Peraturan Kepala Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan Provinsi DKI Jakarta No. 50 tahun 2007. Regulation of the Head of Planning and Building Control DKI Jakarta No. 50 2007 PEDOMAN PERENCANAAN STRUKTUR DAN GEOTEKNIK BANGUNAN GEOTECHNICAL PLANNING GUIDELINES AND BUILDING STRUCTURE
1.2 Tujuan 1.2 Purpose Pedoman ini dimaksudkan sebagai dasar untuk perencanaan struktur dan geoteknik bangunan, sehingga TPKB akan lebih mudah melaksanakan pemeriksaan atas rencana tersebut, dan Dinas akan dapat menerbitkan IP/IMB secara tepat waktu sehingga pembangunan di lapangan tidak terhambat. This guide is intended as a basis for planning and geotechnical structure of the building, so it will be easier to implement indicates that TPKB examination of the plan, and the Department will be able to publish IP / IMB in a timely manner so that the development in the field is not obstructed. 2.1 Kriteria Bangunan 2.1 Criteria for Buildings Kriteria Bangunan yang harus melalui penilaian TPKB adalah : a. b. c. d.
Bangunan dengan tinggi 8 lantai Bangunan dengan struktur khusus. Bangunan bertingkat dengan basement. Bangunan dengan tinggi lebih dari 40 m : menara, tangka air, bangunan reklame.
Building criteria that have to go through assessment indicates that TPKB are:
Quni WIKA
a. High building with 8 floors b. Building with a special structure. c. Story building with a basement. d. Building with a height of more than 40 m: tower, tangka water, building billboard. 2.2 Kelengkapan Berkas Permohonan Sidang TPKB 2.2 Completeness File Request Session indicates that TPKB 2.3 Materi Perencanaan 2.3 Material Planning a. Materi perencanaan harus mengikuti ketentuan yang berlaku. a. Material planning must follow applicable regulations. b. Materi perencanaa struktur meliputi : Struktur Bawah, Struktur Atas, Loading Test. b. Stats material structures include: bottom Structure, Structure Upper, Loading Test. c… 2.4 Dasar Perencanaan Struktur 2.4 Basic Structure Planning a. Sesuai peraturan teknis yang berlaku di Indonesia. a. Appropriate technical regulations in Indonesia. b. SNI yang berlaku antara lain : SNI 1726-2002 Gempa, SNI 1729-2002 Struktur Baja, SNI 2847-2002 Struktur beton untuk gedung, SKBI dan UDC untuk perencanaan pembebanan.
Quni WIKA
b. SNI prevailing among others: Earthquake ISO 1726-2002, ISO 1729-2002 Steel Structure, ISO 2847-2002 concrete structures for buildings, SKBI and UDC for load planning. c. Apabila peraturan tidak terdapat di Indonesia, dapat menggunakan peraturan Negara lain yang telah diakui secara internasional. c. If there are no regulations in Indonesia, can use other state laws that have been recognized internationally. Bab 4 : Laporan Uji Pembebanan Tiang Pondasi Chapter 4: Test Report Charging Pile Foundations 4.1 Umum 4.1 General a. Uji pembebanan yang perlu dilakukan. a. Loading test needs to be done. 1. Percobaan pada phase pendahuluan atau sebelum pelaksanaan sebagai dasar perencanaan untuk penentuan daya dukung pondasi yang dilakukan pada saat sebelum perencanaan dilaksanakan atau sebagai konfirmasi kebenaran dasar perencanaan. Lokasinya dipilih sedemikian rupa pada tanah yang relatif terburuk di lapangan. 1. Trial on or before the preliminary phase as a basis for planning for the determination of the carrying capacity of the foundation is done in the time before the planning carried out or as a confirmation of the basic truths of planning. The location is chosen such that the relative worst soil in the field. 2. Uji pembebanan pada phase pelaksanaan, sebagai pembuktian besarnya daya dukung rencana pada system pondasi. 2. Test the load on the implementation phase, as proof of the magnitude of the carrying capacity of the system foundation plan. Quni WIKA
