Refleksi Model Pembelajaran Vct.docx

  • Uploaded by: ade saputra
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Refleksi Model Pembelajaran Vct.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,159
  • Pages: 10
Tugas Refleksi Pendidikan IPS dan PKn SD

Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)

Dosen Dr. Yalvema Miaz, M. a.

Oleh: Laura Parlina (1303953) Kels PD C

PENDIDIKAN DASAR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2014

Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)

Sumber Belajar: Harmianto Sri, 2012. Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Untuk Menanamkan Kemampuan Mengenal Permasalahan Sosial dan Menentukan Sikap Terhadap Pengaruh Globalisasi Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal. Universitas Pendidikan Indonesia. Ilhami, Fitra. 2011. Implementasi Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) Untuk Mengembangkan Potensi Afektual pada Materi Sistem Hukum dan Peradilan Nasional Kelas X Semester Ganjil SMA N 1 Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. IKIP PGRI. Semarang Karmila. Mila. 2013. Implementasi Pendekatan Klarifikasi Nilai atau Values Clarification Technic (VCT) dalam Pembelajaran Moral pada Anak Usia Dini. Jurnal Penelitian PAUDIA, Volume 2 No. 1. Lestari, I Gst. Ayu Dwi, dkk. 2014. Pendekatan Induktif Berbasis VCT Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SD Gugus VII Blahbatuh Tahun Ajaran 2013/2014.

e-Journal MIMBAR PGSD

Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 Ringkasan I. PengertianValueClarificationTehnique(VCT) Value Clarification Tehnique(VCT) adalah pendekatan pendidikan nilai dimana peserta didik dilatih untuk menemukan, memilih, menganalisis, memutuskan, mengambil sikap sendiri nilai-nilai hidup yang ingin diperjuangkan. Peserta didik dibantu menjernihkan, memperjelas atau mengklarifikasi nilai-nilai hidupnya, lewat values problem solving, diskusi, dialog dan presentasi. Misalnya peserta didik dibantu menyadari nilai hidup mana yang sebaiknya diutamakan dan dilaksanakan, lewat pembahasan kasus-kasus hidup yang sarat dengan konflik nilai atau moral.

Menurut Hall (Sutarjo Adisusilo, J.R, 2012:145) mengartikan teknik klarifikasi nilai (VCT) sebagai: “By value clarification wemean a methodology or process by which wheel paperson to discover values through behavior, feelings, ideas, and through important choice she has made and is continually, infact, acting upon in and through his life.”Artinya:“Pada klarifikasi nilai kita berarti metodologi atau proses dimana kita membantu orang untuk menemukan nilai-nilai melalui perilaku, perasaan, ide, dan melalui pilihan. Penting ia telah membuat dan terus-menerus, pada kenyataannya, bertindak atas dalam dan melalui hidupnya”. Klarifikasi nilai, peserta didik tidak disuruh menghafal dan tidak “disuapi” dengan nilai-nilai yang sudah dipilihkan pihak lain, melainkan dibantu

untuk

menemukan,

menganalisis,

mempertanggungjawabkan,

mengembangkan, memilih, mengambil sikap dan mengamalkan nilai-nilai hidupnya sendiri. Peserta didik tidak dipilihkan nilai mana yang baik dan benar untuk dirinya, melainkan diberi kesempatan untuk menentukan pilihan sendiri nilai-nilai mana yang mau dikejar, diperjuangkan dan diamalkan dalam hidupnya. Dengan demikian, peserta didik semakin mandiri, semakin mampu mengambil keputusan sendiri dan mengarahkan hidupnya sendiri, tanpa campur tangan yang tidak perlu dari pihak lain. Dalam hidup manusia selalu berhadapan dengan situasi yang mengundangnya untuk membuat pilihan. Tanpa keterampilan menentukan pilihan sendiri orang akan banyak mengalami kesulitan dalam perjalanan hidupnya. Model pembelajaran Value Clarification Tehnique (VCT) adalah metode mengajar guru untuk menolong siswa dalam menetapkan nilai pilihannya dari sejumlah alternative nilai yang dihadapinya. Penanaman nilai pada diri anak dilakukan oleh guru dan anak menentukan nilai-nilai yang dipilihnya itu sendiri dengan demikian siswa akan mempunyai kepribadian yang kuat, tidak apatis, tidak bersikap tidak konsisten dan tidak mengalami kekacauan nilai, dan lebih bertanggungjawab atas pilihannya. VCT memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatan sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri.

