ∑(belahan 1 x belahan 2) = 516 Korelasi antara belahan 1 dan 2 dihitung dengan korelasi product momen,

516 −

𝑟12 =

(575 −

(78)(72) 10

(78)2 (72)2 )(470 − 10 10 )

= 0. 667

9

Nilai r12 ini baru merupakan koefisien korelasi antara kedua belahan tes, belum merupakan koefisien reliabilitas tes X. Prosedur komputasi reliabilitas X selanjutnya tergantung pada sifat distribusi kedua belahan. Untuk mengetahui distribusi masing-masing belahan, berikut akan diuraikan beberapa pendapat para ahli pengukuran:

1. Spearman-Brown Formula Apabila terdapat alasan kuat untuk menganggap belahan 1 dan 2 adalah paralel, maka estimasi reliabilitas keseluruhan test X, yaitu rxx’ dapat dilakukan dengan formula SpearmanBrown pada koefisien korelasi antara skor pada belahan 1 dan 2, dengan rumusan : 𝑟𝑥𝑥′ = 𝑟𝑋𝑋′ =

2𝑟12 1 + 𝑟12

Dimana : 𝑟𝑋𝑋′

= Koefisien reliabilitas keseluruhan test X

𝑟12

= Koefisien korelasi antar kedua belahan

2. Formula Rulon Rulon (1939) mengetengahkan suatu teknik etimasi reliabilitas belah dua tanpa berasumsi bahwa kedua belahan mempunyai varians yang sama. Varians yang perlu diperhitungkan dalam teknik ini adalah varian kesalahan. Menurut Rulon varian distribus perbedaan skor pada belahan – belahan tes seluruhnya ditentukan oleh varians kesalahan masing-masing belahan ini bersama-sama membentuk varians kesalahan teskeseluruhan, karena itu varians distribusi perbedaan dapat dipakaiguna mengetimasikan reliabilitas tes. Etimasi reabilitas dapat dilakukan dengan memgunakan formula berikut. 𝑆2

𝜌𝑥𝑥′ = 1 - 𝑆𝑑2 𝑥

Dimana : 𝜌𝑥𝑥′

= koefisien reliabilitas tes X

S2d

= varians distribusi perbedaan skor kedua belahan

S2x

= varians distribusi skor total.

10

3. Koefisien Alpha Apabila distribusi skor pada belahan 1 dan belahan 2 tidak memiliki varians yang sama atau tidak cukup alasan untuk menganggap kedua belahan tersebut paralel, maka etimasi keseluruhan tes dapat diperoleh dengan menggunakan koefisien alpha ( Cronbach, 1951). Rumus untuk menghitung koefisien reliabilitas dengan metodealpha yaitu: α=

2 [𝑆𝑥2 −(𝑆12 +𝑆22 )] 𝑆𝑥2

Dimana : S21

= Varians skor subjek pada belahan j ; j=1,2

S2x

= Varians skor pada keseluruhan test X

α

= Koefisien reliabilitas alpha

4. Formula Kuder- Richardson Metode kedua untuk estimasi reliabilitas tes adalah penggunaan salah satu metode Kuder dan Richardson (1937). Kedua metodenya akan dibahas disini, Kuder Richardson formula 20 (KR-20) dan Kuder Richardson formula 21 (KR-21) yang digunakan ketika skor butir tes 0 dan 1. Apabila peneliti memiliki instrument dengan jumlah butir pertanyaan ganjil, maka peneliti tersebut tidak mungkin menggunakan teknik belah dua untuk pengujian reliabilitasnya. Untuk itu maka peneliti dapat menggunakan rumus Rumus : 𝐽

KR-20 = 𝐽−1 [ 1 −

∑𝑃𝑖 ( 1− 𝑃𝑖 ) 𝑆2𝑥

Dimana : Pi

= proporsi subjek yang mendapat skor 1 pada butir i, yaitu banyaknya subjek mendapat skor 1 dibagi dengan banyaknya seluruh subjek

S2x

= varian skors tes X

J

= banyaknya butir tes, dalam hal ini adalah banyaknya butir tes.