b. Apabila hasil uji pembebanan tidak memenuhi daya dukung dalam perencanaan maka perlu diadakan peninjauan kembali perencanaan berdasarkan hasil uji pembebanan tersebut. b. If the test results do not meet the load carrying capacity in the planning we need to hold a review of the planning is based on the results of the loading test. c. Prosedur dan interpelasi hasil uji pembebanan harus dilakukan berdasarkan standar ASTM edisi terakhir. c. Procedures and interpellation loading test results must be based on the latest edition of ASTM standards. d. Hasil uji pembebanan harus dibuat dan ditandatangani oleh tenaga ahli serta dievaluasi oleh perencana struktur untuk selanjutnya disampaikan ke Dinas. d. Loading test results must be made and signed by experts and evaluated by the planners structure henceforth be submitted to the Department. e. Besarnya beban uji pembebanan minimal 200% dari beban rencana. e. The magnitude of the loading test load minimum 200% of the design load. f. Uji Pembebanan pendahuluan seperti pada 5.1.1 a tidak diperlukan bila kondisi tanah meyakinkan atau angka keamananan (FS) daya dukung pondasi cukup tinggi. f. Imposition of such a preliminary test on a 5.1.1 is not necessary when soil conditions convince or figure's security (FS) foundation bearing capacity is high enough. 4.2 Uji Pembebanan pada Pondasi Tiang 4.2 Test imposition on Foundations Column a. Uji pembebanan pada system pondasi tiang disyaratkan terhadap perencana struktur bangunan yang mempunyai kriteria sebagai berikut :
Quni WIKA
a. Loading test on pile foundation system planners are required to have a structure that the following criteria: 1. Untuk seluruh bangunan sedang dan tinggi 2. Untuk struktur bangunan rendah apabila beban kerja pondasi tiang lebih besar atau sama dengan 70% dari daya dukung tiang yang diijinkan. 1. For all medium and high buildings 2. For the low structure if the workload piles greater than or equal to 70% of the allowable pile bearing capacity. b. Jumlah tiang percobaan beban aksial tekan adalah sebagai berikut : b. The number of trial pile axial load press is as follows: 1. Untuk pondasi tiang bor (bored pile) minimum satu tiang percobaan untuk setiap 75 tiang yang ukuran penampang sama. 2. Untuk pondasi tiang (Driven Pile) minimum satu percobaan untuk setiap 100 tiang yang ukuran penampangnya sama. 3. Untuk pondasi tiang bor yang jumlahnya kurang dari 75 dan atau pondasi tiang pancang yang jumlahnya kurang dari 100, maka minimal 1 tiang percobaan dilakukan setiap ukuran penampang yang sama. 1. For the bored pile foundation (bored pile) at least one pile trial for every 75 pile cross section of the same size. 2. To pile (Driven Pile) at least one trial for each of the 100 pile that same cross-sectional size. 3. For the bored pile foundation of less than 75 and or pile foundation that amount is less than 100, then at least one pile trial conducted every crosssection of the same size.
Quni WIKA
c. Tambahan dari ketentuan tersebut diatas adalah, bahwa uji pembebanan aksial harus dilaksanakan untuk semua jenis pondasi sebagai berikut, kecuali desain pondasi dengan SF minimal = 4 : c. The addition of these conditions is, that the axial loading test should be conducted for all types of foundation as follows, unless the design of the foundation with minimal SF = 4: N<= 1000; Ntest = 1,0 %.N N<= 3000; Ntes dan t = 0,8 %.N N<= 6000; Ntest = 0,5 %.N N<= 8000; Ntest = 0,4 %.N Dimana N = jumlah tiang, dan minimal 40% test dilakukan pada tahap konstruksi dan 60% bisa pada sebelum tahap konstruksi. Untuk semua pondasi tiang yang dijelaskan pada butir 4.6.5 (yang dilaksanakan dengan wash-boring dan strausspile) pelaksanaan uji pembebanan aksial tetap harus dilakukan walaupun menggunakan SF = 4. Where N = number of piles, and at least 40% test is done during the construction phase and 60% could be on before the construction phase. For all pile described in point 4.6.5 (which is implemented with a wash-boring and strauss-pile) axial loading test implementation remains to be done despite the use of SF = 4. d. Besar beban percobaan pada pelaksanaan uji pembebanan tiang yang bersifat used pile (used pile = tiang yang akan menjadi bagian dari pondasi bangunan) adalah 200% kali daya dukung rencana untuk memikul beban lateral akibat gravitasi dan akibat beban gempa rencana. d. A load trials on the implementation of the pile loading test is used pile (pile of used = pile that will be part of the foundation of the building) is 200% times the carrying capacity to carry the plan due to gravity and lateral loads due to earthquake loading plan. e. Batasan deformasi pada 200% pembebanan rencana : Quni WIKA