II. Tujuan pendekatan VCT 1. Membantu peserta didik untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai oranglain. 2. Membantu peserta didik agar mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain, berkaitan dengan nilai-nilai yang diyakininya. 3. Membantu peserta didik agar mampu menggunakan akal budi dan kesadaran emosionalnya untuk memahami perasaan, nilai-nilai dan pola tingkah lakunya sendiri. Kirschen baum (Sutarjo Adisusilo, J.R, 2012:142) mengatakan bahwa ada begitu banyak pendekatan dalam pendidikan nilai, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Maka perlu dipertimbangkan pendekatan yang komprehensif. Dalam pandangan Kirschen baum, pendidikan nilai jangan berbentuk indoktrinasi, tetapi dalam bentuk suatu tawaran nilai sehingga peserta didik mempunyai waktu dan kesempatan untuk memikirkannya secara bebas dan rasional nilai-nilai mana yang paling tepat untuk dirinya. Tugas pendidik lebih sebagai fasilitator, pendamping yang bijak bagi peserta didik. Dalam nilai-nilai luhur mau ditanamkan dalam diri peserta didik, namun ternyata tidak dapat bertumbuh atau berkembang karena cara penyampaiannya atau mengomunikasikannya tidak tepat. Nilai-nilai luhur bangsa seperti Pancasila dirasakan belum mendasari tingkah laku, sikap, tutur kata bangsa ini, antara lain karena perasaan bangsa ini telah membeku, tidak lagi dapat merasa bersalah atau merasa malu. Perasaan bersalah dan malu merupakan hal yang esensial dalam pendidikan nilai dan moral. Jadi kemampuan mengungkapkan perasaan dan berempati memahami dan memantulkan perasaan mitra komunikasi (pesertadidik) adalah penting untuk pendidikan nilai. Menurut

sejumlah

ahli

pendidikan

nilai

seperti

Harmin,dkk.

(SutarjoAdisusilo,J.R,2012:143) Dalam buku Pembelajaran Nilai Karakter yang mengatakan dari sekian metode pembelajaran nilai maka VCT jauh lebih efektif, mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan metode atau pendekatan lainnya. Pendekatan ini juga sesuai dengan alam demokrasi, yang memungkinkan

setiap peserta didik untuk memilih, menentukan, mengolah dan mengembangkan nilai-nilainya sendiri, dengan pandangan seorang pendidik. Menurut pandangan Harmin adalah pandangan Hall (2012:144) yang menjelaskan bahwa VCT merupakan cara atau proses dimana pendidik membantu peserta didik menemukan sendiri nilai-nilai yang melatarbelakangi sikap, tingkahlaku, perbuatan serta pilihan-pilihan penting yang dibuatnya. Hall sepakat bahwa VCT merupakan pendekatan pembelajaran nilai yang mampu mengantar peserta didik mempunyai keterampilan atau kemampuan menentuk nilai-nilai hidup yang tepat sesuai dengan tujuan hidupnya dan menginternalisasikannya sehingga nilai-nilai menjadi pedoman dalam bertingkah laku atau bersikap. III. Proses Pelaksanaan VCT Klarifikasi nilai adalah proses pemilihan dan penentuan nilai (theprosesof valuing) serta sikap terhadapnya dan bukan isi nilai-nilai atau daftar nilai-nilai hidup. Juga bukan untuk melatih peserta didik menilai salah benarnya suatu nilai, tetapi melatih peserta didik untuk proses menghargai dan melaksanakan nilai-nilai yang dipilih secara bebas. Menurut Kaswardi (SutarjoAdisusilo, J.R,2012:146) fokusnya adalah bagaimana orang sampai pada pemilikan nilai-nilai tertentu dan menginternalisasikannya dalam tingkah laku serta sikap. Proses penentuan nilai dan sikap mencakup tujuh sub proses atau aspek yang biasanya digolongkan menjadi tiga kategori. Menurut Hall (2012:147) Ada tiga proses klarifikasi nilai menurut pendekatan VCT. Tiga proses klarifikasi nilai menurut pendekatan VCT 1. Memilih

2. Menghargai/ menjunjung tinggi 3. Bertindak

1) Memilih dengan bebas 2) Memilih dari berbagai alternatif 3) Memilih dari berbagai alternatif setelah mengadakan pertimbangan tentang berbagai akibatnya 1) Menghargai dan merasa bahagia dengan pilihannya 2) Bersedia mengakui/menegaskan pilihannya itu didepan umum 1) Berbuat atau berprilaku sesuatu sesuai dengan pilihannya 2) Berulang-ulang bertindak sesuai pilihannya itu hingga akhirnya merupakan pola hidupnya

