Rekayasa Ide Sbm.docx

  • Uploaded by: Rizki Afif
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rekayasa Ide Sbm.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,448
  • Pages: 13
LAPORAN REKAYASA IDE MK. PBM FISIKA PRODI DIKFISFMIPA

PENDEKATAN PEMBELAJARAN FISIKA

Skor Nilai:

NAMA MAHASISWA : M RIZKI AFIF BATUBARA NIM

: 4161121016

DOSEN PENGAMPU : Yeni Meganlina S.Pd, M.Si MATA KULIAH

: Strategi Belajara Mengajar Fisika

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN NOVEMBER 2017

i

ABSTRACK

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang didukung oleh teori pembelajaran konstruktivistik. Terdapat banyak tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemilihan tipe dalam pembelajaran kooperatif disesuaikan dengan karakter materi, karakter dan kemampuan siswa maupun sarana pendukung pembelajaran yang tersedia. Model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two dapat menjadi salah satu alternatif pilihan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Fisika. Berdasarkan dari pembahasan dapat diambil kesimpulan: (1) Model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two yaitu salah satu tipe dalam model Pembelajaran Kooperatif yang mempunyai prinsip bahwa berpikir berdua jauh lebih baik daripada beripikir sendiri. Dalam pelaksanaannya siswa dibagi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri atas 2 orang. Model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two sangat bermanfaat, karena dapat memaksimalkan belajar kolaboratif (bersama) dan meminimalkan kesenjangan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. (2) Sintaks penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two melalui metode eksperimen dan diskusi dalam Pembelajaran Fisika terdapat 5 langkah: Tahapan memberikan pertanyaan. Guru membagi LKS (berisi pertanyaan yang spesifik dan merangsang pikiran siswa), kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok praktikum, lalu guru membimbing siswa melakukan praktikum; Tahapan meminta siswa menjawab pertanyaan secara individual. Guru meminta dan membimbing siswa untuk mengerjakan LKS berdasarkan praktikum secara individu; Tahapan meminta berpasangan, guru membagi siswa menjadi berpasangan sebagai kelompok diskusi; Tahapan meminta siswa membuat jawaban baru. Guru mengarahkan siswa untuk membuat jawaban baru berdasarkan hasil diskusi berpasangan (membuat kesimpulan); dan tahapan meminta siswa membandingkan setiap pasangan dalam kelas. Guru meminta perwakilan pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan meminta siswa dari pasangan lain untuk memberikan tanggapan. (3) Berdasarkan hasil penelitian para ahli, penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two efektif untuk pembelajaran Fisika dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan analisis siswa.

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan RahmatNya sehingga penulis dapat menyelaesaikan tugas mata kuliah Strategi Belajara Mengajar Fisika ini yang berjudul “Rekayasa Ide”. Penulis berterima kasih kepada Bapak dosen yang bersangkutan yang sudah memberikan bimbingannya.

Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 27 November 2017

Muhammad Rizki Afif batubara

Penulis

iii

DAFTAR ISI ABSTRACK........................…………………………………...............................

ii

KATA PENGANTAR…………………………………........................................

iiii

DAFTAR ISI……………...………………………………………………………...

iv

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..…………..

4

Rasionalisasi Pentingnya RI...……..…………………………….…..

4

Tujuan Penulisan RI....………………………………………….…..…..

5

Manfaat RI....……………………………………………....……………….

6

BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHA...……………………………....

7

Identifikasi Permasalahan……….....……………....………..............

7

BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………

9

Solusi…...............................………………………………………………...

9

BAB IV PENUTUP…………………………………........………………………

12

Kesimpulan…...........................................……...………………………...

12

Saran.......................................................………...………………………...

12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………

13

iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya RI

paper ilmiah adalah terbitan berkala yang terbentuk pemflet berseri berisi bahan yang sangat diminati orang saat diterbitkan. Bila dikaitkan dengan kata ilmiah di belakang kata jurnal dapat terbitan berarti berkala yang berbentuk pampflet yang berisi bahan ilmiah yang sangat diminati orang saat diterbitkan. Rekayasa Ide secara singkat dapat diartikan sebgai evaluasi terhadap suatu artikel. Rekayasa Ide bukan hanya merupakan laporan atau tulisan tentang isi suatu

artikel,

tetapi

lebih

kepada

evaluasi,

seperti

mengulas

dan

mengembangkan, menginterpretasi dan menganalisis. Dan Rekayasa Ide bukan merupakan pengembangan suatu artikel. Mengenai suatu tema yang akan di kembangkan menjadi suatu gagasan baru . Rekayasa Ide lazimnya diberikan pada acara perkuliahan di perguruan tinggi sebagai wujud tugas oleh dosen kepada mahasiswa. Dengan begitu, tidak tertutup kemungkinan untuk mengasah kemampuannya untuk berpikir kritis. B. Tujuan Penulisan RI Rekayasa Ide ini bertujuan : a.