e. Limitation of deformation at 200% loading plan: 1. 25 mm untuk tiang dengan diameter max. 80 cm 2. 4% diameter untuk tiang > 80 cm. 1. 25 mm for piles with a diameter of max. 80 cm 2. 4% for pile diameter> 80 cm. f. Deformasi permanen yang terjadi setelah dilakukan unloading dari pembebanan 200% tidak boleh melewati suatu nilai yang ditetapkan dalam pedoman-pedoman yang ada. f. Permanent deformation that occurs after unloading from 200% load should not pass a value that is specified in the existing guidelines. g. Untuk kondisi-kondisi khusus, misalnya pada tiang bor diameter besar dengan panjang> m, dimana penggunaan daya dukung ujung bawah tiang diterapkan dengan FS yang tinggi atau ada provisi penurunan tambahan, maka pelaksanaan instrumented pile test sangat dianjurkan untuk kondisi ini. g. For special conditions, for example in large diameter bored pile with a length> m, where the use of the carrying capacity of the lower end of the pile is applied with a high FS or any provision of the additional reduction, the implementation of instrumented pile test is highly recommended for this condition. h. Evaluasi hasil pelaksanaan loading test harus dilakukan dengan minimal 3 cara yang rasional, dimana hasil yang digunakan tidak boleh diambil dari hasil yang maksimum. h. Evaluation of the results of the implementation of the loading test should be done with a minimum of 3 rational manner, in which the results are used should not be taken from the maximum results. i. Bila evaluasi hasil uji pembebanan menunjukkan kapasitas ultimate pondasi kurang dari 250% beban rencana, maka pile masih bisa digunakan dengan daya dukung ultimate pondasi hasil uji pembebanan ini. Nilai kapasitas ultimate ini Quni WIKA
tidak boleh terlampaui dari reaksi ke pondasi akibat beban struktur atas pada saat gempa kuat sesuai konsep dalam butir 4.2.3. Sedang pile yang dalam loading test dinyatakan gagal masih bisa digunakan, bila hasil setelah dievaluasi menunjukkan bahwa tiang tersebut bukan enad bearing pile dan jika ternyata kegagalannya bukan pada struktur tiang itu sendiri. Untuk itu harus dilakukan PIT (Pile Integrity Test) dulu untuk memastikannya. Hasil pelaksanaan uji pembebanan (Loading Test) harus dievaluasi oleh perencana dengan menggunakan sedikitnya 3 (tiga) cara yang umum digunakan di DKI Jakarta. i. When evaluating the results of the loading test showed foundation ultimate capacity of less than 250% load plan, the pile can still be used with the ultimate carrying capacity of the foundation of this loading test results. The ultimate capacity value should not be exceeded as a result of reaction to the foundation over the structural loads during strong earthquake corresponding concepts in 4.2.3. Medium deep pile loading test can still be used otherwise fail, if the result after evaluation showed that the pile is not Enad bearing pile and if it turns out failures rather than the structure of the pile itself. For it must be done PIT (Pile Integrity Test) first to make sure. The results of test execution loading (Loading Test) should be evaluated by the planner to use at least three (3) ways commonly used in Jakarta. j. Jumlah tiang percobaan arah horizontal (lateral) adalah minimal 1 tiang percobaan untuk setiap tiang yang ukuran penampangnya sama. j. The number of trial pile horizontal (lateral) is at least 1 trial for each pile pile that same cross-sectional size. Ditentukan jumlah test lateral dari tiang pondasi adalah 10% dari jumlah test total (Test aksial dan lateral) sebagaimana ditentukan dalam Bab penentuan jumlah test aksial tiang dengan ketentuan tambahan sebagai berikut : Specified number of pile foundation lateral test is 10% of the total number of tests (Test axial and lateral) as specified in Chapter determining the amount of axial pile test with the following additional provisions: 1. Minimum satu lateral test harus dilaksanakan Quni WIKA
