Refrat.docx

  • Uploaded by: Bimantara Cakra Aditama
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Refrat.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 793
  • Pages: 3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tubuh manusia terdiri dari berbagai macam komponen yang saling berhubungan. Cairan merupakan salah satu komponen penting dalam tubuh manusia. Hampir 60 % dari komposisi tubuh manusia merupakan cairan yang berupa larutan ion dan zat lainnya. Jumlah cairan tubuh total pada masing-masing individu dapat bervariasi berdasarkan umur, berat badan, maupun jenis kelamin. Cairan dan elektrolit tersebut memiliki komponen utama yang berbeda dan fungsinya masing-masing sebagai struktur penting yang membentuk dan menunjang tubuh manusia, sehingga dapat berfungsi dengan baik melalui mekanisme pengaturan yang sedemikian rupa. Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat terlarut yaitu elektrolit (zat yang terlarut dalam larutan dan bermuatan listrik, berupa natrium, kalium, kalsium, magnesium, klorida, bikarbonat, fosfat dan sulfat) dan non elektrolit (zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, misalnya protein, glukosa dan karbondioksida). Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Tubuh memiliki kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang dinamakan homeostasis. Beberapa organ yang berperan dalam hal ini antara lain ginjal, kulit, paru dan gastrointestinal(KaplanandKellum,2010) Pemberian metode terapi cairan dengan tujuan perbaikan dan perawatan stabilitas hemodinamik pada pasien memerlukan berbagai pertimbangan, karena pemilihannya tergantung pada jenis dan komposisi elektrolit dari cairan yang hilang dari tubuh. Jumlah kasus kesalahan terapi cairan jarang dilaporkan, namun diketahui satu diantara lima pasien dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit intravena menderita komplikasi atau morbiditas karena pemberian terapi cairan yang tidak tepat.4 Mengetahui pentingnya pemberian terapi cairan dan pertimbangan lainnya terhadap pasien membuat penulis tertarik untuk membahas terapi cairan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cairan Tubuh Tubuh manusia tersusun sebagian besar oleh cairan. Hampir 60% berat badan orang dewasa terdiri dari cairan. Jumlah cairan tubuh total pada masingmasing individu dapat bervariasi menurut umur, berat badan, jenis kelamin serta jumlah lemak tubuh. Air menyusun sekitar 60 persen dari total berat tubuh pada laki laki dewasa. Untuk tubuh wanita dewasa mengandung cairan sekitar 50 persen dari total berat badannya. Hal ini disebabkan karena jumlah jaringan adiposa yang relatif lebih banyak pada wanita dibandingkan dengan pria. Pada bayi, 75 persen komposisi tubuhnya terdiri dari cairan dibandingkan dengan orang dewasa. Sejalan dengan pertumbuhan seseorang, maka persentase total cairan tubuh terhadap berat badan akan semakin menurun. Hal ini berhubungan dengan faktor bertambahnya usia, yang menyebabkan berkurangnya persentase cairan dalam tubuh.1,5 Cairan tubuh terdistribusi antara dua kompartemen cairan utama yang dipisahkan oleh membran sel, yaitu cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler dibagi menjadi intravaskular atau plasma dan kompartemen interstitial. Selain itu ada pula kompartemen kecil yang juga disebut sebagai cairan transeluler. Bagian tersebut terdiri dari cairan dalam rongga sinovial, peritoneum, perikardium serta cairan serebrospinal. Cairan tersebut termasuk ke dalam jenis khusus cairan ekstraseluler.1 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi tubuh Komposisi tubuh, termasuk massa lemak tubuh dapat berubah dan berbeda pada tiap individu. Komposisi tubuh terdiri dari empat komponen utama, yaitu jaringan lemak tubuh total (total body fat), jaringan bebas lemak (fat-free mass), mineral tulang (bone mineral), dan cairan tubuh (body water). Dua komponen komposisi tubuh yang paling umum diukur adalah jaringan lemak tubuh total dan jaringan bebas lemak (Williams, 2007). Komposisi tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a. Usia Efek usia signifikan pada masa pertumbuhan dan perkembangan karena terjadi proses pembentukan otot dan jaringan tubuh lain, sedangkan pada usia dewasa massa otot mulai berkurang yang dapat disebabkan oleh penurunan aktivitas fisik (Williams, 2007). Pengaruh usia terhadap komposisi tubuh menyebabkan perubahan komposisi massa bebas lemak. Pada massa lemak, persentasenya masih tetap namun terjadi redistribusi dari lemak subkutan ke lemak Viseral (WHO, 2011). Pada perempuan Free Fatty Mass (FFM) meningkat pada usia 15 tahun dan sangat meningkat di usia sekitar 45-54 tahun. Rata-rata FFM pada usia

di atas 85 tahun akan mengalami penurunan sekitar 14,3% dari rata-rata FFM tertinggi (Kyle et al, 2001). b. Jenis Kelamin Terdapat perbedaan komposisi tubuh yang kecil antara perempuan dan laki-laki sebelum usia pubertas. Namun, pada usia pubertas perbedaan menjadi sangat besar dimana mulai saat pubertas, perempuan memiliki lebih banyak deposit lemak, sedangkan pada laki-laki terbentuk lebih banyak jaringan otot (Williams, 2007). c. Nutrisi Nutrisi dapat mempengaruhi komposisi tubuh dalam jangka waktu singkat, seperti pada saat kekurangan air dan kelaparan ataupun dalam jangka waktu lama, seperti pada chronic overeating yang dapat meningkatkan simpanan lemak tubuh. Laporan hasil beberapa penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kebanyakan remaja kekurangan vitamin dan mineral dalam makanannya antara lain folat, vitamin A dan E, Fe, Zn, Mg, kalsium dan serat. Hal ini lebih nyata pada perempuan dibanding lelaki, sebaliknya tentang asupan makanan yang berlebih (lemak total, lemak jenuh, kolesterol, garam dan gula) terjadi lebih banyak pada lelaki daripada perempuan (IDAI, 2009) d. Aktivitas fisik Gaya hidup Sedentary dan perkembangan teknologi, media elektronik menjadi penyebab berkurangnya aktivitas fisik sehingga terjadi penurunan keluaran energi (Tiala, Tanudjaja dan Kalangi, 2013). 2.

More Documents from "Bimantara Cakra Aditama"