Mengulas sebuah artikel.

b.

Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam suatu artikel.

c.

Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi

d.

Mengambangkan pemikiran untuk berfikir suatu yang baru

5

C. Manfaat RI a.

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Komputer.

b.

Untuk menambah pengetahuan tentang Microsoft office 2007 dan 2013.

6

BAB II Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia yang rendah perlu adanya upaya untuk mengatasinya karena kualitas pendidikan sangat menentukan eksistensi dan masa depan suatu bangsa. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya adalah peningkatan kualitas proses pembelajaran. Dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar” Depdiknas. (2004).. Interaksi yang terjadi adalah interaksi antara subjek dengan objek pembelajaran. Pendidik dan peserta didik merupakan subjek pembelajaran. Sedangkan sumber belajar dalam lingkungan merupakan objek yang akan dipelajari. Dengan demikian, pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang terjadi antara guru dan siswa guna mencapai tujuan tertentu. Kegiatan pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari unsur interaksi, sebab interaksi adalah bagian penting dari pembelajaran. Interaksi disini bisa berarti interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa atau siswa dengan lingkungan sekitar. Bukanlah disebut pembelajaran jika di dalamnya tidak ada unsur interkasi. Interaksi tersebut menuntut adanya perubahan sikap, yaitu perubahan sikap atau tingkah laku siswa menuju ke arah yang lebih baik. Interaksi yang baik antar guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dapat terwujud apabila didukung dengan suasana dan kondisi pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Hal tersebut seperti diungkapkan dalam Lampiran Permendikbud No. 65 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, danperkembangan fisik serta psikologis peserta didik Dalam pembelajaran Fisika suasana dan kondisi tersebut sangat diperlukan, karena banyak yang menganggap bahwa Fisika itu pelajaran yang sulit dan membosankan. Untuk menciptakan kondisi dan suasana tersebut pada saat pembelajaran Fisika, maka guru harus bisa memberikan inovasi dalam proses pembelajaran. Salah satu inovasi dalam pembelajaran Fisika adalah penerapan model pembelajaran yang inovatif. Terdapat banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat suasana dan kondisi Fisika menjadi menyenangkan dan dapat membuat siswa menikmati Fisika salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang didukung oleh teori pembelajaran konstrutivistik, dimana dalam proses pembelajaran siswa aktif dalam menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan atau konsep dengan cara saling berdiskusi dengan teman-temannya. Siswa bekerja dalam kelompok untuk saling membantu dalam memecahkan masalah.

7

Pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa untuk mengkonstruksi (membentuk,menyusun) pengetahuan yang diperoleh sebelumnya dan pengetahuan yang baru dipelajarinya. Dalam pendekatan pembelajaran ini, siswa diarahkan untuk menggunakan konsep-konsep atau pengetahuan yang telah diperolehnya dan konsep -konsep atau pengetahuan yang baru dipelajarinya untuk kemudian menyusun menjadi pengetahuan tersendiri. Adapun peran guru dalam pendekatan pembelajaran ini adalah sebagai mediator dan fasilitator bagi siswa untuk mendapatkan tujuan pembelajaran Secara teknis model pembelajaran harus diaplikasikan melalui metode pembelajaran. Terdapat banyak metode pembelajaran yang diterapkan yaitu metode eksperimen, diskusi, demonstrasi, permainan dan lain-lain. Dalam pembelajaran kooperatif implementasinya melalui metode pembelajaran juga diwarnai oleh type pembelajarannya. Terdapat banyak tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemilihan tipe dalam pembelajaran kooperatif disesuaikan dengan karakter materi, karakter dan kemampuan siswa maupun sarana pendukung pembelajaran yang tersedia.