2. Sisa jumlah tiang test lateral harus didistribusi secara proporsional pada tiap dimensi tiang yang berbeda 1. A minimum of one lateral test must be carried out 2. The remainder of the lateral pile test, should be distributed in proportion to each pile of different dimensions Test ini harus dilakukan pada bangunan yang menggunakan tiang pondasi, dengan ketentuan sebagai berikut : This test should be done on the building using a pile foundation, with the following conditions: 1. Semua bangunan yang tidak menggunakan basement 2. Pada bangunan dengan basement dan menggunakan pondasi tiang, dimana tiang – tiang pondasi digunakan untuk menahan gaya lateral. 3. Pada bangunan dengan tiang pondasi yang mempunyai beban horizontal. 4. Bila terdapat basement lebih dari 2 (dua) lapis. 1. All buildings that do not use the basement 2. In buildings with basements and using piles, where pile - underpinnings used to resist lateral forces. 3. In building the foundation piles that have a horizontal load. 4. If there is a basement more than 2 (two) layers. 1. Prosedur standard dari ASTM D-3996-81, total pembebanan 200% beban izin rencana. 2. Kondisi test adalah dengan free head. 1. The standard procedure of ASTM D-3996-81, a total loading of 200% load planning permission. 2. The test condition is the free head. Quni WIKA
Beban rencana awal harus didasarkan pada perhitungan analitis yang disesuaikan dengan parameter tanah, sifat dan jenis pile, kekuatan pile dan formula beserta factor keamanan yang harus digunakan. Load the initial plan should be based on analytical calculations are adapted to the soil parameters, the nature and type of pile, pile strength and formulas as well as the safety factor should be used. Pergeseran maksimum kepala tiang pada pelaksanaan test(kondisi free-head) harus memenuhi besaran-besaran : The maximum shift of the pile head on the implementation of the test (the condition of free-head) must meet the magnitudes: 1. 10mm pada beban 100% beban rencana 2. 25mm pada beban 200% beban rencana 1. 10mm at 100% load load plan 2. 25mm at 200% load load plan Berhasil atau tidaknya suatu uji pembebanan lateral adalah ditentukan dari besaran deformasi lateral. Bila deformasi lateral lebih kecil dari 10mm pada pembebanan 100% beban lateral rencana atau lebih kecil dari 25mm pada pembebanan 200% beban lateral rencana dan tidak terjadi kegagalan structural pada tiang pondasi, maka test lateral tersebut dinyatakan berhasil. Success or failure of a lateral loading test is determined from the magnitude of the lateral deformation. When the lateral deformation is smaller than 10mm at 100% loading lateral load plan or smaller than 25mm at 200% load lateral loading plan and does not occur in the underpinnings of structural failure, the lateral test is considered passed. Bila pada kondisi beban 200% beban rencana ternyata deformasi yang disyaratkan tidak terpenuhi, maka dapat dilakukan penyesuaian dengan menggunakan kurva beban-defleksi, serta syarat-syarat batas yang ada,
Quni WIKA
sedemikian rupa sehingga deformasi pada beban rencana masih kurang dari 10 mm dan factor keamanan minimum yang ada masih memenuhi syarat. When the load 200% load condition turns deformation required plan is not met, then it can be adjusted by using the load-deflection curve, as well as the boundary conditions that exist, such that deformation at the design load is less than 10 mm and a minimum safety factor that there is still eligible. Pada kondisi sesungguhnya, bisa diperkenankan pergeseran kepala tiang yang lebih besar dari batasan di atas pada kondisi gempa kuat atau beban kapasitas struktur atas, dengan catatan tidak terjadi plastifikasi pada pondasi tiang. Pada peninjauan ini perlu dilakuakn analisis detail tiang lateral dengan seksama dan menunjukkan pengaruh-pengaruh kondisi reduksi kelompok dan kondisi fixity sebenarnya. Pada analisis lateral tiang kelompok ini disarankan menggunakan program computer yang telah memperhitungkan sifat nonlinear tanah (seperti menggunakan kurva P-Y dan reduksi kelompok sesuai konfigurasi pondasi tiang yang ada). In real conditions, can be allowed to shift the mast head larger than the above restrictions on the conditions of strong earthquakes or the load capacity of the structure above, the record does not happen plastifikasi on pile foundation. In this review should dilakuakn detailed analysis of the lateral piles carefully and demonstrates the effects of group reducing conditions and the actual condition of fixity. In the analysis of the lateral pile of this group suggested using a computer program that has accounted for the nonlinear nature of the soil (such as using PY curves and corresponding reduction of group piles existing configuration).