Model VCT dapat dilihat dari proses kegiatan belajar siswa yang terjadi. Menurut Kosasih (dalam Etin Solihatin,2012:121) antara lain yaitu: 1. Proses kegiatan belajar siswa yang bersifat klarifikasi, dimana siswa melalui berbagai potensi dirinya mencari dan mengkaji kejelasan nilai dan norma yang disampaikan. 2. Proses kegiatan belajar siswa bersifat spiritualisasi dan penilaian melalui kata hati (Valuing). 3. Bersama dengan proses Valuing juga terjadi proses pelaksanaan diri atau berperan serta. IV. Kelebihan dan KelemahanVCT Pendekatan teknik klarifikasi nilai (values Clarification technique approach) memberi penekanan pada usaha membantu seseorang/proses didik dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri dan mendorongnya untuk membentuk system nilai mereka sendiri serta mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tabel2.KelebihandankelemahanVCT Kelebihan Siswa belajar lebih aktif

Kelemahan Masalah nilai (value) merupakan masalah abstrak, sehingga sulit diungkapkan secara konkrit Siswa mendapat kejelasan Terjadinya perbedaan pendapat dalam tentang nilai-nilai yang dapat masalah nilai sulit dihindari, sehingga dipertahankan secara moral kadang-kadang mengundang kebingungan para siswa Masalah nilai adalah masalah apa yang diinginkan, seharusnya (normatif), karenanya sering terdapat kesenjangan dengan apa yang terjadi dalam praktek nyata (empiris) Menurut Casteel (Sutarjo Adisusilo, J.R,2012:151) ada enam alasan mengapa pendidik sebaiknya menggunakan VCT dalam pembelajaran nilai dikelas, yaitu: 1. Klarifikasi

nilai

meningkatkan

kemampuan

siswa

untuk

mengkomunikasikan ide-ide mereka, keyakinan, nilai-nilai, dan perasaan.

2. Klarifikasi nilai meningkatkan kemampuan siswa untuk berempati dengan oranglain, terutama situasi mungkin berbeda secara signifikan dari mereka sendiri. 3. Klarifikasi nilai meningkatkan kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah yang muncul. 4. Klarifikasi nilai meningkatkan kemampuan siswa untuk persetujuan dan perbedaan pendapat sebagai anggota dari Grup Sosial. 5. Klarifikasi nilai meningkatkan kemampuan siswa untuk terlibat dalam pengambilan keputusan. 6. Klarifikasi nilai meningkatkan kemampuan siswa untuk memegang dan menggunakan keyakinan konsisten. V. ManfaatdanSyaratVCT Menurut Simon (Sutarjo Adisusilo, J.R,2012:155) Ada berbagai manfaat yang dapat dipetik bila pendekatan klarifikasi nilai diterapkan. Dengan pendekatan teknik klarifikasi nilai kita dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk: 1. memilih, memutuskan, mengomunikasikan, mengungkapkan gagasan, keyakinan, nilai-nilai dan perasaannya 2. berempati (memahami perasaan orang lain, melihat dari sudut pandang orang lain) 3. memecahkan masalah 4. menyatakan sikap: setuju, tidak setuju, menolak atau menerima pendapat oranglain 5. mengambil keputusan 6. mempunyai pendirian tertentu, menginternalisasikan dan bertingkah laku sesuai dengan nilai yang telah dipilih dan diyakini. Jadi inti dari VCT adalah melatih peserta didik untuk berproses melakukan penilaian terhadap nilai-nilai kehidupan yang ada didalam masyarakat, dan akhirnya menetapkan nilai yang menjadi acuan hidupnya.

VI. Langkah-langkah Pembelajaran dengan VCT Berkenaan dengan teknik pembelajaran nilai Jarolimek merekomendasikan beberapa cara, antara lain: 1. Teknik evaluasi diri (self evaluation) dan evaluasi kelompok (group evaluation) Dalam teknik evaluasi diri dan evaluasi kelompok pesertadidik diajak berdiskusi atau tanya-jawab tentang apa yang dilakukannya serta diarakan kepada keinginan untuk perbaikan dan penyempurnaan oleh dirinya sendiri: a. Menentukan tema, dari persoalan yang ada atau yang ditemukan peserta didik b. Guru bertanya berkenaan yang dialami peserta didik c. Peserta didik merespon pernyataan guru d. Tanya jawab guru dengan peserta didik berlangsung terus hingga sampai pada tujuan yang diharapkan untuk menanamkan niai-nilai yang terkandung dalam materi tersebut. 2. Teknik Lecturing Teknik lecturing, dilalukan guru gengan bercerita dan mengangkat apa yang menjadi topik bahasannya. Langkah-langkahnya antara lain: a. Memilih satu masalah / kasus / kejadian yang diambil dari buku atau yang dibuat guru. b. Siswa dipersilahkan memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan menggunakan kode, misalnya: baik-buruk, salah benar, adil tidak adil, dsb. c. Hasil kerja kemudian dibahas bersama-sama atau kelompok kalau dibagi kelompok untuk memberikan kesempatan alasan dan argumentasi terhadap penilaian tersebut. 3. Teknik menarik dan memberikan percontohan Dalam teknik menarik dan memberi percontohan (example of axamplary behavior), guru membarikan dan meminta contoh-contoh baik dari diri peserta didik ataupun kehidupan masyarakat luas, kemudian dianalisis, dinilai dan didiskusikan.

4. Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan, dalam teknik ini peserta didik dituntut untuk menerima atau melakukan sesuatu yang oleh guru dinyatakan baik, harus, dilarang, dan sebagainya. 5. Teknik tanya-jawab Teknik tanya-jawab guru mengangkat suatu masalah, lalu mengemukakan pertanyaan-pertanyaan sedangkan peserta didik aktif menjawab atau mengemukakan pendapat pikirannya. 6. Teknik menilai suatu bahan tulisan Teknik menila suatu bahan tulisan, baik dari buku atau khusus dibuat guru. Dalam hal ini peserta didik diminta memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan kode (misal: baik - buruk, benar – tidak-benar, adil – tidak-adil dll). Cara ini dapat dibalik, siswa membuat tulisan sedangkan guru membuat catatan kode penilaiannya. Selanjutnya hasil kerja itu dibahas bersama atau kelompok untuk memberikan tanggapan terhadap penilaian. 7. Teknik mengungkapkan nilai melalui permainan (games). Dalam pilihan ini guru dapat menggunakan model yang sudah ada maupun ciptaan sendiri.

Refleksi Pembelajaran PKn mengacu kepada sikap dan tingkah laku peserta didik. Tujuan pembelajaran PKn yaitu merubah tingkah laku dan sikap siswa kearah yang lebih baik dan bernilai positif. Sehingga anak didik siap terjun ke masyarakat dengan adanya sebuah pendirian dan tidak terpengaruh kepada hal-hal yang tidak baik. Menjadikan manusia yang seutuhnya, memiliki sikap dan tingkah laku yang jujur, percaya diri, menjadi diri sendiri, disiplin, saling menghormati, saling menghargai, dan segala nilai yang baik-naik. Dengan demikian pembelajaran PKn akan sangat mengena sasarannya jika menggunakan model pembelajaran VCT, karena VCT juga membelajarkan anak pada penerapan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran VCT merupakan salah satu model pembelajran yang dapat dilaksanakan oleh guru pada mata pelajaran PKn, karena VCT menekankan

pembelajaran terhadap nilai-nilai dan moral yang akan diterapkan oleh peserta didik. Melalui model pembeljaran VCT guru harus mampu memadukan beberapa pendekatan atau strategi dalam melaksanakan pembelajaran. Dimana tujuan akhirnya yaitu menanamkan nilai-nilai kepada anak didiknya. VCT dapat melatih peserta didik untuk berproses melakukan penilaian terhadap nilai-nilai kehidupan yang ada didalam masyarakat, dan akhirnya menetapkan nilai yang menjadi acuan hidupnya. Dimana siswa nantinya dapat menentukan baik atau buruknya suatu sikap dan dapat membedakan sikap mana yang seharusnya dilakukan dan yang tidak dilakukan. Model pembelajaran VCT tidak menyaupkan anak didik dengan pelajaran nilai. tetatpi menankankan bagaimana siswa mampu memilih, memutuskan, mengomunikasikan,

mengungkapkan

gagasan,

keyakinan,

nilai-nilai

dan

perasaannya. Berempati (memahami perasaan orang lain, melihat dari sudut pandang orang lain). Dapat memecahkan masalah, menyatakan sikap: setuju, tidak setuju, menolak atau menerima pendapat oranglain dan mengambil keputusan. Anak didik juga akan mempunyai pendirian tertentu, menginternalisasikan dan bertingkah laku sesuai dengan nilai yang telah dipilih dan diyakini Saat ini yang terjadi dilapangan belum lagi mengena sasaran untuk pembelajaran PKn. Guru lebih banyak menekankan materi dari pada sikap siswa. Namun hal ini tak dapat disalahkan pula pada guru sepenuhnya karena, pada kurikulum 2006 materi pembelajaran PKn yang diberikan lebih luas dan lebih banyak materi yang rasanya belum sesuai untuk anak SD. Akan tetapi para guru saat ini mendapat angin segar, munculnya kurikulum 2013 kali ini membantu guru untuk mengajarkan pembelajaran PKn sesuai dengan tujuan yang sebenarnya. Guru dituntut untuk menerapkan pembelajaran yang berbasis kepada sikap dan budi pekerti siswa. Dengan demikian adanya adanya kurikulum baru ini kita dapat mengasah kemampuan siswa melalui pendekatan VCT yang mengacu pada penerapan nilainilai dan moral untuk mempersiapkan anak didik menjadai manusia yang berjiwa pancasila.

Related Documents


More Documents from "azmi yontri"