Selanjutnya Kuder dan Richardson merumuskan pula formulanya guna menghitung reliabilitas tes yang terdiri atas sitem dikotomi, dengan menggunakan rata-rata proporsi sybjek yang mendapat skor 1. Rumus ini dikenal dengan nama formula Kuder- Richadson -21. 𝐽

KR-21 = 𝐽−1 [ 1 −

𝐽ṗ( 1− ṗ) 𝑆2𝑥

11

Dimana : ṗ

= rata-rata proporsi subjek yang mendapat skor 1 pada butir i, atau jumlah seluruh nilai pi dibagi dengan banyaknya butir.

S2x

= varian skors tes X

J

= banyaknya butir tes, dalam hal ini adalah banyaknya butir tes.

5. Pendekatan Analisis Varians Konsep dalam analisis Hoyt adalah dengan memperhatikan distribusi butir keseluruhan subjek sebagai data yang diperoleh dari desain eksperimen factorial dua jalur tanpa replikasi yang dikenal juga dengan item by subject design. Setiap butir dianggap seakan suatu yang dikenal pula sebagai treatment atau perlakuan yang berbeda sehingga setiap kali subjek dihadapkan pada suatu butir seakan-akan ia berada pada suatu perlakuan yang berbeda. Dengan demikian banyaknya butir sama dengan banyaknya perlakuan. Untuk menghitung koefisien reliabilitas dengan model Hoyt adalah : 𝜌𝑥𝑥′ =

𝑀𝐾𝑖𝑠 𝑀𝐾𝑠

Dimana : MKis = Rata-rata kuadrat interaksi butir dengan subjek Mks

= rata-rata kuadrat antar subjek.

Rata –rata kuadrat (MK) dapat dihitung dengan rumus : MKis =

∑𝑋2 ∑𝑖2 − 𝑘 𝑛𝑘

𝑛−1

Dimana : I = skor subjek pada butir ke –i X = jumlah skor subjek pada seluruh butir Y = jumlah skor seluruh subjek pada satu butir K = banyaknya butir N= banyaknyasubjek.

12

6. Reliabilitas Belah-Dua dengan Panjang Berbeda Dalam melakukan pembagian tes menjadi dua bagian, kadang-kadang jumlah butir kedua bagian tersebut tidak sama, akibatnya kita tidak dapat menghitung estimasi reliabilitas yang sebelumnya, oleh karena asumsi t-equivalent tak terpenuhi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Feldt (1975) memberikan suatau formula dengan rumusan : 𝜌𝑥𝑥 ′ =

4𝑠12 (𝑠 2 − 𝑠 2 ) 𝑠𝑥2 − 1 2 2 𝑆𝑥

Dimana : 𝜌𝑥𝑥 ′

= Reliabilitas tes

S12

= Kovarians belahan 1 dan 2

S12

= Varians belahan j, j = 1.2

Sx2

= Varians skor total x

13

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Reliabilitas merupakan sesuatu yang dibutuhkan tetapi bukan persyaratan mutlak untuk validitas suatu intrumen. Tinggi rendahnya reliabilitas suatu instrumen dapat diketahui dari koefisien reliabilitas yang disimbolkan dengan rxx. Dimana harga rxx berkisaran antar 0,0-1,0. Ada beberapa jenis koefisien pada reliabilitas yaitu , Metode Test – Retest, Metode Parallel-For, Metode Internal Consistency.

14

DAFTAR PUSTAKA

Rasyid, Harun. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV WACANA PRIMA

Sugiharti, Gulmah. 2014. Evaluasi dan Penilaian Hasil Belajar Kimia. Medan: Unimed Press

15

More Documents from "eliud"