k. dalam hal jumlah tiang percobaan beban aksial lebih besar dari 4 tiang percobaan, maka maksimal 2 dari jumlah tersebut dapat dipakai untuk percobaan beban horizontal. k. in terms of number of trial pile axial load greater than 4 pile trial, then a maximum of 2 of the amount can be used for horizontal load trial. Quni WIKA
l. Percobaan beban arah horizontal harus dilaksanakan pada kepala tiang yang direncanakan (cut-off level). l. Load trial should be conducted in a horizontal direction of the pile is planned (the cut-off level). m. Percobaan dengan PDA (Pile Driving Analyzer) hanya dibenarkan untuk dipakai sebagai pembanding dari percobaan beban aksial yang disyaratkan pada butir 5.2.b dengan jumlah maksimal 25% dari yang disyaratkan. Yang lainnya 75% tetap menggunakan sistempembebanan static. Dari antara tiang uji tersebut diatas, harus terdapat tiang yang diuji secara static dan PDA. m. Experiment with PDA (Pile Driving Analyzer) is only justified for use as a comparison of experimental axial load required in paragraph 5.2.b with a maximum of 25% of the amount required. The other 75% still using static sistempembebanan. From the pile of the above test, there must be tested in static pile and PDAs. Hasil PDA harus dikorelasikan dengan hasil uji static dengan memperhatikan bahwa PDA belum dapat dianggap sepenuhnya mengganti uji beban static. PDA results should be correlated with the results of the static test by observing that the PDA can not be considered fully replace static load test. Pada proyek-proyek dimana terdapat jumlah tiang yang sangat besar, sehingga angka jumlah tiang percobaan sejumlah 1% dari jumlah tiang pancang (atau 1,33% untuk jenis tiang bor) menjadi suatu jumlah yang besar, dalam hal ini diijinkan adanya pengurangan jumlah tiang yang harus dites dengan syarat bahwa ada sejumlah tiang yang ditest rangkap. Artinya disamping mengalami uji pembebanan aksial biasa juga mengalami non-destructive testing lainnya sebagai bahan korelasi. Sehubungan dengan itu, TPKB mengijinkan dipapakinya metoda dengan PDA sebagai metoda testing kedua tadi, tetapi dengan suatu ketetapan bahwa PDA ini belum dapat menggantikan sepenuhnya percobaan beban konvensional. Pada uji pembebanan yang dikombinasikan dengan metode PDA, maka jumlah tiang yang harus ditest dapat dikurangi 25%. Kemudian dari 75% yang harus mengalami uji pembebanan aksial static ini pada sepertiganya (1/3) Quni WIKA
dilakukan testing dengan PDA sebagai bahan perbandingan. Jadi jumlah percobaan seluruhnya tetap 1% dan jumlah tiang pancang (atau 1,33% dari jumlah tiang bor) seluruhnya. In projects where there is a very large number of piles, so that the number of piles experiment 1% of the total number of piles (or 1.33% for the type of pile) into a large number, in this case permitted a reduction in the number of pile should be tested with the proviso that there are a number of pile double tested. This means that in addition to experiencing the usual axial loading test also experience other non-destructive testing as a correlation. Accordingly, indicates that TPKB allow method with PDA as a second testing method before, but with a determination that the PDA is not able to fully replace conventional load trial. In the loading test were combined with the PDA method, the number of piles to be tested can be reduced 25%. Then from the 75% who have experienced this static axial loading test on the third (1/3) conducted testing with PDA as a comparison. So the experiment entirely fixed amount of 1% and the number of piles (or 1.33% of total pile) entirely. n. Percobaan beban aksial Tarik dilaksanakan apabila dianggap perlu. n. Pull axial load trial conducted if deemed necessary. Percobaan beban aksial Tarik perlu dilakukan untuk ting pondasi yang direncanakan terhadap beban Tarik. Untuk tiang Tarik, minimum satu tiang percobaan untuk setiap 100 tiang yang ukuran penampangnya sama dengan minimal 1 tiang percobaan. Uji pembebanan Tarik ini merupakan bagian dari persyaratan jumlah uji pembebanan yang ditetapkan pada ketentuan mengenai persyaratan jumlah uji pembebanan aksial tiang. Pull axial load trial need to be done to ting foundation planned to pull the load. For Pull pile, at least one pile 100 trials for each pile is equal to the size of the cross-section of at least one pile of the experiment. Pull the loading test is part of the requirements specified number of loading test on the provisions on the requirements of the number of pile axial loading test.
Quni WIKA
o. Dalam melakukan percobaan tiang pondasi baik untuk test pembebanan aksial tekan dan Tarik maupun pembebanan lateral, prosedur pelaksanaan test harus mengikuti ketentuan dalam SNI mengenai pembebanan tiang. Bila terdapat halhal yang tidak terdapat dalam SNI ini maka dapat menggunakan prosedur sesuai dengan ASTM dan bila tidak terdapat di ASTM maka dapat menggunakan dari British Standard (B.S.). o. In conducting trial to test underpinning both axial loading press and pull and lateral loading, test execution procedures must comply with the provisions of ISO on pile loading. If there are things that are not contained in this SNI then can use the procedure in accordance with ASTM and if not contained in ASTM then can use from the British Standard (BS). p. Percobaan beban pada struktur Dinding Penahan Tanah. p. Trial load on the structure of Soil Retaining Wall.
Quni WIKA