8

BAB II Pembahasan Mata pelajaran Fisika sebagai salah satu ilmu dalam bidang sains merupakan salah satu mata pelajaran yang biasanya dipelajari melalui pendekatan secara matematis sehingga seringkali ‘ditakuti’ dan cenderung ‘tidak disukai’ anak-anak karena pada umumnya anakanak yang memiliki kecerdasan Logical Mathematical sajalah yang ‘menikmati Fisika’. Belajar Fisika bukan hanya sekedar tahu Matematika, tetapi anak didik diharapkan mampu memahami konsep yang terkandung di dalamya, menuliskannya ke dalam parameterparameter atau simbol-simbol fisis, memahami permasalahan serta menyelesaikannya secara matematis. Menurut Depdiknas , belajar Fisika yang dikembangkan meliputi kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. Tidak jarang hal inilah yang menyebabkan ketidaksenangan anak didik terhadap mata pelajaran Fisika menjadi semakin besar. Salah satu upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran Fisika adalah pemilihan model dan metode pembelajaran yang tepat membantu terwujudnya pencapaian hasil belajar yang optimal. Trianto menyatakan, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, guru sebagai agen pembelajaran harus lebih kreatif dan inovatif. Menurut Trianto, (2007: 3) “Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu perencanaan yang digunakan untuk merancang langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan materi pelajaran, jam belajar, dan fasilitas penunjang yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Anita, L. (2002: 7) berpendapat bahwa “pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam mengerjakan tugas-tugas yang terstruktur”. Dengan demikian, melalui model pembelajaran kooperatif, siswa akan bekerja bersama dalam kelompoknya, kemudian berdiskusi tentang suatu informasi, dan mengungkapkannya kepada kelompok lain. Dengan begitu siswa mampu terlibat aktif dalam proses pembelajaran, bekerja sama dengan temannya, saling bertukar pikiran, menanggapi, mengemukakan pendapat, dan berbagi informasi tanpa harus merasa sungkan dan takut dan diharapkan akan lebih mudah memahami materi apabila dijelaskan oleh teman sebayanya.

9

Salah satu tipe Pembelajaran Kooperatif yaitu Tipe The Power Of Two. (Tipe kekuatan berdua), adalah belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang di dalamnya untuk mencapai kompetensi dasar. Tipe The Power Of Two dirancang untuk memaksimalkan belajar kolaboratif (bersama) dan meminimalkan kesenjangan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Belajar kolaboratif menjadi populer di lingkungan pendidikan sekarang. Dengan menempatkan peserta didik dalam kelompok dan memberinya tugas dimana mereka saling tergantung satu dengan yang lain untuk menyelesaikan pekerjaan adalah cara yang mengagumkan. Mereka condong lebih tertarik dalam belajar karena mereka melakukannya dengan teman-teman sekelas mereka.

The Power Of Two artinya menggabungkan kekuatan dua orang. Menggabungkan kekuatan dua orang dalam hal ini adalah membentuk kelompok kecil, masing-masing kelompok terdiri dari dua. Kegiatan ini dilakukan agar muncul sinergi itu, yaitu dua orang atau lebih baik dari pada satu orang. Seperti yang ditegaskan oleh Zaini, H., Munthe, B., Aryani, S.A. (2008:52) menyatakan bahwa “aktivitas pembelajaran The Power Of Two digunakan untuk mendorong pembelajaran kooperatif dan memperkuat arti penting serta manfaat sinergi dua orang. Strategi ini mempunyai prinsip bahwa berpikir berdua jauh lebih baik daripada berpikir sendiri”. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Hamruni (2012:160) bahwa model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two bertujuan untuk menunjukkan bahwa belajar secara berpasangan akan lebih baik hasilnya dibanding belajar secara sendiri-sendiri. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan dan keuntungan sinergi, itu karenya 2 kepala tentu lebih baik daripada 1 kepala. Model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two mempunyai prinsip bahwa berpikir berdua jauh lebih baik daripada berpikir sendiri . Tujuan penerapan model ini adalah membiasakan belajar aktif secara individu dan kelompok (belajar bersama hasilnya lebih berkesan) . Dalam pembelajaran ini pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas permasalahan yang diberikan pendidik. Dilanjutkan dengan pemberian kesimpulan, klarifikasi dan tindak lanjut yang dilakukan oleh guru sebagai konstruk atas permasalahan yang telah diberikan

10

Setiap model pembelajaran dikenal adanya sintaks atau pola urutan yang menggambarkan keseluruhan alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Depdiknas mengemukakan bahwa, sintaks pembelajaran menunjukkan dengan jelas kegiatan apa yang perlu dilakukan guru atau siswa, urutan kegiatan tersebut, dan tugas-tugas khusus yang perlu dilakukan guru atau siswa, urutan kegiatan-kegiatan tersebut, dan tugas-tugas khusus yang perlu dilakukan oleh siswa. Pada sintaks penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two dalam Pembelajaran Fisika Materi Fluida Dinamis terdapat tahapan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Tahapan pendahuluan, guru memberikan apresiasi dan motivasi pembelajaran misalnya melalui tayangan video menunjukkan fenomena berkaitan dengan konsep Fisika yang akan dibelajarkan. Tahapan kegiatan inti terdapat 5 langkah: (1) Tahapan memberikan pertanyaan. Guru membagi LKS (berisi pertanyaan yang spesifik dan merangsang pikiran siswa), kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok praktikum, guru membimbing siswa melakukan praktikum. (2)Tahapan meminta siswa menjawab pertanyaan secara individual. Guru meminta dan membimbing siswa untuk mengerjakan LKS berdasarkan praktikum secara individu; (3)Tahapan meminta berpasangan, guru membagi siswa menjadi berpasangan sebagai kelompok diskusi; (4)Tahapan meminta siswa membuat jawaban baru. Guru mengarahkan siswa untuk membuat jawaban baru berdasarkan hasil diskusi berpasangan (membuat kesimpulan); (5)Tahapan meminta siswa membandingkan setiap pasangan dalam kelas. Guru meminta perwakilan pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan meminta siswa dari pasangan lain untuk memberikan tanggapan. (6)Tahapan penutup, guru menyimpulkan tentang materi yang dibelajarkan dan memberikan evaluasi

11

BAB IV Penutup Kesimpulan Berdasarkan dari pembahasan dapat diambil kesimpulan yaitu sebagai berikut: (1) model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two yaitu salah satu tipe dalam model Pembelajaran Koopeeratif yang mempunyai prinsip bahwa berpikir berdua jauh lebih baik daripada berpikir sendiri. Dalam pelaksanaannya siswa dibagi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri atas 2 orang. Model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two sangat bermanfaat, karena dapat memaksimalkan belajar kolaboratif (bersama) dan meminimalkan kesenjangan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, (2) Sintaks penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe The Power Of Two dalam Pembelajaran Fisika terdapat 5 langkah: (1) Tahapan memberikan pertanyaan. Guru membagi LKS (berisi pertanyaan yang spesifik dan merangsang pikiran siswa), kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok praktikum, lalu guru membimbing siswa melakukan praktikum tentang materi; (2) Tahapan meminta siswa menjawab pertanyaan secara individual. Guru meminta dan membimbing siswa untuk mengerjakan LKS berdasarkan praktikum secara individu; (3)tahapan meminta berpasangan, guru membagi siswa menjadi berpasangan sebagai kelompok diskusi; (4) Tahapan meminta siswa membuat jawaban baru. Guru mengarahkan siswa untuk membuat jawaban baru berdasarkan hasil diskusi berpasangan (membuat kesimpulan); (5) Tahapan meminta siswa membandingkan setiap pasangan dalam kelas. Guru meminta perwakilan pasangan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan meminta siswa dari pasangan lain untuk memberikan tanggapan. (3)berdasarkan hasil penelitian para ahli, penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two efektif untuk pembelajaran Fisika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan analisis siswa. Saran Penggunaan model pembelajaran koperatif tipe the power of two memberikan hasil belajar siswa yang tinggi sehingga perlu diterapkan terhadap pengajaran fisika di sekolahsekolah, baik itu SMP atau sederajat, dan SMA atau sederajat. Model Pembelajaran Kooperatif tipe The Power Of Two dapat diterapkan menggunakan materi-materi fisika lainnya., disesuaikan dengan alokasi waktu, fasilitas pendukung, dan karakterisik siswa.

12

DAFTAR PUSTAKA

Anita, L. (2002). Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. Depdiknas. (2004). Undang-undang Replublik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pusat Data dan Infomasi Pendidikan, Balitbang Kemendikbud. (2013). Lampiran Permendikbud No. 65 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Trianto. (2007). Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

13

Related Documents

Rekayasa Ide
August 2019 36
Rekayasa Ide
August 2019 30
Rekayasa Ide-1.docx
April 2020 33
Rekayasa Ide Sbm.docx
May 2020 20

More Documents from "Rizki Afif"